Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Martono Rustamadji
"Krisis ekonomi melanda Indonesia sejak Juli 1997, namun sampai dengan saat ini belum menunjukkan adanya perbaikan, bahkan kurs rupiah terhadap dolar Amerika terus melemah. Salah satu jalan yang perlu ditempuh untuk keluar dari krisis ekonomi adalah mendorong ekspor, terutama ekspor produk industri yang berbasis sumber daya dalam negeri (basic resource industry). Tanpa mendorong ekspor, mustahil Indonesia dapat keluar dari krisis ekonomi.
Salah satu industri yang berbasis sumber daya dalam negeri adalah kelapa sawit. Sejak krisis ekonomi, ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia terus meningkat. Namun ironisnya pada saat negara membutuhkan devisa, justru ekspor CPO dihambat. Hal ini tertuang dalam SK Menperindag No.456/MPP/Kep/12/1997, tentang alokasi pasokan di dalam negeri yang mulai di berlakukan tanggal 19 Desember 1997 dan SK Menkeu No. 622/KMK.01/1997 tentang Pajak Ekspor Tambahan (PET) mulai berlaku sejak tanggal 17 Desember 1997. Karena peluang ekspor sangat menarik kebijakan tersebut tetap tidak bisa membendung produsen untuk mengekspor CPO, sehingga pada tanggal 30 Desember 1997 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih keras yaitu menghentikan ekspor CPO dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 1998. Kebijakan tersebut menimbulkan berbagai reaksi dan protes dari berbagai pihak terutama pelaku bisnis CPO, akibatnya kran ekspor dibuka kembali pada bulan April 1998, namun tetap dikenakan pajak ekspor sebesar 40 persen dan dinaikan menjadi 60 persen, pada bulan Juli 1998 melalui SK Menkeu No. 334/KMK/07/1998.
Indonesia mempunyai keunggulan komperatif dalam industri kelapa sawit, saat ini Indonesia sebagai produsen maupun eksportir terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Kalau dilihat sebagai produsen terbesar kedua di dunia, seharusnya tidak ada masalah dengan suplai di dalam negeri. Bahkan di tahun 1996, produksi dikurangi konsumsi masih surplus 2 juta ton. Namun karena harga CPO dunia terus meningkat, maka produsen lebih untung mengekspor daripada menjual di dalam negeri. Akibatnya suplai di dalam negeri terganggu, dan dianggap memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri. Sangat disayangkan kebijakan menghambat ekspor tersebut, karena kontribusi ekspor Indonesia terus meningkat. Sehingga ada kemungkinan citra Indonesia akan buruk, apabila tata niaga CPO terus dicampuri oleh pemerintah, yang juga berakibat harga internasional terus meningkat.
Walaupun hal ini merupakan dilema bagi pemerintah, namun sebenarnya ada kebijakan lain yang mungkin lebih bijaksana yang harus ditempuh. Kebijakan subsidi minyak goreng yang dilakukan pemerintah selama ini sering tidak tepat sasaran, sebab orang yang mampu juga diberikan subsidi. Sebaiknya orang yang memang tidak mampu membeli diberikan bantuan langsung, misalnya dengan operasi pasar. Sebab pemakai minyak goreng yang jumlahnya besar justru orang mampu, yang tidak perlu di subsidi.
Melihat pasar CPO dunia yang baik, maka prospek agribisnis kelapa sawit Indonesia cukup cerah. Sebaiknya pemerintah terus mendorong pengembangan industri ini, karena produksinya terus meningkat. Sedangkan pesaing utama kita, yaitu Malaysia justru mengalami penurunan produksi. Moment yang baik ini harus bisa dimanfaatkan untuk melampaui pangsa pasar Malaysia. Namun untuk mendorong pengembangan industri ini harus dilakukan berbagai reformasi, terutama dalam hal pengurusan perijinan yang terlalu birokratis, serta koordinasi antar departemen yang masih kurang, yang berakibat tidak adanya kepastian bagi investor dalam melakukan investasi. Disamping itu, perbankan di Indonesia seharusnya mulai melirik ke industri ini, untuk membantu modal kerja serta pembiayaan ekspor. Perbankan harus mau membiayai industri ini karena industri ini mempunyai prospek yang cerah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T6553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Dzulfikar
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan India terhadap minyak kelapa sawit Indonesia, dengan cakupan lalu lintas perdagangan dikhususkan hanya kepada perdagangan Indonesia dengan India (importir terbesar). Dengan menggunakan data ekspor kelapa sawit kuartalan tahun 2000-2010, dilakukan pendekatan ekonometri dengan menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model). Penelitian menemukan bahwa guncangan pada kuantitas perdagangan, harga minyak kedelai, serta nilai tukar rupiah pada satu kuartal sebelumnya terbukti berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kelapa sawit Indonesia ke India. Sedangkan harga minyak kelapa sawit terbukti tidak signifikan memengaruhi permintaan ekspor kelapa sawit Indonesia ke India.

This study was conducted to analyze the factors that affect the demand for India against Indonesian palm oil, focuses only for trade between Indonesia and India (the largest importer). By using palm oil export quarterly data for 2000-2010 period, econometric approach using error correction model (Error Correction Model) is applied in this study. The study found that shocks to the quantity of trade, the price of soybean oil, as well as the exchange rate on the previous quarter proved to significantly influence the volume of Indonesian palm oil exports to India. While palm oil prices proved to be significantly affect the demand for Indonesian palm oil exports to India.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dwi Puspita
"Penelitian ini menganalisis apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat ekspor CPO Indonesia ke dunia, termasuk ke negara- negara yang menjadi tujuan utama ekspor CPO Indonesia itu sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan OLS dengan data time series selama sepuluh tahun yaitu tahun 2002 sampai dengan 2011. Penelitian ini juga memasukkan indeks perhitungan RCA sebagai salah satu variabel dalam model, dengan tujuan dapat menangkap unsur keunggulan komparatif yang penting dalam perdagangan. Pada hasil penelitian kemudian ditemukan bahwa faktor seperti harga CPO dunia, harga ekspor komoditas CPO Indonesia, tarif dan efisiensi dalam produksi yang digambarkan dengan keunggulan komparatif, memiliki pengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia tapi tidak dengan nilai tukar riil rupiah terhadap dolar.

The focus of this study is to analyze determinants of Indonesia`s export on commodities, specifically Crude Palm Oil and to figure out influences that affect Indonesia`s export to world market and its partner countries. The approach that used in this study is time series regression using Ordinary Least Square estimation and the period of observation is 2002 to 2011. This study also included RCA index as one of the variable in the model in order to capture the role of comparative advantage, which is important, in trade between countries. This study later on, found out that factors such as CPO`s price in world market, Indonesia`s export price on CPO, tariff rate in partner countries and comparative advantage which represents efficiency in production, affect Indonesia`s export of CPO. Meanwhile, real exchange rate is found to be not significant in affecting Indonesia`s export of CPO.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muzahid
"Uni Eropa memberlakukan kebijakan RED yang berkaitan dengan penerapan keberlanjutan terhadap sumber energi terbarukan dalam. Dalam kajian sebelum RED II menempatkan produk sawit sebagai salah satu penghasil emisi akibat penggunaan Indirect  Land Use Change (ILUC). Hal ini tidak hanya menimbulkan permasalahan pada kuantitas ekpor minyak sawit Indonesia, akan tetapi preseden yang ditimbulkan dari Kebijakan oleh UE tersebut terhadap minyak sawit Indonesia di pasar global. Tujuan penelitian untuk mengetahui apa saja motivasi UE dalam menerapkan kebijakan RED dari sisi sosial, politik dan lingkungan, serta strategi perdagangan Indonesia dengan menggunakan pendekatan intelijen kompetitif. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka. Analisis menggunakan pendekatan intelijen kompetitif, Teori Berlian dari Porter, PESTLE dan selanjutnya dilakukan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa motif kebijakan RED tidak hanya akibat faktor lingkungan, namun juga terkait dengan politik dan ekonomi. Dalam menghadapi RED Strategi perdagangan Internasional sawit Indonesia dapat dilakukan dengan mengembangkan jalur hilirisasi sawit dalam negeri, mengembangkan SDM, meningkatkan pengawasan dalam implementasi regulasi terkait industri sawit, selanjutnya mengedapankan industri sawit berkelanjutan sebagai counter terhadap kampanye negatif dan kebijakan RED, dengan mengusung dampak sosial yang ditimbulkan dari kebijakan RED jika ekspor sawit ke UE dihentikan, sebagai bagian dari standarisasi berkelanjutan yang memenuhi unsur ekonomi, lingkungan dan sosial. Selain itu, juga dipertimbangkan untuk mengoptimalkan pasar baru, terutama negara-negara yang mengalami peningkatan kebutuhan minyak nabati khususnya sawit, seperti India, Pakistan dan China.

The European Union has implemented the Renewable Energy Directive (RED) policy, which relates to the application of sustainability towards renewable energy sources. In a study prior to RED II, palm oil products were identified as one of the contributors to emissions due to the use of Indirect Land Use Change (ILUC). This not only poses problems for the quantity of Indonesian palm oil exports but also sets a precedent for the Indonesian palm oil industry in the global market due to the policy imposed by the EU. This research aims to identify the motivations of the EU in implementing the RED policy from social, political, and environmental perspectives, as well as to explore Indonesia's trading strategy using a competitive intelligence approach. This research was conducted qualitatively through data collection via interviews and literature review. The analysis utilized the competitive intelligence approach, Porter's Diamond Theory, PESTLE analysis, and SWOT analysis. The research findings indicate that the RED policy is motivated not only by environmental factors but also by political and economic considerations. In facing the RED policy, Indonesia's international palm oil trading strategy can be carried out by advancing the domestic palm oil industries, enhancing human resources, strengthening oversight in implementing regulations related to the palm oil industry, and promoting sustainable palm oil industry as a counter to negative campaigns and the RED policy. This includes highlighting the social impacts that would arise if palm oil exports to the EU were to be stopped as part of sustainable standards that fulfill economic, environmental, and social aspects. Additionally, optimizing new markets, particularly countries with increasing demand for vegetable oils, especially palm oil, such as India, Pakistan, and China need to be considered."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Murni Wati Ibrahim
"Tujuan dari thesis ini adalah untuk memperlihatkan peluang investasi pada industri perkebunan kelapa sawit. Pembahasan yang dilakukan dalam studi ini meliputi prospek perkembangan, berkaitan dengan prospek investasi termasuk proyeksi luas areal dan produksi perkebunan. Metode yang digunakan oleh penulis dalam melaksanakan studi ini adalah wawancara dan pengumpulan data melalui berbagni sumber, melakukan penelitian terhadap literatur termasuk studi kepustakaan.
Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar setelah Malaysia. Malaysia menguasai 50,12% pasar dunia sedangkan Indonesia 29,51%, selebihnya Nigeria 4,10% (ketiga), Columbia 2,36% (keempat), sisanya negara-negara lain sebesar 13,91%. Indonesia diperkirakan bisa menyusul Malaysia, karena pertumbuhan rata-ratanya hanya 5,8% per tahun pada periode 1991-1996, Indonesia 12,5% per tahun pada periode yang sama. Kecilnya pertumbuhan minyak sawit Malaysia akhir-akhir ini disebabkan hampir tidak adanya lagi perluasan areal karena lahan yang sudah sangat terbatas. Dengan melihat prospek luas areal perkebunan kelapa sawit yang masih besar di Indonesia, maka peluang untuk melakukan investasi di bidang ini masih terbuka.
Mengingat konsumsi minyak sawit dunia perkapita sebesar 2,67% dan merupakan konsumsi terbesar no. 2 setelah konsumsi kedelai (3,41). Maka berarti perdagangan minyak sawit menduduki urutan kedua didalam perdagangan minyak nabati internasional. Tentunya kesempatan Indonesia untuk bersaing di dunia Internasional masih besar, maka Penulis mencoba membuat perkiraan kemampuan ekspor Indonesia.
Ditinjau dari aspek teknis prospek investasi dibidang pengembangan kelapa sawit di Indonesia cukup baik, berhubung masih tersedia lahan yang sangat luas yang cocok bagi perluasan budidaya kelapa sawit, terutama sekali di Luar Pulau Jawa antara lain Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Aspek teknologi produksi maupun pengolahannya juga tidak menjadi masalah.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap peluang investasi dengan mengambil contoh Pola Koperasi Investor, dengan berbagal asumsi yaitu Luas Areal 10.000 ha
Harga Jual Minyak Sawit (CPO) Rp 3.500 per ton
Harga Jual Minyak Intl Sawit (PKO) Rp 1.400 per ton
Bunga Pinjaman Untuk Investor (24%) dan Koperasi (14%)
Kepemilikan saham Investor (3 5%) dan Koperasi (65%)
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Laba tahun berjalan dicapai pada tahun ke 7
- Untuk Investor sebesar Rp 14.799.364.120 00,3%)
- Untuk Koperasi sebesar Rp 22.687.143.600 (15,7%).
2. Proyeksi arus kas (Cash Flow) yang tenis meningkat dengan tingkat likuiditas serta solvabilitas yang cukup baik sehingga mempunyai kemampuafl untuk mengembal ¡kan hutangnya.
3. NPV yang positif baik dan sisi Investor dan Koperasi, maupun dilihat secara keseluruhan.
4. Masa pengembalian investasi (payback period) selama 10,4 tahun dihitung sejak investasi.
5. ERR secara keseluruhan (gabungan) sebesar = 26,9%
IRR untuk Investor = 27,6%
ERR untuk Koperasi = 25,7%
Dari berbagai asumsi dan analisis di atas, maka dapat Penulis simpulkan bahwa investasi proyek perkebunan kelapa sawit secara financial mempunyai prospek yang sangat baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saleh Husin
"Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia seharusnya dapat mengendalikan perdagangan sawit pada pasar internasional. Disertasi ini membuktikan bahwa hilirisasi dapat memperkuat perekonomian nasional dengan meningkatkan nilai ekspor, menurunkan impor, menghemat devisa, sehingga menambah produk domestik bruto. hilirisasi meningkatkan produktivitas petani sawit, maupun industri pengolahan sawit, sehingga menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hilirisasi membuat Indonesia memiliki kemampuan lebih besar dalam mengendalikan harga sawit internasional, karena industri sawit nasional tidak lagi tergantung pada ekspor. Besar kecilnya suplai sawit pada pasar internasional dikendalikan oleh Indonesia sesuai dengan besar kecilnya kebutuhan sawit di dalam negeri. Disertasi ini menyarankan strategi investasi, produksi dan ekspor serta kebijakan pengembangan hilirisasi industri sawit nasional. Pemerintah perlu memberikan insentif perpajakan untuk mengundang investasi pada produk hilir kelapa sawit pada tingkat akhir, seperti produk kosmetika, makanan kemasan, dan bahan bakar sawit. Kebijakan industri sawit dalam PP No. 74 Tahun 2022 tetap dilanjutkan dan dipercepat pelaksanaannya. Ekspor sawit perlu didukung oleh peraturan-peraturan yang lebih sederhana, serta pemberian insentif untuk ekspor produk hilir. Aktivitas bursa sawit Indonesia terus ditingkatkan sehingga pengendalian harga sawit internasional dapat berada di Indonesia.

As the world's largest palm oil producer, Indonesia is expected to exert control over the palm oil trade in the international market. This dissertation demonstrates that downstreaming can fortify the national economy by increasing export value, diminishing imports, conserving foreign exchange, and consequently contributing to the gross domestic product. Downstreaming elevates the productivity of both palm oil farmers and processing industries, thereby fostering increased employment. It grants Indonesia a more considerable capacity to influence international palm oil prices, as the national palm oil industry is no longer reliant on exports. The magnitude of the palm oil supply in the international market is governed by Indonesia in accordance with the domestic demand for palm oil. This dissertation proposes strategies for investment, production, and export, along with policies for the downstreaming development in the national palm oil industry. The government needs to provide tax incentives to attract investment in downstream palm oil products at the final stage, such as cosmetics, packaged foods, and palm oil-based fuels. The policies outlined in the palm oil industry, as per Government Regulation (Peraturan Pemerintah) No. 74 of 2022, should persist and their implementation expedited. Palm oil exports require support through streamlined regulations and incentives for the export of downstream products. The activities of the Indonesian palm oil exchange should be intensified to maintain control over international palm oil within Indonesia.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ok Teguh Indrawan Mulia
"Tesis ini bertujuan untukk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mepengauhi penawaran dan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang didalamnya mencakup kepada. variabel harga ekspor, produksi, konsumsi, nilai tukar, krisis ekonomi, pajak ekspor, harga minyak dunia, dan pcnumbuhan ekonomi dunia.
Metode analisis pada penelitian ini menggunakan model simultan dengan menggunakan dua pelsamaan yaitu persamaan penawaran ekspor dan persamaan permintaan ekspor. Periode waktu adalah data tahunan dari tahun |970 - 2006. Ruang Iingkup penelitian kali ini difokuskan untuk menganalisa t`aktor~faktor apa saja yang mempengamhi pcnawaran dan permintaan ekspor dari komoditi minyak kelapa sawit Indonesia.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hazga ekspor, rasio perbandingan produksi dengan konsumsi, nilai tulcar, krisis ekonomi, harga minyak, dan pajak ekspor terbukti mempengaruhi penawaran ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Untuk persamaan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terbukii dipengaruhi oleh variabel harga ekspor, pertumbuhan ekonomi dunia, dan volume impor minyak kelapa sawit dari Indonesia satu tahun sebelumnya.

The focus of this study is to detennined factors that have implication in supply and demand of Indonesian Crude Palm0il, which include export price, production, consumption, exchange rate, crisis, export tax, oil price, and world GDP.
Methodological analysis of this study is by using simultaneous model with two equation, they are export supply and export demand. Time periode of this research is yearly &om 1970 - 2006. Focus of this study is to analyse the the factor tha have implication to export supply and export demand.
Conclusion of this research is that export price, production and consumption ratio, Exchange rate, crisis, oil price, and tax export had significant effectto export supply equation. In the export demand, export price, world GDP, and last year import quantity had significant effect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tilani Hamid
"Penggunaan minyak nabati secara langsung sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (biodiesel) masih menimbulkan masalah. Masalah tersebut terutama diakibatkan oleh viskositas minyak nabati yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan petrodiesel, sehingga akan menyebabkan proses pembakaran yang tidak sempurna. Untuk itu, perlu dilakukan proses konversi minyak nabati kedalam bentuk ester (metil ester) melalui reaksi transesterifikas guna menurunkan viskositasnyai.
Pada penelitian ini dilakukan proses preparasi biodiesel melalui reaksi antara minyak kelapa sawit dan metanol dengan perbandingan volume 5 : 1, serta menggunakan NaOH sebagai katalis dengan variasi 3,5 gr, 4,5 gr, 5 gr dan 5,5 gr. Reaksi berlangsung pada temperatur 60 oC dan membutuhkan waktu selama + 1 jam. Gliserin yang terbentuk dipisahkan, kemudian hasil produk metil ester (biodiesel) yang diperoleh dicuci dengan air sampai mencapai pH normal (6-7). Semakin besar jumlah katalis yang digunakan dapat menurunkan produk biodiesel yang dihasilkan, yang berarti akan meningkatkan hasil dari produk samping.
Hasil pengujian karakteristik yang diperoleh menunjukkan bahwa produk biodiesel dari penggunaan katalis (NaOH) sebanyak 3,5 gram (M3.5), 4,5 gram (M4.5) dan 5 gram (M5.0) lebih memenuhi karakteristik dari minyak diesel (untuk mesin diesel putaran rendah); sedangkan produk biodiesel dari penggunaan katalis 5,5 gram (M5.5) lebih memenuhi karakteristik dari minyak solar. Campuran antara 20 % biodiesel M5.5 dengan 80 % minyak solar (B20) mempunyai karakteristik yang lebih mendekati kondisi optimal yang dibutuhkan oleh bahan bakar mesin diesel.

Biodiesel's characteristics preparation from palm oil. Using vegetable oils directly as an alternative diesel fuel has presented engine problems. The problems have been attributed to high viscosity of vegetable oil that causes the poor atomization of fuel in the injector system and pruduces uncomplete combustion. Therefore, it is necessary to convert the vegetable oil into ester (metil ester) by tranesterification process to decrease its viscosity.
In this research has made biodiesel by reaction of palm oil and methanol using lye (NaOH) as catalyst with operation conditions: constant temperature at 60 oC in atmosferic pressure, palm oil : methanol volume ratio = 5 : 1, amount of NaOH used as catalyst = 3.5 gr, 4.5 gr, 5 gr and 5.5 gr and it takes about one hour time reaction. The ester (metil ester) produced are separated from glycerin and washed until it takes normal pH (6-7) where more amount of catalyst used will decrease the ester (biodiesel) produced.
The results show that biodiesels properties made by using 3.5 (M3.5) gr, 4.5 gr (M4.5) and 5 (M5.0) gr catalyst close to industrial diesel oil and the other (M5.5) closes to automotive diesel oil, while blending diesel oil with 20 % biodiesel (B20) is able to improve the diesel engine performances."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ningtyas Harum Sari
"[Penelitian ini berfokus pada analisis faktor-faktor penentu ekspor CPO Indonesia. Faktor ? faktor yang menentukan tersebut diklasifikasikan menjadi indikator ekonomi mikro dan ekonomi makro. Indikator ekonomi mikro diwakili oleh tanah Indonesia dan Malaysia, produksi Indonesia dan Malaysia, tiga perusahaan CPO terbesar Indonesia dan Malaysia sementara indikator ekonomi makro diwakili oleh ekspor Malaysia, nilai tukar valuta asing, harga CPO, tingkat inflasi, BI rate, pertumbuhan konsumsi, pertumbuhan PDB, dan pertumbuhan manufaktur Indonesia. Penelitian ini menggunakan metodologi OLS dan pendekatan Kausalitas Granger untuk menganalisis dampak dari faktor-faktor penentu ekspor CPO dari Indonesia. Hasil regresi OLS menunjukkan bahwa ekspor CPO dari Indonesia sangat dipengaruhi oleh ekspor Malaysia, nilai tukar valuta asing, harga CPO dunia, tiga perusahaan CPO terbesar di Malaysia, dan pertumbuhan industri. Selanjutnya, output Kausalitas Granger menggunakan VAR pendekatan / VECM menunjukkan bahwa CPO Ekspor Indonesia memiliki hubungan dua arah dengan ekspor Malaysia, produksi Malaysia, tanah Malaysia, dan tanah Indonesia.
;The research focuses on analyzing the determinants of export of Indonesia?s CPO. Those determinants are classified into microeconomic and macroeconomic indicators. Microeconomic ones are represented by land of Indonesia and Malaysia, production of Indonesia and Malaysia, the three largest CPO companies of Indonesia and Malaysia while macroeconomic indicators are represented by export Malaysia, exchange rate, price of CPO, inflation rate, BI rate, consumption growth, GDP growth, and manufacture growth. The research uses OLS and Granger Causality approach to analyze the impact of those determinants on CPO export of Indonesia. The result of OLS regression shows that CPO export of Indonesia is significantly influenced by export of Malaysia, exchange Rate, global price of CPO, the three largest of CPO companies in Malaysia, and Manufacture Growth. Furthermore, the Granger Causality output using VAR/VECM approach shows that CPO Export of Indonesia has two-way relationship with export of Malaysia, production of Malaysia, land of Malaysia, and land of Indonesia.
, The research focuses on analyzing the determinants of export of Indonesia’s CPO. Those determinants are classified into microeconomic and macroeconomic indicators. Microeconomic ones are represented by land of Indonesia and Malaysia, production of Indonesia and Malaysia, the three largest CPO companies of Indonesia and Malaysia while macroeconomic indicators are represented by export Malaysia, exchange rate, price of CPO, inflation rate, BI rate, consumption growth, GDP growth, and manufacture growth. The research uses OLS and Granger Causality approach to analyze the impact of those determinants on CPO export of Indonesia. The result of OLS regression shows that CPO export of Indonesia is significantly influenced by export of Malaysia, exchange Rate, global price of CPO, the three largest of CPO companies in Malaysia, and Manufacture Growth. Furthermore, the Granger Causality output using VAR/VECM approach shows that CPO Export of Indonesia has two-way relationship with export of Malaysia, production of Malaysia, land of Malaysia, and land of Indonesia.
]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Agustina Rezeki
"Telah dilakukan analisis terhadap minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan virgin coconut oil berdasarkan parameter yang terdapat pada SNI minyak kelapa seperti kadar air, bilangan peroksida, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan bilangan asam, dengan menggunakan metode titrasi. Pada pengamatan hasil analisis terhadap dua sampel virgin coconut oil dari produk yang berbeda, terdapat perbedaan kualitas berdasarkan parameter SNI. Untuk minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan virgin coconut oil, perbedaan kualitas berdasarkan parameter SNI tidak terlalu besar antara ketiganya. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap asam laurat dalam keempat sampel minyak tersebut secara kromatografi lapis tipis(KLT) densitometri, namun metode ini tidak berhasil untuk menganalisanya.
Analysis of coconut oil, palm oil, and virgin coconut oil has been carried out based on SNI parameter such as water content, peroxide value, iodine value, saponification value, and acid number by using titration method. The analysis result of virgin coconut oil from difference products has showed differences quality based on SNI parameter. For the coconut oil, palm oil, and virgin coconut oil, there were small differences among them. It was also carried out Analyzing of lauric acid for all samples by thin layer chromatography densitometry, but the method applied did not work well."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S33050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>