Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maribeth Erb
"Artikel ini membahas tentang perhatian pemerintah pusat dan daerah dalam mempromosikan ekowisata sebagai alat untuk mempertahankan sumberdaya hutan di Taman Wisata Alam Ruteng, Flores bagian Barat. Ada beberapa perbedaan pemikiran tentang 'pengguna' Taman Rekreasi Nasional, yakni: turis domestik, turis asing dan penduduk desa yang tinggal di sekitar hutan. Tulisan ini mengulas pencabutan hak milik tanah nenek moyang penduduk lokal oleh pemerintah dengan menggunakan wacana 'konservasi'. Penduduk lokal dipersepsikan bukannya sebagai pengguna yang produktif atau konservator, melainkan sebagai 'pengrusak' hutan. Sejarah marginalisasi penduduk lokal terhadap tanah mereka yang berkelanjutan mulai dari zaman kolonial sampai Era Orde Baru dan Reformasi akan dibahas agar peran konservasi dan ekowisata ditinjau kembali."
2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maribeth Erb
"Artikel ini membahas tentang perhatian pemerintah pusat dan daerah dalam mempromosikan ekowisata sebagai alat untuk mempertahankan sumberdaya hutan di Taman Wisata Alam Ruteng, Flores bagian Barat. Ada beberapa perbedaan pemikiran tentang 'pengguna' Taman Rekreasi Nasional, yakni: turis domestik, turis asing dan penduduk desa yang tinggal di sekitar hutan. Tulisan ini mengulas pencabutan hak milik tanah nenek moyang penduduk lokal oleh pemerintah dengan menggunakan wacana 'konservasi'. Penduduk lokal dipersepsikan bukannya sebagai pengguna yang produktif atau konservator, melainkan sebagai 'pengrusak' hutan. Sejarah marginalisasi penduduk lokal terhadap tanah mereka yang berkelanjutan mulai dari zaman kolonial sampai Era Orde Baru dan Reformasi akan dibahas agar peran konservasi dan ekowisata ditinjau kembali."
2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maribeth Erb
"Tulisan ini merupakan sebuah analisa simbolik tentang hubungan antara manusia dan binatang liar di Kabupaten Manggarai di Flores Barat. Orang Rembong di Manggarai,mempunyai ceritera dan upacara adat yang menunjukkan adanya hubungan erat antara dunia manusia dan dunia hewan, yang mirip dengan hubungan antara dunia roh dan dunia manusia. Orang Manggarai percaya bahwa binatang liar adalah peliharaan dari roh-roh hutan, maka upacara khusus mesti diadakan sebelum mulai berburu, menanam padi dan jagung untuk menghormati hewan tersebut. Tulisan ini mengetengahkan pola hubungan antara manusia dan hewan liar pada suku Flores Barat yang dirugikan akibat ulah hewan-hewan liar yang merusak kebun-kebun mereka."
National University of Singapore, 1998
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
David Hakken
"Artikel ini berupaya menyimpulkan implikasi terhadap penelitian-penelitian antropologi terkini tentang identitas di dunia cyberspace, di luar Barat. Penelitian-penelitian ini, sebagian besar di antaranya berfokus pada formasi sosial di luar Indonesia, dikelompokkan berdasarkan pada: yang relatif telah terbentuk, yang lebih marjinal atau dunia 'keempat', dan diaspora. Dinamika yang dilaporkan dalam penelitian-penelitian ini dibandingkan dan dipertentangkan dengan dinamika Barat dalam 'Introduction'. Ketidakhadiran identitas personal dalam penelitian identitas-cyber di dunia Barat juga ditampilkan, dengan beberapa kewaspadaan. Ditempatkan dalam konteks isu yang akhir-akhir ini diberi label 'globalization' dan 'manifesto' antropologi cyberspace dari Arturo Escobar, permasalahan teoritis ini kemudian dihubungkan dengan pemunculan penting open computing pada bangsa-bangsa di luar Barat seperti Indonesia."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kiptiyah
"Tesis ini meneliti mengenai kebudayaan pesantren, manajemen dan perilaku santri yang berkenaan dengan kesehatan dalam konteks penciptaan dan pemeliharaan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat di pesantren. Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan, kualitas dan kuantitas sarana pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat seseorang atau masyarakat dan keadaan lingkungan hidupnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Foster (1986) bahwa di samping faktor biologis, faktor-faktor sosial-psikologi dan faktor budaya sering memainkan peran dalam.mencetuskan penyakit Namun begitu lingkungan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesehatan, tetapi memiliki arti penting karena sampai batas tertentu dapat dikendalikan terutama yang diakibatkan perilaku atau perbuatan manusia. Adapun kebijakan sosial dan ekonomi untuk mendapatkan makanan yang cukup, air yang sehat, atau yang membuat orang lalai bahwa peralatan-peralatan sanitasi yang tak sempurna, tradisi kebudayaan, lembaga ekonomi, sanitasi dan kebijakan lain yang mempengaruhi munculnya penyakit semuanya turut mempengaruhi kesehatan.
Pesantren sebagai salah satu elemen pendidikan juga menempatkan masalah tersebut dalam kurikulumnya, menyangkut di dalamnya kitab-kitab yang menjadi rujukan dan dipelajari serta dipergunakan di pesantren. Pesantren yang notabene merupakan lembaga pendidikan Islam tentu saja dalam praktek kesehariannya berdasarkan ajaran Islam pula. Secara universal Islampun juga mengangkat isu mengenai masalah kesehatan maupun kebersihan dan bahkan anjuran memakan makanan- minuman yang thoyyib yaitu makanan atau minuman yang bagus kualitas gizinya maupun halal cara memperolehnya. Dalam hal ini pula ada makanan yang secara tegas dilarang untuk dikonsumsi. Dalam Hadits (sumber hukum kedua setelah Alquran) dengan jelas juga dikatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah dan juga menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan segala usaha yang dapat dilakukan.
Pesantren memang merupakan suatu komunitas tersendiri dimana semua rambu-rambu yang mengatur kegiatan dan batas-batas perbuatan, misalnya halal-haram, wajib-sunah, baik-buruk dan sebagainya dipulangkan kepada hukum agama, dan semua kegiatan dipandang dan dilaksanakan sebagai bagian dan ibadah keagamaan dengan kata lain semua kegiatan kehidupan selalu dipandang dalam struktur relevansinya dengan hukum agama. Salah satunya dalam hal kebersihan atau kesehatan. Banyak hal-hal yang dianggap bersih dan suci oleh pesantren, karena dibolehkan oleh hukum agama tetapi tidak bersih atau tidak sehat menurut konsepsi ilmu kesehatan. Sehingga cara pandang ini tentu sangat membedakan antara komunitas pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren.
Masyarakat pada umumnya memberikan batasan tentang kesehatan adalah batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, yaitu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehingga secara normatif dan sistematik meskipun pesantren telah memiliki kurikulum dan pengajaran sebagaimana tersebut diatas, namun pada kenyataannya masalah-masalah kesehatan terutama hubungan mata rantai yang telah menyebabkan munculnya penyakit dapat terjadi. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang berbeda antara pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan. Masyarakat pesantren selalu mengembalikan pemahaman mereka kepada kaidah hukum Fiqh, sehingga mereka memiliki persepsi sendiri mengenai kebersihan lingkungannya terutama untuk sebagai sarana ibadah semata-mata kepada Allah SWT sehingga yang terpenting menurut pesantren adalah kesucian sarana tersebut, yaitu terbebas dari najis sehingga tidak menghalangi sahnya suatu ibadah. Hukum fiqh begitu menempati kedudukan yang dominan pada tata nilai dalam kehidupan di lingkungan pesantren. Sedangkan pengajaran mengenai fiqh ini sebagaian besar diperoleh pada kitab-kitab kuning. Kitab kuning merupakan kitab-kitab pengajaran Islam klasik, yang berbahasa Arab dan ditulis oleh para ulama abad pertengahan (7-13 Hijriah).Hal ini tentu turut menjadi pemicu terjadinya perbedaan pemahaman tentang kondisi pemeliharaan kebersihan dan kesehatan di pesantren dengan pemahaman masyarakat "diluar" pesantren. Demikian pula dengan kebudayaan pesantren dalam konteks ini yang merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh komunitas pesantren dimana di dalamnya berisi perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang terwujud dalam perilaku, tindakan, nilai-nilai yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan mengenai kesehatan lingkungan dan masalah-masalah kesehatan yang ditimbulkannya serta pengelolaan kebijakan-kebijakan pesantren yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Disamping itu, terjadi kontradiksi (penafsiran/ pemahaman yang bertolak belakang) perilaku sehari-hari di pesantren dengan cara pandang masyarakat "diluar' pesantren mengenai kesehatan lingkungan hidup sehari-hari juga didukung oleh kurang memadainya fasilitas-fasilitas bangunan maupun tempat tinggal santri sehingga kurang mendukung terbentuknya kondisi lingkungan yang kondusif dan sehat serta nyaman untuk belajar. Kondisi ruangan, kamar mandi dan sarana sanitasi lainnya termasuk pengelolaan sampah dan sebagainya. Kondisi ini sangat mempengaruhi perilaku keseharian mereka terutama dalam upaya pemeliharaan sanitasi dan kesehatan lingkungan yang optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Vintage Books, 1960
301 ANT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Debora Imelda
"Despite the growing number of new cases of HIV and AIDS in Indonesia, the progress ofprevention programs has been slow. Low prevalence is always stated as a reason for delayingHIV prevention programs and to justify slow progress in implementation. Prevention programsare moreover based on a high-risk group paradigm. They focus on female sex workers asresponsible for the spread of HIV, leading to its stigmatization as a hooker?s disease. This articledescribes how seropositive mothers interpret and respond to HIV and AIDS as women, in lightof the fact that most of them have not experienced full-blown AIDS. Some women had alreadyexperienced severe illnesses caused by HIV but defined their ill health by the symptoms theyexperienced, revealing that they did not really feel as if they were living with HIV and AIDS.Despite the fact that some members had died due to AIDS, many still could not believe thatthey were suffering from HIV and AIDS or that their illnesses were caused by it; rather, theirsymptoms were of other diseases such as diarrhoea, tuberculosis, or hepatitis. And thoughthey realized that their past (or present) behaviours put them at risk, they maintained thatthey were victims who had contracted the disease from their promiscuous or drug-injectinghusbands. Even when they did admit that their own behaviour had something to do with it,they did not consider HIV and AIDS as a disease but a curse from God, a punishment fortheir immoral behaviour.
Keywords: Women, Infectious Disease, Interpretation, HIV and AIDS, Support Group,Indonesia"
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"A medical system whether traditional or modern, is a long chain of processes of humanstrategy for adapting to their ecological bio-cultural environment. Naturally humans developtheir biological ability to sustain their kind and develop many adaptation strategies, creatingmedical systems, behavior, and belief sbased on culture as a natural response to the treat ofillness and disease, even though the result of certain behavior does not guarantee the healingof such illness and disease (Dunn in Foster-Anderson, 1986; p.41). under that circumstances,Minangkabau medical systems are seen as a result of a bio-eco-culturally adapting process.Local Etiology of the disease source is closely related to the logic of its healing. Cosmologicalviews influence public knowledge about the concepts of health, illness, disease, and healingmethods. The definition of health and illness is determined by culture, custom, or traditionand it is not always in agreement with the conditions defined by medical science."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resa Dandirwalu
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Mamar
"This article analyzes the positive thinking culture of each ethnic group in Poso, CentralSulawesi. This article also examines the factors that cause degradation of ethnic culture ofpositive thinking so as to serve as guidelines for public behavior. The study was conductedby observation, in-depth interviews, and analysis of qualitative data. The research foundthe degradation of cultural values with several contributing factors. Finally, the model canbe described cultural transformation of positive thinking is right to apply to the youngergeneration. The transformational models of positive thinking culture are: parents need tocomprehend positive thinking culture and teach it to their children; the need to teach morals,positive thinking culture and the regional language in schools; an emphasis of parents andleaders as role-leader for the younger generation; the empowerment of traditional leadersin socializing positive thinking culture; the need for emerge individual to direct their thoughtand actions to positive matter."
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>