Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Prasetya
"ABSTRAK
Genderang perang harga yang dimulai oleh sejumlah maskapai penerbangan baru
telah menyulut kegerahan maskapai-maskapai lainnya yang sudah sejak lama bermain di
industri penerbangan nasionaL Kegerahan tersebut timbul karena adanya kekhawatiran
dan maskapai-maskapaj penerbangan lama yang merasa takut kehilangan konsumennya
oleh ulah masakapal-maskapal baru yang menetapkan harga yang sangat murah bahkan
hingga mencapai batasan harga minimum INACA. Agar tidak tersisih dan persaingan,
mau tidak mau maskapai-maskapaj penerbangan yang lama pun akhirnya ikut-ikutan
menetapkan harga yang semurah-murahnya bagi konsumen. Akibatnya hampir seluruh
maskapai penerbangan nasional saat ini ikut dalam perlombaan saling memperebutkan
konsumeri dengan cara-cara yang dapat dikatakan sudah tidak sehat lagi. Fenomena
seperti inilah yang menggambarkan persaingan di industri penerbangan nasional saat ini.
Untuk tetap bertahan di dalam persaingan seperti itu tidaklah mudah. Beban biaya
operasional yang tinggi, ditambah dengan beban kurs mata uang rupiah terhadap dollar
yang belum membaik, akan memberatkan kelangsungan hidup suatu maskapai. Star Air
sebagai salah satu dan sekian banyak pemain baru sudah merasakan dampaknya.
Beberapa rute penerbangannva sudah nilai tidak dioperasikan karena besamya beban
biaya operasional yang tidak dapat ditutupi lagi dengan harga tiket yang diberlakukannya
saat ini. Beratnya beban biaya operasional yang tinggi ini juga mulai dirasakan efeknya
oleh Merpati dan Garuda. Kedua maskapal tersebut terpaksa harus menaikkan harga
tiketnya akibat kenaikan harga premi asuransi pasca pemboman WTC. Padahal
persaingan saat ini menuntut mereka untuk mengefisienkan segala bentuk biaya agar dapat memberlakukan harga yang kompetitif untuk beraing dengan maskapai lainnya.
Terlepas dari fenomena perang harga yang terjadi saat ini, langkah berani Pelita, Mandala, Bouraq, dan DAS dalam membentuk strategi aliansi untuk meminimalisir dampak persaingan harga tersebut, nampaknya perlu diacungi jempoL. Berbagai manfaat
seperti efisiensi biaya dan peningkatan jumlah konsumen yang diperoleh keempat
maskapai semakin mempertegas prospek yang menguntungkan dan strategi aliansi ini.
Melihat aksi rnaskapai-maskapai penerbangan nasional saat ini dengan berbagai
macam strateginya mulai dari strategi perang harga sampai dengan strategi aliansi, maka
pada karya akhir ini akan dibuat suatu usulan strategi aliansi yang melibatkan kerjasama
dua maskapai penerbangan nasional, yaitu Merpati dan Garuda. Adapun maksud dari
usulan ini adalah untuk menciptakan maskapai penerbangan nasional yang mempunyai
daya saing di rute domestik dan internasional dalam rangka menghadapi persaingan
yang semakin ketat di industri penerbangan nasional.
Usulan strategi aliansi Merpati ? Garuda ini díbuat berdasarkan tiga tahapan
analisis, yaitu analisis manajemen strategik, analisis pembentukan sinergi, dan analisis
kesiapan internal perusahaan Pada analisis manajemen strategik dilakukan analisis untuk
mengetahui competitive positions dan Lingkungan ekstemal perusahaan dalam rangka
menyusun strategi aliansi yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing
masing perusahaan. Kemudian, pada analisis pembentukan sinergi dibahas mengenai
cakupan penghematan biaya dan peningkatan pendapatan yang dapat diperoleh,
khususnya pada hal-hal yang berhubungan dengan pensinergian masing-masing rute
penerbangan dan pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas operasional dan resources
yang dimiliki kedua maskapai. Terakhir, pada analisis kesiapan internal perusahaan
dibahas tiga hal penting yang perlu dipersiapkan dalam menjalankan proses pembentukan
aliansi tersebut, yaitu budaya dan struktur perusahaan, sistem administrasi dan informasi,
dan kualitas jasa pelayanan penerbangan.
Dari hasil ketiga analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
yang menyatakan bahwa aliansi Merpati ? Garuda akan memberikan dampak positif bagi
kedua maskapai. Adapun dampak positif yang dimaksud adalah tercapainya penghematan
biaya operasional dan meningkatnya pendapatan perusahaan dan kegiatan usahanya. Dan
kedua dampak positif tersebut, balk Merpati maupun Garuda, kini dapat bersama-sama
meningkatkan kual itas dan kuantitas pelayanannya untuk kemudian memantapkan
posisinya dalam persaingan di industri penerbangan nasional.
Untuk melengkapi usulan strategi aliansi yang telah dibuat tersebut, maka pada
bagian akhir dan karya akhir inI diberikan beberapa saran untuk mendukung keberhasilan
strategi aliansi Merpati ? Garuda. Adapun saran-saran tersebut dimaksudkan agar usulan
strategi ini nantinya dapat benar-benar diaplikasikan ke dalam strategi perusahaan dan
memberikan benefit jangka panjang yang sesuai dengan tujuan semula dan pembentukan
strategi aliansi, yaitu untuk meningkatkan daya saing maskapai penerbangan nasional
baik pada rute domestik maupun intemasional."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Protoni Doda
"ABSTRAK
Penerapan strategi aliansi dalam industri penerbangan berkembang sangat
pesat sejak dekade 90-an. Perkembangan ini teradi seiring dengan banyaknya perubahan-
perubahan aturan main dalam dunia penerbangan atan civil aviation seperti deregulasi
dan globalisasi di Ameiika Seirikat dan Eropa.
Perkembangan ini menjadi lebih pesat lagi oleh karena banyak perusahaan yang
beraliansi tidak lagi menganalisis pola kebutuban beraliansi. Keadaan ini inenyebabkan
banyaknya aliansi yang tidak menghasilkan sinergi untuk perusahaannya, sehingga muncul
permasalahan bagaimana mententuk suatu aliansi yang efektif dalam industri
penerbangan.
Dalam tulisan ini dikaji secara analitis karakteristik keadaan dan struktur
aliansi dalam industri penerbangan. Penelitian ini dibatasi pada aliansi horisontal yang
dilakukan antar perusahaan penerbangan. Metode penelitian yang digunakan adalah
menganalisis data sekunder hasil survey yang dilakukan oleb majalah Airline Business.
Data survey ini mencakup 136 perusahaan penerbangan besar dan keel yang
melayani pasar internasional.
Hasil penelitian memberikan suatu kesimpulan bahwa ada dua hal pokok dalam
pembentukan aliansi yakni pemilihan pasangan dan pemilihan jenis aliansi. Aliansi yang
sinergi akan diperoleb jika pasangan yang dipilih dan jenis aliansi sesuai dengan strategi
perusahaan secara menyeluruh.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy; Syahnun
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum
yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang
Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab
yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih
sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria
sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi
penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikari dengan bisnis.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijastono Purwanto
"ABSTRAK
Saat ini PT Garuda Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat, baik di
pasar domestik maupun regional/internasional. Dari segi manajemen transportasi udara,
Garuda memiliki beberapa alternatif alat yang strategis (strategic tools). Alternatif tadi
dapat digunakan untuk membangun strategi bersaing yang dapat memberikan hasil pangsa
pasar yang baik. Di antara alternatif alat strategis tersebut, yang paling dekat dengan
bisnis ini (core business) Garuda adalah struktur rute dan armada pesawat terbang.
Suatu perusahaan penerbangan hams selalu menyesuaikan kapasitas angkutnya
dengan perkembangan yang teijadi di pasar. Penlngkatan kapasitas angkut itu sendiri
dapat dilakukan melalui cita cara, yaitu frekuensi penerbangan, baik pada rute yang sudah
ada, atau dengan pembukaan rute barn untuk inemperhias wilayah pelayanannya. Agar
operasi penerbangan pada suatu jaringan rute dapat mendatangkan keuntungan, maka
perusahaan penerbangan perk memilili jenis pesawat yang paling sesuai untuk
menerbangi rute yang mempunyth karakteristik tertentu.
Sampai tahun 1997, Garuda melakukan kerjasama dengan Merpati untuk
menerbangkan penumpang Garuda ke tujuan-tuluan domestik yang tidak dilayani Garuda.
Namun dewasa ini proses pemisahan operasi Merpati dan Ganada telah mencapai tahap
akhir. Hal ini menjadikan Garuda perlu mengembangkan jaringan rute domestiknya sendiri
untuk mendukung rute regional Asia dan Internasionalnya. Selain itu, Garuda juga perlu
mengambil alih kendali atas kualitas dan daya tarik produknya di pasar domestlk. Untuk
itu, Garuda harus menerbangi kembali domestiknya yang pada tahun 1988
pernah diserahkan ke Merpati.
Sebagai bahan pembahasan, studi ini memilih empat pasar penumpang sekunder,
yaitu pasangan kota dengan tingkat permintaan di bawah 100.000 tempat duduk per
tahun. Keempat pasar tersebut adalah pasangan kota Jakarta-Palu dan Jakarta-Kendari
dltambah dengan pasangan kota Ujungpandang-Palu dan Ujungpandang Kendari. Struktur
rute yang dibangun menghubungkan Jakarta dengan Palu dan Kendari dengan
Ujungpandang sebagai kota persinggahan.
Untuk segmen rute Ujungpandang-Palu dan ujungpandang-Kendari, dari segi
kapasitas dan waktu tempuh, jenis pesawat regional ternyata efektif untuk melayani
tuntutan pasar. Dari segi kapasitas, penggunaan pesawat regional dapat menjamin ringkat
load factor paling tidak 58.5%. Dari segi waktu tempuh, penerbangan dengan pesawat
regional, walaupun bermesin turboprop namun dapat menghasilkan waktu tempuh yang
kompetitif. Atas dasar hasil analisis tersebut, maka armada Garuda sebaiknya dilengkapi
dengan sejumlah pesawat regional berkapasitas di bawah 100 seats untuk keperluan
penetrasi ke pasar sekunder.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bob Novitriansyah
"ABSTRAK
lndustri media massa di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, ditandai dengan munculnya media massa baru, baik elektronik maupun cetak. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan informasi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kehidupan seperti halnya kebutuhan lainnya. Sehingga apapun yang berhubungan dcngan penyediaan berita dan informasi akan terus diminati yang tentunya hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi pengusaha untuk terjun di bisnis ini.
Pencabutan SIUPP (Surat lzin Usaha Penerbitan Pers) pada tahun 1998 sebagai salah satu persyaratan untuk menerbitkan sebuah media cetak serta berlandaskan UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, membuat banyak bermunculan media cetak barn yang mempunyai berbagai karakteristik dan positioning masing-masing.
Bergairahnya televisi swasta membawa dampak cukup besar bagi dunia pertelevisian dan periklanan Indonesia serta semakin memanjakan pemirsa dalam memilih stasiun televisi yang disukai. Terjadi persaingan kreativitas dalam membuat program acara dan kemasannya serta mempertajam fokus pada segmentasi pemirsa.
Kini berbagai media informasi yakni media cetak, radio, televisi dan internet bersaing ketat merebut pengguna informasi dan hiburan yakni pembaca, pendengar, pemirsa, dan pengiklan. Kemampuan untuk merebut iklan, merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam industri media.
Agar industri surat kabar dan pertelevisian di masa depan tetap eksis dan berkembang tiada lain pilihannya adalah join multimedia atau dengan melakukan aliansi strategis. Hal ini disebabkan antara lain karena core business-nya yang sama, maka optimalisasi efisiensi dan daya saing dapat terwujud.
Kontribusi sebuah surat kabar dalam sinergi tersebut adalah kedalamannya dalam pemberitaan sehingga teijadi efektifitas dalam membahas suatu masalah yang dituju konsumen. Kontribusi televisi disini adalah mampu menyajikan gambaran audio visual sehingga informasi dan materi yang disampaikan relatif lebih dinamis dan utuh scrta coverage area yang begitu besar sehingga mampu menjangkau konsumen yang lebih banyak.
Salah satu kasus perusahaan media guna mempercepat pertumbuhan dan berdaya saing tinggi di industrinya adalah surat kabar Media Indonesia yang melakukan aliansi strategis dengan stasiun televisi Metro TV. Strategi tersebut dilakukan karena mereka memiliki the knowledge journalists dan sumber daya manusia yang profesional serta kekuatan sumber daya lainnya yang menunjang keberlangsungan bisnis tersebut.
Beberapa alasan yang menjadi motivasi aliansi strategis yang dilakukan Media Indonesia dengan Metro TV antara lain adalah mengembangkan dan meningkatkan efisiensi operasional, fasilitas dan proses serta menyediakan akses pada kapabilitas baru, pengetahuan baru dan teknologi baru, menurunkan resiko dan mengatasi ancamanancaman dalam persaingan dan meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan posisinya serta memberikan nilai tambah atau perluasan lini produk perusahaan.
Beberapa aliansi strategis yang dibangun Media Indonesia dengan Metro TV untuk meningkatkan kompetensi inti dan ketmggulan bersaing yaitu aliansi strategis untuk meningkatkan kompetensi dalam hal keunggulan inovasi, efisiensi dan penerimaan konsumen, aliansi strategis untuk meningkatkan kineija sumber daya manusia serta meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan berita/produk dan aliansi strategis yang memungkinkan perusahaan membagi resiko dan sumber daya yang diperlukan untuk memasuki pasar di industri media cetak di fudonesia.
Penurunan resiko dan ancaman yang dapat dihasilkan dari aliansi strategis Media Indonesia dengan Metro TV di bidang redaksi antara lain adalah resiko ketidakakuratan dan ketidakaktualan berita dapat diperkecil karena berita diolah secara bersama dan berita untuk acara televisi yang harus selalu hangat dapat juga diberitakan di Media fudonesia.
Pada bagian iklan, pemasar iklan di Media fudonesia dan Metro TV bersinergi secara total dalam memasarkan space iklan baik di Media fudonesia maupun di Metro TV. Sehingga program-program dan paket-paket iklan yang ditawarkan terkadang saling terkait antara memasang di Media Indonesia dan di Metro TV. Dampak positifnya tentu saja adalah keragaman pengiklan dengan keinginan dan strategi komunikasi pemasarannya yang berbeda-beda dapat diakomodir ke media yang berbeda, apakah ke media cetak atau ke televisi.
Masalah yang dihadapi oleh Media Indonesia dan Metro TV dalam melakukan aliansi adalah berupa isu besar tentang keadilan tingkat kesejahteraan dan fasilitas yang diterima di tengah aneka ragam persepsi seluruh karyawan. Untuk itu pihak manajemen berupaya untuk transparan dalam segala hal sehingga terwujud hubungan keijasama yang selaras dalam jangka panjang. Antara kedua perusahaan dapat saling bertukar pikiran dan membahas mengenai penyesuaian strategi yang hams dilakukan dalam menghadapi
perubahan kompetisi yang terjadi sehingga dapat meningkatkan daya saing.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, J. F. Thomas
"ABSTRAK
Menyongsong diberlakukannya AFTA tahu 2003 dan perdagangan
bebas tahun 2010 akan memberikan kesempatan dan tantangan bagi dunia
bisnis pada umumnya, khususnya dunia penerbangan berjadwal. Beberapa
negara dalam menyongsong era tersebut telah mutai menerapkan open sky
policy yang akan meningkatkan persaingan antaroperator penerbangan. tetapi di
sisi lain, membuka peluang urduk mengembangkan sayap ke mancanegara.
Kondisa poltik ekonomi dan sosìal lndonesa yang kurang
menguntungkan saat ini sangat berpengaruh terhadap bisnis penerbangan
secara keseluruhani dan merupakan kendala yang saigat besar dalam bisnis
penerbangan.
Merpati sebagai perusahaan penerbangan melihat adanya peluang untuk
memperluas jangkauan pasamya ke pasar intemasional. khususnya pasar Perth.
Australia Untuk hat tersebut perlu dilakukan analisis dalam menetapkan suatu
strategi yang paling sesuai dengan kondisi Merpati.
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan penulis, diperoleh posisi yang
kurang menguntungkan bagi Merpati, yaitu adanya kendala faktor ekstemal yang
besar dan kelemahan dalam bidang internal yang dihadapi. Berdasarkan analisis
Boston Consulting Group didapati posisi Merpati pada kuadran Question Marks.
diindikasikan adanya kesulitan cash flow untuk memperluas market share
dengan pertumbuhan pasar yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan Iebih
lanjut, sehingga memerlukan investasi baru (penambahan modal), tetapi di sisi
lain, hal ini tidak memungkinkan dengan kondisi keuangan Merpati saat ini.
Berdasarkan analisis tersebut, Merpati harus menetapkan strategi untuk
memasuki pasar Perth, Australia dan bertahan pada pasar tersebut Adapun
strategi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
? Strategi korporasi dilakukan dengan cara kerja sama aliansi untuk
menghindari beban keuangan yang ada;
? Strategi Generik unit bisnis dilakukan dengan pola persaingan
menurunkan harga jual produk. Hal ini menyebabkan Merpati harus
melakukan efisiensi yang tinggi, agar dapat menghasilkan low-cost.
? Penentuan posisi pada strategi pemasaran dilakukan dengan
penekanan yang berbeda, yaitu : untuk pasar domestik lebih
ditekankan pada posisi fungsional dan untuk pasar internasional pada
posisi pengalaman.
? Pemilihan program strategi pemasaran (bauran pemasaran), yaitu:
? strategi produk/jasa dilakukan dengan meningkatkan pelayanan
dalam preflight, in flight dan postflight, yaitu dengan menerapkan
suatu standarisasi serta melakukan adaptasi terhadap Iingkungan
lokal;
? strategi harga dilakukan dengan menekankan pada strategi harga
penetrasi, yaitu dengan menetapkan harga yang lebih murah
dibandíngkan dan pesaing;
? strategi untuk saluran distribusi dan promosi dilakukan dengan
menggunakan jasa agen perjalanan yang ada, Serta mengambil
alih agen perjalanan yang ditinggal operator sebeumnya
(Sempati), sehingga dapat memanfaatkan jalur distnbusi yang telah
ada khususnya di Perth, Australia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dan penerapan strategi di atas
diharapkan Merpati dapat memasuki pasar intemasional dan bertahan pada
pasar tersebut khususnya pasar Perth, Australia, bahkan secara perlahan-lahan
dapat meningkatkan posisinya ke arah yang lebih baik.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taryana Artasuwangsa
"PT TIMAH selaku produsen timah Indonesia mengahadapi beberapa masalah yang menyebabkan perusanaan ini mengalami masa krisis:
Pertama harga timah yang jatuh dari $12300 per ton menjadi menjadi $5300 per ton sedangkan biaya produksi PT TIMAH berada pada tingkat $10000 per ton.
Kedua jumlah produksi timah dunia telah melebihi kebutuhan, terutama setelah muncul-nya Brazilia dengan potensi produksi yang besar dan harga jual yang murah.
Ketiga, terdapatnya stock timah di beberapa negara antara lain Amerika yang se-waktu-waktu mengeluarkan cadangannya dan mengakibatkan turunnya harga timah di pasar.
Keempat pemakaian timah dalam industri cenderung terus menurun dengan makin banyak ditemukannya material substitusi.
Selanjutnya masalah intern PT TIMAH merupakan masalah yang paling mendesak yaitu: produktivitas dan efisiensi yang rendah, dikarenakan peralatan dan sarana yang sudah tua, menyusutnya sumber daya alam dan organisasi yang komplek dengan jumlah pegawai yang berlebihan.
Dihadapkan pada masalah2 tersebut diatas, PT Timah berusaha keras untuk mengatasi masa krisisnya, dengan menyusun strategi baru. meningkatkan efisiensi dengan menekan biaya produksi seningga daya saing perusanaan dapat ditingkatkan pada harga pokok $4500 per ton pada tahun 1995.
Maka restrukturisasi dilaksanakan melalui reorganisasi, rekonstruksi, relokasi dan penglepasan asset2 yang membebam perusanaan termasuk juga harus mendutkan jumlah karyawan dari 24000 orang menjadi 12000 secara bertahap.
Sejumlah tambang yang rugi harus segera distop dan yang masih baik, pengelolaannya diserahkan kepada koperasi atau tambang karya, sehingga PT Timah tidak dibebani biaya operasi dalam sektor penambangan daratyang selama ini berbiaya tinggi dan merugi.
Dengan demildan terjadi pengurangan jumlah karyawan dan sekaligus perampingan organisasi dimana PT Timah hanya menangani langsung sektor penambangan lout. Maka dengan jumlah karyawan yang lebih sedikit diharapkan selain dapat menurunkan biaya operasi dan meningkatkan efisiensi juga memumgkinkan pembinaan sumberdaya manusia yang lebih baik dalam hal kualitas dan sekaligus penghasilannya .
Berlainan dengan penambangan darat yang sederhana dan dan teknolog'mya telah dikuasai fihak luar I swasta , penambanganlaut menggunakan teknologi madya yang perlu didukung dengan profesionalisme teknik penambangan dan sistem logistiknya .
Sementara itu kekayaan sumberdaya atom di Belitung dan Singkep dengan harga timah yang rendah menjadi tidak feasibel sehingga operasi penambangan laut perlu di konsentrasi-kan di lokasi-lokasi yang lebih kaya yaitu di Bangka dan Karimun Kundur. Tulisan ini mencoba meninjau dan menganalisa strategi perusanaan untuk menilai kemungkinan keber-hasilan PT Timah dalam melaksanakan strategi serta Iangkah2 kebijakannya."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Adi Putra S.
"PT.Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan nasional dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Perhubungan yang saat ini memberikan jasa pelayanan penerbangan ke beberapa kota di dalam negeri maupun penerbangan internasional. Dengan semakin gencarnya dorongan globalisasi khususnya di Indonesia, maka pemerintah sudah mengantisipasi dampak makro yang berhubungan dengan pertumbuhan perekonomian di dalam negeri sehingga timbul kebijakan penghapusan monopoli bagi Garuda Indonesia serta kebijakan Open Sky Policy yang membuka kesempatan bagi perusahaan asing urituk ekspansi memasuki wlayah Indonesia dan merubah struktur industri ke dalam pasar yang bersaing.
Dalam bidang jasa perhubungan udara, dampak yang paling nyata adalah semakin kuatnya kompetisi persaingan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan swasta baik yang berasal dan dalam negeri maupurt yang berasal dan luar negeri dalam melayani jalur-jalur penerbangan domestik maupun internasional. Kondisi ini merupakan pemicu bagi Garuda Indonesia untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan dalam mempertahankan bahkan meningkatkan pasarnya, serta agar mampu bersaing dengan para kompetitor. Strategi bisnis dan strategi pemasaran yang dibentuk merupakan hash analisa Iingkungan eksternal untuk mencari peluang dan menghadapi ancaman serta analisa lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaa relatif terhadap pesaing utamaflya, yang ditujukan kepada strateg fokus dan strategi bauran pemasaran (marketing mix) jasa angkutan udara.
Disamping berusaha meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, sebaiknya Garuda Indonesia juga meningkatkan kemampuan manajemennya dengan tujuan agar strategi pemasaran yang dibentuk dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kiat agar strategi tersebut berjalan dapat dicapai melalul : pemanfaatan sumber daya yang tepat untuk setiap jaririgan rute sehingga menghasilkan kontribusi yang maksimum yang berorientasi kepada pelanggan, peningkatan daya tank produk dan jasa untuk dapat meningkatkan pangsa pasar, konsistensi di dalam menjaga kualitas produk dan pelayanan, peningkatan efisiensi pada penyampalan produk dan jasa dengan fleet plan yang ramping, melakukan perubahan paradigma sumber daya manusia di segala bidang dan di segala lapisan agar tercipta manajemen yang efektif dan etisien, perwakilan setempat proaktif untuk mempertahankan dan menggali peluang bisnis di wilayahnya, dan sedikit investasi berupa advertising dan promosi untuk mempertahankan I meningkatkan pangsa pasar, serta pemantauan untuk mendapat umpan balik agar dapat clievaluasi dan digunakan untuk studi lanjutan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Nurcahyani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Setyopurnomo
"ABSTRAK
Kecenderungan jangka panjang dari jasa angkutan udara selalu dipengaruhi dan konsisten terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun dunia penerbangan secara keseluruhan menunjukkan angka yang menggembirakan, pada dasarnya profitability perusahaan penerbangan adalah marginal. Perusahaan penerbangan mempunyai keterbatasan dalam gerakannya, antara lain karena peraturan pemerintah. Demikian pula persaingan antar perusahaan penerbangan sangat ketat dan keras karena sifat dari business tersebut.
Perencanaan armada dengan metoda kuantitatif memerlukan data yang baik, relevan dan konsisten. Aspek yang penting dalam pembentukan model adalah pemilihan spesifikasi yang berdasarkan pada teori, empiris dan pertimbangan kepentingan pemakai.
Metoda kualitatif dapat juga dipakai untuk merencanakan armada tetapi harus dilakukan dengan metoda yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan yang mempunyai armada . yang besar sudah seyogyanya memiliki Biro Perencanaan dan Pengembangan yang berfungsi dengan aktif dalam merencanakan armadanya.
Dalam tiap divisi perlu dikembangkan bidang Reseach & Development untuk dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat, dan terkoordinasi dengan Pusat Perencanaan & Pengembangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>