Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Metal contaminated soils are a major problem in Thailand. Plants that grow in this area will adsorb metal and broad impact across the food chain. Some types of biochar can immobilize metals and reduce the impact of such. This research was limited to study cadmium, zinc and lead adsorption. Durian and mangosteen shell were selected to produce biochar due to their high carbon content. The shells were firstly passed through the pyrolysis process. The chemical characterization of these biochars was then determined. The chemical characteristics of both materials were similar. Both were basic materials with pH around 10. They were high in percentage of C and TOC. Total Cd, Pb and Zn in both biochars were below the maximum allowed threshold according to biochar toxicity standard recommended by International Biochar Initiative. The buffering capability and acid neutralization capability were examined by adding acid and basic solution until the pH reached 2-12. The buffering capability of these two biochars was rather high. The values of acid neutralization capability (ANC) of biochar produced from durian and mangosteen shell were 1,464.80 meg/kg and 1,328.98 meq/kg, respectively. The study included an adsorption isotherm. Freundlich isotherm was a suitable isotherm to explain the adsorption of all three metals by biochar from durian shell, whereas Langmuir isotherm is better to explain the adsorption of metals by biochar from mangosteen shell. The adsorption capacity of both biochars was not much different."
King Mongkut?s Institute of Technology Ladkrabang. Faculty of Science, 2017
500 TIJST 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vera
"ABSTRAK
Buah lengkeng yang dikemas dalam kemasan kaleng dapat terkontaminasi logam berat yang berasal dari komponen kaleng. Kontaminasi logam berat tersebut akan berbahaya bila masuk ke dalam metabolisme tubuh dalam jumlah melebihi ambang batas yang diizinkan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis timbal, timah dan kadmium dalam buah lengkeng kemasan kaleng dengan dua merek berbeda dan tiga masa simpan berbeda. Buah lengkeng yang telah dikeringkan dan dihaluskan didestruksi dengan asam nitrat pekat menggunakan microwave digestion system (180oC, 25 menit). Serapan logam diukur dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang yang spesifik. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar logam timbal pada enam sampel bervariasi antara 0,2067 mg/kg hingga 0,4696 mg/kg. Kadar logam timah pada enam sampel bervariasi antara 45,1083 mg/kg hingga 343,7587 mg/kg dan kadar logam kadmium bervariasi antara 0,0134 mg/kg hingga 0,0155 mg/kg. Terdapat tiga sampel buah lengkeng melebihi batas maksimum cemaran timah yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Badan Standardisasi Nasional. Sementara itu untuk cemaran timbal dan kadmium tidak ada yang melebihi batas maksimum cemaran pada semua sampel.

ABSTRACT
Canned longan fruit can be contaminated with heavy metals from its can. That contamination can be harmful if it reaches into metabolism in high level exceeding the statutory safe limit. The aim of this study was to investigate lead, tin and cadmium contamination in canned longan fruit of two brands with three different storage-periods. Dried and fined longan fruit was destructed with concentrated nitric acid using microwave digestion system (180oC, 25 minutes). Absorption of metals was measured with atomic absorption spectrophotometer at specific wavelength. This study shows that the mean level of studied metals varies between 0,2067 mg/kg-0,4696 mg/kg for lead; 45,1083 mg/kg-343,7587 mg/kg for tin; and 0,0134 mg/kg-0,0155 mg/kg for cadmium. The level of tin in three samples exceeded statutory safe limit according to National Standardization Agency of Indonesia and National Agency of Drug and Food Control while lead and cadmium levels did not in all samples. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S950
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Agnes
"Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau RTH karena lahan dialihfungsikan untuk memenuhi kebutuhan manusia, akibatnya terjadi peningkatan volume air limpasan yang menggenang. Genangan air limpasan ini mengandung polutan yang berbahaya sehingga memerlukan adanya pengelolaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi konsentrasi polutan logam pada air limpasan dengan teknologi sistem bioretensi. Digunakan tiga reaktor yang diisi dengan komposisi media berupa pasir kuarsa 60, tanah 20, dan kompos 20. Ketiga reaktor ini mewakili variasi usia tanaman Reaktor I dan II, yaitu 4 dan 6 bulan serta variasi jenis tanaman Reaktor II dan III, yaitu 1 dan 2 jenis tanaman. Tanaman yang digunakan adalah Iris pseudacorus dan Chrysopogon zizanioides L. Roberty. Air limpasan sintetis yang digunakan berada pada rentang konsentrasi antara 0.04-0.11 ppm, baik untuk logam Pb maupun Zn. Pengaliran air limpasan sintetis dilakukan sebanyak 6 kali dengan debit sebesar 2.75 L/menit. Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimal penurunan konsentrasi kedua jenis logam terjadi pada reaktor II berisi 2 jenis tanaman berusia 6 bulan, dengan efisiensi sebesar 83.3 untuk logam Pb dan 98.3 untuk logam Zn. Reaktor bioretensi dengan 2 jenis tanaman berusia 6 bulan lebih signifikan dalam mengurangi konsentrasi logam pada air limpasan.

Population growth can reduce Green Open Space since the land is converted to fulfill human needs, as a results the volume of water runoff increased. This water contains harmful pollutants that need to manage. The purpose of this study is to reduce metal pollutants in water runoff by bioretention technology. Three reactors were filled with media composition in the form of quartz sand 60, soil 20, and compost 20. Those reactors represent the variation of plant age Reactor I and II, ie 4 and 6 months and variation of plant species Reactor II and III, ie 1 and 2 plant species. The plants species are Iris pseudacorus and Chrysopogon zizanioides L. Roberty. Concentration range of synthetic runoff water is between 0.04-0.11 ppm, both for Pb and Zn metals. Synthetic runoff drainage was conducted 6 times with discharge of 2.75 L min. The results showed that the optimum condition of concentration reduction for both metals occurred in reactor II 2 types of plants aged 6 months, with efficiency of 83.3 for Pb and 98.3 for Zn. Bioretention reactor with 2 types of plants aged 6 months is more significant in reducing metal concentration in runoff water."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Rian Aulia
"Bentonit alam Jambi telah berhasil dimodifikasi menjadi Organoclay melalui proses interkalasi dengan senyawa asam amino Alanin. Sebelum dilakukan sintesis Organoclay, dilakukan proses fraksinasi dan sedimentasi dari bentonit alam Jambi yang bertujuan untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorillonite (MMT) dan menghilangkan pengotor yang terkandung di dalam bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation bebasnya dengan Na+ menjadi Na- Bentonit. Selanjutnya dengan menggunakan larutan tembaga amin, dilakukan penghitungan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan diperoleh nilai KTK sebesar 35,3 mek/100 gram bentonit. Sintesis Organoclay kemudian dilakukan dengan menginterkalasikan senyawa Alanin ke dalam Na- MMT dengan 2 nilai KTK pada 3 kondisi pH, yaitu pH 4,7, pH isoelektrik Alanin (pH 6), dan pH 7.
Hasil dari karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa senyawa asam amino Alanin telah berhasil diinterkalasi ke dalam bentonit alam Jambi pada pH isoelektrik dengan munculnya serapan baru pada bilangan gelombang yang berbeda dengan Na- MMT. Organoclay yang telah disintesis kemudian digunakan sebagai adsorben ion logam berat kadmium dan timbal dengan proses optimasi waktu dan konsentrasi adsorpsi.
Hasil menunjukkan bahwa Organoclay memiliki daya adsorpsi yang lebih besar terhadap logam berat dibandingkan dengan bentonit alam. Variasi pH interkalasi 4,7 dan 7 menghasilkan Organoclay dengan kemampuan adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan Organoclay yang di interkalasi pada pH isoelektrik Alanin.

Natural Jambi bentonite have been successfully modified into Organoclay through the intercalation process with acid amino compound Alanine. Before the process for the synthesis of Organoclay begins, the process of sedimentation and fractionation conducted on natural Jambi bentonite in order to get the rich inmontmorillonite (MMT) bentonite and removed the contaminer contained in the bentonite. Then the equalization of free cations is done with Na+ (called Nabentonite). Next, using a solution of copper amine, its cation exchange capacity (CEC) determined and the value of CEC acquired was 35,3 meq/100 grams of bentonite. Synthesis of Organoclay then performed by intercalating Alanine into Na-MMT with 2 values of CEC on 3 pH conditions i.e. pH 4,7, the isoelectric pH of Alanine (pH 6), and the pH 7.
The results of the characterization with FTIR indicated that acid amino Alanine compounds has managed to be intercalated into natural Jambi bentonite with the appearance of new absorbance at different wave number from Na- MMT. Organoclay which have been synthesized then used as an adsorbent of heavy metal ions cadmium and lead with the optimization of adsorption time and concentration process.
The results show that Organoclay have better adsorption capacity compared to unmodified natural Jambi bentonite against heavy metal ions. Organoclay synthesized in variated pH conditions (4,7 dan 7) have lower adsorption capacity than the Organoclay that synthesized in isoelectric pH of Alanine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almiko Dwi Trisnadi
"Paduan timah-timah (Sn-Pb) adalah yang paling banyak digunakan di Indonesia sebagai bahan solder. Timbal adalah unsur beracun dan harus diganti oleh unsur lain. Tujuan dari Penelitian ini mempelajari bahan solder bebas timbal Sn-Zn dengan berbagai konten Zn. Timah diperoleh dari Pulau Bangka. Sampel dikarakterisasi dengan cara Difraktometer Sinar-X, penganalisis termal, dan Potensiodinamik.
Hasilnya menunjukkan bahwa dengan berbagai konten Zn yang berbeda, struktur tetragonal tetap berpusat pada Tubuh. Konten Zn yang berbeda dalam Paduan Sn-Zn telah mengubah titik lebur dan entalpi. Tes Polarisasi Potensiodinamik menunjukkan bahwa Sn-Zn berbeda kandungan Zn stabil secara kimiawi.
Dapat disimpulkan bahwa Paduan Sn-Zn dapat digunakan sebagai salah satu di antara solder bebas timah lainnya. Kandungan Zn lebih rendah dari eutektik konsentrasi menghasilkan laju korosi terkecil.Paduan timah-timah (Sn-Pb) adalah yang paling banyak digunakan di Indonesia sebagai bahan solder. Timbal adalah unsur beracun dan harus diganti oleh unsur lain.
Tujuan dari Penelitian ini mempelajari bahan solder bebas timbal Sn-Zn dengan berbagai konten Zn. Timah diperoleh dari Pulau Bangka. Sampel dikarakterisasi dengan cara Difraktometer Sinar-X, penganalisis termal, dan Potensiodinamik. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan berbagai konten Zn yang berbeda, struktur tetragonal tetap berpusat pada Tubuh. Konten Zn yang berbeda dalam Paduan Sn-Zn telah mengubah titik lebur dan entalpi.
Tes Polarisasi Potensiodinamik menunjukkan bahwa Sn-Zn berbeda kandungan Zn stabil secara kimiawi. Dapat disimpulkan bahwa Paduan Sn-Zn dapat digunakan sebagai salah satu di antara solder bebas timah lainnya. Kandungan Zn lebih rendah dari eutektik konsentrasi menghasilkan laju korosi terkecil.

Lead-complaint (Sn-Pb) is the most widely used in Indonesia as a solder. Lead is a poisonous element and must be replaced by other elements. The purpose of this research is to study Sn-Zn lead free solder with various contents Zn. Tin is obtained from Bangka Island. Samples were characterized by X-ray Difractometer, thermal analyzer, and Potentiodynamics.
The results show that with a variety of different Zn content, the tetragonal structure remains centered on the Body. The different Zn content in the Sn-Zn Alloy has changed the melting point and enthalpy. Potentiodynamic Polarization Tests showed that Sn-Zn differed chemically stable Zn content.
It can be concluded that the Sn-Zn Alloy can be used as one of the other lead-free solder. Zn content is lower than eutectic concentration produces the smallest corrosion rate. The combination of lead (Sn-Pb) is the most widely used in Indonesia as a solder. Lead is a poisonous element and must be replaced by other elements.
The purpose of this research is to study Sn-Zn lead free solder with various Zn contents. Tin is obtained from Bangka Island. Samples were characterized by X-ray Difractometer, thermal analyzer, and Potentiodynamics. The results show that with a variety of different Zn content, the tetragonal structure remains centered on the Body. The different Zn content in the Sn-Zn Alloy has changed the melting and enthalpy points.
Potentiodynamic Polarization Tests showed that Sn-Zn differed chemically stable Zn content. It can be concluded that the Sn-Zn Alloy can be used as one of the other lead-free solder. The lower Zn content than the eutectic concentration produces the smallest corrosion rate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Salamah
"ABSTRAK
Sayuran menyerap dan menyimpan logam berat pada bagian yang dikonsumsi manusia. Bila dikonsumsi dalam jumlah besar, logam tersebut dapat menyebabkan masalah klinis dan fisiologis pada manusia. Beberapa logam seperti timbal, kadmium, tembaga dan merkuri merupakan logam yang diketahui terdeteksi pada sayuran di beberapa daerah. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian terhadap kandungan logam-logam tersebut pada sayuran organik dan non organik yang beredar di pasaran. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sayur sawi, bayam, dan kangkung. Metode destruksi yang digunakan adalah destruksi basah menggunakan asam nitrat dan asam perklorat sebagai oksidator. Sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang spesifik yaitu timbal pada 283,3 nm; kadmium pada 228,8 nm; tembaga pada 324,8 nm; dan merkuri pada 253,7 nm. Validasi metode ini mencakup linearitas, akurasi, presisi, batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel sayur dari kelompok organik dan non organik dinyatakan sesuai dengan standar SNI 7387: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan dan keputusan Ditjen POM yang tertulis pada Keputusan No. 03725 / B / SK / VII / 89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan.

ABSTRACT
Vegetables can absorb and retain heavy metals in an edible part which can cause clinical and physiological problems in humans when consumed in large quantities. Some metals such as lead, cadmium, copper and mercury are detected in vegetables in some areas. Therefore it is necessary to do a research about those metals contents in organic and inorganic vegetables in the market. Samples observed were amaranth spinach, chinese cabbage, and water spinach. The wet destruction method was used with nitric acid and perchloric acid as the oxidator. Samples were analyzed using atomic absorption spectrophotometer at specific wavelengths of Pb, Cd, Cu, Hg 283.3 nm, 228.8 nm, 324.8 nm, and 253.7 nm respectively. The method was validated in terms of linearity, accuracy, precision, limit of detection (LOD), and limit of quantification (LOQ). This study showed that all the samples of vegetables from organic and inorganic group were safe according to SNI 7387: 2009 about Limit Heavy Metal Contamination in Food and the document of the National Agency of Drug and Food Control?s written Decision No. 03725 / B / SK / VII / 89 about Limit Metal Contamination in Food."
2016
S65081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diani Yusefa Ardi
"Penelitian mengenai kandungan logam berat timbal (Pb), kadmium (Cd) dan seng (Zn) pada spons Neopetrosia sp. di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu telah dilakukan. Logam berat merupakan unsur beracun jika konsentrasinya berada di dalam tubuh. Tujuan dilakukan penelitian, yaitu untuk mengetahui perbedaan konsentrasi logam berat (Pb, Cd, dan Zn) pada spons Neopetrosia sp. di 3 stasiun penelitian yang berbeda di perairan Pulau Pramuka serta mengetahui korelasi kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada spons Neopetrosia sp. dengan air dan sedimen. Konsentrasi logam berat (Pb, Cd dan Zn) pada spons Neopetrosia sp., sedimen dan air di Pulau Pramuka dideteksi menggunakan alat Inductively Coupled Plasma-mass Spectrometry (ICP-MS). Hasil rata-rata konsentrasi logam berat Pb, Cd, dan Zn pada Neopetrosia sp. secara berurut berkisar 957,54--2.560,43 ppb; 6,41--7,99 ppb; 2.431,87-- 4.577,91 ppb. Hasil rata-rata konsentrasi logam berat Pb, Cd, dan Zn pada sedimen secara berurut berkisar 132,35--783,96 ppb; 11,08--18,18 ppb; 681,48--5.179,02 ppb. Hasil rata-rata konsentrasi logam berat (Pb, Cd, dan Zn) pada air secara berurut berkisar 0,33--0,85 ppb; 0,00--0,01 ppb; 5,81--9,28 ppb. Data kemudian dianalisis menggunakan korelasi Spearman. Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi antara kandungan logam berat (Pb, Cd, Zn) pada spons Neopetrosia sp. dan sedimen, maupun logam berat (Pb, Cd, dan Zn) pada spons Neopetrosia sp. dan air

Research on heavy metals (Pb, Cd, and Zn) in sponge Neopetrosia sp. on Pramuka Island, Thousand Islands has been carried out. Heavy metals are toxic element if the concentration is existed in the body. The purpose of this research was to determine the differences of heavy metals Pb, Cd, and Zn concentrations in sponge Neopetrosia sp. in 3 different research stations in Pramuka Island and to know the correlation of heavy metal content of Pb, Cd, and Zn in sponge Neopetrosia sp. with water and sediment. The concentrations of heavy metals Pb, Cd, and Zn in Neopetrosia sp., sediment and water in Pramuka Island were detected with Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry (ICP-MS) tool. The results of the average concentrations of heavy metals (Pb, Cd, and Zn) in Neopetrosia sp. sequentially ranges from 957.54--2.560.43 ppb; 6.41--7.99 ppb; 2,431.87--4,577.91 ppb. The average concentration of Pb, Cd, and Zn in the sediment ranged from 132.35 to 783.96 ppb; 11.08--18.18 ppb; 681.48--5,179.02 ppb. The results of the average concentrations of Pb, Cd, and Zn in water, respectively, ranged from 0.33--0.85 ppb; 0.00--0.01 ppb; 5.81--9.28 ppb. The data were analyzed using the Spearman correlation. The results have shown that there was no correlation between heavy metals content (Pb, Cd, Zn) in the sponge Neopetrosia sp. and sediments, as well as heavy metals (Pb, Cd, and Zn) on the sponge Neopetrosia sp. and water"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
"ABSTRAK
Sampah merupakan barang-barang sisa, barang yang sudah rusak atau barang yang tidak dipakai dan harus .dibuang. Dalam jumlah yang besar, sampah memerlukan perhatian yang seksama dalam penanganannya, dan hal ini pada umumnya muncul pada suatu wilayah industri atau wilayah perkotaan. Berdasarkan Laporan Pengelolaan Kebersihan 1991-1992, volume sampah di DKI Jakarta mencapai 23.706 m3/hari.
Komposisi sampah terdiri atas 73,90% sampah organik, dan 26,10% sampah anorganik. Dari 26,10% sampah anorganik, sebesar 7,86% berupa sampah plastik dan 0,29% berupa batu baterai. Kini sampah dibuang secara sanitary landfill di LPA Bantar Gebang Kabupaten Bekasi. Sebelumnya sampah dibuang pada berbagai areal terbuka milik perorangan secara open dumping.
Tanah bekas LPA di wilayah DKI Jakarta banyak digunakan untuk budidaya tanaman sayur-mayur, antara lain tanaman bayam (Amaranthus sp.). Dengan demikian maka dimungkinkan terjadi bioakumulasi bahan polutan (di antaranya logam berat Cd) pada tanaman bayam tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Cd pada media tanah dan pada bayam, sekaligus untuk mengetahui keamanan penggunaan lahan bekas pembuangan sampah kota sebagai tempat budidaya bayam bagi kesehatan masyarakat. Penelitian dilakukan di bekas LPA sampah Cakung Cilincing, Sunter, Rawasari dan LPA Srengseng.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan menggunakan metode case-control group design. Sebagai daerah kasus adalah lokasi pembuangan akhir sampah (sebagai polluted area) dan daerah kontrol adalah bukan lokasi pembuangan akhir sampah (sebagai non polluted area). Pengambilan sampel tanah dan tanaman bayam (Amaranthus sp.) dilakukan secara purposive random sample. Untuk mengetahui perbedaan kadar Cd dari masing-masing lokasi digunakan uji Anava, dan untuk mengetahui hubungan antara kadar Cd dalam tanah dengan kadar Cd dalam bayam (Amaranthus sp.) digunakan uji korelasi Pearson Product Moment.
Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa pada tanah LPA sampah mempunyai kandungan logam berat Cd antara 1,48 - 3,62 gg/gr sedang pada daerah kontrol antara 0,14 - 0,19 gg/gr. Kadar Cd dalam bayam (Amaranthus sp.) daerah kasus antara 0,84 - 1,56 gg/gr sedang pada daerah kontrol antara 0,03 - 0,07 gg/gr. Perbedaan kadar Cd dalam tanah dari masing-masing lokasi terbukti dengan Fhitung'Ftabel .(112,94>2,57). Sedangkan untuk kadar Cd dalam bayam Fhitung'Ftabel (68,5672,57). Dari hasil analisis statistik diketahui hubungan antara kandungan Cd dalam tanah dan Cd dalam bayam menunjukkan hubungan positif nyata dengan persamaan regresi Y = 0,1073 + 0,4048X, dan koefisien korelasi "r"=0,9071.
Adanya unsur logam berat dalam tanaman bayam dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Namun dengan memperhatikan konsumsi bayam warga DKI Jakarta, ternyata daily in-take kadar Cd belum sampai taraf yang membahayakan, yaitu sekitar 4,49-6,84 Ag/hari (standar WHO 40 gg/hari).
Mengingat bekas LPA sampah merupakan salah satu sumber tetap (point sources) bagi bahan polutan logam berat khususnya Cadmium, maka berbagai upaya perlu diterapkan pengelolaan sampah yang benar sejak dari tahap pengumpulan sampah (refuse collection) sampai tahap pembuangan dan pemusnahannya (refuse disposal).
Pemisahan sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya merupakan langkah awal yang cukup positif dalam managemen/pengelolaan sampah. Alternatif pengelolaan dapat diberlakukan terhadap bekas LPA sampah, berupa pendekatan teknologi dan sosio budaya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan lahan yang tidur menjadi lahan produktif, tanpa membahayakan kesehatan masyarakat, khususnya konsumen bayam (Amaranthus sp.)

ABSTRACT
Wastes are remnants, damaged material or not beingused anymore and must be discarded. In large quantity, wastes need close attention and management. In general, it appeared in industrial or urban areas.
Based on the report of Pengelola Kebersihan Sampah DKI Jakarta in 1991-1992, waste production in, DKI Jakarta was about 23.706 m3/day. The composition include 73.90% organic waste and 26.10% inorganic. Out of the. inorganic part, some 7.8% was plastic and 0.29% was battery.
Now, the waste is disposed of by the sanitary landfill method in Bantar Gebang Bekasi, but before that waste was disposed of by the open dumping method, namely by dumping in irregular level of open private land without special treatment, as is the case in Cakung Cilincing, Sunter, Rawasari and Srengseng.
The decommissioned land is used for vegetable cultivation, dominantly spinach (Ammaranthus sp.). So that it is possible that bioaccumulation takes place and heavy metal may be found in the spinach. This research is aimed to know the content of heavy metal, especially Cadmium (Cd) in soil and spinach, and to know the safe land use for vegetable cultivation.
This study is descriptive in character by using the case control group design. To know the difference in content of Cadmium, both in soil and spinach on various locations of the study, hence the Anova statistic test is used. The Pearson Product Moment is used to know the correlation between Cd content in soil and in spinach.
Laboratory findings showed that Cadmium content in soil area of decommissioned dumping site and in spinach is higher than in non-dumping area. In the study location (dumping area) the average Cadmium content in soil is between 1.61 - 3.28 pg/gr and in the spinach between 0.94 - 1.41 11g/gr. On the other hand, the average of Cadmium content in the soil of non dumping area is between 0.15 - 0.16 g/gr, and in the spinach it is between 0.04 - 1.05 pg/gr. Beside, it is known that the correlation between Cadmium content in soil and in spinach is positive.
Keeping in mind that decommissioned dumping site is a point source of heavy metals pollutant, especially Cadmium, hence much et Fort should be undertaken in wast_u mdnayeInenL. The correct waste management should be necessary implemented since waste collection until waste disposal. Therefore, to use the decommissioned dumping site for agricultural purposes, special treatment consisting of technological and socio-cultural approaches are needed before hand.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Susiyeti
"ABSTRAK
Kampung Nelayan Muara Angke berada di tepi perairan Teluk Jakarta yang telah
tercemar logam kadmium. Masyarakatnya biasa mengkonsumi ikan dari Teluk Jakarta
sehingga dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat risiko pajanan kadmium pada masyarakat Muara Angke melalui
pendekatan analisis risiko kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intake
kadmium melalui ikan pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke sebesar
0,000012 mg/kg/hari, dengan durasi pajanan masyarakat Muara Angke sebesar 24 tahun,
berat badan masyarakat Muara Angke sebesar 59 kg. Laju asupan ikan sebesar 197,4
gr/hari dan frekuensi pajanan sebesar 294,3 hari/tahun. Hasil analisis menunjukkan
bahwa Masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke baik secara populasi dan individu
belum memiliki risiko dan masih aman dari gangguan kesehatan nonkarsinogenik akibat
pajanan kadmium dalam ikan untuk saat ini sampai dengan 30 tahun mendatang dengan
asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan saja dan tidak memperhitungkan
pajanan kadmium dari sumber lain.

Abstract
Muara Angke located on the shores of Teluk Jakarta which have been polluted by heavy
metals cadmium. The Community always eat fish from Teluk Jakarta, this would pose a
risk of health problems. This study aimed to determine the level of risk exposure to
cadmium at Muara Angke community through health risk analysis approach. The results
showed that the intake of cadmium on fish for people in Kampung Nelayan Muara Angke
at 0,000012 mg/kg/day, with duration of exposure to the community Muara Angke for 24
years, Muara Angke community weight of 59 kg. Fish intake rate of 197,4 g/day and
frequency of exposure of 294,3 days/year. The results showed that Muara Angke
community, population and individual do not have risks and still safe from health
disorders noncarsinogenic because of cadmium exposure in fish at this time to 30 years
ahead on the assumption that cadmium exposure comes from fish only and do not take
into account exposure to cadmium from other sources."
2010
T31412
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Roberto Anmessyo
"Latar belakang: Koral Goniopora sp merupakan bahan alami yang bersifat osteokonduktif sehingga berpotensi digunakan untuk subtitusi tulang. Namun demikian, bahan tersebut masih mengandung logam berat terutama kadmium (Cd) sebagai pencemar dengan kadar menurut Chusnul,dkk (2013) sekitar 25.23 mg/kg (ppm).1 Sesuai dengan nilai provisional tolerable daily intake (PTDI ), nilai ambang asupan Cd yang masih dapat diterima adalah 1.00 µg/Kg BB/hari.2 Dengan memperhitungkan kadar dan PTDI kadmium serta bobot badan diasumsikan 60 kg, maka penggunaan maksimum koral Goniopora sp hanya 1 gram untuk satu kali penggunaan.1 Untuk meningkatkan kuantitas koral tersebut dalam satu kali penggunaan, maka perlu dilakukan upaya penurunan kadar Cd dalam koral tersebut. Ethilen diamine tetra acetic acid (EDTA) merupakan zat pengkelat yang bersifat selektif terhadap berbagai ion logam dalam membentuk kompleks melalui pengaturan pH.3 Pencucian dan perlakuan koral Goniopora sp dengan larutan EDTA yang didapar pada pH tertentu, diharapkan mampu menurunkan kadar Cd dalam koral tersebut.
Tujuan: Menurunkan kadar Cd dalam koral Goniopora sp secara selektif sehingga tidak mempengaruhi komposisi mineral alami dalam koral tersebut menggunakan ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) sebagai chelating agent.
Metode: Kadar Cd dalam sampel koral Goniopora sp sebelum perlakuan ditentukan untuk mendapatkan kadar base line Cd. Selanjutnya koral tersebut diberi perlakuan melalui perendaman dan pengadukan dalam larutan EDTA yang didapar dengan dapar fosfat pada pH 7.0 dan 7.5. Perlakuan tersebut dilakukan sampai 10 hari dan setiap dua hari dilakukan pengambilan sampel koral. Setelah pencucian dengan air dan pengeringan, dilakukan penentuan kadar Cd dalam sampel koral dan hasilnya ditampilkan sebagai profil kadar kadmium terhadap waktu perlakuan. Selain Cd, dilakukan juga penentuan kadar kalsium (Ca) sebagai marker komponen utama koral Goniopora sp. Penentuan kadar Cd dan dan Ca dilakukan menggunakan metode atomic absorption spectrometry (AAS).
Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar Cd yang bermakna dalam koral Goniopora sp sebelum dan sesudah perlakuan dengan EDTA.
Kesimpulan: Perlakuan koral Goniopora sp dengan EDTA pada kondisi percobaan yang dilakukan belum mampu menurunkan kadar Cd pada koral tersebut.

Background: Goniopora sp. coral is a natural material showing osteocondutive properties and hence potential to be applied as bone substitution. However, according to Chusnul,et.al (2013) this material still contains heavy metals as contaminant especially that of cadmium (Cd) at concentration level of around 25.23 ppm. 1 Based on its provisional tolerable daily intake (PTDI ), maximum acceptable daily intake of Cd is 1.00 µg/Kg BW/day.2 Taking into account the concentration level and PTDI value of Cd as well as body weight assumed to be 60 kg, maximum application of Goniopora sp coral is only 1 g for one application.1 To increase the quantity of this coral for one application, an effort to reduce the concentration of Cd in this coral should be carried out. Ethilen diamine tetra acetic acid (EDTA) is a chelating agent able to form complex with various metals selectively by means of pH adjustment.3 Washing and treatment of Goniopora sp coral with EDTA solution buffered at certain pH are expected to reduce Cd concentration in this coral.
Aim: To reduce the levels of Cd in Goniopora sp coral selectively applying ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) as chelating agent so that natural composition of minerals in this coral were not significantly affected.
Methods: Concentration of Cd in pretreatment Goniopora sp coral sample was determined to obtain base line concentration of Cd. The coral was then treated by means of immersing and stirring in EDTA solutions buffered with phosphate buffer at pH of 7.0 and 7.5. The treatment was conducted up to 10 days in which every two days a probe of coral samples was collected. After washing with water and drying, Cd concentrations in those samples were subsequently determined and the results were displayed as Cd concentrations profile as function of treatment time. In addition to Cd, concentration of calcium (Ca) as marker of main component of Goniopora sp coral was also determined. Determination of Cd and Ca concentrations were conducted by means of atomic absorption spectrometry (AAS) method.
Result: No significant difference in Cd concentrations was observed before and after treatment with EDTA.
Conclusion: Treatment of Goniopora sp coral with EDTA under experimental conditions was still not able to reduce Cd concentration in this coral
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>