Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susetyowati
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2015
363.82 SUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huda
"Keakuratan dari skrining risiko malnutrisi merupakan hal yang penting untuk memberikan dukungan gizi yang optimal yang sesuai bagi kondisi pasien sebagai salah satu upaya untuk mencegah kejadian malnutrisi di rumah sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi suatu hal yang penting untuk mengetahui validitas alat skrining risiko malnutrisi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas MST pada pasien rawat inap dewasa di RSCM, Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian obervasional dengan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 105 pasien rawat inap dewasa di RSCM. Semua pasien dilakukan skrining menggunakan MST dan SGA oleh observer dan tenaga kesehatan lain. Validitas MST ditentukan dengan mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas yang dibandingkan dengan SGA. Inter-rater reliability ditentukan dengan nilai kappa ? untuk mengetaui tingkat kesepakatan antar obsever. Prevalensi malnutrisi berdasarkan MST adalah 46,47 untuk malnutrisi ringan, 40 untuk malnutrisi sedang, dan 13,33 untuk malnutrisi berat.
Prevalensi malnutrisi berdasarkan SGA adalah 47,62 untuk malnutrisi ringan, 37,15 untuk malnutrisi sedang, dan 15,23 untuk malnutrisi berat. Kemudian apabila dibandingkan dengan SGA, MST memiliki sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 96 dan 98,2 untuk malnutrisi ringan, 94,9 dan 92,4 untuk malnutrisi sedang, serta 81,3 dan 98,9 untuk malnutrisi berat. Reliabilitas antar observer MST adalah 0,492 untuk malnutrisi ringan, 0,315 untuk malnutrisi sedang, dan 0,437 untuk malnutrisi berat. Berdasarkan hasil penelitian ini, MST direkomendasikan untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi pada pasien dewasa. Namun diperlukan evaluasi dan pelatihan yang berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan yang menggunakan alat skrining ini.

The accuracy of nutritional screening are necessary to ensure the provision of optimal nutrition support for the patient to prevent hospital malnutrition and speed up the healing process. Thus, it is necessary to validate the nutrition screening tool used. The present study determined validities and reliabilities of MST among adult patients at risk of malnutrition at RSCM, Jakarta.
This is an observational study with cross sectional design. The subjects were 105 adult patients admitted to RSCM. All patients were screened using the MST and SGA by the observer and other health care workers. The validity of the MST will be tested by measuring the sensitivity and specificity of MST were conducted against the SGA. Inter rater reliability was evaluated using kappa value to determine the level of agreement between raters. A total of 105 adult patients participated in this study. Prevalence of malnutrition according to MST was 46,47 for mild malnutrition, 40 for moderate malnutrition, and 13,33 for severe malnutrition.
Prevalence of malnutrition according to SGA was 47,62 for mild malnutrition, 37,15 for moderate malnutrition, and 15,23 for severe malnutrition. As compared to SGA, MST had a sensitivity and specificity 96 and 98,2 for mild malnutrition, 94,9 and 92,4 for moderate malnutrition, and 81,3 and 98,9 for severe malnutrition, respectively. The inter rater reliability of MST was 0,492 for mild malnutrition, 0,315 for moderate malnutrition, and 0,437 for severe malnutrition. MST is a simple, quick and valid tool which can be used to identify patients at risk of malnutrition. Based on our result, MST is recommended for use in identifying adult patients. It can be used as a malnutrition screening tool but there is a need to evaluate and train the health care workers who use this tools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safiudin Alibas
"Pelaksanaan program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi sampai saat ini belum efektif. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya prevalensi kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi di Kabupaten dan Kota Propinsi Sulawesi Tenggara (Kasus Kabupaten Konawe dan Kota Kendari). Efektivitas program perbaikan gizi yang dimasud dalam penelitian ini adalah efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dan efektivitas distribusi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Kedua jenis kegiatan ini berhubungan langsung dengan prevalensi kurang gizi.
Metode analisis dilakukan dengan menggunakan Analisis of Varians dan model ekonometrika. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan secara survei. Penentuan sampel dilakukan secara purposive.
Berdasarkan analisis dengan uji statistik one way ANOVA, disimpulkan bahwa efektivitas pemantauan pertumbuhan bailta tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten Konawe dan Kota Kendari. Sedangkan efektivitas distribusi MP-ASI berbeda secara signifikan. Faktor-faktor yang berbeda secara signifikan meliputi dukungan manajemen puskesmas dalam program perbaikan gizi, dan ketersediaan MP-ASI. Analisis uji statistik one way ANOVA juga menyimpulkan Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten dan Kota.
Hasil analisis model ekonometrika dengan menggunakan regresi linier berganda menyimpulkan batiwa efektivitas pemantauan pertumbuhan dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan gizi Ibu, keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi dan tingkat dukungan manajemen puskesmas. Hasil analisis di masing-masing Kabupaten dan Kota menyimpulkan bahwa efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Di Kabupaten Konawe efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan gizi ibu dan dukungan manajemen Puskesmas. Sedangkan di Kota Kendari efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi oleh faktor pengetahuan gizi ibu dan keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi.
Pengetahuan gizi ibu, keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi dan keadaan geografis berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat efektivitas distribusi MP-ASI. Analisis menurut kabupaten dan kota pada model ini tidak dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap efektivitas pemantauan pertumbuhan balita tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten Konawe dan Kota Kendari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas distribusi MP-ASI di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor yang sama. Prevalensi gizi kurang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu, dan pengetahuan tenaga gizi tentang gizi buruk dan gizi kurang berpengaruh secara siginifikan terhadap prevalensi gizi kurang. Hasil analis masing masing kabupaten dan kota menyimpulkan bahwa prevalensi gizi kurang di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Di Kabupaten Konawe prevalensi gizi kurang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu dan pengetahuan petugas gizi tentang gizi kurang dan gizi buruk. Sedangkan di Kota Kendari faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap prevalensi gizi kurang adalah efektivitas distribusi MP-ASI.
Prevalensi gizi buruk dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pendapatan keluarga, efektivitas pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dan kemampuan tenaga gizi dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. Analisis menurut kabupaten dan kota pada model ini tidak dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap prevalensi gizi buruk tidak berbeda secara signifikan antara kabupaten dan kota. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi gizi buruk di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruh oleh faktor yang sama.
Kesimpulan hasil analisis model ekonometrika memberikan gambaran dan pemahaman bahwa permasalahan gizi di setiap wilayah relatif berbeda dan sangat tergantung pada fokus permasalahan tersebut. Oleh karenanya, dalam upaya meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanggulangan kurang gizi diperlukan berbagai kebijakan yang tidak hanya bersifat umum tetapi juga yang bersifat spesifik lokal masing-masing daerah. Kesimpulan ini sejalan dengan semangat desentralisasi yang mengharapkan pembangunan masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya daerah tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berg, Alan
Jakarta: Bhrata Karya Aksara, 1985
641.1 BER nt (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Indra Rukmana
"Tujuan peneilitian ini adalah menganalisis penerapan prinsip-prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam penyelengaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit X Jakarta.
Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan di Instalasi Gizi Rumah Sakit X pada bulan April 2012. Informan dalam penelitian ini adalah 6 orang pegawai Instalasi Gizi, 1 orang staf Diklat, 1 orang staf Personalia dan 1 orang staf Rendal Mat Fas di Rumah Sakit X Jakarta. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen.
Hasil penelitian ini adalah penerapan prinsipprinsip HACCP di Instalasi Gizi telah didukung oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan Rumah Sakit X Jakarta dan telah dilaksanakan oleh Instalasi Gizi, namun masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Penentuan identifikasi bahaya telah sesuai dengan ketentuan HACCP, penentuan titik kendali kritis (CCP) masih belum fokus pada tahapan yang kritis, telah menetapkan batas kritis dalam setiap tahapan, pelaksanaan monitoring masih belum fokus pada titik kendali kritis, telah menetapkan tindakan perbaikan, tindakan verifikasi belum dilaksanakan, kegiatan dokumentasi rancangan HACCP telah dilakukan, pencatatan monitoring belum dilakukan.
Penulis menyarankan agar Instalasi Gizi menyusun ulang rancangan HACCP dan melakukan pencatatan dalam kegiatan monitoring serta mengikuti pelatihan HACCP untuk meningkatkan kualifikasi menyusun program HACCP.

The aim of this study is to analyze the application of the principles of Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) in the food management in Nutrition Installation of Hospital X Jakarta.
The design of this study is a qualitative study that has done in Nutrition Installation of Hospital X in April 2012. Informants in this study were 6 employees of Nutrition Installation, one Diklat staff, one Personalia staff and one Rendal Mat Fas staff in Hospital X Jakarta. The collection of data use in-depth interviews methods and document review.
The results of this study is the application principles of HACCP in the Nutrition Installation which was supported by a policy that issued by the leadership of the Hospital X Jakarta and has been implemented by the installation of nutrition, but there are still many shortcomings in its implementation. Determination of hazard identification in accordance with the provisions of HACCP, the determination of critical control point (CCP) is still not focused on a critical stage, has set critical limits in each phase, the implementation of the monitoring has not still focused on the CCP, has set up corrective actions, verification has not implemented, the HACCP plan documentation has been done, monitoring records has not been performed.
The writer recommends that Nutrition Installation reorder HACCP plan, keeps records of monitoring activities and follows HACCP training to improve the qualifications to set HACCP program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Maria Olviani Ndede
"Latar Belakang: Mendeteksi risiko kejadian malnutrisi didapat dirumah sakit pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat penilaian nutrisi yang dilakukan selama masa rawat anak di rumah sakit. Salah satu alat penilaian yang telah dihasilkan berupa Alarm Malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji nilai sensitivitas dan spesifisitas alat penilaian Alarm Malnutrisi dalam mendeteksi risiko kejadian malnutrisi didapat di rumah sakit yang dibandingkan dengan alat penilaian Screening Tool for the Risk On Nutritional Status and Growth (STRONGKids).
Metode Penelitian: Penelitian dengan desain Cross Sectional ini melibatkan 168 anak yang dirawat di rumah sakit berusia 1 bulan hingga 18 tahun. Analisis data menggunakan pendekatan penelitian diagnostik yang menghasilkan nilai uji sensitivitas dan uji spesifisitas.
Hasil: Hasil uji statistik menunjukan nilai uji sensitivitas dan uji spesifisitas Alarm Malnutrisi masing-masing sebesar 32,2% dan 81,6%. Hasil ini dinilai tidak begitu baik dibandingkan alat penilaian STRONGKids yang sebelumnya telah dipakai di rumah sakit.
Kesimpulan: Alarm Malnutrisi masih perlu dikembangkan dan diperbaiki kembali untuk penyempurnaan sehingga dapat dipakai dengan baik dalam menilai risiko malnutrisi didapat di rumah sakit

Background: Detecting the risks for hospital-acquired malnutrition in children can be performed by using nutritional screening tools. One of the screening tools that has been created is Alarm Malnutrisi. This study aimed to test the sensitivity and specificity of Alarm Malnutrisi in detecting the risks for hospital-acquired malnutrition in comparison to Screening Tool for the Risk On Nutritional status and Growth (STRONGkids).
Materials and Method: This study employed cross sectional design and involved 168 hospitalized children (1 month to 18 years) at pediatric ward . The data were analyzed using diagnostic approach which resulted in sensitivity and specificity values.
Results: The statistical tests showed that the sensitivity and specificity values of Alarm Malnutrisi were 32,2% and 81,6% respectively meanwhile the values of STRONGKids. These results indicated that this screening tool was not better than STRONGkids which has been previously used in the Dr. Cipto Manunkusumo Hospitals in Indonesia.
Conclusions: Alarm Malnutrisi needs to be developed and improved in order to achieve better performance in detecting the risks for hospital-acquired malnutrition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainanur Aurora Setianingsih
"Masalah malnutrisi pada remaja merupakan salah satu kesehatan global utama yang dapat menyebabkan mortalitas, morbiditas, dan gangguan perkembangan. Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak-anak di Indonesia dengan prevalensi 11,1 anak berusia 13-15 tahun dan 9,4 anak berusia 15-18 tahun. Kebutuhan energi remaja perempuan berbeda dengan laki-laki sebagai persiapan kehamilan. Salah satu cara untuk mencapai kebutuhan gizi optimal dengan menerapkan prinsip keragaman makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross-sectional menggunakan data sekunder 24-h recall pada 335 remaja perempuan berusia 12-18 tahun di provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi status gizi pada remaja perempuan adalah 17 gizi lebih dan 3,6 gizi kurang. Prevalensi keragaman makanan rendah atau 5 kelompok makanan adalah 42,7. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi p=0.825.
Hasil analisis multivariat dengan penyesuaian variabel perancu mendapatkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi dengan OR1.112 95 IK 0.619-1.997. Tidak didapatkannya hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan.

Malnutrition in adolescent is one of the global health problem that could cause mortality, morbidity, and development problem. Thinness is one of the childhood health problem in Indonesia. Prevalence of thinness in Indonesia among 13 15 years old was 11,1 , while 15 18 years old was 9,4. Demand of nutritional requirement and energy for adolescent girls are more higher as preparation for pregnancy. Balance nutrition could be optimize through implement dietary diversity.
Aim of this study to seek association between dietary diversity and nutritional status among adolescent girls in West Java Province. A cross sectional study using secondary data from 24 h recall was performed on 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java Province.
The result showed prevalence of nutritional status among adolescent girls in West Java were 17 overweight, 3,6 thinness. Prevalence of low dietary diversity or 5 food category was 42,7. Through bivariate analysis, no association between dietary diversity and nutritional status p 0.825.
Multivariate analysis with adjustment for confounding variable showed no association beteween dietary diversity and nutritional status with AOR 1.112 95 CI 0.619 1.997. It is concluded that there is no association between dietary diversity and nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Santi Puspitasari
"Kekurangan gizi yang terjadi pada masa dalam kandungan hingga usia 2 tahun dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan otak, mental dan kemampuan motorik bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen kanena 80% tumbuh kembang otak tetjadi pada masa ini. Detisit otak akan sulit terkejar karena masa cepat tumbuh hanya berlangsung sampai usia 18 bulan.
Penclitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap status gizi anak baduta di Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder “NSS IIKI” putaran 20 dan 22, menggunakan rancangan repezted cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah anak balita (0-23 bulan) di wilayah pcdesaan Jawa Barat. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada putaran kc 20 adalah 2232 orang dan putaran 22 adalah 2093 orang. Analisis data meliputi analisis univariabel, bivariabel (regresi Iogistik multinomial sederhana) dan multivariabel (regresi logistik multinomial ganda).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah kesehatan masyarakat di Jawa Barat, baik pada musim kemarau maupun musim hujau. Hasil analisis bivariabel pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara variabcl pcndidikan ibu, status ketja ayah. pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi anak baduta. Sedangkan di musim hujan didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan ibu dan penyakit infeksi. Dari analisis multivariabcl pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikam ibu, status kgrja ayah, pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi baduta. Sedangkan pada musim hujan, didapatkan hubungan yang bcrmakna pada variabel pcndidikan ibu dan penyakit infeksi dengan status gizi. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi anak baduta di musim kemarau adalah adalah status pengeluaran perkapita. Faktor yang paling dominan di musim hujan adalah pendidikan ibu.
Disarankan kepada penanggung jawab program untuk memberikan prioritas penanggulangan masalah gizi pada anak balita. Untuk mengatasi masalah pcrekonomian kelunrga perlu diupayakan suatu cara untuk menambah pcnghasilan keluarga. Perlu diberikan penyuluhan kepada ibu tentang penyakit-penyakit yang dapat diderita oleh anak.

Malnutrition of children under two years old may have a major effect on brain development and can result in permanent mental retardation and motoric ability, because 80% of brain development occurs in this period. Reduced brain growth is irreversible because brain development taking place until 18 months old.
The objectives of this research were to study affecting factors and to predict the rolling factors on nutritional status of under two years children in West Java Province. The ‘NSS HKI” secondary data used in this research were round of 20th and 22nd by repeated cross sectional design. The population of this research was children under two years old in West Java mral area. Based on inclusion and exclusion criteria, it was definite 2232 samples of the 20"‘ round and 2093 samples of the 22“d round. Data were examined by univariate, bivariate and multivariate (multinomial logistic regression) analysis.
The results showed that there was community health problem in West Java both on wet and dry seasons. Bivariate analysis on dry season demonstrated significant correlation among length of schooling for mother, father’s occupation, expenditure per capita and infection diseases with nutritional status of under two years old children. While in wet season, there was significant correlation among length of schooling for mother and infection diseases with nutritional status of under two years children. Expenditure per capita was found as a dominant factor in dry season. Length of schooling for mother was found as a dominant factor in wet season.
It was suggested that program coordinator commit highly priority on resolving malnutrition problem of under two years old children. Improvement of economical status based on local resources must be the important program of the government. Recognizing of the crucial diseases for the children has to be educated to the parents, especially mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnayani
"Latar belakang dan tujuan: Area kumuh identik dengan permasalahan gizi pada anak. Salah satunya adalah masih terdapatnya anak pendek di daerah tersebut. Perawakan pendek dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya dikarenakan oleh dysbiosis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi mikrobiota pada anak pendek dan tidak pendek di daerah kumuh di Jakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain comparative cross sectional study yang dilakukan di RW 9 dan 11, Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah 21 anak pendek (HAZ £ -2SD) dan 21 anak tidak pendek (-1SD £ HAZ £ 3SD) usia 2-5 tahun. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek dan keluarga, riwayat cara lahir, riwayat asi eksklusif, riwayat sakit serta higiene dan sanitasi. Selain itu juga dilakukan pengumpulan asupan zat gizi melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Analisis mikrobiota dilakukan dengan mengekstraksi DNA dari feses subjek kemudilan dilakukan sekuensing 16S rRNA menggunakan Next Generation Sequencing (NGS). Analisis bioinformatika dilakukan untuk membandingkan komposisi mikrobiota pada kedua kelompok. Uji Manova dan korelasi Spearman dilakukan untuk menganalisis kaitan antara faktor-faktor dan asupan zat gizi dengan komposisi mikrobiota.
Hasil: Berdasarkan asupan zat gizi, pada kelompok anak pendek, asupan energi, zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (Zn dan Fe) lebih rendah dibandingkan anak yang tidak pendek. Pada kelompok anak pendek terdapat kecenderungan jumlah anak yang dilahirkan secara Caesar lebih banyak, yang memiliki riwayat sakit lebih banyak, konsumsi air minum air isi ulang lebih banyak dan yang tidak mencuci tangan sebelum makan lebih banyak dibandingkan kelompok anak tidak pendek. Dilihat dari komposisi mikrobiota, terdapat perbedaan komposisi mikrobiota pada kedua kelompok, baik pada tingkat genus maupun spesies. Pada kelompok pendek terdapat kelimpahan yang lebih tinggi pada genus Mitsuokella and Alloprevotella serta spesies Providencia alcalifaciens. Sedangkan pada kelompok tidak pendek terdapat kelimpahan lebih tinggi pada genus Blautia, Lachnospiraceae, Bilophila, Monoglobus dan spesies Akkermansia municiphila, Odoribacter splanchnicus and Bacteroides clarus. Perbedaan komposisi mikrobiota ini dipengaruhi oleh riwayat cara kelahiran, riwayat ASI eksklusif, sumber air minum, sumber air untuk aktivitas lain, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan serta asupan energi, makronutrient dan mikronutrient.
Kesimpulan: Secara umum kelimpahan mikrobiota yang bersifat patogen pada anak pendek lebih tinggi dibandingkan kelompok tidak pendek. Hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi serta faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor yang berpengaruh ini dapat diterapkan oleh anak pendek di daerah kumuh sebagai upaya perbaikan status gizi.

Background and objective: Slum areas are identic with nutritional problems in children including stunted children. Incidence of stunted can be caused by various factors, one of which is dysbiosis. This study aims to analyze the microbiota composition of stunted and non-stunted children in Jakarta slum areas and related contributing factors.
Method: This study used a comparative cross-sectional study design which was conducted in RW 9 and 11, Kebon Bawang Village, North Jakarta. The subjects in this study were 21 stunted children (HAZ£-2SD) and 21 non-stunted children (-1SD£HAZ£3SD) ages 2-5 years. The data collected included subject and family characteristics, mode delivery history, exclusive breastfeeding history, history of illness and hygiene and sanitation. In addition, nutrient intake was also collected through the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Microbiota analysis was performed by extracting DNA from the subject's feces and then 16S rRNA sequencing using Next Generation Sequencing (NGS). Bioinformatics analysis was performed to compare the composition of the microbiota in the two groups. Manova test and Spearman correlation were performed to analyze the association between factors and nutrient intake with gut microbiota composition.
Results: Based on nutrient intake, in the stunted children, energy intake, macronutrients (carbohydrates, protein, and fat) and micronutrients (Zn and Fe) were lower than non-stunted children. In the stunted group there was a tendency for the number of children born by Caesarean section to be higher, to have a higher history of illness, to consume more refillable drinking water and not to wash their hands before eating than non-stunted group. There were differences in the composition of the microbiota in the two groups, both at the genus and species levels. In the stunted group there were higher abundance in the genera Mitsuokella and Alloprevotella and the species Providencia alcalifaciens. Whereas in the stunted group there was a higher abundance in the genera Blautia, Lachnospiraceae, Bilophila, Monoglobus and the species Akkermansia municiphila, Odoribacter splanchnicus and Bacteroides clarus.
Conclusion: In general, the abundance of pathogenic microbiota in stunted children was higher than in the non-stunted children. This is influenced by nutrient intake and other factors. These influencing factors can be applied by stunted children in slum areas as an effort to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Rahmadiyah
"Stunting dipengaruhi oleh faktor keluarga dan rumah tangga, yang akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam melakukan pemenuhan gizi balita, yang tentunya tidak lepas dari peran keluarga. Keluarga berperan sebagai penyedia sumber daya baik fisik maupun psikis yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan, sehingga keluarga memiliki peran yang signifikan dalam pencegahan stunting. Ketahanan keluarga dimediasi oleh fungsi keluarga. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggali ketahanan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak stunting. Studi ini melibatkan wawancara mendalam dengan 23 keluarga anak stunting usia 24–59 bulan. Melalui analisis isi, kami mengidentifikasi 3 tema: 1) ketahanan keluarga termasuk keyakinan keluarga bahwa penyebab stunting adalah karena faktor keturunan dan 2) stunting dapat “disembuhkan”, dan 3) kurangnya komunikasi dalam keluarga tentang stunting pada anak . Penelitian selanjutnya sebaiknya membahas model intervensi untuk meningkatkan resiliensi dan mencegah stunting pada anak di bawah usia lima tahun.

Stunting is influenced by family and household factors, that will affect the ability of families to practice fulfilling toddler nutrition, which certainly cannot be separated from the role of the family. Family has a role as a provider of both physical and psychological resources that can prevent the health problems, so that the family has a significant role in preventing stunting. Family resilience is mediated by family functioning. A qualitative descriptive study aimed to explore family resilience in fulfilling the nutritional needs of stunted children. This study involved in-depth interviews with 23 families of stunted children aged 24–59 months. Through content analysis, we identified 3 themes: 1) the family resilience including the family belief in the causes of stunting are due to heredity and 2) stunting can be “cured”, and 3) lack of communication within the family about the child's stunting. Future studies should discuss intervention models to increase resilience and prevent stunting in children under five years of age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>