Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Bagus Parama Suastawa
"ABSTRAK
Semakin bergairahnya sektor telekomunikasi belakangan ini setelah cukup
terpuruk akibat adanya badai krisis membangkitkan pula industri-industri yang
menunjang sektor telekomunikasi tersebut.
Setelah keterpurukan akibat krisis tersebut lambat laun namun pasti sector telekomunikasi menunjukkan perkembangannya terutama untuk sektor telekomunikasi telepon selular. Hal ini ditandai dengan munculnya operator-operator selular baru yang ikut meramaikan persaingan di bisnis ini.
Kegairahan tersebut diikuti pula oleh industri-industri pendukungnya salah satunya adalah industri tower telekomunikasi. Hal ini disebabkan karena operator-operator tersebut dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang prima kepada para pelanggannya terutama dalam hal kualitas dan kapasitas jaringan, serta jangkauan layanan. Selain tuntutan dari pelanggan, para operator juga dituntut oleh pemerintah sebagai pemberi ijin operasi untuk dapat mencapai jangkauan nasional dalam jangka waktu tertentu. Dan jika hal itu tidak terpenuhi dian cam akan dicabut ijin operasinya.
Kegairahan tersebut dirasakan pula Oleh PT Bukaka Teknik Utama khususnya Unit Bisnis Towemya. Dengan melihat pasar tower yang semakin berkembang untuk beberapa tahun kedepan maka BUKAKA merasa perlu mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada selama ini untuk kemudian dapat menentukan strategi untuk dapat memenangkan persaingan.
Dengan alasan seperti tersebut diatas maka dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan BUKAKA selama ini dibandingkan dengan para pesaingnya, dalam hal ini diambil sebagai pembanding adalah PT Karunia Berea Indonesia (KBI) dan PT Kokoh Semesta (KOKOH). Pemilihan KBI dan KOKOH sebagai pembanding karena selama ini kedua perusahaan tersebutlah yang dianggap mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang sama.
Dan dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui posisi relatif BUKAKA terhadap kedua perusahaan tersebut serta diharapkan pula dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan BUKAKA dibanding dengan pesaing untuk kemudian dapat diambil suatu langkah strategis untuk dapat memenangkan persaingan.
Metode yang digunakan dalam karya akhir ini adalah penelitian kepuasan pelanggan untuk produk Tower Telekomunikasi yang dihasilkan oleh PT Bukaka Teknik Utama dan melakukan pembahasan yang didasarkan pada teori-teori yang terkait dengan Customer Satisfaction. Penelitian ini dilakukan dengan survei langsung pada konsumen BUKAKA melalui wawancara/interview yang menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Daftar pertanyaan yang diajukan mencakup semua kriteria penilaian kineija suatu perusahaan, seperti halnya pelayanan, harga dan pembayaran, kualitas dan spesifikasi produk, delivery/pengiriman dan pelayanan purna jual.
Penelitian ini dibatasi pada produk tower telekomunikasi saja karena dari 3 produk utama yang dihasilkan Unit Bisnis Tower BUKAKA (tower transmisi/listrik, tower broadcast) temyata kedua jenis produk tersebut mempunyai segmentasi pasar atau pengguna dan pesaing yang sangat berbeda, sehingga sulit untuk dibandingkan. Untuk itu hanya dibatasi pada tower telekomunikasi yang cenderung mempunyai pasar dan pesaing yang relatif lebih banyak, maka dalam penyebaran kuesioner dibatasi pada konsumen yang melakukan pembelian tower telekomunikasi saja.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwasannya pesamg utama
BUKAKA adalah KBI dan KOKOH, dimana sebesar 20% dari responden melakukan
pembelian juga ke KBI dan 15% dari responden melakukan pembelian juga ke
KOKOH.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulakan mengenai penilaian konsumen
terhadap hasil kinerja BUKAKA dibandingkan dengan KBI dan KOKOH. Secara
umum dapat dikatakan bahwa kinerja BUKAKA memang masih dibawah kinerja KBI
namun dengan KOKOH, BUKAKA masih lebih unggul.
Beberapa hal yang perlu dicatat dari hasil penelitian ini sebagai kekuatan adalah
kemudahan menghubungi marketing dan mendapat informasi mengenai produk,
penetapan harga yang cukup bersaing dengan harga kompetitor sekelas, dan pelayanan
puma jual terutama dukungan teknisnya. Dan sebagai kelemahan adalah ketidak tepatan
dalam waktu pengiriman barang, jangka waktu (lead time) pengiriman yang masih
lama, kualitas produk yang masih kurang konsisten, kualitas galvanize,
ketersediaan!kelengkapan produk
Hasil penelitian ini juga memberikan beberapa implikasi pemasaran bagi
manajemen BUKAKA. Posisi BUKAKA dalam bersaing dipasar domestik masih cukup
kuat, karena didalam negeri BUKAKA masih merupakan yang terbesar ditunjang
dengan tidak adanya barang subtitusi dan adanya hambatan untuk masuk sebagai
pendatang baru dalam industri ini. Posisi bisnis BUKAKA ada pada posisi "Support an
Aggressive Strategy", untuk itu strategi pemasaran yang sesuai adalah dengan menjual
produk yang ada pada pasar barn ( ekspansi pasar).
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Temmy Febriarto S, Author
"ABSTRAK
Pembahasan dalam karya akhir ini adalah kualitas layanan Bank Mandiri. Analisis kualitas layanan ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Hal ini diperlukan, karena strategi Bank mandiri untuk menjadi consumer banking memerlukan peningkatkan kualitas layanan agar mampu bersaing dengan bank lainnya.
Permasalahannya adalah adanya gap 5 (kesenjangan) antara persepsi pelanggan dan ekspektasi (harapan) pelanggan yang mempengaruhi kualitas layanan. Dimana kualitas layanan terdiri dari atribut- atribut, seperti misalnya reliability, responsiveness, courtesy dan lain sebagainya. Seberapa besar kesenjangan yang ada pada atribut - atribut dalam kualitas layanan. Kesenjangan tersebut dapat menghasilkan kepuasan maupun ketidakpuasan tergantung dari besamya persepsi dan ekspektasi dari tiap - tiap atribut.
Bank Mandiri berairi pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan peraturan peerintah No. 75 tahun 1998 dan Keputusan Menteri Keuangan No 448/KMK.Ol/1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Dan secara efektif beroperasi pada tanggal 31 Juli 1999, em pat bank milik Pemerintah yai tu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut. membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.
Bank Mandiri saat ini dalam pengoperasian praktek perbankan berusaha untuk dapat bersaing dalam skala domestik dan unutk jangka panjang dengan menerapkan prinsip perbankan yang baik akan menuju kearah intemasional, dan manajemen akan menjadikan Bank Mandiri sebagai "The World Class Bank" dalam jangka panjangnya. Segmen pasar yang dikelola adalah segmen retail. Sebagai bank yang bergerak dalam sektor retail, saat ini Bank Mandiri sedang mengadakan pembentukan dan pembenahan dalam rangka penyempurnaan sebgai dasar penunjang yang memperkuat bank dalam mengahadapi persamgan.
Produk - produk perbankan yang dimiliki oleh Bank Mandiri pada garis besarnya terdiri dari simpanan, jasa layanan, kredit dan treasury & internasional. Pengolongan fasilitas layanan produk ini bertujuan untuk dapat memberikan kemudahan - kemudahan dalam melaksanakan transaksi perbankan bagi pelanggan. Dengan banyaknya produk yang dimiliki maka diharapkan keinginan pelanggan dapat terpenuhi.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara penelitian lapangan melalui penyebaran kuisoner terhadap target populasi dengan metode judgmental sampling (non probability sampling). Metode ini dipilih dengan harapan responden dapat mewakili populasi serta menjawab apa adanya untuk menghasilkan respon yang bisa meminimalisasi bias.
Analisis kualitas layanan dengan menggunakan metode SERVQUAL. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Zeitham:l, Parasuraman & Berry peneliti dalam masalah kualitas layanan. Penilaian kualitas layanan dengan metode ini diperoleh dengan jalan menghitung selisih yang timbul dari rating yang diperoleh atas kelompok daftar pertanyaan yang diberikan pada responden, yaitu selisih antara kelompok pertanyaan yang menyatakan harapan pelanggan dan kelompok pertanyaan yang menyatakan mengenai persepsi pelanggan. Dimana nilai servqual (gap5) tersebut untuk masing-masing pelanggan dihitung melalui rumus sebagai berikut: servqua/ score= perception score- expectation score
Untuk mendapatkan servqual score terlebih dahulu harus dihitung perception score dan expectation score. Score ini dapat diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner itu sendiri terdiri dari dua bagian. Satu bagian digunakan untuk mengungkap persepsi responden (28 pertanyaan), sedangkan bagian pertanyaan yang lain digunaka:il untuk mengungkap harapan responden (28 pertanyaan). Pertanyaan yang berjumlah 28 untuk masing-masing merupakan penjabaran dari sepuluh dimensi yang digunakan dalam penelitian SERVQUAL ini dimana kesepuluh dimensi tersebut adalah responsiveness, Reliability, Security, Communication, Tangible, Courtesy, Competence, Access, dan Understanding the customer.
Penilaian kualitas layanan Bank Mandiri untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Hal ini diperlukan, karena strategi Bank mandiri untuk menjadi consumer banking memerlukan peningkatkan kualitas layanan agar mampu bersaing dengan bank lainnya.
Kualitas layanan yang diberikan oleh Bank Mandiri dinilai masih belum memenuhi ekspektasi pelanggan. Ketidakpuasan pelanggan dua terbesar yang bemilai lebih dari minus satu yaitu -1 ,26 ada pada dimensi competence dengan variabel "penyelesaian masalah dengan cepat" dan nilai -1,05 pada dimensi reliability dengan variabel "biaya sesuai dengan layanan".
Sedangkan untuk dimensi lainnya bemilai dibawah satu adalah sudah lebih baik walaupun juga tidak memuaskan pelanggan.
Bisa dikatakan Bank Mandiri kurang memuaskan dalam memberikan layanan kepada pelanggannya. Hal ini dapat menghambat Bank Mandiri untuk mendapatkan loyalitas pelanggannya dan menghambat pencapaian visi perusahaan untuk menjadi bank pilihan.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kitos Gemini Akbar
"Volume pasar kendaraan roda empat atau lebih di Indonesia masih sangat menjanjikan bagi industri otomotif di Indonesia. Ini tentunya mengundang para investor untuk turut meramaikan persaingan di industri otomotif Indonesia. Hal tersebut membuat ATPM sebagai pemegang hak distribusi kendaraan di Indonesia rnemiliki peran strategis dalam industri otomotif untuk menentukan keberhasilan dari produk yang dipasarkan.
Salah satu ATPM yang lahir bersamaan pada masa awal industri otomotif Indonesia adalah PT. Drama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) yang merupakan ATPM kendaraan Mitsubishi. Sejak awal berdirinya hingga saat ini, KTB telah memasarkan kendaraan Mitsubishi dari berbagai kategori, mulai dari kendaraan niaga, kendaraan penumpang sedan, serta kendaraan penggerak roda 4x4. Hingga tahun 2005 KTB memiliki 46 varian produk. Dalam memasarkan varian produk yang banyak tersebut dan juga segmen konsumen tersebar di berbagai wilayah Indonesia, maka KTB bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang berperan sebagai dealer. Hingga tahun 2005 jaringan dealer Mitsubishi di Indonesia mencapai total 144 dealer.
Kondisi - kondisi seperti ini membentuk karakter KTB selaku distributor kendaraan Mitsubishi untuk menggunakan konsep produksi dalam melakukan pemasaran dan penjualan, sehingga memiki kecenderungan untuk fokus dalam upaya mencapai biaya produksi yang effisien dan mass-distribution. Ini di.sebabkan konsumen di Indonesia saat itu, bahkan hingga sekarang di beberapa wilayah, memiliki orientasi terhadap kemudahan mendapatkan produk maupun harga yang murah.
Namun terjadi perubahan status KTB dari PMDN menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) pada tahun 2004. Dimana perubahan tersebut memungkinkan pihak prinsipal lebih leluasa menetapkan strategi hingga tingkat wilayah regional Asia Tenggara. Bahkan dalam upaya meningkatkan skala ekonomis dalam produksi dan suplai produk, KTB memutuskan untuk menutup pabrik perakilan kendaraan penumpang Mitsubishi di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1980. Kondisi ini membuat KTB yang sebelumnya memiliki peranan sebagai perusahaan distributor dan manufaktur, kini terhatas peranannya sebagai distributor kendaraan Mitsubishi, terutama pada jenis kendaraan penumpang.
Oleh sebab itu dengan menggunakan konsep pemasaran fully-distributor membuat tanggung jawab KTB semakin besar dalam penciptaan demand maupun mengembangkan kemampuan dealer dalam melakukan pemasaran yang berkualitas. Konsep ini dapat diimplementasikan KTB dengan melakukan peran aktif dalam pengelolaan jaringan dealer yang ada saat ini. Ini mendorong KTB selaku pihak ATPM memiliki kesempatan yang lebih besar dalam untuk lebih fokus dalam upayanya memasarkan dan mendistribusikan produk melalui jaringan dealer yang ada.
Perubahan peran ini tentunya memerlukan perubahan cara pandang KTB sendiri lerhadap pemasaran produknya. Ini disebabkan karena karakter KTB yang terbentuk selama ini membuat KTB cenderung fokus kepada upaya dalam memastikan kualitas dan kuantitas suplai produknya. Sedangkan upaya dalam menciptakan demand di konsumen maupun pengelolaan hubungan dengan konsumen lebih banyak mengandalkan kemarnpuan jaringan dealer yang ada. Perubahan konsep pemasaran tersebut membuat peran dealer tidak dibatasi hanya pada aspek penjualan saja peranan dealer juga dibutuhkan dalam aspekpemasaran.
Ini disebabkan adanya kebutuhan terhadap saluran pemasaran yang tidak hanya mampu menyalurkan produk ke konsumen di Indonesia yang tersebar secara geografis, namun juga mampu melakukan proses penjualan yang berkualitas. Proses penjualan yang berkualitas ini tentunya juga bagian dari upaya meningkatkan brand image Mitsubishi di mata konsumen, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk kendaraan Mitsubishi.
Pola hubungan bisnis yang ada serta tidak dimilikinya saluran pemasaran alternatif membuat jaringan dealer memiliki posisi tawar yang tinggi dalam upaya KTB melakukan pengelolaan terhadap jaringan dealernya. Oleh sebab itu KTB sebaiknya mencari strategi dalam upayanya memotivasi sekaligus memastikan bahwa jaringan dealernya menjalankan fungsi dan perannya.
Saat KTB menggunakan konsep pemasaran fully-distributor yang menimbulkan adanya perubahan peran dan fungsi KTB maupun jaringan dealer, maka KTB perlu menggunakan strategi yang dapat memberikan dorongan kepada dealer agar dapat tnelaksanakan peran dan fungsinya yang baru tersebut. Ada beragam pilihan strategi yang dapat ditempuh KTB dalam mendorong dealer, namun melihat pola hubungan hisni yang ada saat ini dan tidak adanya suatu dasar yang dapat digunakan bersama dealer dalam melakukan pengembangan kinerja secara bersama-sama, maka KTB dapat mengembangkan strategi motivasi berupa sistem reward dalam melakukan pengelolaan jaringan dealer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Muda Hartawan
"Bermunculannya banyak merek air oksigen dengan harga murah, terutama pada waktu muncul merek super O2, menyebabkan penjualan Clearly Canadian O2 mulai mengalami penurunan. Adalah suatu hal yang menarik bisa terjadi persaingan antara Clearly Canadian O2 yang memiliki segmen premium dengan harga eceran Rp 12.500 dengan air oksigen lain yang harganya jauh lebih murah, misalnya Super O2 Rp 3.850. Adanya penurunan penjualan memotivasi PT. Karunia Segar Utama untuk meningkatkan kinerja pemasaratmya, dan menetapkan target penjualan per bulan sebanyak 5 container, dimana 1 container diharapkan dapat diperoleh dari Jakarta.
Oleh karena itu, karya akhir ini dimaksudkan untuk mengetahui: 1) positioning Clearly Canadian O2 dipersepsikan oleh konsumen saat ini, 2) target konsumen Clearly Canadian O2, 3) positioningstatement Clearly Canadian 02 sesuai dengan target konsumennya dan, 4) program pemasaran yang sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan penjualan Clearly Canadian 02.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa konsumen mempersepsikan Clearly Canadian O2 sebagai produk yang bagus untuk berolah raga & jelas manfaatnya, sedangkan persepsi sebagai produk yang bagus untuk kesehatan hanya sedang-sedang saja. Akhirnya target consumen Clearly Canadian 02 dirumuskan sebagai orang yang aktif berolah raga, memiliki SES A+ dan A, berusia 20-40 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, tidak mau mengeluarkan efort lebih untuk mendapatkan produk yang biasa dikonsumsi dan lebih menyukai membeli produk yang tersedia di tempat olah raga atau di Supermarket. Dari sisi geografis, target konsumen ini tinggal di perkotaan.
Positioning Clearly Canadian O2 dilakukan dengan membandingkan antara ekspektasi olah ragawan terhadap sport drink dengan persepsi consumen Clearly Canadian O2 terhadap produk ini. Dari hasil penelitiatl, diperoleh positioning statement yang sesuai dengan target konsumen Clearly Canadian O2 adalah: Clearly Canadian O2, sport drink yang memberikan manfaat super refreshment dengan oksigen tinggi bagi orang-orang yang sedang benar-benar berolah raga.
Produk Clearly Canadian 02 diupayakan agar manfaatnya tetap terjaga sehingga dapat dirasakan oleh konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bungkus yang dapat melindungi produk dari sengatan sinar matahari, jika dikonsumsi oleh olahragawan yang berolah raga di tempat terbuka dan panas.
Strategi harga yang dipakai adalah strategi premium, yaitu adanya keseimbangan antara harga dengan manfaat. Oleh karena itu perlu ditetapkan harga eceran terendah dan harga eceran tertinggi. Sebaiknya harga dipertahankan pad a range Rp 10.000 sampai Rp 20.000 seperti yang diterapkan saat ini.
Komunikasi ditujukan untuk target konsumen, karena merekalah yang menjadi pengambil keputusan jika ingin membeli produk Clearly Canadian O2. Tujuan komunikasi adalah membangun mrareness, baik untuk produk maupun untuk nama panggilan produk tersebut. Nama yang sebaiknya disosialisasikan adalah Clearly O2 Pesan yang disampikan sebaiknya lebih ke arah rational appeal, yaitu menawarkan manfaat dari produk. Chanel yang digunakan sesuai dengan kategori produk Clearly O2 yaitu fast moving consumer good adalah non personal, bisa melalui iklan above the line maupun below the line, sesuai dengan anggaran yang dimiliki PT. Karunia Segar Utama.
Strategi distribusi yang diterapkan PT. Karunia Segar Utama adalah Strategi selektif, dengan cara membagi wilayah pemasarannya, dan menerapkan push strategy untuk memotivasi distributor dalam melakukan penjualan. Strategi selektif ini sesuai dengan jenis produk Clearly O2 yaitu shopping good, sedangkan push strategy sesuai dengan kondisi awareness produk yang masih rendah serta belum memiliki banyak konsumen loyal.
Akhirnya, diperoleh kesimpulan bahwa Clearly O2 perlu direposisi, target konsumennya adalah orang yang aktif berolah raga dan merniliki SES A+ dan A. Positioning statement yang sesuai adalah sebagai super refreshment dengan oksigen tinggi bagi setiap orang sesudah mereka benar-benar melakukan olah raga. Produk perlu dipertahankan manfaatnya agar dapat dirasakan konsumen, harga dipertahankan pada range Rp 10.000 sampai Rp 20.000, komunikasi ditujukan kepada target konsumen untuk membangun mrareness terhadap produk maupun nama panggilan Clearly O2, dan media yang digunakan adalah non personal, baik a bow the line maupun below the line.
Saran yang diberikan kepada PT. Karunia Segar Utama 1) menetapkan target konsumen Clearly O2 adalah Orang yang aktifberolah raga dan memiliki SES A+ dan A, 2) menetapkan positioning statement Clearly O2 adalah: Clearly O2, sport drink yang memberikan manfaat super refreshment bagi orang-orang yang sedang benar-benar berolah raga, 3) memberikan kantong pembungkus Clearly 02 agar dapat menarik dan melindungi produk pada saat dikonsumsi di tempat yang terkena terik sinar matahari, 4) menetapkan harga eceran terendah Rp 10.000 dan harga eceran tertinggi Rp 20.000, 5) melakukan sosialisasi nama Clearly O2, 6) mengadakan event below the line yang dirancang oleh PT. Karunia Segar Utama dan melakukan promosi above the line menggunakan majalah, 7) melakukan koordinasi dengan para distributomya dalam melakukan program pemasaran.
Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan analisa segmentasi gaya hidup target konsumen secara lebih mendalam agar program bauran pemasaran yang dibuat dapat lebih mendalam lagi."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrie Juliarto, Author
"ABSTRAK
Kebutuhan perumahan merupakan salah satu kebutuhan pnmer manusta. Angka pertumbuhan penduduk yang kian meningkat membuat kebutuhan akan perumahan juga meningkat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, baik melalui lembaga/ instansi pemerintah maupun mengajak pihak swasta untuk ikut berpartisipasi membangun perumahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing golongan masyarakat. Peluang ini tentu saja merupakan tambang emas sehingga banyak pengusaha yang ingin menggarap sektor tsb. Mereka berupaya mencari laban yang tidak jauh dari Jakarta untuk dikembangkan menjadi lingkungan perumahan bahkan menjadi suatu kota yang cukup lengkap. Upaya untuk dapat mewujudkan hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan apalagi sejak krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1997. Banyak pen gem bang yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu untuk melunasi hutangnya kepada lembaga perbankan. Sebetulnya telah banyak usaha yang dilakukan oleh beberapa pengembang seperti penjualan dengan diskon besar sampai berhadiah peralatan rumah tangga, namun itu semua tidak berarti karena upaya-upaya tersebut hanya bersifat untuk bertahan dan tidak mampu mengimbangi tekanan inflasi yang pada akhimya mengakibatkan rendahnya daya beli konsumen.
Tersendatnya kredit untuk kontruksi yang dikeluarkan oleh perbankan dan tingginya suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah sebagian contoh yang ikut mempercepat kejatuhan sektor properti termasuk pengembang perumahan dengan segmen pasar golongan menengah ke atas. Banyak pengembang yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu untuk melunasi hutangnya kepada lembaga perbankan. Tidak sedikit pengembang yang mulai mengurangi pembangunan rumah jadi mengingat daya beli masyarakat yang mulai menurun dan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan perusahaan dengan tujuan efisiensi biaya. Dengan meningkatnya angka PHK maka sudah pasti mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk dapat membeli rumah. Kondisi seperti ini memaksa pengembang untuk mencari strategi agar dapat bertahan dari kondisi yang semakin memburuk. Beberapa pengembang sudah mulai menghentikan aktivitasnya, namun dibalik itu masih terdapat pengembang yang masih dapat bertahan karena menggunakan startegi pemasaran yang tepat untuk menyiasati situasi yang tidak pasti. Salah satu pengembang yang berhasil untuk bertahan dan tetap menjalankan aktivitas usahanya adalah PT. Delta Kirana dengan proyeknya yang diberi nama Perumahan Taman Galaxi Indah.
PT. Delta Kirana sebagai pengembang dinilai telah berhasil menerapkan strategi pemasarannya karena perusahaan telah berhasil untuk bertahan dari krisis moneter yang melanda pada tahun 1997 dan bahkan mampu memperluas pengembangan areal Perumahan Taman Galaxi Indah. Keberhasilan PT. Delta Kirana tidak hanya terlihat dari kemampuan untuk melalui masa krisis ekonomi sejak tahun 1997, namun terbukti dari tingkat kepuasan yang dirasakan oleh penghuni perumahan Taman Galaxi Indah sebagai konsumen dari produk PT. Delta Kirana. Dari penelitian ini diketahui bahwa faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam keputusan pembelian dan fasilitas yang diharapkan oleh penghuni telah dimiliki oleh perumahan ini. Pada penelitian ini kepuasan penghuni di ukur dengan cara membandingkan harapan (ekspektasi) dengan kenyataan (persepsi) yang diperoleh konsumen.
Permasalahan yang akan penulis coba untuk teliti adalah tingkat kepuasan penghuni Perumahan Taman Galaxi Indah yang berlokasi di wilayah Bekasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pemilihan rumah tinggal, mengidentifikasi fasilitas-fasilitas yang diharapkan dari pengembang dalam pemilihan rumah tinggal dan untuk mengetahui tingkat kepuasan penghuni pada perumahan Taman Galaxi Indah. Penelitian akan difokuskan kepada penghuni perumiihan yang mayoritas berasal dari kelas menengah keatas dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh 35 responden kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Penulis akan mencoba meneliti Segmentation, Targeting dan Positioning dari Perumahan Taman Galaxi Indah dan strategi pemasaran yang digunakan serta penerapannya oleh pengembang yang dipandang dari sudut bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, promotion dan distribution sehingga mampu bersaing dengan pengembang lainnya dikawasan Bekasi.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa (1) perumahan telah dapat memuaskan konsumennya, hal ini karena terdapat kesesuaian antara ekspektasi dan persepsi konsumen dalam memutuskan pembelian. Ekspektasi yang diharapkan adalah lingkungan yang bebas banjir, bersih dan tertata serta tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap. Konsumen bahkan mendapatkan lebih dari yang diharapkannya yaitu kenyataan bahwa. Lokasi perumahan yang strategis. (2) Adanya keinginan penghuni untuk melakukan pembelian ulang apabila memiliki kesempatan dan dana yang cukup (3) Adanya kemauan konsumen untuk merekomendasikan kepada orang lain. Sedangkan yang perlu menjadi perhatian pengembang adalah (4) kepuasan terhadap pelayanan masih lebih rendah dibanding kepuasan terhadap produk. Untuk itu pengembang harus meningkatkan pelayanan kepada penghuni, baik dalam bentuk layanan pemeliharaan setelah pembelian, sampai menindaklanjuti keluhan-keluhan penghuni.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Charlie vd, Author
"ABSTRAK
Latar belakang dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk: mencoba melihat bagaimana dampak perubahan desain bentuk Volvo yang terbaru di mata konsumen apakah mempunyai respon yang baik atau malah sebaliknya, karena jika ingin mencapai tingkat penjualan yang baik tidak akan bisa lepas dari bagaimana image suatu produk itu di mata konsumen. Selain itu juga penulis mencoba melakukan analisis terhadap beberapa media yang dapat digunakan sebagai alat promosi bagi Volvo di Indonesia sehingga hasilnya dapat diketahui media apa yang paling tepat digunakan untuk melakukan ajang promosi Volvo terbaru.
Sebagai salah satu produsen mobil mewah yang telah lama mengembangkan sayapnya di Indonesia Volvo berusaha merubah image nya yang lama yang cenderung mempunyai image yang kurang cocok dengan pasar kendaraan mewah di Indonesia. Perubahan image ini terlihat dari perubahan desain dari bentuk mobil Volvo paling baru seperti sedan Volvo 840, S60 dan S80 serta SUV Volvo. Varian mobil keluaran Volvo ini diluncurkan sejak tahun 2000 serentak di seluruh negara di dunia. Munculnya varian mobil Volvo terbaru ini tidak lepas dari pengaruh Ford Motor Amerika yang semenjak tahun 2000 resmi mengakuisisi Volvo Swedia. Dengan masuknya Ford membawa nafas segar bagi Volvo termasuk: memberikan pengaruh pada desain mobil Volvo terbaru.
Desain yang lebih halus dan aerodinamis sangat nampak pada desain mobil Volvo terbaru, bentuk kotak dan kaku yang dahulu menjadi ciri khas Volvo sudah mulai ditinggalkan. Selain bermain di kelas sedan semenjak era 2000 Volvo mulai bermain di kelas kendaraan SUV yang pada saat ini sedang trend sehingga jelas terlihat Volvo kini sudah mulai bisa mengikuti trend mobil yang sekarang ini sedang diminati bukan hanya dari segi bentuk tapi juga dari segi pilihan produk bagi konsumen.
Dengan desain bentuk yang baru diharapkan dapat mengangkat tingkat penjualan dan market share Volvo di Indonesia terutama di kelas mobil mewah. Target peningkatan penjualan hingga 40% pada tahun 2005 ini yang telah diproklamirkan pihak petinggi manajemen Volvo di Indonesia serta Indomobil kiranya masih manjadi tanda tanya apakah Volvo mamapu memenuhi targetnya itu dikarenakan pesaing-pesaing terdekatnya seperti Mercedes Benz, BMW, Jaguar dan Audi juga tidak kalah gencar untuk merebut pasar dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah mereka raih.
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap image dari bentuk desain mobil Volvo terbaru diperoleh hasil bahwa temyata mayoritas responden menyukai bentuk yang baru dari mobil Volvo. Mereka cukup senang dengan perubahan yang ada walaupun pada beberapa hal belum dimiliki oleh Volvo jika dibandingkan dengan pesaing terdekatnya. Hal yang paling mendasar mengapa tingkat penjualan Volvo masih jauh dari yang diharapkan walaupun hasil analisis yang ada menunjukkan hasil yang baik adalah dikarenakan kurangnya informasi yang bisa didapat oleh konsumen yang disebabkan belum maksimalnya pemanfaatan media promosi yang ada untuk memperkuat promosi mereka untuk menciptakan image yang diinginkan di benak konsumen serta memperkuat brand awarenes. Masih adanya anggapan di kalangan top manajemen Volvo yang mengatakan untuk mobil sekelas Volvo tidak memerlukan media promosi seperti televisi
atau radio juga menjadi penyebab kurang maksimalnya kegiatan promosi mereka.
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadi.kan sebagai masukan dalam melakukan kegiatan promosi baik dari segi bauran pemasaran yang sudah dan akan dilakukan juga pada strategi promosi yang sedang dan akan dilakukan karena untuk sebuah produk baik itu produk barang atau jasa, mahal ataupun ekonomis, lokal maupun import semuanya tidak akan dapat sukses di pasaran jika tidak didukukung oleh kegiatan promosi baik itu above the line maupun below the line yang baik dan konsisten.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Kusnandar, Author
"ABSTRAK
Sejak masuknya Toko Buku Gramedia di industri ritel buku di Indonesia pada tahun 1970, hal ini mendorong persaingan yang semakin ketat diantara para peritel buku. Sekarang ini sudah banyak sekali gerai - gerai toko buku yang dibuka seantero tanah air seperti Toko Gunung Agung, Kharisma, Spectra, Kinokuniya, QB dan sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan Negara Indonesia di berbagai sector.
Memasuki tahun 2000 di Indonesia khususnya di Jakarta mulai banyak berdiri toko buku-toko buku yang mengkhususkan pada produk buku impor. Sebut saja QB World, Kinokuniya, Aksara dan sebagainya. Berdirinya toko buku - toko buku ini membuat persaingan produk buku impor semakin ketat. Toko Buku Gramedia juga menyediakan produk buku impor bahkan Gramedia mempunyai divisi sendiri untuk menangani produk buku impor. Hal ini menunjukkan bahwa pasar buku impor masih luas dan pasar buku impor masih menjanjikan omset yang besar serta pertumbuhan yang signifikan.
Menjadi suatu hal yang ironis ketika pada tahun 2004 produk buku impor di Gramedia mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dapat diakibatkan banyak hal seperti persaingan semakin ketat, konsep Toko Buku Gramedia yang kurang jelas khususunya dalam memasarkan buku impor, ketersediaan produk yang tidak tepat dan sebagainya. Dibutuhkan suatu analisa yang komprehensif untuk memecahkan masalah ini salah satunya adalah analisa dari sisi Brand Equity.
Pemasaran saat ini merupakan pertempuran persepsi dan membangun persepsi ini dapat dilakukan melalui analisa Brand Equity terhadap merek suatu produk. Sangatlah tidak mudah bagi produsen atau peritel dalam membangun mereknya, mulai dari tahap menancapkan Brand awareness sampai loyalitas mahasiswa MM UI terhadap suatu merek sehingga bias membuat mayoritas target pasamya menjadi commited buyer. Atas dasar itulah penulis mengadakan penelitian terhadap Brand Equity dari produk buku impor Toko Buku Gramedia sehingga dapat menguasai pangsa pasar di Indonesia melalui pengukuran Brand awareness, perceived quality, brand loyalty dan brand association dari Toko Buku Gramedia.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa Toko Buku Gramedia berhasil menduduki posisi kedua dalam hal awareness, hal ini berarti produk buku impor Toko Buku Gramedia paling diingat kedua setelah QB World yaitu sebesar 22%. Hal ini disebabkan karena jaringan Toko Buku Gramedia sekarang ini paling banyak sehingga walaupun Toko Buku Gramedia lebih banyak buku lokal namun temyata mahasiswa MM UI cukup mengenal baik buku impor di Toko buku Gramedia.
Dilihat dari Brand loyalty, yaitu tingkat kesetiaan konsumen bila belanja buku impor di Toko Buku Gramedia maka 51% mahasiswa MM UI tidak memperhatikan nama took bukunya ketika berbelanja buku impor. Selain itu sebesar 23% mahasiswa MM UI memilih angka 5 (Skala 1 - 10) dalam hal kemungkinan memilih Toko Buku Gramedia dalam berbelanja buku impor, lalu sebesar 19% memilih angka 3 hal ini berarti Toko Buku Gramedia bukan menjadi pilihan utama dalam membeli buku impor. Sementara itu sebesar 27% mahasiswa MM UI memilih angka 7 (skala 1- 10) dalam hal kemungkinan berbelanja buku impor selain ke toko buku Gramedia.
Mengenai perceived quality, kelengkapan buku dan harga yang kompetitif dirasa kurang oleh mahasiswa MM UI, selain itu program diskon dan pelayanan kasir/pramuniaga dianggap belum bisa memenuhi harapan bila dibandingkan dengan pesaing.
Untuk Brand association, buku impor di Toko Buku Gramedia mempunyai asosiasi tidak lengkap dan mahal. Khusus untuk asosiasi toko buku mahal sebenarnya hal ini banyak disebabkan harga produk- produk diluar buku yang dijual di TB Gramedia. Produk- produk tersebut misalnya printer, kamera, mesin fax dan sebagainya. Karena harga - harga produk tersebut relative tinggi maka hal ini berimbas pada Brand association Toko Buku Gramedia secara keseluruhan. Bila dibandingkan dengan toko buku lain harga buku di toko buku Gramedia relative standar terlebih banyak supplier yang mendistribusikan bukunya ke Toko Buku Gramedia merupakan suplier atau penerbit dari Gramedia Group. Sementara itu untuk buku tidak lengkap sampai saat ini manajemen Toko Buku Gramedia masih mempunyai masalah dalam hal kecepatan informasi perkembangan buku impor sehingga rata - rata buku laris banyak yang mengalami keterlambatan dan akibatnya konsumen kecewa karena buku
yang dicarinya tidak bisa didapatkan di Toko Buku Gramedia.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Pramita Wahyu Y.
"Komik terjemahan luar negri dari Jepang adalah yang mendominasi dan menjadi market leader pada saat ini. Seperti yang di muat dalam Koran Tempo bahwa saat ini pasar komik di Indonesia didominasi oleh komik-komik terjemahan dari Jepang, manga. Komik Indonesia yang diterbitkan oleh PT Gramedia ada pada posisi market nichers. Dari penelitian yang dilakukan, mengangkat kasus pemasaran komik di indonesia dengan studi kasus pada studi komparasi komik terjemahan Jepang dengan komik Indonesia di PT Gramedia, terungkap bahwa komik terjemahan jepang memiliki beberapa keunggulan dari beberapa faktor.
Kesimpulan akhimya adalah ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa komik terjemahan Jepang dapat menjadi market leader, dibandingkan dengan komik Indonesia adalah, pertama karena perbedaan kualitas dari kedua komik tersebut yang dilihat komik sebagai media hiburan secara keseluruhan. Yang kedua adalah perbedaan dalam berpromosi secara intern yang telah dilakukan oleh PT Gramedia untuk kedua komik tersebut dari sisi informasi yang dibutuhkan dan nilai bagi konsumen komik. Dan secara ektemal secara tidak langsung dengan adanya anima pada tahun 1982 dan penayangan serial animasi secara nasional juga memberikan pengaruh pada penjualan komik yang bertemakan Jepang. Selain itu juga didukung dengan merchandise karakter komik terjemahan jepang yang scat ini mudah dijumpai di pasar.
Signifikansi akademis jawaban analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran komik di Indonesia yang ditinjau dengan konsep 4P. Dengan uraian pertama yaitu produk dimana perbandingan secara mendetail mulai dari proses produksi hingga kekuatan produk tersebut sebagai media hiburan. Komparasi harga yang terkait dengan proses produksi dan sumber daya. Promosi untuk produk yang dirancang secara sengaja oleh internal perusahaan untuk mendukung produk terkait maupun secara eksternal yang secara tidak lansung mendukung promosi produk, dan yang terakhir adalah ternpat Asumsi tentang komparasi yang telah dilakukan oleh penulis dapat menjadi input untuk penelitian selanjutnya.
Sedangkan Signifikansi praktis output penelitian sebagai masukan dalam memproduksi komik dengan memperhatikan konsep produk yang sangat essensial dengan acuan komik adalah sebagai media hiburan untuk konsumsi masyarakat. Sebagai masukan dalam merancang hal terkait untuk mempromosikan produk komik baik secara internal perusahaan dan eksternal dengan asumsi yang perlu dibuktikan lebih Ianjut."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Evi Donna
"Sejak dikeluarkannya Keppres No 21/2001, yang mengakhiri monopoli Pertamina di pasar oli nasional, maka berbagai merek oli terkemuka dunia mulai memasuki pasar Indonesia. Salah satu perusahaan yang bersaing di pasar oli nasional adalah PT Caltex Oli Indonesia yang memiliki daerah opearasional di wilayah Sumatera yaitu wilayah Riau Daratan. Perusahaan ini memproduksi oli kendaraan roda 4 ringan yaitu Havoline Energy Caltex Oli yang terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu Havoline Energy yang merupakan oli sintetis yaitu semi sintesis dan fully sintetis.
Kedua produk diatas kurang mendapat sambutan dipasaran. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk mengkaji lebih dalam bagaimana brand image dari Havoline Energy Oli di wilayah Riau Daratan. Adapun fokus penelitian lebih ditujukan kepada bagaimana brand loyalty, perceived quality, brand awareness dan brand assosiation dari Havoline Energy Oli di wilayah Riau Daratan serta bagaimana implikasinya dalam strategi pemasaran.
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan cara menyebarkan qustioner di wilayah Riau Daratan. Responden yang diambil adalah yang pernah menggunakan minimal 1 kali Havoline Energy.
Hasil penelitian untuk untuk Brand Loyalty maka loyalitas konsumen yang terbesar disebabkan oleh kepuasan akan produk dengan prosentase satisfied buyer sebesar (64.271%) dari total responden. Hal ini berarti bahwa konsumen sudah merasa puas dengan produk Havoline Energy oli. Sedangkan prosentase paling tendah adalah pada switcher atau price buyer (8.333%). Artinya dalam membeli oli Havoline Energy alasan konsumen bukanlah terletak pada harga melainkan faktor-faktor lain seperti yang seperti kemudahan memperoleh, mutu terjamin, atribut sesuai dengan kebutuhan mesin, iklan menarik dan lain-lain.
Untuk perceived quality maka sebagian besar konsumen yaitu sekitar 52.38% mengatakan bahwa kualitas Havoline Energy Caltex Oli berada jauh diatas kualitas yang diharapkan oleh konsumen. Sedangkan golongan kedua sebanyak 27.38% menyatakan kualitas oli sama dengan kualitas yang diharapkan konsumen. Adapun golongan ketiga sebanyak 20.23 % menyatakan kualitas oli berada dibawah kualitas yang diharapkan konsumen.
Untuk brand association maka sebanyak 26% reponden memiliki asosiasi bahwa Havoline Energy Caltex Oli sebagai oli yang mahal walaupun demikian, sebanyak 40% (22%+ 18%) responden berpendapat bahwa Havoline Energy adalah oli dengan kualitas bagus dan mutu terjamin. Dari uraian diatas terlihat bahwa sebenamya tidak terjadi gap antara positioning oli yang telah ditetapkan oleh perusahaan Caltex dengan asosiasi terhadap Havoline Energy oli yang hadir dibenak konsumen. Sehinggga dapat dikatakan bahwa Havoline Energy oli telah diposisikan dengan tepat dan sudah melekat dibenak konsumen.
Untuk Brand Awareness maka konsumen oli daerah Riau telah mengetahui keberadaan Oli Havoline Energy (20%), terbukti dengan merek tersebut menduduki posisi puncak dalam hal merek yang paling diingat dalam benak konsumen. Berhasilnya Havoline Energy Caltex Oli berada pada posisi Top of Mind di wilayah Riau daratan tidaklah mengherankan mengingat bahwa perusahaan minyak Caltex sendiri sudah beratus tahun berada di wilayah ini, sehingga masyarakat sudah mengenal produk dan hal-hal lain sehubungan dengan PT Caltex Pacific Indonesia dan PT Caltex Oli Indonesia sebagai bisnis unitnya.
Adapun saran yang diberikan berdasarkan kesimpulan diatas adalah implikasi pada strategi pemasaran oli Havoline Energy di daerah Riau Daratan, yaitu dengan cara lebih memfokuskan strategi pemasaran ke kelompok; Pria, usia lebih dari 40 tahun, Latar belakang pendidikan tinggi, kelas pekerja dengan SES level A/A+ (pengeluaran/bulan Rp.3-Rp 8 jt) dan sangat mengikuti anjuran dari bengkel atau showroom mobil dalarn penentuan merek oli yang dipakai.
Adapun positioning yang tepat untuk Havoline Energy oli berdasarkan gabungan antara telaah dan basil survey adalah "Oli sintetik kelas atas yang memiliki kualitas terbaik dan mutu prima" (The highest class of Sintetic Lubricant with good quality and outstanding performance).
Untuk strategi harga, karena pasar oligopoly maka sebaiknya tidak menaikkan harga apabila pemain lain tidak menaikkan harga. Alasan lain adalah Caltex Havoline sudah diasosiasikan sebagai oli mahal. Sedangkan strategi distribusi adalah memastikan setiap oli tersedia di oli dan bengkel, membina hubungan yang baik dengan dealer mobil dan bengkel sehingga terjalin kerjasama yang menguntungkan dimana dealer dan bengkel dapat bertindak lebih proaktif dalam menjaring customer. Terakhir, untuk strategi promosi adalah melalui Word Of Mouth karena terbukti cara ini cukup effisien didalarn memasarkan Caltex Havoline Energy, menjalin partnership dengan para montir, memberikan sample gratis seperti free trial dan melalui komunikasi pemasaran secara terus menerus serta menanamkan citra kualitas oli yang baik dan mutu terjamin dibenak kustomer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Seftiariski, Author
"ABSTRAK
Pertumbuhan produk di pasar begitu besar sehingga menyebabkan tingkat persaingan begitu tinggi. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen dengan berbagai strategi dan program pemasaran guna meningkatkan profitabilitas. Tiap perusahaan harus bisa menciptakan ekuitas merek yang kuat agar bisa menghadapi pesaing. Aktifitas bauran pemasaran yang terintegrasi dipercaya oleh para ahli dapat meningkatkan ekuitas suatu merek.
Pada industri minuman ringan, tingkat persaingan begitu tinggi dan terdiri dari begitu banyak pelaku yang mengeluarkan banyak varian produk. Pasar minuman berkarbonat sangat berpotensi. Nilai pertumbuhan rata-rata mencapai 28,5% dengan nilai pasar Rp. 2.682,3 milyar. Potensi pertumbuhan industri dan nilai pasar yang begitu besar mendorong setiap pelaku usaha pada industri untuk meraih pangsa pasar yang sebesar-besamya.
PT X merupakan salah satu pelaku pada industri minuman ringan. Perusahaan ini merupakan multinational company dengan cabang perusahaan yang tersebar di 170 negara dan produk minuman ASD yang tersebar di 200 negara diseluruh dunia. Selain penghasil minuman perusahaan ini juga memiliki produk makanan ringan yang menjadi pemimpin pasar pada kategorinya. PT X termasuk 5 besar perusahaan dunia pada industri makanan dan minuman.
Tingginya ekuitas merek ASD secara dunia serta kreativitas pelaksanaan bauran pemasaran PT X pusat menjadi stimulus diadakannya penelitian ini. Para ahli mengatakan bahwa aktifitas bauran pemasaran terbukti efektif dalam membentuk dan membangun ekuitas merek suatu produk.( Bonghee Yoo, Naveen Donthu dan Sungho Lee, 2000). Pada penelitian ini akan diteliti pelaksanaan aktifitas bauran pemasaran yang dilakukan PT X Indonesia serta dampaknya terhadap ekuitas merek ASD. Elemen bauran pemasaran yang diteliti meliputi persepsi harga, persepsi intensitas iklan, persepsi intensitas distribusi, dan persepsi price deals. Sedangkan elemen persepsi brand equity yang diteliti meliputi persepsi perceived quality, persepsi brand awareness/ brand association dan persepsi brand loyalty. Elemen brand equity yang digunakan berdasarkan pengembangan konsep brand equity yang ditetapkan oleh Aaker
(1991).
Metode penelitian yang digunakan adalah Structural Equation Modelling. Dengan metode ini akan dilihat pengaruh setiap elemen variabel endogen (marketing mix) terhadap variabel eksogen baik secara langsung maupun tidak langsung.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif verikatif artinya penelitian dilakukan melalui proses pengamatan dilapangan dan melakukan pengujian hipotesis sebanyak 16 buah. Sampel yang diambil sebanyak 200 responden dengan wilayah penelitian hanya pada kota Jakarta. Pengambilan jumlah sampel dengan menggunakan structural sampling (Taroyame, 1994:38) disesuaikan dengan proporsi jumlah penduduk kota Jakmia yang dikalikan dengan jumlah total sampel. Pemilihan responden akhir dengan menggunakan screening terlebih dahulu bahwa responden pemah mengkonsumsi produk ASD dan selanjutnya dengan menggunakm1 judgemental sampling dimana responden dipandang layak oleh peneliti untuk memberikan pendapatnya dalam penelitian ini. Responden yang diambil adalah para remaja dan dewasa muda dengan kisaran umur 17-30 tahun. Pemilihan ini disesuaikan dengan target market yang dituju oleh perusahaan.
Pada penelitian ditemukan bahwa persepsi intensitas iklan tidak supported dalam menciptakan loyalitas merek. Hal ini sejalan dengan rendahnya aktifitas periklanan yang dilakukan oleh PT X. Selain itu pada penelitian ini terdapat 3 buah hipotesis yang ditolak yakni semua hipotesis yang berhubungan dengan persepsi price deals. Jika teori yang diungkapkan obh para ahli mengatakan bahwa price deals berkorelasi negatif terhadap perceived quality, brand awareness dan brand equity pada kasus merek ASD di Indonesia, seluruh aktifitas price deals temyata memiliki korelasi positif terhadap variabel-variabel tersebut. Pacta penelitian ini juga ditemukan bahwa persepsi intensitas distribusi memiliki nilai pengaruh paling besar dibanding dengan variabel elemen pemasaran lainnya. Hal ini sejalan dengan tingginya aktifitas penyebaran produk yang dilakukan oleh perusahaan.
Rekomendasi yang dibangun berdasarkan hasil penelitian meliputi variabel persepsi intensitas iklan, persepsi price deals, dan persepsi intensitas distribusi. Intensitas iklan yang rendah perlu ditingkatkan efektifitasnya agar bisa memaksimal penyampaian pesan pada konsumen. Perusahaan perlu mensiasati dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi yang lebih segmented dibanding media televisi sepetii event, radio, internet, maupun media cetak untuk segmen remaja. Pada varibel persepsi price deals, perusahaan disarankan untuk menggunakan bentuk-bentuk sales promotion lainnya yang lebih kreatif seperti game, undian, atau hadiah langsung guna menghindari persamgan harga dengan pesaing. Pada variable persepsi intensitas distribusi direkomendasikan pada perusahaan untuk menerapkan horizontal marketing system maupun multichannel marketing system. Penggunaan kedua sistem distribusi ini akan membantu perusahaan untuk meningkatkan availability produk di pasar sehingga dapat meningkatkan utilitas konsumen dari sisi waktu dan tempat."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>