"Tujuan dari thesis ini adalah untuk memperlihatkan peluang investasi pada industri perkebunan kelapa sawit. Pembahasan yang dilakukan dalam studi ini meliputi prospek perkembangan, berkaitan dengan prospek investasi termasuk proyeksi luas areal dan produksi perkebunan. Metode yang digunakan oleh penulis dalam melaksanakan studi ini adalah wawancara dan pengumpulan data melalui berbagni sumber, melakukan penelitian terhadap literatur termasuk studi kepustakaan.
Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar setelah Malaysia. Malaysia menguasai 50,12% pasar dunia sedangkan Indonesia 29,51%, selebihnya Nigeria 4,10% (ketiga), Columbia 2,36% (keempat), sisanya negara-negara lain sebesar 13,91%. Indonesia diperkirakan bisa menyusul Malaysia, karena pertumbuhan rata-ratanya hanya 5,8% per tahun pada periode 1991-1996, Indonesia 12,5% per tahun pada periode yang sama. Kecilnya pertumbuhan minyak sawit Malaysia akhir-akhir ini disebabkan hampir tidak adanya lagi perluasan areal karena lahan yang sudah sangat terbatas. Dengan melihat prospek luas areal perkebunan kelapa sawit yang masih besar di Indonesia, maka peluang untuk melakukan investasi di bidang ini masih terbuka.
Mengingat konsumsi minyak sawit dunia perkapita sebesar 2,67% dan merupakan konsumsi terbesar no. 2 setelah konsumsi kedelai (3,41). Maka berarti perdagangan minyak sawit menduduki urutan kedua didalam perdagangan minyak nabati internasional. Tentunya kesempatan Indonesia untuk bersaing di dunia Internasional masih besar, maka Penulis mencoba membuat perkiraan kemampuan ekspor Indonesia.
Ditinjau dari aspek teknis prospek investasi dibidang pengembangan kelapa sawit di Indonesia cukup baik, berhubung masih tersedia lahan yang sangat luas yang cocok bagi perluasan budidaya kelapa sawit, terutama sekali di Luar Pulau Jawa antara lain Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Aspek teknologi produksi maupun pengolahannya juga tidak menjadi masalah.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap peluang investasi dengan mengambil contoh Pola Koperasi Investor, dengan berbagal asumsi yaitu Luas Areal 10.000 ha
Harga Jual Minyak Sawit (CPO) Rp 3.500 per ton
Harga Jual Minyak Intl Sawit (PKO) Rp 1.400 per ton
Bunga Pinjaman Untuk Investor (24%) dan Koperasi (14%)
Kepemilikan saham Investor (3 5%) dan Koperasi (65%)
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Laba tahun berjalan dicapai pada tahun ke 7
- Untuk Investor sebesar Rp 14.799.364.120 00,3%)
- Untuk Koperasi sebesar Rp 22.687.143.600 (15,7%).
2. Proyeksi arus kas (Cash Flow) yang tenis meningkat dengan tingkat likuiditas serta solvabilitas yang cukup baik sehingga mempunyai kemampuafl untuk mengembal ¡kan hutangnya.
3. NPV yang positif baik dan sisi Investor dan Koperasi, maupun dilihat secara keseluruhan.
4. Masa pengembalian investasi (payback period) selama 10,4 tahun dihitung sejak investasi.
5. ERR secara keseluruhan (gabungan) sebesar = 26,9%
IRR untuk Investor = 27,6%
ERR untuk Koperasi = 25,7%
Dari berbagai asumsi dan analisis di atas, maka dapat Penulis simpulkan bahwa investasi proyek perkebunan kelapa sawit secara financial mempunyai prospek yang sangat baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999