Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Fitria Ningsih
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2017
305.495 1 WID a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Willibrordus Surendra Broto Rendra, 1935-2009
Yogyakarta: Bentang, 2016
899.221 REN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati
"Tesis ini mengupas tentang pengasuhan anak perempuan dalam keluarga amalgam Minangkabau-Tionghoa di Kota Padang. Studi ini dilatarbelakangi pemikiran bahwa keluarga merupakan agen sosialisasi yang sangat penting dalam membentuk tumbuh kembangnya seorang anak. Oleh karena itu proses pengasuhan dalam keluarga menjadi sangat penting, sebagai wacana dalam penyosialisasikan nilai gender pada anak. Pola pengasuhan itu sendiri tidak terlepas darl nilai budaya yang dianut oleh etnis tertentu. Oleh karenanya, pada keluarga amalgam Minangkabau-Tionghoa ada warna budaya dari kedua etnis tersebut yang mewarnai proses pengasuhan anak perempuannya. Untuk memahami pengasuhan anak perempuan pada keluarga amalgam ini, penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang berspektif perempuan dan analisa tesis melalui teori sosialisasi dan pendekatan feministik.
Hasil studi menunjukkan bahwa pengasuhan anak perempuan dalam keluarga amalgam Minangkabau - Tionghoa dalam beberapa hal masih diwarnai oleh budaya patriarkis yang menyebabkan ketidakadilan pada anak perempuan. Namun pada keluarga amalgam Minangkabau- Tionghoa ditemukan juga hal positif yang dapat memberdayakan anak perempuan, yaitu sosialisasi jiwa usaha/wiraswasta dari budaya kedua etnis ini, mempengaruhi pengasuhan anak perempuan dalam membentuk kemandirian ana.k perempuan secara ekonomi. Hal yang lain, ditemukan juga berkurangnya pendomestilikasian anak perempuan dalam pekerjaan rumah tangga. Hal itu disebabkan kecenderungan keluarga amalgam Minangkabau-Tionghoa membentuk keluarga batih, sehingga pola hidup modern pun mulai terserap dalam gaya hidup.

This thesis discusses the upbringing of female children in six Minangkabau-Chinese amalgam families in the city of Padang. The assumption underlying this study is that the family serves as a vital agent of socialization in fomting the development of a child. That is why, the process of upbringing in a family becomes very important for socializing gender values to a child. The upbringing pattern itself is not separated from the cultural values adhered to by a particular ethnic group. Therefore, in the Minangkabau-Chinese amalgam family the colours of the two ethnic cultures have some influence on the upbringing process of a female child. To unfold the upbringing of female children in the six amalgam families, the study has utilized a qualitative approach with the feminine perspectives and data analysis through the theory of socialization and feministic approach.
The results of the study indicate that the upbringing of female children in the Minangkabau-Chinese amalgam families is still influenced in many ways by the patriarchal culture that leads to injustice for the female children. However, the study also observes certain positive aspects empowering the female children, that is, the socialization of business/entrepreneurship of both ethnic cultures has influences upon the process of upbringing in forming economic independence of the female children. lt is also found that the domestication of female children is on the decrease. This is caused by the fact that Minangkabau-Chinese families tend to settle in core families so that modern life patterns begin to enter into their life style."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Destinia Natalira Arisandi
"Pendidikan merupakan hak setiap orang, termasuk anak-anak keturunan Tionghoa. Namun, pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda di Indonesia, orang Tionghoa yang saat itu berstatus sebagai Middlemen minority harus memperjuangkan pendidikannya. Ketika politik etis diberlakukan, pendidikan berfokus pada pribumi. Berangkat dari permasalahan tersebut, dirumuskan tiga pertanyaan, yaitu 1.Jenis sekolah apa saja yang diikuti oleh anak-anak Tionghoa pada zaman kolonialisme Belanda di Indonesia? 2. Mata pelajaran apa saja dengan bahasa pengantar apa yang digunakan di sekolah-sekolah tersebut? 3. Anak-anak keturunan Tionghoa golongan apa saja yang dapat mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah tersebut? Penelitian metode kualitatif dengan sumber data berupa buku dan artikel, baik luring maupun daring. Dalam penelitian ini didapati bahwa pendidikan anak-anak Tionghoa pada zaman pemerintah kolonial di Hindia Belanda dapat dibagi menjadi dua, yaitu sekolah yang diselenggarakan rakyat seperti sekolah THHK dan sekolah yang diselenggarakan pemerintah kolonial Hindia Belanda seperti ELS, HIS, dan HCS. Setiap sekolah memiliki kurikulum dan syarat masuk yang berbeda. Hal ini mempengaruhi pemilihan sekolah Tionghoa Totok dan Peranakan
Kata kunci: pendidikan; Tionghoa;Indonesia; pemerintah Kolonial Hindia Belanda

Everyone has the right of to education. Chinese descent children whose status were Middlemen minority had to fight for their education during Dutch East Indies era. The education in ethical policy was only focused on the indigenous people. Through the particular problem, there are three questions formulated, 1. What kind of school did the Chinese children attend during Dutch East Indies era? 2. What kind of subject and what language used in those particular schools? 3. What kind of group of Chinese descent children who could attend those particular schools? This research uses qualitative method. The data resources are obtained from both online or offline sources, such as books and articles. The result of this research shows Chinese children during Dutch East Indies era were divided into two categories: the school run by the society, such as THHK school and the schools run by Dutch East Indies government, such as ELS, HIS and HCS. Every school has different curriculum and requirements. The differences affect Totok Chinese and Peranakan Chinese’s preference on education.
Keywords: education; Chinese; Indonesia; Dutch East Indies era
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: USAID, 2003
305.4 ROS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: International Catholic Migration Commission , 2003
364.153.4 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kapal Perempuan, 2000
305.4 Pen
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hellwig, Tineke
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007
305.409 598 HEL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>