Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Herriadie Mochtar, Author
"ABSTRAK
Knowledge management (KM) merupakan suatu management tool yang bisa diandalkan dalam meningkatkan mutu dari human capital, dimana human capital adalah suatu modal utama dari sebuah organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan daya saing yang terus meningkat dan kondisi lingkungan yang cepat berubah (Priem & Butler, 2001; Barney, 2001). Komitmen yang tinggi pada pelaksanaan KM dari karyawan atau individu dalam suatu perusahaan atau organisasi sangat mendukung sukses tidaknya KM.
Selama ini hampir semua buku-buku atau tulisan yang ada menjelaskan tentang pembentukan sistem KM hanya memperhatikan aspek organisasi yang menyangkut sistem manajemen KM serta infrastruktur yang berhubungan dengan perangkat keras untuk mendukung pelaksannan dan pembentukan KM termasuk juga penggunaan sistem Information Technology nya (IT). Jarang sekali tulisan atau buku yang menjelaskan tentang pembentukan KM memperhatikan aspek individual dari suatu organisasi atau perusahaan. Oleh sebab itu beberapa perusahaan atau organisasi yang sudah mencoba membangun KM untuk jangka waktu yang cukup panjang tetapi belum mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tujuan penulisan karya akhir ini untuk mengkaji seberapa besar kontribusi dari aspek individual terhadap komitmen karyawan atau individu terhadap KM. Aspek individual yang diteliti adalah mencakup nilai-nilai budaya perusahaan, role stressor pada perusahaan, dan personality (manifest needs)
Dalam penelitian karya akhir ini kami melakukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, untuk pendekatan kuantitatif data yang digunakan berasal dari penelitian lapangan dengan metoda survey yang dilakukan pada karyawan PT Unilever Indonesia Tbk untuk daerah Jakarta (kantor pusat), Cikarang (manufacturing) dan Surabaya (manufacturing). Survey dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui web (internet), dimana hasil pengisian kuesioner secara otornatis dikurnpulkan dan siap untuk diproses . Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anal isis regresi untuk rnelihat pengaruh dari aspek individual yang merupakan variabel independent terhadap kornitrnen pada KM yang rnerupakan variabel dependent. Untuk pendekatan kualitatf kami rnenggunakan Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan kepada karyawan yang tidak dirnintakan untuk rnengisi kuesioner atau data kuantitatif. Topik yang dibicarakan dalarn FGD adalah serupa dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner, tetapi jawaban yang didapat bisa berkembang lebih jauh dan lebih luas.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukan bahwa dari 13 variabel independent hanya 3 variabel independent yang berpengaruh positif terhadap komitmen pada KM, dimana sebagian besar dari nilai budaya perusahaan tidak berpengaruh terhadap komitmen pada KM. Begitu juga dengan role stressor, tidak berpengaruh terhadap kornitrnen pada KM. Sedangkan 2 dari 4 variabel personality (manifest needs) berpengaruh terhadap komitmen pada KM. Nilai budaya yang ada pada perusahaan temyata tidak terlalu sesuai dengan sistem KM yang dibangun, walaupun nilai budaya tersebut sudah cukup melekat pada sebagian besar karyawan, sehingga perlu dilakukan penyesuaian antara sistern KM dengan nilai budaya ULI yang ada. Pelaksanaan KM yang sesua1 dengan nilai budaya perusahaan akan
mempermudah untuk mendapatkan komitmen dari karyawan, oleh sebab itu perlu dilakukan gap analysis antara sistem KM dengan nilai budaya perusahaan yang ada untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Agnes Corlyn
"ABSTRAK
Dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat, perusahaan selalu berusaha untuk menerapkan strategi dan kiat-kiat baru untuk memenangkan suatu persaingan. Salah satunya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan adalah melalui outsourcing. Outsourcing adalah masa untuk mengontrakkan suatu kegiatan pada pihak luar umuk memperoleh layanan pekerjaan yang dibutuhkan, sehingga perusahaan dapat lebih fokus pada core activity-nya dan memanfaatkan kemampuan outsourcer-nya dalam mengerjakan non core activity-nya.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) merupakan contoh perusahaan jasa telekomunikasi yang menerapkan outsourcing dalam usaha meningkatkan daya saingnya melalui pelayanan yang optimal.
Dalam karya akhir yang berjudul Analisis Strategi Outsourcing Untuk Optimalisasi Pelayanan Customer Service 147 Pada PT Telekomunikasi lndonesia Tbk ini penulis bermaksud menganalisis penerapan strategi outsourcing yang diterapkan Telkom, serta menyarankan optimalisasi pelayanan Customer Service 147 dalam rangka outsourcing, sehingga dapat menunjang keinginan perusahaan sebagai customer centric company.
Aktivitas yang dioutsourcing adalah pada unit layanan Call Center, yaitu Customer Service 1.47, tujuan yang dioutsourcing adalah layanan agent (operator) nya. Customer Service yang berkualitas tinggi membutuhkan investasi awal yang bila berjalan dengan baik dapat mengurangi biaya. Alasan Telkom untuk melakukan outsourcing pada layanan agent (operator) nya karena semakin banyaknya kebutuhan pelanggan yang harus terpenuhi dengan terbatasnya sumber daya yang dimiliki oleh Telkom, sehingga untuk mengatasinya,
Telkom perlu menambah sumber dayanya melalui provider yang merupakan rekanan dari Telkom yaitu Kopegtel Bintang. Sebagai perusahaan outsourcer yang menyediakan tenaga kerja dan secara teknis menyediakan layanan operator, dapat memenuhi keinginan Telkom untuk meningkatkan layanannya kepada pelanggan sehingga lebih optimal.
Tujuan Telkom melakukan outsourcing ini adalah untuk efektivitas dan efisiensi serta untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan, sehingga dapat lebih fokus pada core business-nya sebagai penyelengga jasa dan jaringan telekomunikasi nasional.
Keuntungannya dengan melakukan outsourcing ini bagi Telkom. adalah dapat melepaskan pekerjaan yang bukan menjadi core-nya, sehingga dapat memberikan kinerja layanan yang lebih kompeten. Kuntungan lainnya adalah dapat mengoptimalisasi jumlah SDMnya, sehingga cost yang dikc!uarkan oleh perusahaan lebih kecil. Sedangkan kerugian dengan melakukan outsourcinf; ini adalah adanya transfer knmrledge kepada perusahaan outsourcer dan menyebabkan pemsahaan menjadi sangat bergantung untuk menunjang core business-nya.
Aspek penting untuk memenangkan persaingan dalam bisnis telekomunikasi adalah dapat mempertahankan kesetiaan pelanggannya. Jika dikaitkan dengan budaya perusahaannya "The Telkom Way 135" dengan asumsi dasamya adalah "Committed 2U", maka yang harus dilakukan oleh seorang agent (operatomya) adalah dapat menepati komitmennya kepada pelanggan, yaitu dengan menangani segala masalah dari pelanggannya baik berupa upaya untuk memperoleh informasi maupun keluhan dan saran.
Dari hasil analisis ini didapatkan bahwa penilaian keberhasilan setiap agent (operator) dapat dilihat dari tercapainya Service Level Guarantee (SLG) yang menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Setiap agent (operator) tersebut harus memperhatikan Key Performarnce Indicator dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya. Outsourcing tidak dilakukan secara operasional penuh karena resikonya tinggi dan ada pinalti yang lebih besar yang harus dibayarkan. Jadi Telkom, khususnya unit Layanan Call Center untuk customer service 147, melakukan outsourcing hanya service-nya saja yaitu berupa layanan operator, karena resikonya kecil dan masih memiliki margin.
Persoalan yang dijumpai pada karya akhir ini adalah apakah dengan menerapkan strategi outsourcing ini dapat mengoptimalisasi pelayanan customer service 147 sehingga dapat menunjang keinginan perusahaan sebagai customer centric company. Saran mengenai hal-hal yang dapat dilakukan Telkom untuk merjngkatkan penerapan outsourcing, adalah meningkatkan kinerja layanannya dengan membuat penilaian tertulis dan terstandarisasi untuk mengontrol kinerja agent (operator) nya, serta saran kepada perusahaan outsourcer (Kopegtel Bintang) adalah memberikan penciidikan dan ketrampilan dengan latihan-latihan yang lebih optimal agar memiliki kepastin kualitas dan dapat memenuhi pedoman kerja dan standar operasi. Outsourcing dapat dilakukan bukan hanya di customer service 147, tetapi juga pada bidang-bidang lain yartg ada di unit Call Center, memotivasi karyawannya dengan membangun tim kerja serta meningkatkan promosinya agar lebih dikenal dan membantu memudahkan untuk memperoleh informasi.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Karmana
"ABSTRAK
Kualitas hubungan antara atasan dan bawahan sangat tergantung pada persepsi masing-masing. Persepsi inilah yang kerap mempengaruhi interaksi atasan-bawahan. Persepsi
yang baik atau buruk dapat berpengaruh pada perilaku dan perlakuan atasan terhadap
bawahan.
Hubungan atasan-bawahan antara Kasi P2 dengan Pelaksana akan sangat mempengaruhi perilaku kineija Pelaksana. Lebih spesifik lagi sebagai seorang atasan, Kasi P2 mempunyai pengaruh terhadap kinerja Pelaksana, apakah pengaruh itu positif ataupun negatif tergantung bagaimana interaksi Kasi P2 tersebut dengan Pelaksana. Pengaruh yang positif akan mendorong Pelaksana untuk memberikan respon atau reaksi dalam bentuk komitmen atau kepatuhan, sedangkan pengaruh yang negatif akan mendorong Pelaksana untuk memberikan respon atau reaksi dalam bentuk resistensi. Pada akhimya Pelaksana yang komit dan yang patuh akan berbuat atau bekeija sesuai yang diharapkan, sedangkan Pelaksana yang resisten atau tidak menghiraukan petunjuk Kasi P2, akan bertindak di luar jalur yang ditetapkan, sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan seperti terjadinya penyelundupan.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk mengkaji kualitas hubungan Kasi P2 dengan Pelaksana, sebagaimana dipersepsikan masing-masing pihak dan melihat bagaimana implikasi kualitas hubungan tersebut terhadap perilaku kinerja Pelaksana. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leader-Member Exchange Theory (LMX), yang menyatakan bagaimana seorang atasan dapat menjalin dan mengembangkan suatu hubungan dengan bawahan yang berlainan melalui cara yang bervariasi.
Dalam penelitian karya akhir ini, data yang digunakan berasal dari penelitian lapangan dengan metode survei yang dilakukan di 38 Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) IV tepatnya di 33 KPBC Tipe A dan 5 KPBC Tipe A Khusus, yang tersebar di seluruh Indonesia dan telah mewakili seluruh Kantor Wilayah Bea dan Cukai sebanyak 13 kantor. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah analisa regresi untuk melihat keterkaitan
persepsi atasan, influence tactics yang digunakan, persepsi bawahan, respon bawahan, dan
perilaku kinerja bawahan.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa cara Kasi P2 mempengaruhi Pelaksana dengan taktik konsultasi, cenderung membentuk respon Pelaksana yang positif, misalnya, Pelaksana akan komit pada pekerjaannya karena mendapat perlakuan yang baik dari Kasi P2. Pelaksana yang komit pada pekerjaannya akan patuh pada uraian tugas dan prosedur yang telah ditetapkan.
Disamping itu juga ditemukan bahwa persepsi Kasi P2 terhadap Pelaksana memang mempengaruhi kencendrungan Kasi P2 menerapkan taktik konsultasi. Namun persepsi Kasi
P2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pesepsi Pelaksana. Dalam hal ini, ada faktor
lain yang mempengaruhi kencenderungan Kasi P2 menerapkan taktik konsultasi, yang pada
akhirnya membentuk persepsi Pelaksana terhadap Kasi P2.
Bekerja sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku merupakan tuntutan bagi seluruh Pelaksana pada Seksi P2 mengingat peranannya yang sangat penting dalam mengawasi proses impor dan ekspor barang untuk mencegah terjadinya penyelundupan. Terlepas dari kendala yang dihadapi DJBC dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terjadinya penyelundupan menunjukkan adanya sesuatu penyimpangan dalam proses impor barang-barang tersebut. Penyimpangan ini setidaknya dapat dihindari atau dikurangi dengan memperbaiki hubungan Atasan dan Bawahan antara Kasi P2 dengan Pelaksana. Pendekatan dengan taktik konsultasi seperti basil temuan penelitian di atas kiranya dapat diterapkan oleh
Kasi P2 untuk meningkatkan kualitas hubungan yang dimaksud.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supraktikno Rahardjo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Indah Pertiwi
"Perubahan regulasi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat, meningkatkan persaingan dalam industri telekomunikasi. PT TELKOM yang dulunya memonopoli pengelolaan bisnis telekomunikasi domestik, harus siap berkompetisi untuk mempertahankan dominasi market.
Dalam rangka memenangkan persaingan PT TELKOM telah merumuskan kembali visi, misi, dan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan ini selanjutnya dijabarkan dalam bentuk target kinerja usaha yang harus dicapai, dan didistribusikan (deploy) kepada seluruh jajaran PT TELKOM secara berjenjang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan memberdayakan inovasi sebagai basil dari proses perbaikan berkelanjutan yang dilakukan oleh karyawan baik secara berkelompok dalam bentuk GKM (Gugus Kendali Mutu) dan PKM (Proyek Kendali Mutu) maupun perorangan.
Namun sayangnya sistem pengelolaan inovasi di tingkat KANDATEL saat ini belum sempurna. Pengelolaan inovasi saat ini, baru berorientasi kepada kuantitas dari inovasi yang dihasilkan setiap tahunnya, belum kepada impact implementasi inovasi terhadap kinerja usaha.
Berdasarkan latar belakang yang ada, karya akhir ini mencoba menjawab apakah tatacara penilaian inovasi saat ini dapat diberdayakan untuk mendukung pencapaian kinerja usaha. Upaya mencari jawaban tersebut dirumuskan dalam tiga permasalahan pokok, yaitu Apakah tatacara penilaian inovasi saat ini sudah dapat digunakan untuk mengukur dampak implementasi inovasi terhadap kinerja usaha ? Jika belum, aspek penilaian dan dimensi apa saja yang sebaiknya digunakan ? Dan bagaimana mengelola inovasi pasca standarisasi agar dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan?
Karya akhir ini mempunyai tiga maksud. Pertama, melakukan analisis terhadap tatacara penilaian inovasi tingkat KANDA TEL saat ini. Kedua, mengusulkan penyempurnaan tatacara penilaian inovasi di tingkat KANDA TEL. Dan ketig~ merekomendasikan action steps dalam mengelola inovasi pasca standarisasi.
Pembahasan karya akhir ini dibatasi pada lingkup penilaian dan pengelolaan inovasi basil GKM tingkat KANDATEL di DIVRE II, dengan objek penelitian KANDATEL Jakarta Barat. Pelaksanaan penilaian dan pengelolaan inovasi tingkat KANDATEL di DIVRE II relatif sama.
Dari basil penelitian di lapangan terhadap tatacara penilaian inovasi tingkat KANDATEL saat ini, ditemukan 4 (empat) kelemahan dari tatacara penilaian inovasi tersebut. Pertama, Aspek penilaian inovasi sebagian besar hanya menilai kemampuan inovator membuat inovasi. Aspek penilaian seperti ini dilatar belakangi upaya untuk membudayakan GKM di lingkungan perusahaan serta untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan karyawan dalam pelaksanaan pengendalian mutu. Kedua, Inovasi saat ini bam secara implisit mendukung kinerja usaha. Hal ini disebabkan pada saat membuat suatu inovasi, para inovator tidak langsung mengarahkan tujuan pembuatan inovasi kepada pencapaian indikator kinerja usaha tertentu, melainkan kepada indikator QCDSMR (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan Revenue). Ketig~ Penilaian inovasi belum melibatkan pelanggan. Berdasarkan penelitian terhadap inovasi yang sudah distandarisasi pada tahun 2002 dan 2003, ditemukan hanya 1% dari total inovasi yang penilaiannya melibatkan pelanggan. Keempat, Penilaian inovasi hanya dilakukan sebelum standarisasi. Sedangkan mekanisme untuk mengukur implementasi inovasi tersebut pasca standarisasi Belum ada.
Berdasarkan analisis di atas, tatacara penilaian inovasi ini perlu disempumakan dengan menggunakan 2 (dua) aspek penilaian. Pertama, Aspek penilaian pelanggan dengan menggunakan dimensi kepuasan pelanggan. Pemilihan aspek penilaian ini dengan pertimbangan sasaran dari program perbaikan berkelanjutan adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan. Aspek kepuasan pelanggan meliputi pengukuran 10 (sepuluh) dimensi mutu, yaitu reliability, timelines and convinience, completeness, accuracy, responsiveness, courtecy, accessibility, aesthetics, consistency, dan performance. Dan kedua, Aspek penilaian kinerja usaha, dengan pertimbangan mendukung kebijakan perusahaan dalam memberdayakan inovasi. Aspek penilaian kinerja usaha meliputi 6 (enam) atribut penilaian, yaitu jumlah indikator kinerja usaha yang dipengaruhi, peningkatan kinerja usaha yang terjadi, pengaruh negatif terhadap indikator kinerja lainnya, peningkatan kinerja unit yang menjadi pelanggan internal, efisiensi yang terjadi, dan percepatan proses kerja.
Berdasarkan surat Keputusan Direksi nomor 25/PS.150/CTG-20/2003 tentang Sistem Pengelolaan Inovasi, inovasi saat ini dibagi atas 4 (empat) jenis yaitu temuan bam, rekayasa ulang, standar proses baru, dan kiat manajemen. Oleh karena itu, tatacara penilaian inovasi sebaiknya dibedakan antara keempat jenis inovasi yang ada.
Pengelolaan inovasi pasca standarisasi saat ini di tingkat KANDATEL belum diatur mekanismenya. Oleh karena itu, pada karya akhir ini juga diusulkan penyempurnaan pengelolaan inovasi pasca standarisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengatur mekanisme diseminasi inovasi, melakukan penilaian inovasi pasca standarisasi, melibatkan manajemen dalam mengelola inovasi yang telah distandarisasi, dan meningkatkan komitmen karyawan dan evaluator dalam mengelola inovasi melalui pemberian reward dan kompensasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Jakarta: Salemba Empat, 2007
658.401 2 MUL s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Embun Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sistem pengendalian internal dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR), mulai dari prosedur penyaluran, peran dari pihak terkait, pengendalian fasilitas kredit yang sudah diberikan, hingga pencegahan dan penyelesaian kredit macet (Non Performing Loan). Penelitian ini dilakukan pada Bank BTN Cabang Depok dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penulis mendapat kesimpulan bahwa sistem pengendalian penyaluran KPR yang dilaksanakan Bank BTN Cabang Depok telah berjalan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Selain itu, Bank BTN Cabang Depok telah menerapkan sistem pengendalian manajemen perbankan dengan baik, sehingga penerapannya dapat dijadikan acuan bagi penyaluran KPR oleh Bank Umum lainnya. Namun demikian, Bank BTN Cabang Depok masih dapat meningkatkan kinerjanya melalui optimalisasi penggunaan sistem informasi dan meningkatkan kehati-hatian dalam proses penilaian debitur untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah.

The main purpose of this research is to analyze the control system of mortgage loan distribution, including the distribution procedure, job descriptions of responsible parties, loan control, prevention and resolution of Non-Performing-Loan. The study is conducted in Bank BTN Cabang Depok and using descriptive qualitative method. We could take a conclusion that Bank BTN Cabang Depok has complied the regulation of Bank Indonesia in delivering their mortgage loan. Besides, Bank BTN Cabang Depok has also apllied the control system of banking management. Their practice in mortage loan can be a benchmark for other Banks in the same field. However, there are still room for improvement for Bank BTN Cabang Depok. They may consider to optimizing the usage of information system, and improvement in debtor assessment process to minimize the bad loans. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Rosyidi, Author
"Karya akhir ini bertujuan membantu Prasimax Technology dalam mengembangkan bisnisnya. Perusahaan yang bergerak di bidang embedded system ini memiliki karakteristik target pasar berupa kalangan terdidik, technology minded dan familiar dengan internet. Namun sampai akhir tahun 2004, perusahaan ini masih belum dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi pasar yang ada serta belum dapat menjalin hubungan yang erat dengan para pelanggannya. Perusahaan kemudian memutuskan untuk membangun jalur pemasaran dan layanan melalui media internet agar lebih tepat mengena ke target pasamya. Namun demikian perusahaan belum memiliki suatu perencanruux strategis sistem informasi untuk mendukungnya, padahal resiko yang dihadapi dalam memasuki dunia bisnis via internet cukup tinggi. Oleh karena itu penelitian karya akhir ini memberikan basil berupa rekomendasi rencana strategis sistem informasi untuk dapat diimplementasikan dalam rangka mendukung strategi bisnis perusahaan.
Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan observasi ke perusahaan untuk mengamati langsung, mengambil data dan mendapatkan masukan sebanyakbanyaknya dari para pelaku usahanya untuk kemudian diolah dengan menggunakan metodologi-metodologi dalam ilmu manajemen. Metode yang dipakai dalam karya akhir ini adalah pemetaan strategi dengan strategy map dari Kaplan dan Norton, identifikasi internet business model dari Afuah, penentuan matriks portofolio bisnis internet dari Tjan's, perencanaan sistem informasi empat tahap dari Wetherbe, dan penentuan tolok ukur untuk evaluasi strategi berdasarkan strategy map Kaplan dan Norton.
Pemetaan strategi dilakukan dengan mendapatkan data strategi bisnis perusahaan untuk kemudian digambarkan secara menyeluruh dalam strategy map yang meliputi empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dari strategy map terlihat bahwa target perusahaan untuk meningkatkan laba diharapkan tercapai melalui penambahan pelanggan baru lewat media internet dengan menonjolkan keunggulan perusahaan dalam hal layanan, ketersediaan barang dan jasa, serta reputasi yang baik. Hal di atas dicapai dengan cara memperkuat hubungan dengan supplier sehingga deliveri ke pelanggan lebih cepat, melakukan inovasi layanan-layanan melalui media internet, menjalin hubungan erat dengan pelanggan, serta berperan aktif membangun komunitas embedded system di Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya budaya perusahaan yang berfokus pada kepentingan pelanggan, SDM yang memiliki keahlian untuk menjalankan bisnis online, serta yang sangat penting adalah adanya sistem informasi yang menyediakan aplikasiaplikasi bisnis online yang efektif untuk mempermudah pengadaan barang, pemasaran, penjualan dan manajemen pelanggan.
Penyelarasan sistem informasi kemudian dilakukan dengan mengidentifikasi infrastruktur dan aplikasi-aplikasi pendukung yang dibutuhkan. Aplikasi bisnis pendukung tersebut sangat tergantung pada internet business model yang diambil perusahaan. Dengan menganalisis kompetensi bisnis perusahaan selama ini, maka perusahaan memiliki lima altematif internet business model yaitu online shopping, e-markeplace, content agregator, online service provider dan content creator. Tidak semua internet business model cocok diambil dan diimplementasikan karena mungkin ada yang belum sesuai dengan kondisi perusahaan sekarang. Dengan menggunakan matriks portofolio bisnis internet Tjan's maka didapatkan bahwa online shopping dan content agregator dapat diambil sebagai internet business model perusahaan sekarang, sedangkan untuk internet business model content creator dan online service provider perlu dilakukan penyesuaian dengan cara melakukan edukasi pasar terlebih dahulu. "
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Tarziah
"Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan kinerja dari suatu organisisi. Jika motivasi seseorang tinggi maka kinerja yang dihasilkan pun akan semakin baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah gaya kepemimpinan. Tesis ini membahas tentang pengaruh gaya kepemimpinan (partisipatif, suportif dan direktif) terhadap motivasi (expectancy, instrumentality dan valence)dan kinerja dalam bisnis multilevel marketing di PT CNI.
Untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi dan kinerja dari seorang distributor dilakukan analisis regresi. Akan tetapi sebelumya dilakukan analisa faktor untuk mengetahui indikator penelitian mana saja yang tepat digunakan untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan dan motivasi.
Berdasarkan hasil analisa regresi dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan direktif mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi seorang distributor. Sedangkan gaya kepemimpinan suportif temyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi seorang distributor. Dari hasil analisa regresi juga dapat disimpulkan bahwa motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja yang dihasilkan oleh seorang distributor.

Motivation is one of the factor which can be used to determine performance of the organization. If motivation is higher then performance of the organization will be better. One of the factor which influence motivation is leadership style. This research contains about the influence of leadership style (participate, supportive and directive) to motivation (expectancy, instrumentality and valence) and performance on multilevel marketing PT Citranusa Insancemerlang.
Factor analysis is used to reduce the research indicator into factors which used to determine the construct of leadership style and motivation. Regression analysis then used to examine the influence of leadership style to motivation and performance.
The results shows that participative and directive leadership style have positif influence to motivation while supportive leadership style has no influence to motivation. The last, motivation has positive influence to distributor performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>