Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leo Suryadinata
Faculty of Humanities University of Indonesia, 1999
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurni W. Wuryandari
"What is meant by contemporary literature? The first thing that comes up in mind is that the terminology of contemporary literature points out to ?literature that is new? or ?literature that is very recent?, and constitutes a new trend lastly in touch with public. With this, contemporarity might possibly be seen or measured on the basis of time frame. In China, contemporary literature is not measured merely by the most recent time and the changing literary trend in a certain period of time, it is apparently not free from the political influence of the goverment in power. Political guidance issued by the goverment in a certain period, will define the change in the literary trend in China. Uniquely, the literary trend in a certain period not merely brings out certain themes, but also followed by a great deal of literary works representing the emerging literary trend. In China, by reading a literary work, one will easily be able to detect when that kind of literary works approximately emerged, and who were the authors producing that works.
"
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Firdaus
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perubahan dinamika politik orang Tionghoa Peranakan di Indonesia ketika terjadi proses pemindahan mereka yang tinggal di kampung_kampung untuk pindah ke kota-kota terdekat akibat kebijakan pemerintah yang terkenal dengan nama PP1011959. Kebijakan ini mengakibatkan sekitar 110.000 orang Tionghoa Indonesia harus pindah dari desa-desa di pedalaman ke perkotaan di seluruh Indonesia. Banyak juga dari mereka yang akhirnya memilih pergi ke negeri Tiongkok (Republik Rakyat Cina). Penelitian dan pengumpulan bahan dilakukan dengan studi kepustakaan di berbagai perpustakaan umum dan pribadi di Jakarta, Solo dan Surabaya dengan mempergunakan surat kabar dan majalah sejaman sebagai sumber primer dan buku-buku sebagai sumber sekunder. Penelitian juga dilakukan dengan wawancara tokoh sejaman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopriyasman
"Dalam sejarah politik di Indonesia, Oei Tjoe Tat tercatat sebagai kelompok "integrasionis", yang memiliki konsep kebangsaan Indonesia non-rasial. Kegiatan politiknya bermula di kalangan peranakan Tionghoa yang ditandai dengan keterlibatan dirinya dalam berbagai organisasi peranakan. Sebutlah misalnya, Sin Ming Hui, Partai Politik Tionghoa (PPT), Partai Demokrat Tionghoa Indonesia (PDTI), dan Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (BAPERKI).
Pada permulaan demokrasi terpimpin (1959), Oei Tjoe Tat bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo). Sejak saat ini kegiatan politik Oei Tjoe Tat meluas dan mulai meninggalkan politik etnis. Kegiatannya tidak saja lagi untuk kalangan peranakan Tionghoa, tetapi sudah pada persoalan masyarakat Indonesia secara keseluruhan, dan karenanya Oei Tjoe Tat pantas mendapat respek Presiden, sehingga diangkat sebagai Menteri Negara diperbantukan pada Presidium Kabinet Dwikora {1965-1966).
Tampilnya Del Tjoe Tat dalam jajaran elite politik Indonesia tentu saja punya keunikan tersendiri. ia bukanlah seorang yang dikenal sebagai politikus sebagaimana peranakan lainnya (Siauw Giok Tjhan, Thio Thiam Tjong, Tan Po Goan, dan lain-lain). Kegiatannya justru lebih banyak dalam bidang sosial kemasyarakatan, tetapi rupanya Presiden punya pertimbangan khusus. Oei Tjoe Tat dinilai telah mengindonesia dan aktif menyumbang demi perjalanan revolusi (baca kepentingan pemerintah Soekarno). Perilaku politiknya di Konstituante yang pro pemerintah untuk kembali kepada UUD 1945 adalah contohnya. Kemudian setelah terjadi peristiwa kerusuhan Mei 1963, Oei Tjoe Tat termasuk orang yang bersuara keras menentang kontra revolusi. Di samping itu, faktor pendidikan kesarjanaan hukumnya turut memperkuat pilihan Presiden. Keteguhan pendirian dan konsisten dengan sikap membuat Presiden mempercayainya, bahkan O.G. Roeder menyebut Oei Tjoe Tat sebagai "fellow traveller Soekarno". Dari sini pula Oei Tjoe Tat dipercaya mengemban tugas-tugas kenegaraan yang bersifat rahasia (peka).
Meskipun demikian, Oei Tjoe Tat tidaklah luput dari berbagai persoalan rumit, baik politis atau pun sosial. Apa yang popular dengan masalah Tionghoa adalah salah satu yang harus dicarikan pemecahannya oleh Oei Tjoe Tat. Oei ditugaskan dalam bidang hubungan masyarakat, imigrasi, kewarganegaraan, lembaga tinggi negara, kebijakan dalam negeri dan keamanan. Adakalanya Oei Tjoe Tat terpaksa mengorbankan prinsip dasarnya sebagai pejuang hak azasi manusia, demi kepentingan politik pemerintah yang mengangkatnya. Apakah hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagai minoritas yang cendrung selalu mendukung pemerintah yang berkuasa, atau karena memang seorang menteri harus seperti itu (sudah menjadi tugas) ? Belum lagi berbagai tindakan politis yang tidak selalu nenghargai hak azasi dan menjurus diskriminasi. Kesemua itu membawa diri Oei Tjoe Tat dalam posisi yang penuh dilema.
Dalam tesis ini akan dicoba menggambarkan perkembangan sikap politik Oei Tjoe Tat pada khususnya, dan politik peranakan Tionghoa pada umumnya, dari awal keterlibatannya dalam organisasi peranakan tahun 1946 sampai Oei Tjoe Tat ditahan pada tahun 1966 karena dituduh "subversi". Selama periode tersebut dapat diperoleh gambaran tentang masalah-masalah atau aspek-aspek tertentu dari masyarakat Tionghoa Indonesia di pentas politik Indonesia melalui kisah kehidupan seorang peranakannya (Oei Tjoe Tat).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartomi, Margaret J.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia , 2005
306.2 KAR gt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Harbelubun, Yohanna Claudia Dhian Ariani
"Penelitian ini bertolak dari permasalahan sulitnya proses asimilasi antara Warga Negara Indonesia (WNI) dengan warga Negara Indonesia Keturunan(WNIK) yang telah lama diusahakan berbagai pihak. Salah satu usaha adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat asimilasi. Untuk mengusahakan itu, perlu diketahui sikap WNIK terhadap bahasa Indonesia.
Berpijak dari permasalahan itu, setakat ini berusaha mengetahui sikap bahasa pelajar berbahasa ibu bahasa Tionghoa. Selain itu, penelitian ini juga mengusahakan keberterimaan penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia di kalangan pelajar tersebut. Dengan mengetahui sikap bahasa dan keberterithaan penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia maka dapat diteliti pula hubungannya, apakah saling mempengaruhi atau tidak.
Penelitian ini merupakan studi kasus di SMU Tarsisius I Jakarta yang sebagian besar (94,88%) merupakan pelajar keturunan Tionghoa. Populasi penelitian ini berjumlah 482 orang yang berbahasa ibu bahasa Tionghoa. Karena cukup besamya populasi, penelitian ini menggunakan percontoh yang ditarik dengan teknik purposive sampling. Jumlah percontoh adalah 125 orang.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sikap bahasa pelajar SMU Tarsisius I yang berbahasa ibu bahasa Tionghoa dapat dikatakan positif.Selain itu ditemukan pula rendahnya tingkat penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia pada pelajar berbahasa ibu bahasa Tionghoa.
Berdasarkan variabel bebas jenis kelamin, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada sikap bahasa mereka. Namun, untuk penggunaan kosakata baku ditemukan perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dengan responden perempuan. Setelah diteliti, ternyata responden laki-laki lebih baik penggunaan kosakata bakunya daripada responden perempuan.
Berbeda halnya pada variabel bebas kesetiaan berbahasa Tionghoa, ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok yang setia berbahasa Tionghoa dengan kelompok yang tidak setia berbahasa Tionghoa. Semakin responden setia dengan bahasa Tionghoa maka semakin negatif sikapnya terhadap bahasa Indonesia. Demikian pula, semakin tidak setia responden berbahasa Tionghoa, maka semakin positif sikapnya terhadap bahasa Indonesia.
Selain temuan di atas, ditemukan pula hubungan antara sikap bahasa dengan penggunaan kosakata baku. Temyata sikap bahasa tidak memengaruhi tingkat penggunaan kosakata baku. Artinya, bila responden bersikap positif belum tentu responden mampu mengontrol penggunaan kosakata sesuai kaidah. Akan tetapi, bila responden mampu mengontrol penggunaan kosakata baku sesuai kaidah, ia memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

This research start from the problems how difficult are the process for assimilation between Naturalized Indonesia Citizen with Indonesia citizen of China descent, that' was be various side effort. Some effort is using the Indonesia language as tools for assimilation and for efforting that we had to know the attitude the Indonesia citizen of china descent toward the Indonesia language.
Base on that problem, this point trying to know the language attitude from the students who'm used the Tionghoa language. Beside that, this research try to acceptance using the Indonesia standard vocabulary in students circle. With knowing the language attitude and acceptance using the Indonesia standard vocabulary, then be able to research the relationship,which is influence each other or not.
This research was a case study in SMU Tarsisius 1 Jakarta,that almost(94,88%) the student is Indonesian citizen of China descent.This research population was big enough, this research used a Tionghoa language. Because the population was big enough, this research used some examples, with purposive sampling technique. Sum for one sample is 125 students.
The analysis data output shown that language attitude the students of from SMU Tarsisius I, which used Tionghoa language could be positively. Besides that, there is find also how low the step for using Indonesia standard vocabulary among the students who'm use the Tionghoa language.
Base on free gender variable, nothing fond the significant different to their language attitude. But for using standard vocabulary there is find the significant different between students boys respondent and students girl. respondent. After the research, it appears that the student boys respondent using standard vocabulary is better than the student girls respondent.
Base on a difference in free loyalty variable Tionghoa language, there is find significant different between the community whom don't loyal in use Tionghoa language. More and more the respondent loyal in use Tionghoa language so more negative the attitude to Indonesia language. Thus more the respondents not loyal in use Tionghoa language, then more positive the attitude to Indonesian language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: FISIP-Unair, ...
MKP 18(2-3)2005
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jurriens, Edwin, editor
Jakarta: LPES , 2006
306 JUR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mustakim
"ABSTRACT
Language Attitude Towards Indonesian New Words among College People in Jakarta. This study is focused on language attitude towards Indonesian new words among college people in Jakarta with respect to the acceptability of the new words. The data were collected by means of questioner as primary instrument and interview as secondary instrument. This research aims at describing language attitude among college people and the degree of acceptability of new words.
To achieve the aims, this research makes use two approaches: sociolinguistics and psycholinguistics approaches. The sociolinguistics approach--in this case language planning--is used in this research because this study is concerned with corpus planning that is the corpus of the Indonesian language. Corpus planning is part of language planning which deals with the development of language code in order to make language capable of being effectively and efficiently used to express various modem concepts. The psycholinguistics approach is used in this research because this study is concerned with language speakers' attitude, the field of social psychology.
This study reveals that college people in Jakarta tend to have a positive attitude towards Indonesian new words and its development. This attitude can be seen not only in its cognitive components, but also in its affective and cognitive component. This study also shows that this language attitude is highly correlated with the acceptability of Indonesian new words although the acceptability of Indonesian new words is also determined by the characteristics of the new words, i.e. clarity of meanings, economy of word forms, beauty of sounds, and usefulness. The characteristics of the new words are found to have correlation with the acceptability of new words. But the social variables, i.e. gender, job, education, age, and the first language of the respondents do not seem to contribute to the attitude towards, and acceptability of the new words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>