Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernawati Purwaningsih
Yogyakarta: BPNB DI Yogyakarta, 2016
306.598 ERN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini mengungkap kebertahanan tradisi dan kearifan lokal di desa adat Timbrah dengan menggunakan teori struktural fungsional dan dibantu pula dengan metode wawancara dan kepustakaan untuk membedah masyarakat."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Outline: Hingga saat ini masyarakat Baduy masih terikat pada pikukuh (adat yang kuat) yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satu pikukuh itu berbunyi lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungan (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung). Makna pikukuh itu antara lain tidak mengubah sesuatu, atau dapat juga berarti menerima apa yang sudah ada tanpa menambahi atau mengurangi yang ada. Insan Baduy yang melanggar pikukuh akan memperoleh ganjaran adat dari puun (pimpinan adat tertinggi. Pengalaman pikukuh yang taat menyebabkan masyarakat Baduy memiliki kearifan dalam mitigasi bencana. Buku ini merupakan abstraksi hasil penelitian dalam rangka Hibah Riset Kompetensi DIKTI tahun 2010. Secara umum mitigasi bencana diartikan sebagai perencanaan yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif terhadap manusia. Mitigasi bencana merupakan kegiatan pertama dari tiga kegiatan utama dalam manajemen bencana, yakni kegiatan prabencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Dua kegiatan lainnya adalah saat terjadi bencana, mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan Search and Rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; dan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan pada tahap prabencana selama ini banyak dilupakan, padahal kegiatan pada tahap prabencana sangatlah penting karena mencakup baik perencanaan maupun pelaksanaan tindakan untuk mengurangi risiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi. Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui dan memahami serta mampu menyiasati cara hidup berdampingan dengan bencana."
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010
305.899 22 CEC k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Riyanto
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I. Yogyakarta, 2017
930 ARKEO 37:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A. Jauhar Fuad
"Nydran is the heritage of hindu, nowadays it has transformed after islam spread in java. This transformation produced local tradition without the Islamic dogma and local tradition. The tradition has religious meaning concering with thanksgiving performance to Allah and wishing Allah SWT will receive the best from their ancient people or family. Nyadran is one of media for them to hope the safety life and welfare even it can illuminate the cultural transformation among them."
Tulungagung: Lembaga penelitian, pengabdian dan penerbitan ( LP3M) STAIN Tulungagung, 2013
JDP 13:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Purna
"Masyarakat Donggo merupakan sebuah etnis yang mendiami Desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Etnis ini terdiri atas berbagai macam penganut agama monoteis seperti Islam, Khatolik dan Protestan. Dengan latar belakang masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai macam agama, masyarakat Donggo di Desa Mbawa dapat memelihara harmonisasi antaranggota masyarakat. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji bagaimana masyarakat Desa Mbawa yang terdiri atas berbagai macam penganut agama dapat menghindari konflik berbasis agama. Selain itu, strategi apa saja yang digunakan sebagai wahana mewujudkan keharmonisan masyarakat Desa Mbawa. Metode observasi digunakan sebagai tumpuan utama dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menjaga kerukunan antarumat, masyarakat Desa Mbawa menggunakan kearifan lokal sebagai strategi budaya untuk menghindari terjadinya konflik antarumat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kearifan lokal yang hidup di Desa Mbasa mampu menjembatani anggota masyarakat yang berbeda keyakinan.
"
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Badan Penelitian dan Pengembangan, 2016
370 JPK 1:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suwartiningsih
"Being a pluralist community, Nias consists of not Tionghoa (Chinese), Padang, Batak and Javanese. Social harmony within the community is like no other ever found in other regions across Indonesia. Indeed, social harmony amongst the Nias community has been a very much interesting social fact for research and analysis. Has some sort of local wisdom been exercised as a social capital to create the social harmony within the life of this religious-pluralist community? A research on this was conducted in Kota Gunungsitoli by applying the descriptive- qualitative research. The research shows that their local wisdom of Banua dan fatalitusota, Emali dome si so ba lala, ono luo na so yomo, Sebua ta ide'ide'o, side'ide'ide mutayaigo [tidak bold] and the fact that religious communities in this region have strong understanding and emphasis on their religious values. These factors heavily influence both the creation and the preservation of the social harmony within the community."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2014
SODE 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Medan: Balai Arkeologi Medan, 2010
913.92 KEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lucas Partanda Koestoro
Medan: Balai Arkeologi Medan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata , 2010
930.1 KEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reyhan Emirel Ardh
"Penelitian ini adalah penelitian Tradisi Lisan. Tradisi Lisan adalah produk kearifan lokal di sebuah masyarakat, yang memiliki keunikan, serta telah mengalami pergeseran fungsi dan tujuan. Penelitian ini menggunakan data berupa wawancara penutur Tradisi Lisan Gaok yang masih tersisa, dan organisasi Monolog Gaok pada 2018; dan studi pustaka tahun 2020. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan perubahan peranan atau fungsi tradisi lisan di masyarakat. Gaok merupakan sebuah produk kearifan lokal masyarakat di Desa Kulur, Kabupaten Majalengka, yang telah mengalami pergeseran fungsi dan peran maupun kearifan lokal di masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam melestarikan tradisi ini yaitu proses regenerasi yang sulit karena memerlukan keahlian dalam menuturkan Wawacan (genre cerita Sunda berupa babad, pupuh, dan sejarah), serta membutuhkan waktu yang lama. Gaok dituturkan dengan cara berteriak (suara lantang dan keras). Proses persebaran awal sebagai media dakwah agama Islam oleh Kesultanan Cirebon, serta sebagai acara syukuran. Tradisi Lisan Gaok sempat memiliki peran penting di masyarakat pada masa keemasan. Akan tetapi keberadaannya saat ini berada di ambang kepunahan, bahkan sempat punah karena sulitnya memainkan alat musik khas Gaok yaitu Buyung. Buyung adalah alat yang telah bertransformasi fungsi dari sebuah alat pembawa air oleh ibu-ibu pada masa lampau, menjadi alat musik Gaok. Serta hanya berperan sebagai hiburan dan penelitian. Perkembangan lain yaitu variasi wawacan, pemain, dan versi Gaok bernama Monolog-Gaok.

This research is an oral tradition research. Oral tradition is a product of local wisdom in a society, which is unique and has undergone a shift in function and purpose. This study uses data in the form of interviews with the remaining speakers of the Gaok Oral Tradition, and the Gaok Monologue organization in 2018; and literature study in 2020. The purpose of this study is to describe changes in the role or function of oral traditions in society. Gaok is a product of local wisdom from the community in Kulur Village, Majalengka Regency, which has experienced a shift in function and role as well as local wisdom in the community. The obstacle faced in preserving this tradition is the difficult regeneration process because it requires expertise in telling Wawacan (Sundanese story genre in the form of chronicles, pupuh, and history), and it takes a long time. Gaok is spoken by shouting (loud and loud voice). The process of initial dissemination as a medium for preaching Islam by the Cirebon Sultanate, as well as a thanksgiving event. The Gaok oral tradition had an important role in society during the golden age. However, its existence is currently on the verge of extinction, and even became extinct due to the difficulty of playing Gaok's distinctive musical instrument, Buyung. The buyung is a tool that has been transformed by the function of a water carrier by mothers in the past, into a Gaok musical instrument. And only acts as entertainment and research. Another development is a variation of wawacan, players, and a version of Gaok called Monolog-Gaok."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>