Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martunus Haris
"ABSTRAK
Pada dasarnya persediaan atau inventory dimaksudkan untuk
menghindari kemacetan operasi baik produksi ataupun penjualan,
Pentingnya persedjaan bila ditinjau dan Segi operasional.
merupakan hal yang mutlak bagi hampir semua jenis industri
terutama dalam operasi yang mementingkan kontinunitas.
Operasi perminyakan di Indonesia dilaksanakan dengan
menggunakan bentuk Kontrak Production Sharing (KPS) yang
sesuai dengan Undang?undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
(Pertamina) Pasal 12 yaitu mengadakan kerjasama dengan pihak
lain dalam rangka pencarian, pengeboran dan produksi minyak dan
gas bumi.
Manajemen persediaan untuk KPS Pertamina ini tidak dapat
lepas dari karakteristik barang untuk keperluan operasional
yaitu :
- Barang-barang untuk operasi pengeboran (drilling).
- Barang-barang untuk operasi produksi.
Barang-barang untuk keperluan operasi produksi umumnya
berupa suku cadang mesin-mesin serta barang-barang penunjang
kelancaran operasi seperti bahan kimia. Barang?barang ini tidak
secara langsung mempunyai korelasi dengan output (crude oil)
tapi dapat mempengaruhi jalannya operasi.
Pola penyediaan barang dapat dianggap ?independent demand?
sehingga dapat dianalisa dan dapat dilaksanakan dengan
menggunakan model-model persediaan yang ada.
Model model untuk Dynamic-Certain merupakan model dasar
untuk pengelolaan persediaan yang dibuat berdasarkan keadaan
untuk mengatasi masalah-masalah :
- Kapan kita harus membuat atau membelj suatu barang ?
- Berapa banyak yang harus kita beli atau dlbuat ?
liga model dasar yang dapat digunakan adalah :
- Economic lot size model
- Fixed time replenishment model
- Optional replenishment model
Model?model serta formula pengelolaan persediaan yang
digunakan oleh beberapa KPS Pertamina hampir semua KPS
Pertamina tidak menggunakan model EOQ (Economic Lot Size)
karena berbagai alasan Paling tidak ada tiga alasan mengapa
model EOQ tidak digunakan oleh kebanyakan KPS Pertamina yaitu
alasan teoritis, finansil dan operasionil.
Penerapan model Fixed Time Replenishment? merupakan
alternatif optimal untuk KPS-KPS Pertamina. Dengan periode
pemeriksaan satu bulan sekali. model ini mempunyai keuntungan
yang sarna dengan model optional replenishment yaƬtu tidak
diperlukan parameter biaya-biaya.
Untuk dapat mendukung terlaksananya manajemen persediaan
yang effektif diperlukan perangkat lunak yang mempunyai
karakteristik :
1. Mampu melayani seketika keperluan barang untuk operasi
produksi pada tingkat pelayanan yang ditetapkan oleh manejemen.
2 Mampu menekan biaya Operasional pengelolaan persediaan
dengan cara menekan biaya-biaya :
- pembelian barang untuk persediaan.
- Biaya pergudangan baik untuk barang-barang aktif maupun
barang?barang yang tak hergerak (slow moving & dead stock).
3. Mampu memberikan informasi yang akurat baik pada tingkat
operasjional maupun tingkat manajemen mengenai keadaan barang
yang ada dalam persediaan.
Alternatif pilihan model & formula dipengaruhi oleh
kondisi operasional perusahaan dan kebijaksanaan yang
digariskan oleh perusahaan mengenai manajemen persediaan.
Aspek finansil operasi perminyakan rnenyebabkan manajemen
KPS melihat biaya pembelian barang-barang persediaan sebagai
bagian dan biaya operasional yang akan segera dimintakan
kembali (cost?recovery), karena itu diusahakan agar biaya
tersebut tidak mempengaruhi biaya produksi minyak (per barrel)
dengan cara biaya tersebut harus dibebankan secara merata.
Dalam proses pemllihan formula dan model untuk KPS
Pertamina (khususnya ARII) perhatian lebib diarahkan kepada
pemenuhan persyaratan-persyaratan diatas, yaitu dengan
menghindari biaya pembelian yang fluktuatif. memperbaiki
tingkat pelayanan (service level), memperpendek lead time serta
menekan biaya?biaya operasional."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsamara Ikhsani Syaamila
"Laporan magang ini membahas tentang sengketa pajak Bentuk Usaha Tetap ldquo;BUT rdquo; ABC selaku kontraktor Production Sharing Contract ldquo;PSC rdquo; , keterkaitannya dengan pemenuhan peraturan perpajakan mengenai proses penyelesaian sengketa pajak di Indonesia, serta asas lex specialis atas ketentuan perpajakan dalam PSC sebagaimana diatur dalam Pasal 33A Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap BUT ABC, pemeriksa pajak menghitung biaya Home Office Overhead ldquo;HOO rdquo; dan Secondee Reimbursement ldquo;SR rdquo; sebagai objek PPh Pasal 26 dan PPN atas Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean. Sedangkan mengacu pada PSC yang berlaku, kewajiban perpajakan BUT ABC hanyalah terbatas pada pajak penghasilan dan Branch Profit Tax sehingga PPN terutang sebagaimana disengketakan bukan merupakan kewajiban dan tanggungan BUT ABC. Selain itu, berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-604/MK.017/1998, pajak atas HOO dan SR sebagai biaya yang timbul dari kantor pusat seharusnya ditanggung pemerintah. Namun, karena kekosongan hukum rechtsvacuum, maka terkait apakah pajak ditanggung atau tidak ditanggung pemerintah masih menjadi perselisihan.

This internship report aimed to analyze the tax dispute of Bentuk Usaha Tetap ldquo BUT rdquo ABC as Production Sharing Contract Contractor, its correlation with the compliance of tax regulations on tax dispute resolution process in Indonesia, and the lex specialis principle of the taxation provisions in PSC as stipulated in Article 33A of Indonesian Law Number 36 Year 2008. Based on the tax audit conducted on BUT ABC, tax inspector calculated the cost of Home Office Overhead ldquo HOO rdquo and Secondee Reimbursement ldquo SR rdquo as tax objects of Article 26 Income Tax and VAT on The Utilization of Taxable Services from Outside Custom Area. This corrections conflict the applicable PSC which implied that tax obligation of BUT ABC is limited to income tax and Branch Profit Tax, so that VAT due as disputed is not a liability and dependant of BUT ABC. In addition, based on the Letter of Minister of Finance Number S 604 MK.017 1998, tax imposed on HOO and SR costs incurred by the head office should be borne by the government. However, due to the legal vacuum, whether the tax is borne by the government or not is still a dispute."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sulistyaningsih
"Manajemen kas merujuk pada aspek keuangan yang terkait pengumpulan, pengelolaan, dan penggunaan dari kas. Manajemen kas juga menilai likuiditas pasar, arus kas, dan investasi, serta bertanggung jawab untuk menyiapkan strategi pendanaan untuk membiayai kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses manajemen kas pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) usaha minyak dan gas bumi di Indonesia dan menggunakan studi kasus di Perusahaan XYZ. Berbentuk joint-venture, XYZ memiliki keunikan dari segi struktur modal, kebijakan keuangan, dan investasi sehingga berbeda dari teori-teori manajemen kas pada umumnya.

Cash management refers to the financial aspects related to the collection, organize, and use of cash. Cash Management also assesses market liquidity, cash flow, and investment, and is also responsible for preparing a funding strategy to finance short-term needs and long-term needs. This study aims to determine the cash management process on Production Sharing Contract (PSC) Contractor oil and gas business in Indonesia and using case study in XYZ Company. Shaped as a joint-venture, XYZ is unique in terms of capital structure, financial policies, and investments that differ from cash management theories in general."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S57402
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Ramdan Zubir
"Industri perminyakan merupakan suatu bisnis yang penuh risiko teknik, operasional, politik maupun ekonomi- Risiko ekonomi biasanya terutama disebabkan oleh perkembangan harga minyak dan kebijakan negara yang bersangkutan dalam menentukan keuntungan yang wajar (reasonable return) bagi perusahaan minyak Kontraktor Production Sharing (KPS) melalui kebijakan fiskal maupun non fiskal.
Dalam mengembangkan industri migas secara optimal, Pemerintah ingin memberikan insentif-insentif yang menarik agar para investor kontraktor producing sharing tertarik menanamkan investasinya di Indonesia dalam bidang migas. Namun demikian Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Pajak memiliki sikap yang dapat dikatakan kontradiktif. Pokok permasalahannya, pada satu sisi pemerintah menginginkan adanya peningkatan aktivitas di bidang industri minyak dan gas bumi dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada Kontraktor Production Sharing dalam bentuk insentif/pembagian keuntungan yang lebih menarik, agar penerimaan negara dan hasil minyak bertambah dan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi tumbuh terutama untuk Indonesia bagian timur, tetapi di lain pihak, saat ini pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Pajak sedang melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak dan memperluas subjek dan objek pajak, dalam hal ini Kontraktor Producing Sharing menjadi suatu target dan berpotensi didalam penerimaan pajak. Dampak dari perluasan dan intensifikasi pajak ini secara langsung dapat menaikan biaya operasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi dan akhirnya akan berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi lainnya, seperti energi, penggerak mekanisme industri, teknologi, komunikasi, transportasi dan juga rumah tangga, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap investasi jangka panjang.
Dilatarbelakangi permasalahan tersebut, Penulis melakukan berbagai pengujian untuk mencari suatu solusi agar para Kontraktor Producing Sharing mendapatkan suatu kepastian hukum dalam melaksanakan aktivitasnya.
Pengujian dilakukan Penulis terutama dengan menggunakan metodologi observasi langsung dan studi pustaka. Dari pengujian yang dilakukan, Penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan persepsi antar badan Pemerintah dalam mengimplentasikan peraturan-peraturan yang terkait dengan perpajakan Kontraktor Producing Sharing. Agar tidak terjadi perbedaan persepsi, Penulis menyarankan agar Undang-undang migas direvisi dan disinkronisasi dengan undang-undang di bidang perpajakan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Efrizal
"Karya akhir ini menganalisis tentang kinerja KPS "X" dari tahun 1999 sampai tahun 2002, dan membandingkannya dengan dua KPS onshore lain, dengan menganalisis Financial Quaterly Report tiap KPS. Menganalisis kondisi keuangan KPS "X" dilihat dari Financial Statement-nya. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana KPS dan BP-Migas bekerja sama mengelola minyak yang ada di Indonesia, mengukur kinerja operasi KPS "X" berdasarkan Financial Status Report dan mengidentifikasi kekuatan dan kekurangan dari perusahaan.
Study karya akhir ini dilakukan dengan melihat analisis common size dengan gross revenue sebagai angka dasar dan growth dari Financial Status Report dari tahun 1999 sampai tahun 2000. Penulis juga membandingkan Financial Status Report KPS "X" dengan dua KPS sejenis untuk mengetahui sampai dimana kinerja KPS "X" terhadap dua KPS lain.
Dari hasil dari penelitian ini dapat diliihat bahwa KPS "X" adalah perusahaan yang paling effisien karena persentase cost recovery-nya dari tahun 1999 ke tahun 2001 adalah yang paling kecil dibandingkan dengan KPS yang lain. Karena cost recovery yang kecil dapat meningkatkan equity to be split yang akan menguntungkan BP-Migas dan Contractor. KPS "X" lebih effisien dari KPS lain. Ini dikarenakan sumur produksi masih baru, sehingga lifting oil-nya berlangsung secara natural flow (1999), dan gas lift (2000 dan 2001) yang rendah dalam biaya produksi. Kalau dilihat dari kontribusinya kepada negara, KPS "X" menempati peringkat kedua setelah KPS "A", ini dilihat dari share minyak yang diterima BP-Migas.
Setelah menganalisa Financial Status Report, penulis menyimpulkan bahwa, prinsip akuntansi yang diterapkan PSC berbeda dengan Prinsip Akuntansi seperti yang diterapkan pada perusahaan-perusahaan pada umumnya. Share yang diterima KPS sangat dipengaruhi oleh price, lifting oil (production) dan cost recoverables. Dari hasil analisa Laporan keuangan yang dilaporkan pada BP-Migas dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis, KPS 'X' temyata beroperasi paling efisien. Terjadi penurunan persentase (Cost Recovery), sementara untuk perusahaan sejenis tetjadi kenaikkan. Kekuatan KPS "X" adalah mampu meningkatkan produksi minyak dengan tetap menjaga persentase cost recovery stabil, sehingga menguntungkan kedua belah pihak, BP-Migas dan KPS "X" itu sendiri. KPS "X" lebih effisien dari dua KPS lain karena equity to be split nya menunjukkan persentase yang tertinggi. Kekurangan KPS "X" produksi minyaknya jauh tertinggal jika dibandingkan dengan KPS "A" sehingga share minyak yang diterima tidak mampu mengimbangi KPS "A".
Ada beberapa saran dari penulis, bahwa KPS "X" harus dapat mempertahan persentase cost recovery-nya untuk tahun-tahun kedepan, karena ditahun-tahun kedepan KPS "X' juga akan menggunakan artificial lift karena tekanan pada tiap sumur akan mengalami penurunan, sehingga pengangkatan minyak akan lebih sulit. Harus lebih teliti dalam melakukan eksplorasi, karena eksplorasi yang gagal, biayanya tidak diganti oleh BPMigas. Kebijaksanaan Cost Recovery jangan dijadikan alat untuk meningkatkan total share dengan merekayasa cost recovery."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Bilal Nuraziz
"Di Indonesia, energi migas masih menjadi pemasok kebutuhan energi utama dalam negeri. Sebanyak 37,56% Tingkat produksi minyak bumi dalam negeri hanya mencapai angka 746.000 bpd, jauh dibawah kebutuhan energi dalam negeri sebesar 1,8 juta bpd. Sumur produksi minyak di Indonesia telah memasuki usia akhir produksi. Strategi peningkatan pemulihan produksi minyak berupa penerapan teknologi enhanced oil recovery seperti EOR injeksi-CO2, well workover, dan infill drilling telah diajukan. Parameter penelitian difokuskan pada perbandingan peningkatan jumlah produksi lifting produksi minyak bumi terhadap biaya investasi tambahan diperlukan untuk melihat hubungan keekonomian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan total investasi sebesar US$ 30,61 juta untuk menerapkan ketiga teknologi tersebut sehingga mampu menambah total lifting produksi minyak sebesar 143 bbl/d. Analisis keekonomian menggunakan NPV menghasilkan NPV sebesar US$3,7 juta dengan IRR sebesar 25% untuk penerapan teknologi tersebut. Analisis menggunakan Cox, Ross, Rubinstein (CRR) dan Binomial Lattice menghasilkan valuasi proyek peningkatan kualitas sumur sebesar US$ 25,72 juta dibandingkan dengan metode NPV sebesar US$23,68 juta

In Indonesia, oil and gas energy is still the main supplier of domestic energy needs. As much as 37.56% The level of domestic oil production only reached 746,000 bpd, far below the domestic energy demand of 1.8 million bpd. Oil production wells in Indonesia have entered the final age of production. A strategy to increase oil production recovery in the form of the application of enhanced oil recovery technology such as CO2-injection EOR, well workover, and infill drilling has been proposed. The research parameters are focused on the comparison of the increase in the amount of oil production lifting production against the additional investment costs needed to see the economic relationship. The results showed that a total investment of US$ 30.61 million was required to implement the three technologies so as to increase the total lifting of oil production by 143 bbl/d. The economic analysis using NPV resulted in an NPV of US$3.7 million with an IRR of 25% for the application of the technology. Analysis using Cox, Ross, Rubinstein (CRR) and Binomial Lattice resulted in a project valuation of well quality improvement of US$ 25.72 million compared to the NPV method of US$ 23.68 million."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Anna Dwiana
"Migas merupakan SDA yang memberikan kontribusi kepada penerimaan negara, sehingga permasalahan yang berkaitan dengannya membutuhkan perhatian dari pemerintah. FTP merupakan konsep yang diterapkan dalam kontrak bagi hasil migas, yang merupakan penyisihan dalam prosentase tertentu dari nilai produksi sebelum dilakukan pengurangan-pengurangan lainnya. FTP dibagi antara pemerintah dan kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengertian dan konsep FTP, perlakuan pajak dan kebijakan perpajakan atas FTP bagian kontraktor KBH yang masih unrecovered, serta menganalisis kebijakan dan administrasi perpajakan terhadap KBH Migas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil Penelitian menyimpulkan tujuan FTP adalah untuk menjamin penerimaan pemerintah, dan FTP yang diterima kontraktor adalah hak dan penghasilan kontraktor, FTP bagian kontraktor terhutang pajak pada saat FTP diterima. PP 79 Tahun 2010 sebagai kebijakan perpajakan migas di tingkat hulu yang baru diterapkan, menegaskan kedudukan DJP sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan melakukan pemajakan terhadap kontraktor KBH, hasil penelitian menyarankan perlunya peraturan pelaksanaan yang mengatur lebih jelas perlakuan pajak penghasilan atas FTP bagian kontraktor KBH yang masih unrecovered, prosedur penyetoran PPh KBH serta pihak yang dimaksudkan dan ditunjuk sebagai auditor pemerintah, tata cara atau prosedur pemeriksaannya sehingga hasil pemeriksaan dapat diperlakukan sebagai hasil pemeriksaan DJP.

Oil and Gas are natural resources that contribute to the government revenue, the problems associated with them requires attention from the government. FTP is a concept applied in the oil and gas production sharing contracts, the allowance of a certain percentage of production before deducting other deductions. FTP is shared between government and contractors. This study aims to analyze the meaning and concept of FTP, tax treatment and taxation policies for the contractor's FTP share unrecovered PSC, and analyze policies and administration of taxes on PSC in oil and gas. This study is a descriptive qualitative research design.
The research results concluded the objective of FTP is to ensure government revenue, and FTP is the right and income contractor, the contractor FTP tax payable at the time of the FTP received and PP 79 Year 2010 as a tax policy at the level of upstream oil and gas newly applied, confirms the position of the DJP as an institution that has the authority to take PSC taxation, the results suggest the need for regulations governing the implementation treatment of income tax on the contractor's FTP share of unrecovered PSC, payment procedures of income tax of contractor?s PSC and the intended party and was appointed as government auditor, an audit procedures that results can be treated as a result of the DJP.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T28865
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yoga Baskara Wicaksono Syarief Tahir
"Laporan magang ini membahas mengenai Production Sharing Contract pada industri hulu migas dengan operator berbentuk Joint Operating Body yaitu JOB XYZ Pertamina di Indonesia. Pembahasan yang dilakukan pada tulisan ini adalah mengenai mekanisme kontrak tersebut dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban dari kontraktor serta tinjauan kelebihan dan kekurangan aspek pajak dalam kontrak ini sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembahasan pajak yang timbul akan berfokus pada jenis pajak yang menjadi tanggung jawab XYZ Co Ltd. Hasil penelitian adalah, dalam aspek PPh badan masih terdapat kelemahan yang bisa merugikan pemerintah akibat Tax Treaty. Dalam aspek PBB, mekanisme yang ada berguna untuk pemerataan kekayaan di pemerintahan tingkat daerah. Dalam aspek PPN mekanismenya telah menguntungkan untuk pemerintah dalam pemungutannya, namun dapat dinilai merugikan untuk KKKS karena menimbulkan opportunity cost pada pemenuhan mekanismenya.

This internship report discusses the Production Sharing Contract of the Oil and Gas Upstream Industry with JOB XYZ Pertamina in Indonesia as theoperator of the Joint Operating Body. The purpose of this paper is mainly to discuss the mechanism of the contract in fulfilling the rights and obligations of the contractor and to review the advantages and the disadvantages of the tax aspect in the contract in compliance with the prevailing regulations. The discussion on the tax aspect shall focus on the types of taxes that are the responsibility of XYZ Co Ltd. On the PPh aspect, the mecanism still have some flaw caused by tax treaty. On PBB aspect, the function of this PBB mecanism is to create a wealth sharing system from the central government to the government in province level. On the PPN aspect, the mecanism is useful for the government to create a good collecting system for PPN . But for the contractor, this mecanism could create an opportunity cost in fulfilling this mecanism.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raica Allaeindo
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan Negara dari kegiatan usaha hulu migas di Indonesia. Dalam penelitian ini akan dijabarkan perhitungan kontrak PSC secara matematis dan penerapannya secara aktual di lapangan. Penelitian menunjukkan bahwa dalam periode 2010-2014 terjadi peningkatan realisasi penerimaan migas secara nasional akan tetapi terdapat penurunan kontribusi penerimaan migas per Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang menggunakan perjanjian Production Sharing Contract. Penemuan lainnya adalah persentase penerimaan Negara terhadap penjualan yang diterima oleh Indonesia semakin mengalami penurunan dari tahun 2010-2014, dikarenakan penjualan yang tidak bertumbuh dengan konstan, tingkat cost recovery sebagai biaya pengurang pendapatan yang terus mengalami peningkatan, dan penurunan produksi lifting pada periode yang sama.

ABSTRACT
This study analyzes the factors that affect state revenue from oil and gas upstream activities in Indonesia. In this research, we will mathematically describe the calculation of PSC and the actual implementation in the field. Research shows that in the 2010-2014 period there was an increase realization of national oil and gas revenues but there is a decrease in the contribution of oil and gas revenues per Sharing Contractor who use agreements Production Sharing Contract. Another discovery is the percentage of state revenue to sales received by Indonesia increasingly decreased from 2010-2014, due to the sales not significantly growing, the level of cost recovery as a cost-reducing revenues continued to increase, and decrease of lifting production in the same period.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>