Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141609 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edyanto Rachman
"ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, mempunyai dampak
berupa peningkatan investasi. Permintaan modal investasi yang
sangat besar dihadapkan pada kendala berupa keterbatasan
penyediaan modal di dalam negeri untuk pembiayaan proyek .
Sejalan dengan era globalisasi, sistem perekonomian
Indonesia yang terbuka dan dianutnya rezim devisa bebas,
pemanfaatan fund di pasar internasional adalah salah satu
alternatif yang dapat dipergunakan bagi pembiayaafl proyek. Telah
dimakiumi bahwa pembiayaan proyek mempunyai resiko tínggi,
mengingat jangka waktu proyek bersifat jangka paniang. Disamping
memerlukan sumber dana pembiayaan yang besar, dana murah dan
berjangka waktu panjang seperti mísalnya obligasi semakin sulit
diperoleh. Besarnya mmnat investor asing untuk menanamkan
portfolionya di Indonesia karena adanya oportunitas perolehan
return yang menarik perlu dimanfaatkan dengan baik misalnya
melalui kredit sindikasi internasional.
Walaupun demikian, dalam upaya memanfaatkan sumber dana
off-shore yang mempunyai cost of fund yang relatip murah, pihak
Bank menghadapí berbagal kendala seperti adanya batasan net open
position, meníngkatnya country risk Indonesia serta
diberlakukannya faktor kecukupan modal menurut Bank for
International Settlement (BIS).
Kendala lainnya yang perlU disadari adalah adanya f aktor
foreign exchange risk serta inflasi, sehinyga proyek yang
dibiayai seyogyanya menghasilkan pendapatan dalam valuta asing.
Disamping itu perIu diperhatikan jangka waktu pinjaman off?
shore, sehingga dapat dihindarkan adanya ?maturity mismatch?
antara segi pembiayaan dan pendanaan.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Achmad Chair
"ABSTRAK
Dalam masa deregulasi perbankan seperti saat ini maka
bank dituntut untuk lebih professional dalam mengelola
usahanya, mengingat semakin ketatnya persaingan mengakibatkan
kemampuan bank menghasilkan laba dapat menurun. Terutama bagi
bank?bank pemerintah yang pada masa pra deregulasi menguasai
bisnis perbankan, dengan pola kerjanya yang seller?s market
harus merombak total pola kerja tersebut menjadi buyer?s
market sesuai dengan alam deregulasi ini. Hampir semua
bank yang beroperasi menginginkan agar statusnya dapat
meningkat menjadi bank devisa. Hal tersebut tidak terlepas
dan kenyataafl bahwa transaksi devisa selama ini dapat
menyumbangkan penghasilan yang cukup besar bagi bank. Namun
transaksi devisa tersebut harus dikelola dengan baik agar
tujuannya untuk uienyumbangkan penghasilan tersebut dapat
tercapai. Perigelolaan yang tidak baik mungkin malah justru
merugikan bank, atau setidak-tidaknya laba yang dihasilkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam rangka mengelola transaksi devisa tersebut tidak
dapat dipisahkan dan ?assets liability management? bank
secara keseluruhan, mengingat setiap langkah yang akan
diambil dalam transaksi devisa harus memperhatikan bagaimana
struktur pendanaan serta penggunaan dananya, ada atau
tidaknya maturity gap, serta interest sensitivity daripada
assets dan liability tersebut.
Karya akhir ini mencoba melihat bagaimana pengelolaan
transaksi devisa di Bank Negara, dikaitkafl dengan usaha untuk
meningkatkan laba dan transaksi devisa. Hal ini mengingat
berdasarkan data beberapa tahun terakhir ternyata laba dan
transaksi devisa terus menurun. Penurunan laba tersebut
selain disebabkan dan interest margin yang memang seinakin
menipis, juga karena pengelolaan yang kurang sempurna karena
peralatan untuk melakukan analisa dalam rangka pengelolaan
dana valuta asing tersebut belum dikembangkan.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Johanes
"ABSTRAK
Pada saat nilai tukar Rupiah cenderung mengalami
depresiasi, tingkat suku bunga deposito Rupiah yang relatif
tinggi dibanding dalam valas belum memberikan kepastian
bahwa masyarakat akan memilih deposito Rupiah. Pilihan ini
masih dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap
perkembangan nilai tukar tersebut. Jika ekspektasi tersebut
menyimpulkan bahwa tingkat depresiasi Rupiah ternyata lebih
tinggi dibanding dengan selisih antara tingkat suku bunga
deposito Rupiah dengan valas maka bagi masyarakat akan lebih
menguntungkan memilih deposito valas. Jika ekspektasi
tersebut menyimpulkan sebaliknya maka bagi masyarakat akan
lebih menguntungkan memilih deposito Rupiah.
Dalam sistem nilai tukar Rupiah yang tetap (fixed
exchange rate system) spekulasi deposito tersebut tetap
berlangsung, namun sifatnya sangat diskrit. Kai tan
perkembangan sebelumnya dengan sekarang dan masa datang
seakan tidak ada. Keadaan ini tak ubahnya seperti sebuah
grafik fungsi yang terputus-putus - namun erratic. Hal ini
dimungkinkan karena begitu besarnya intervensi Pemerintah
terhadap pengendalian nilai tukar Rupiah terhadap valuta
asing. Perilaku Pemerintah merupakan indikator pokok untuk
memperkirakan perkembangan nilai tukar Rupiah di masa yang
akan datang. Dalam sistim ini, peran mekanisme pasar tidak
dominan dalam menentukan tingkat harga Rupiah terhadap satu
satuan valuta asing tertentu.
Dalam sistem nilai tukar yang mengambang (managed
floating), intervensi Pemerintah jauh dikurangi. Oleh karena
itu mekanisme pasar semakin besar peranannya dalam
menentukan harga Rupiah. Spekulasi yang melibatkan nilai
tukar menjadi lebih dinamik dan lebih dapat digambarkan
adanya saling keterkaitan antara perkembangan periode
sebelumnya dengan sekarang dan yang akan datang. Dalam
memperkirakan nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing
tertentu, telah dapat dimanfaatkan berbagai variabel yang
kepekaannya terhadap perkembangan pasar sangat besar seperti
tingkat perubahan nilai tukar itu sendiri, tingkat suku
bunga Rupiah, tingkat suku bunga valas, laju inflasi
domestik dan luar negeri. Jika semua variabel ini dinyatakan
dalam sebuah persamaan matematik maka akan diperoleh
hubungan berikut :
it= (iFx + d +INFd) - (iRp + INFf)
Seandainya laju inflasi domestik (INFd) dianggap sama
atau mungkin tidak dapat dibandingkan dengan laju inflasi di
luar negeri tempat valas berasal (INFf), maka akan diperoleh
kondisi berikut: IT= (iFx + d - iRp) dengan pola interaksi
Variabel IT disebut juga differensial tingkat suku
bunga. Masyarakat akan cenderung memilih deposito valas
bilamana angka IT positif. Oleh karena itu kondisi nilai IT
merupakan indikator langsung bagi masyarakat untuk
menentukan pilihan apakah mendepositokan uangnya dalam valas
atau Rupiah.
Jika nilai IT cenderung meningkat maka akan
meningkatkan jumlah deposito valas masyarakat dalam bank.
Sebaliknya, jika nilai IT mengecil maka insentif dari
deposito valas akan turut mengecil sehingga mengalihkan
pilihan masyarakat kepada deposito dalam Rupiah.
Pada Kondisi I digambarkan bahwa dalam keadaan dimana
tingkat suku bunga deposito Rupiah lebih tinggi dibanding
tingkat suku bunga deposito dalam salah satu valas dan pada
saat yang sama ni lai tukar Rupiah terhadap valas tersebut
cenderung mengalami apresiasi, maka deposito Rupiah akan
lebih menguntungkan dibanding dalam valas.
Akan tetapi jika pada saat yang sama justru ter jadi
depresiasi terhadap Rupiah, disini masyarakat menghadapi dua
pi l ihan deposito Rupiah atau val as tersebut. Deposito
Rupiah dipilih jika selisih tingkat suku bunga deposito
Rupiah dan valas tersebut jauh lebih tinggi dibanding
tingkat depresiasi Rupiah. Sebaliknya, masyarakat akan
cenderung memilih deposito dalam valas jika selisih antar
tingkat suku bunga tersebut lebih kecil dari tingkat
depresiasi Rupiah. Dalam keadaan ini, depresiasi Rupiah
merupakan disinsentif terhadap investasi deposito dalam
Rupiah.
Sementara itu Kondisi II menggambarkan keadaan tingkat
suku bunga yang berlawanan dengan Kondisi I di atas.
Bi lamana tingkat suku bunga deposito Rupiah lebih rendah
dibanding tingkat suku bunga dalam valas, dan pada saat yang
sama nilai tukar Rupiah terhadap valas tersebut cenderung
meningkat
deposito
(apresiasi),
dalam valas
maka masyarakat cenderung memilih
jika selisih tingkat suku bunga
dibanding tingkat apresiasi Rupiah.
tingkat bunga tersebut lebih rendah
tersebut lebih besar
Namun jika selisih
dibanding tingkat apresiasi Rupiah maka pilihan masyarakat
cenderung jatuh pada deposito Rupiah. Bilamana terjadi
depresiasi Rupiah dalam Kondisi II ini terhadap valas
tersebut maka deposito yang dipilih adalah deposito dalam
Rupiah.
Secara umum disimpulkan bahwa tiap pi l ihan jatuh pada
deposito Rupiah, maka tanda variabel IT senantiasa negatif.
Jika tanda IT adalah positif ini merupakan indikasi adanya
insentif yang lebih besar yang bisa diperoleh masyarakat
jika melakukan investasi dalam deposito valas.
Kondisi I lebih relevan bagi perekonomian Indonesia
sebagaimana dijelaskan berikut ini. Mengingat tingkat
ketidakpastian (uncertainty) dalam perekonomian Indonesia
secara umum masih lebih tinggi dibanding negara pembanding
dalam studi ini, maka tingkat resiko investasi di Indonesia
pun menjadi relatif lebih tinggi. Karena tingkat suku bunga
merupakan cermin sebagian dari tingkat resiko tersebut (high
risk-high return, low risk-low return) maka otomatis tingkat
suku bunga di Indonesia senantiasa cenderung lebih tinggi
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susiawaty Kusdinata
"ABSTRAK
Sebuah bank yang memiliki aset dan liabiliti dalam valuta asing menghadapi risiko
Iikuiditas, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko perubahan kurs dan risiko kredit tidak
hanya dengan satu mata uang saja. Hal ini membuat risiko-risiko yang dihadapi makin
kompleks, salah satu upaya untuk mengelola risiko-risiko tersebut dalam menghadapi
kondisi pasar yang kian kompetitif adalah dengan menggunakan manajemen aset liabiliti.
Salah satu fungsi dan manajemen aset liabiliti adalah manajemen gap Risiko perubahan
tingkat suku bunga dikelola dengan manajeinen gap. Terdorong oleh seringnya tingkat suku
bunga berfluktuasi, manajemen bank memberikan perhatian khusus terhadap manajemen
risiko tingkat bunga.
Bank X merupakan bank devisa dan sebagai salah satu bank yang telah go public di
Indonesia menyadari betapa pentingnya manajemen treasury. Metode yang digunakan untuk
menganalisa manajemen treasury yaitu perbandingan antara risiko dan return yang didapat.
Dengan membandingkan keduanya dapat kita ketahui apakah pengendalian risiko sudah
searah dengan tren/gerakan baìk nilai tukar maupun suku bunga.
Untuk keperluan nilai tukar, posisi yang ada pada aset dan liabiliti dilihat apakah
dalam keadaan long atau short kemudian dibandingkan dengan kondisi pasar dan dilakukan
prediksi apakah mata uang dalam posisi long atau short tersebut cenderung untuk menguat
atau melemah menurut hasil analisa.
Untuk keperluan suku bunga, dilihat apakah manajemen pengendalian risiko suku
bunga telah sesuai dengan arah gerakan tingkat suku bunga sehingga risiko yang ada dapat
dikelola dengan baik.
Dan kedua metode tersebut, hasil yang diperoleh adalah pengendalian risiko pada
Bank X umumnya telah sesuai dengan ketentuan yang ada hanya perlu diadakan perbaikan
untuk meningkatkan efektivitas pengendalian risiko.
Untuk menghadapi lingkungan yang turbulen, penulis memberikan saran untuk
menggunakan produk finansial derivatif agar dapat meminimalisasi risiko yang timbul seperti
option, swap dan forward atau menciptakan produk derivatif lain yang biayanya lebih rendah
dan produk yang ada saat ini.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Triana
"Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui besarnya risiko nilai tukar yang ditimbulkan dalam penggunaan mata uang dollar AS, euro dan dinar dalam denominasi rupiah jika digunakan sebagai investasi dan alat tukar dalam perdagangan dunia; (2) Membuktikan mata uang yang lebih stabil diantara dollar AS, euro dan dinar dalam denominasi rupiah; (3)Menemukan solusi mata uang yang baik digunakan untuk investasi dan alat tukar perdagangan dunia (alat lindung nilai).
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain. Data nilai tukar dolar AS dan euro dalam rupiah diperoleh dari Bank Indonesia yang diakses melaui situs www.bi.go.id. Sedangkan data perkembangan harga emas diperoleh dari situs internet www.kitco.com yang melaporkan perkembangan harga emas di Bursa London (The London Fix Gold). Sementara data Indeks Harga Konsumen (IHK) diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui situs www.bps.go.id. Rentang waktu pengamatan adalah 84 bulan (Januari 2002 ? Desember 2008).
Metodologi penelitian yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan dari mata uang dolar AS, euro dan dinar emas adalah pendekatan Value at Risk (VaR) dengan menggunakan metode risk metric. Untuk mengetahui stabilitas dolar AS, euro dan dinar emas diukur dengan standar deviasi dan pembuktiannya dengan Uji Kesamaan Variansi.
Beradasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disimpulkan bahwa pertama, perusahaan menanggung risiko paling kecil jika menggunakan euro sebagai alat tukar perdagangannya. Kedua, dari rata-rata ketiga nilai tukar tersebut terhadap rupiah, dinar emas paling tidak stabil, sementara yang paling stabil adalah euro. Ketiga, penggunaan euro sebagi alat tukar perdagangan internasional dan investasi perlu dipertimbangkan karena penggunaan euro dalam perdagangan internasional masih membutuhkan hedging yang sesuai prinsip syariah untuk melindungi nilai tukar. Hal ini disebabkan euro merupakan uang kertas yang nilai intrinsiknya tidak sesuai dengan nilai nominalnya.

This research aims to (1) Know the exchange value risk which appear in using US dollar, euro and dinar in rupiah denomination if it is used as investment and exchange rate in the world trade; (2) Prove which the most stabil currency among US dollar, euro and dinar in rupiah denomination; (3) Find the good currency for investment and exchange rate in the world trade (hedgeing).
The data used in this research is secondary data taken from other source. The data of US dollar and euro in rupiah are taken from Bank Indonesia which accessed by www.bi.go.id. And the data of fluctuate of gold price is taken from www.kitco.com which report fluctuate of gold price in The London Fix Gold. And the data of Consumer Price Index (CPI) is taken from Badan Pusat Statistik (BPS) by www.bps.go.id. The time period of observation is 84 months (January 2002 ? December 2008).
Research methodology used to measure the value risk which appeared from US dollar, euro and gold dinar is the Value at Risk (VaR) approach with using risk metric method. To know the stability of US dollar, euro and gold dinar is by measuring deviation standard and to prove it is by Variance Similar Test.
Base on the result of the research, it is concluded that first, the company will have the lowest risk if it uses euro as exchange rate in its trade. Second, from the average of those three currencies to rupiah, gold dinar is the most instable, but the most stable is euro. Third, the using of euro as exchange rate in international trade and investment still need to be considered since the using of euro need hedging which comply to sharia principles to protect the exchange value. It is because euro is paper money, which the intrinsic is value not same with its nominal value."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marwadi
"ABSTRAK
Volatilitas nilai tukar yang stabil diperlukan karena volatilitas yang tidak terjaga
mempunyai dampak yang besar bukan hanya terhadap sektor perekonomian tetapi
juga sektor-sektor lainnya seperti sosial dan keamanan. Akan tetapi muncul
pertanyaan yaitu apa yang harus dilakukan oleh otoritas moneter ketika ada pihak
di luar juridiksinya mengeluarkan kurs NDF yang dapat mempengaruhi nilai tukar
rupiah domestik sesuai dengan agenda yang diinginkan pihak yang bersangkutan.
Di sisi lain, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mempunyai tugas untuk
menjaga agar volatilitas kurs mata uang Rupiah berada pada level yang stabil
dengan berbagai instrumen kebijakan yang salah satunya adalah mengeluarkan
kurs acuan. Tesis ini akan menganalisis efektivitas implementasi kebijakan
Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) sebagai kurs referensi terhadap
volatilitas kurs mata uang rupiah dengan menggunakan model regresi ARCH dan
GARCH.

ABSTRACT
A stable exchange rate volatility is required because uncontrollable fluctuation
had a great impact not only on the economic sector but also other sectors such as
social and security. However, the question arises: what should be done by the
monetary authority when there is a party outside the juridiction issued the NDF
benchmark exchange rate that may affect the domestic exchange rate of rupiah in
accordance with the desired agenda of the party. On the other hand, Bank
Indonesia as the monetary authority has a duty to keep the Rupiah exchange rate
volatility at a stable level with a wide range of policy instruments, one of which is
issuing the reference exchange rate. This thesis will analyze the effectiveness of
policy implementation of the Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) as a
reference rate against the rupiah exchange rate volatility using GARCH and
ARCH regression model."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Made Suardhini
"Sejak tahun 1978 Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali. Sistem ini memungkinkan adanya intervensi bank sentral dalam penetapan
nilai tukar, namun tidak mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu yang tetap. lntervensi bank sentral dalam penetapan nilai tukar pada dasarnya diarahkan untuk mendukung pertumbuhan sektor perdagangan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, skripsi ini ditujukan untuk mengetahui besar intervensi bank sentral dalam penetapan nilai tukar, serta menganalisis
pengaruhnya terhadap arus perdagangan Indonesia.
Untuk mengetahui besar intervensi bank sentral dalam penetapan nilai tukar akan digunakan model Portfolio Balance, sedangkan untuk melihat pengaruhnya terhadap arus perdagangan Indonesia akan digunakan model yang dikembangkan
oleh Bautista dan Rana.
Hasil studi menunjukkan bahwa besar intervensi bank sentral dalam penetapan nilai tukar jika dilihat sebagai variabel yang tidak bisa dijelaskan oleh model
Portfolio Balance adalah 3%. Selanjutnya, analisis perbandingan antara nilai tukar yang diharapkan (expected value) dengan nilai tukar aktual menunjukkan adanya
pola yang sama dengan analisis perbandingan antara nilai tukar nominal dengan
nilai tukar riel.
Jika dilihat pengaruhnya terhadap ekspor terlihat bahwa nilai tukar harapan
memiliki kemampuan yang lebih balk dalam menjelaskan perilaku penerimaan
ekspor Indonesia dibandingkan dengan nilai tukar aktual. Hal mi berarti nilai tukar
harapan Iebih balk dalam menggambarkan daya saing perekonomian domestik.
Sementara jika dilihat pengaruhnya terhadap impor, besarnya koefisien nilai tukar efektif nominal relatif tidak berbeda antara nilai tukar harapan dan nilai tukar aktual.
Namun, secara umum terlihat bahwa nilai tukar .harapan memhliki kemampuan
sedikit Iebih baik dalam menjelaskan permintaan impor dibandingkan dengan nilai
tukar aktual.
Sebagai implikasi studi Bautista di Indonesia, variabel penentu nilai tukar
seperti dinyatakan dalam model Portfolio Balance perlu diperhatikan sebelum bank
sentral menentukan besarnya nilai tukar. Namun, hal ini pada dasarnya hanya
bersifat jangka pendek. Da!am jangka panjang, perlu diperhatikan variabel lain yang
diduga akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, seperti masalah efisiensi,
diversifikasi serta keberadaan negara pesaing.
Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan nilai tukar dalam menjelaskan
perilaku permintaan impor Indonesia dibutuhkan upaya untuk mengembangkan
industri bahan baku dan barang penolong di dalam negeri, karena ternyata 64%
dari total impor Indonesia sejak tahun 1979-1991 merupakan impor bahan baku
dan barang penolong.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan pendekatan
sistem persamaan simultan untuk menjelaskan pengaruh nilai tukar terhadap arus perdagangan di Indonesia, karena pada dasarnya terdapat keterkaitan yang erat
antara ekspor dan impor. Selain itu juga disarankan untuk menggunakan timbangan
yang lain dalam perhitungan nilai tukar efektif nominal dan riel, yaitu timbangan
yang lebih mencerminkan permintaan dan penawaran terhadap mata uang, bukan
semata berdasarkan pangsa perdagangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho
"ABSTRAK
Produk keuangan derivatif adalah produk yang didasarkan pada produk keuangan lain yang
sifatnya Iebih elementer, seperti bond, stock, atau valuta asing. Nilai produk derivatif tersebut
tergantung pada, atau diturunkan dan, produk keuangan yang mendasarinya.
Karya akhir ini membahas produk derivatif yang didasarkan pada valuta asing dan suku
bunga, yaitu forward exchange contract, currency option, dan interest rate serta currency swaps.
Meningkatnya volatilitas nilai tukar dan suku bunga sejak dekade 1970-an mengakibatkan
kebutuhan akan produk-produk keuangan yang dapat digunakan untuk pengelolaan resiko
terhadap meningkatnya volatilitas tersebut semakin besar. Produk-produk keuangan derivatif
diatas dirancang untuk dapat mernenuhi kebutuhan pengelolaan resiko tersebut. Selain digunakan
sebagai instruinen pengelolaan resiko, produk derivatif ini juga dapat digunanakan untuk tujuan
tujuan spekulasi dan perdagangan.
Bagi lembaga-lembaga keuangan seperti bank, produk derivatif memberikan peluang
untuk dapat meningkatkan pendapatan diluar aktivitas tradisional perhankan dalam menghirnpun
dan menyalurkan dana masyarakat. Dengan kelebihan yang dimiliki dalam akses ke pasar
keuangan dan keahlian dalam pengelolaan resiko, bank menawarkan produk-produk derivatif
nasabah yang memerlukan pengelolaan resiko keuangannya. Dalam transaksi derivati I tersehut.
bank mengambil aIih resiko keuangan nasahahnya untuk memperoeh keuntungtn. Selain itu,
bank juga menggunakari produk derivatif ini untuk pengelolaan resiko sendiri dan resiko yang
timbul dan transaksi dengan nasabahnya tersebut.
Bank ?X? adalah salah satu bank devisa swasta nasional di Jakarta yang dikenal cukup aktif
dalam melakukan transaksi derivatif. Karya akhr ini memberikan gambaran mengeriai
bagaimana bank ?X? melakukan pengelolaan transaksi derivatif yang dilakukan dengan
nasabahnya dalam usaha untuk nieningkatkan pendapatan. Beberapa data transaksi derivatif yang
dilakukan Bank ?X? disusun dalam beberapa kasus kecil yang digunakan sebagai bahan
pembahasan.
Forward exchange contract adalah kontrak antara dua pihak untuk membeli atau menjual
sejumlah tertentu mata uang asing dengan nilai tukar (forward rate) yang telah ditentukan pada
saat awal kontrak, tetapi dengan pembayaran dan penyerahan pada suatu waktu tertentu di masa
yang akan datang, yang telah disepakati kedua belah pihak. Forward exchange contract
diperdagangkan di over-the-counter market dimana bank merupakan partisipan utamanya.
Forward rate tidak ditetapkan secara spekulatif, tetapi ditetapkan dengan memberikan
premium atau discount pada nilai tukar yang berlaku pada saat awal kontrak (spot rate). Rate
tersebut dihitung berdasarkan perbedaan tingkat suku bunga yang berlaku untuk masing-masing
mata uang yang dipertukarkan dan lamanya waktu maturity.
Currency option contract memberikan hak, tanpa kewajiban, kepada pembelinya untuk
menjual atau membeli suatu mata uang (underlying currency) dalam jumlah dan harga (strike
price) tertentu pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang atau pada suatu waktu dalam
periode tertentu di masa yang akan datang. Option untuk membeli underlying currency disebut
call option, sedangkan untuk menjual disebut put option hanya dapat di exercise pada saat maturity, sedangkan american option dapat di-exercise setiap saat sampai saat maturity.
Berbeda dengan forward exchange contract, untuk memperoleh hak dalam transaksi
option, pembeli option pertu membayar premium kepada penjual. Dengan kontrak option ini,
pembeli dapat membatasi resiko akibat peruhahan nilai tukar sebatas premium yang dibayarkan
sekaligus tetap dapat memiliki kcmungkinan untuk memperoleh unlimited profit dengan meng
exercise option jika pergerakan harga underlying currency menguntungkan. Penjual option
memberikan hak kepada pembeli, dan dengan menanggung unlimied risk tersebut, penjual option
menerima premium.
Currency option diperdagangkan balk di organized exchange maupun di OTC. Di
organized exchange?, option yang diperdagangkan dikenal dengan nama traded option, yang dapat
dijual kembali scbelum maturity. Currency option yang dijual disini umumnya merupakan
kontrak standar, baik strike price, size, maturity, maupun underlying currency-nya. Currency
option yang diperdagangkan di organized exchange terbatas hanya pada beberapa mata uang kuat
dunia.
Currency option di OTC diperdagangkan melalui bank yang dalam hal ini bertindak
sebagai penjual. Option di OTC ini tidak tradable, Walaupun demikian kontrak option di OTC
ini dapat dibuat sesuai kebutuhan, balk .strike, price, maturity, maupun underlying currency.
interest rate dan currency swaps dapat dikatakan tebih bersifat sebagai suatu teknik
daripada suatu produk. Swaps ¡ni banyak digunakan perusahaan sebagai alat liability management
untuk mengurangi biaya pinjaman.Transaksi swap dapat terjadi jika masing-masing pihak dapat
memiliki akses ke pasar keuangan tertentu (baik dalam interest basis maupun currency) dengan
terms yang secara komparatif lebih baik dibandingkan pìhak yang lain. Masing-masing pihak
akan melakukan pinjaman dimana mereka masing-masing memiliki keungguan komparatif dan
setuju untuk sating menukar (swap) cash flows pinjamannya sehingga dapat memperoleh terms
yang lebih baik di pasar yang lebih mereka sukai dibandingkan jika masing-masing pihak
melakukan pinjamannya sendiri secara lansung. Umumnya transaksi swap dilakukan melalui
bank yang bertindak sebagai intermediary.
Bank dapat meningkatkan pendapatannya dengan bertindak sebagai intermediary dalam
transaksi swap tersebut. Selain itu, bank juga menggunakan transaksi swap untuk kebutuhannya
sendiri dalam mengelola liability-nya.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>