Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177804 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sonny Harry Budiutomo Harmadi
"Adanya faktor skala ekonomi dalam pemilihan lokasi menyebabkan beberapa perusahaan yang sejenis memilih berada pada lokasi yang berdekatan, sehingga membawa dampak menurunnya biaya produksi perusahaan. Aglomerasi industri ini dapat menjelaskan mengapa suatu kota memiliki perusahaan yang jenisnya sama lebih dari satu, dan adanya kecenderungan bahwa kota akan berkembang di sekitar lokasi industri. Suatu kota industri yang besar terbentuk karena adanya aglomerasi ekonomi dalam produksi, dimana terdapat dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu localization economies dan urbanization economies.
Analisis regresi data panel menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil yang mendasar antara industri dengan klasifikasi ISIC 2 digit dengan industri berdasarkan klasifikasi ISIC 3 digit. Sub-sektor industri di DKI Jakarta yang mengalami aglomerasi industri ialah subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit, Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan, Industri Kimia dan Barang-Barang dari Kimia, Petroleum, Batu Bara, Karet, dan Barang dari Plastik, Industri Barang-Barang dari Logam, Mesin dan Perlengkapannya, Industri Pengolahan Lainnya. Sedangkan sub-sektor Industri Makanan, Minuman Serta Tembakau, Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, Termasuk Alat-Alat Rumah Tangga dari Kayu, Industri Barang-Barang Galian Bukan Logam, dan Industri Dasar Logam tidak mengalami aglomerasi. Pada golongan pokok industri teridentifikasi tidak terjadi aglomerasi industri."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Harry Budiutomo Harmadi
"Adanya faktor skala ekonomi dalam pemilihan lokasi menyebabkan beberapa perusahaan yang sej erns memilih berada pada lokasi yang berdekatan, sehingga membawa dampak menurunnya biaya produksi perusahaan. Berkumpulnya beberapa perusahaan sejenis dalam suatu Iokasi industri disebut aglomerasi industri. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa suatu kota memiliki perusahaan yang jenisnya sama lebih darn sate, dan adanya kecenderungan bahwa kota akan berkembang di sekitar lokasi industri. Suatu kota industri yang besar terbentuk karena adanya aglomerasi ekonomi dalam produksi. Ada dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu localization economies dan urbanization economies.
Menurut Henderson (1988), localization economies terjadi jika biaya produksi perusahaan-perusahaan sebagai bagian darn suatu industri menurun pada saat total output darn industri meningkat. Sedangkan urbanization economies terjadi jika biaya produksi sebuah perusahaan secara individual menurun saat total output clan wilayah urban/ perkotaan meningkat. Terdapat kontroversi darn efek yang ditimbulkan oleh localization economies (dikemukakan oleh Alfred Marshall) dengan urbanization economies (diidentifikasi oleh Jane Jacobs). Mills, Henderson, 0 hllallachain dan Satterthwaite mengatakan bahwa localization economies lebih panting dibanding urbanization economies, karena pertumbuhan tenaga kerja suatu sektor lebih tergantung pada besarnya sektor tersebut daripada besarnya wilayah perkota nl metropolitan sektor tersebut berada.
Secara umum, pro duktifitas modal dan tenaga kerja sektor industri di Jakarta cukup bank, dimana modal per tenaga kerja dan upah per tenaga kerja mempengaruhi output per tenaga kerj a. Artinya kenaikan modal dan upah akan mampu mendorong kenaikan output. Aglomerasi ekonomi yang terjadi pada mayoritas sub-sektor industri di Jakarta merupakan aglomerasi jenis localization dan urbanization economies, dimanaperusahaan-perusahaan di sektor industri memilih berlokasi di Jakarta karena pertimbangan biaya produksi yang lebih murah, dan juga karena pertimbangan besarnya jumlah penduduk. Hal inn didukung oleh kenyataan bahwa infrastruktur yang ada di DKI Jakarta lengkap, terutama untuk akses transportasi dankomunikasi, serta posisi Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional.
Analisis regresi data panel menunj ukkan bahwa terdapat perbedaan basil yang mendasar antara data industri dengan klasifikasi ISIC 2 digit dengan industri berdasarkan klasifikasi ISIC 3 digit dalam observasi. Sub-sektor industri di DKI Jakarta yang mengalami aglomerasi industri ialah sub-sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit, Industri Kertas dan Barang Barang darn Kertas, Percetakan dan Penerbitan, Industri Kimia dan Barang-Barang darn Kimia, Petroleum, Batu Bara, Karat, dan Barang darn Plastik, Industri Barang-Barang Ban Logam, Mesin dan Perlengkapannya, Industri Pengolahan Lainnya. Sedangkan sub-sektor Industri Makanan, Minuman Serta Tembakau, Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, Termasuk Alat-Alat Rumah Tangga darn Kayu, Industri Barang-Barang Galian Bukan Logam, dan Industri Dasar Logam tidak mengalami aglomerasi. Pada golongan pokok industri teridentifikasi tidak terjadi aglomerasi industri.
Perlu ada penyusunan kebijakan industri yang lebih diarahkan hanya pads industri yang memang mengalami aglomerasi. Sebaiknya pemerintah daerah DKI Jakarta lebih mengutamakan sub-sektor industri yang sudah terkonsentrasi kuat, dan mengalami aglomerasi jenis localization economies sekaligus urbanization economies."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandun Prakosa
"Tesis ini bertujuan mengetahui tingkat konsentrasi geografi industri pengolahan besar dan sedang di Jawa Tengah selama periode 1990 -- 2000 serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan data panel sembilan sub sektor industri pengolahan besar dan sedang.
Hasil studi menunjukkan bahwa sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau di Jawa Tengah memiliki konsentrasi geografi tinggi dibandingkan tingkat nasional dan variabel persentase input yang diimpor, rata-rata upah tahunan tenaga kerja, indeks kompetisi, persentase produk yang diekspor, skala ekonomi dan intensitas penggunaan sumberdaya mempengaruhi tingkat konsentrasi geografi industri yang ditunjukkan dengan nilai Location Quotient.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Agung Nurdianto
"Despite its shortcomings, many industrial economists believe that coxentration index is a powerful tool to use in order to analyze the level of competition within a market. This is due to the fact that concentration index influences greatly market performance. Nonetheless, there are two opposing views on how does concentration index actually influences the market (Donsimoni, 1984). On one hand, the relationship between competition and market performance, and perfect competition with market performance on the other hand, have been discussed since the 18th century, however, a common ground between those two opposing theories have relatively been left untouched by analysis (Bothwell, 1984). Even so, in the last three decades, many researches have been done based on those two opposing theories.
Through the use of panel regression in this research, the degree of collusion in the Indonesian manufacturing industry can be found. Although the degree of collusion is small, nevertheless, there exists a positive relationship between the degree of collusion and the level of concentration. This proves that the first theory, Market Power Theory, applies in this case. By knowing that this is the theory which applies in the manufacturing industry in Indonesia, the policy implemented must be adjusted accordingly. Policy implemented by the government for the manufacturing industry should take into account the possibility that collusion exists within certain industries which contain a small amount oflarge firms that control the majority ofthe market share."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Hartono
"Studi ini hendak menganalisa dampak dan kebijakan harga energi Indonesia terhadap perekonomian kota Jakarta; khususnya terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Studi ini juga berusaha memformulasikan kebijakan regional yang penting bagi Jakarta untuk menurunkan dampak negative dan kebijakan energi nasional ini terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Untuk mencapai tujuan ini, dibangun sebuah model CGE (computable general equilibrium) regional. Model ini merupakan model CGE pertama di Indonesia yang dikembangkan untuk sebuah kota."
2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Yulianita Gitaharie
"The economic crises attacking Asian regions in the mid of 1997 have brought depressing impacts to Indonesia?s economy. Indonesia experiences a declining share of investment? it is even the lowest amongst neighboring countries. Indonesia also ranks the first position in the issue of inefficiency which further discourages investors to invest in Indonesia. The study focuses on the issue of efficiency in the manufacturing industry whose share in the economy tends to increase during I988-2OO5 in a higher percentage than in the agriculture and services sectors. The objectives of the study are two-folds, first is to measure the score of efficiency in the manufacturing industry in order to identify which in industries are classified as efficient, moderately efficient, or less efficient. Secondly is to identify whether there is an association between input factor or output degree of protection and the score of in efficiency of a 5-digit-JSIC industry. The method employs in the study is the stochastic production frontier where efficiency is an explicit function of specifically determining factors. The study finds that wood preservative industry has the highest efficiency score, while garment and textile industry has the lowest. The study also discovers there are more industries with less and moderately efficient classification. Sources of inefficiency are from the high output tariffs, which have potential contributions to high price and less competitive products in the market. The study recommends that manufacturing industries with low scores of efficiency should improve their productivities through lower cost of production. The government has to make effort to reduce tariff for finished goods. Taxes on luxurious goods and duty charges for export oriented industries should be eliminated as an alternative to increase efficiency in the manufacturing industry. Comparative advantages, particularly for linkage industries, should be improved."
2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Agustino Landiyanto
"Konsentrasi dan aktivitas ekonomi secara spasial, terutama pada industri manufaktur, telah menjadi fenomena menarik untuk dianalisis. Pada industri manufaktur, konsentrasi spasial ditentukan oleh biaya upah, biaya transportasi dan akses pasar serta eksternalitas dan konsentrasi spasial yang berkaitan dengan penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimana dan pada subsektor apa industri manufaktur Kota Surabaya terkonsentrasi serta untuk mengetahui mengapa dan bagaimana industri manufaktur Kota Surabaya terkonsentrasi sehingga dapat dianalisis mengenai kebijakan dalam mengembangkan industri manufaktur Kota Surabaya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data tenaga kerja industri manufaktur dua digit per kecamatan di Surabaya tahun 1994 dan 2002. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan LQ, Ellison Glaeser indeks dan Maurel Sedillot indeks. Berdasarkan analisis, diketahui bahwa industri manufaktur di Kota Surabaya terkonsentrasi di Kecamatan Rungkut, Tandes dan Sawahan sedangkan subsektor unggulan Kota Surabaya adalah industri makanan, minuman dan tembakau serta industri logam, mesin dan peralatan."
2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraeni
"Sebagai kota metropolitan, ketergantungan Jakarta kan sektor transportasi sangat besar. Transportasi publik sejak lama telah dilihat sebagai masalah perkotaan yang strategis, seperti yang terlihat mayoritas penduduk Jakarta sangat tergantung pada angkutan publik. Untuk itu, menyediakan pelayanan transportasi publik yang murah dan dapat diandalkan menjadi tanggung jawab yang sangat penting bagi pemerintah DKI Jakarta.
Transportasi publik di Jakarta adalah sektor yang tergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, yang berarti bahwa peningkatan pada harga bahan bakar (BBM) akan menyebabkan peningkatan pada tarif angkutan. Mulai 1 Maret 2005, pemerintah telah mengumumkan peningkatan harga BBM sebesar 30-40%, dan sebagai akibatnya, pemillik transportasi publik menuntut peningkatan dalam tarif angkutan. Ini merupakan sebab mengapa pemerintah memutuskan meningkatkan tarif sebesar 8-19%, yang dinyatakan dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 412 tahun 2005.
Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisa dampak dari kebijakan tarif angkutan publik terhadap perekonomian Jakarta, khususnya terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Studi ini berusaha memformulasikan kebijakan regional yang penting bagi Jakarta untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan energi nasional terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Untuk ini dibangun model 'regional computable general equilibrium' (regional CGE). Model CGE dibangun berdasarkan model yang telah dikembangkan sebelumnya dengan menggunakan data yang telah di updated. "
2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Tri Budiarti
"Abstract
Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) is the first bilateral economic agreement for Indonesia. IJEPA is expected to increase Indonesia manufacture industry competition because the establishment of USDFS and MIDEC. Post IJEPA, Price-cost margins (PCM) fluctuated. PCM has been generally used as a competition indicator, because PCM related to average profit of an industry. This study uses panel data of large and small industry within 2004-2012 periods. This study conclude that IJEPA able to make PCM of manufacture industry fall through efficiency of input factors use, the cost of materials price downfall, and economies of scale in certain industries.
Abstrak
Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan perjanjian kerja sama ekonomi bilateral yang pertama untuk Indonesia. IJEPA diharapkan mampu meningkatkan kompetisi industri manufaktur karena disepakatinya fasilitas khusus untuk peningkatan kapasitas dan daya saing industri manufaktur, yaitu USDFS dan MIDEC. Setelah IJEPA, Price-cost Margins (PCM) Indonesia berfluktuasi. PCM digunakan sebagai indikator persaingan, dikarenakan berhubungan dengan keuntungan rata-rata di sebuah industri. Studi ini menggunakan data panel industri besar dan sedang periode 2004-2012. Dari studi ini disimpulkan bahwa IJEPA mampu menurunkan PCM industri manufaktur Indonesia dengan efisiensi faktor input produksi, penurunan biaya bahan baku industri, dan pencapaian skala ekonomi pada industri tertentu."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Hartono
"During the development of any transormation will put the services while leaving the primary and diminishing share. Using Input-Output model, we analyse the possibilities of making DKI Jakarta as services town. Based on total forward, total backward linkage and other analysis output, we conform the highest role of services sector in this province. We also find that the final demand for services sector is higher than its intermediate demand, showing this product of this sector is mainly used for direct consumption."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>