Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruminta
"Climate changes and global warming had a great impacts on rainfall patterns. The rainfall patterns
changes can influence on rainfed land cropping system. In relation to that fact, study on change of rainfall pattern
and it?s impacts on rainfed land cropping system had been carried out at the West Java. The study based on
rainfall and crop production data that was analyzsed by Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. The results
showed that the pattern of rainfall at West Java region in the last 30 years has changed and tend to decline. Long
rainy season becomes shorter and extreme rainfall (droughts or floods) has increase. Long rainy season changed
from 6-7 months to 4-6 months and led to a shorter period of growing season. Early planting changed and back
about 1-2 dasarian of early planting is usually done in 14th dasarian. In the area of West Java, production of rice
and corn trend to increase while soybean production tends to decline. Model production of food crops which were
analyzed by ANFIS very accurate and can be used for projecting the production of rice, corn, and soybeans.
Perubahan iklim dan pemanasan global sangat mempengaruhi perubahan pola curah hujan. Perubahan pola
curah hujan tersebut berdampak pada sistem pertanian tanaman pangan lahan tadah hujan. Sehubungan dengan hal
itu telah dilakukan penelitian mengenai perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap sistem pertanian
tanaman pangan lahan tadah hujan di Jawa Barat. Penelitian menggunakan data curah hujan dan produksi tanaman
pangan yang dianalisis menggunakan model Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola curah hujan di wilayah Jawa Barat pada 30 tahun terakhir mengalami perubahan dan
cenderung menurun. Lama musim hujan menjadi lebih pendek dan curah hujan ekstrim (kekeringan atau banjir)
semakin meningkat. Lama musim hujan berubah dari 6-7 bulan menjadi 4-6 bulan dan menyebabkan periode
masa tanam lebih pendek. Awal tanam mengalami perubahan dan mundur sekitar 1-2 dasarian dari awal tanam
sebelumnya yang biasa dilakukan pada dasarian ke 14. Di wilayah Jawa Barat, produksi tanaman padi dan jagung
cenderung meningkat sedangkan produksi tanaman kedelai cenderung menurun. Model produksi tanaman pangan
hasil analisis ANFIS sangat akurat dan dapat dipergunakan untuk memproyeksikan produksi padi, jagung, dan
kedelai."
Bandung: Universitas Padjadjaran. Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian , 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Susanto
"This research was aimed to initially test 40 rainfed lowland dedicated GSR lines along with 3 checks, i.e.
PSBRC68, Situbagendit, and Silugonggo. The trial was conducted in ICRR experimental station in Sukamandi
with irrigation only until 2 weeks after transplanting and during flowering. The trial was conducted during DS
2012 following Randomized Complete Block Design of three replication in 1 m x 1 m plot size and planting space
of 20 cm x 20 cm. Transplanting was conducted to 21 days old seedings. The results showed that identified five
line that have higher yields than the best check Silugonggo ( 4.22 t/ha ), which Luyin 46 ( 5.18 t/ha ), 926 ( 5.12
t/ha ), SACG - 7 ( 4.46 t/ha ), LH1 ( 4.36 t/ha ) and Weed Tolerant Rice ( 4.30 t/ha ). A total of three lines , namely
ZX788 ( 84 HSS ), 08FAN4 ( 89 HSS ) and D100 ( 91 HSS ) has a ripe age is significantly more early maturity of
the check is very early maturing Silugonggo ( 95 HSS ). GSR lines tested had similar agronomic characters with
existing varieties, among others, from 46.67 to 100.2 cm plant height, number of productive tiller 6-10 fruit,
flowering age 56-86 HSS, or physiological maturity round 84 -102 HSS, filled grain 47-185 grains per panicle,
1000 grain weight 17.94 to 32.34 g, and the results ranged from 0.95 to 5.18 t/ha.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji awal daya adaptasi 40 galur GSR untuk padi sawah tadah hujan
(GSR-Rainfed Lowland/GSR-RFLL) yang diintroduksi dari IRRI sebagai salah satu set pengujian dalam INGER
(International Network for Rice Genetic Evaluation) beserta 3 varietas cek, yaitu PSBRC68, Situbagendit, dan
Silugonggo. Pengujian dilakukan pada kondisi sawah irigasi di Kebun Percobaan BB Padi di Sukamandi, namun
dengan perlakuan kering fase vegetatif, yaitu pengairan diberikan hingga dua minggu setelah tanam dan pada saat
tanaman berbunga, sebagai simulasi kondisi kering di lahan tadah hujan. Penelitian dilakukan pada MK 2012
menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan pada plot berukuran 1 m x 1 m dan jarak tanam 20 cm x 20
cm. Tanam pindah dilaksanakan pada saat bibit berumur 21 HSS. Hasil pengujian mengidentifikasi lima galur
yang memiliki daya hasil lebih tinggi daripada cek terbaik Silugonggo (4,22 t/ha), yaitu Luyin 46 (5,18 t/ha), 926
(5,12 t/ha), SACG-7 (4,46 t/ha), LH1 (4,36 t/ha) dan Weed Tolerant Rice (4,30 t/ha). Sebanyak tiga galur, yaitu
ZX788 (84 HSS), 08FAN4 (89 HSS) dan D100 (91 HSS) memiliki umur masak yang secara nyata lebih genjah
dari cek sangat genjah Silugonggo (95 HSS). Galur-galur GSR yang diuji memiliki karakter agronomi setara
dengan varietas unggul yang telah ada, antara lain tinggi tanaman 46,67-100,2 cm, jumlah anakan produktif 6-10
buah, umur berbunga 56-86 HSS, atau masak fisiologis sekitar 84-102 HSS, gabah isi per malai 47-185 butir,
bobot 1000 butir 17,94-32,34 g, dan hasil berkisar 0,95-5,18 t/ha."
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2016
630 AGRIN 20:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
S. Afrianti
"Curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang paling penting dan banyak dipakai serta diamati sebagai dasar penggolongan iklim. Bagi kebanyakan daerah di Indonesia, banyak sedikitnya hujan yang jatuh tergantung kepada Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT), bentuk medan (tiopografi), arah datangnya angin, suhu, ketinggian dan arah hadapan lereng (eksposur). Jawa Barat dengan wilayah pegunungannya yang cukup luas, setiap tahunnya rata-rata mendapat curah hujan yang' besar berkisar 2.000 mm sampai lebih besar daripada 4.000 mm. Tujuan tulisan ini adalah ingin mengetahui mengenai pola umum curah hujan dan iklim menurut Koppen di Jawa Barat. Sehubungan dengan tujuan tulisan diatas, masalah-masalah yang akan dikemukakan adalah : Bagaimana pola Umum curah hujan di Jawa Barat ? Bagaimana pola umum iklim menurut Koppen di Jawa Barat ? Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas, maka digunakan variabel-variabel seperti arah datangnya angin dan ketinggian serta Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT). Sedangkan iklim dalam tulisan ini dibagi dan diklasifikaaikan menurut Koppen. Pembahasan dilakukan dengan menghubungkan variabel- variaebel tersebut dengan curah hujannya. Jika dihubungkan antara peta curah hujan dengan peta ketinggian didapatkan seamakin tinggi letak suatu tempat maka semakin besar juga curah hujannya (sampai pada ketinggian sekitar 1.000 meter diatas permukaan laut). Pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari, curab hujan terlihat besar, arah datangnya angin dari barat. Pada bulan- bulan Maret, April, Mei, curah hujan sudah menurun, arah datangnya angin dari barat laut dan tenggara. Pads bulanbulan Juni, Juli, Agustus, curah hujan kecil, arah datangnya angin dari timnur. Pada bulan-bulan September, Oktober, November, curah hujan sudah mulai meningkat jumlahnya karena angin yang berasal dari Samudera Indonesia banyak membawa uap air. Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT) yang merupakan zona dimana suhunya paling tinggi karene pemanasan matahani jatuh pada bulan Januari."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Gardian Sudarman
"Variabilitas curah hujan diuji dengan metode Mann-Kendall untuk mengetahui signifikansi tren curah hujan dan metode Sen's Slope Estimator untuk mengetahui besarnya nilai tren tersebut. Secara spasial wilayah pegunungan di Jawa Barat menunjukan peningkatan curah hujan seperti di Gunung Mas, Bogor sebesar 72,3 mm/tahun dan wilayah pesisir mengalami penurunan curah hujan seperti di Ciwangi, Cianjur bagian selatan sebesar 31,8 mm/tahun. Penurunan curah hujan sebesar 51,3 mm/tahun terjadi di wilayah pesisir pada saat musim hujan. Musim kemarau di propinsi Jawa Barat juga terindikasi bertambah panjang diikuti dengan jumlah hari hujan yang semakin berkurang utamanya di wilayah pesisir. Menurut uji korelasi dan regreasi variabilitas curah hujan tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap produksi padi, namun secara tidak langsung variabilitas curah hujan tetap memberikan pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh teknik pengairan yang semakin modern melalui irigasi teknis, varietas unggul dan teknologi budidaya yang semakin maju dan adaptif terhadap iklim.

Rainfall variability is tested by the Mann-Kendall method to determine the significance of rainfall trends and by Sen's Slope Estimator method to determine the value of the trend. Spatially, mountainous region in the West Java indicate an increasing of precipitation such as in Gunung Mas, Bogor for 72,3 mm / year and in coastal areas indicate decreasing of rainfall such as in Ciwangi and Southern Cianjur for 31.8 mm / year. Rainfall decreasing for 51,3 mm / year occur in coastal areas during the rainy season. Lenght of dry season in West Java province also indicated increased, followed by the number of rainy days which are decrease mainly in coastal areas. According regression and correlation methods, rainfall variability is not directly contribute on rice production, but indirectly it still give an effect. This is caused by the more modern irrigation techniques through technical irrigation, improved varieties and cultivation technology which more advance and adaptive to climate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anggita Maharani Darmawan
"Adanya fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini membawa dampak yang cukup nyata terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Dampak yang ditimbulkan cukup serius sehingga banyak kerugian yang harus ditanggung. Salah satu dampak yang cukup berpengaruh membuat kondisi fisik dan lingkungan manusia semakin terancam adalah adanya degradasi lahan, erosi, tanah longsor dan lahan tidak produktif lahan kritis. Dari beberapa contoh dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim, lahan kritis di DAS Citarik menjadi salah satu akibat nyata yang ditimbulkan. Varibel yang digunakan adalah data curah hujan per stasiun selama periode 31 tahun 1986 ndash; 2016 yang berada di wilayah DAS Citarik. Penilaian keterpaparan curah hujan menggunakan parameter frekuensi curah hujan lebat 50-100 mm/hari, curah hujan sangat lebat > 100 mm/hari, jumlah rata-rata curah hujan musim hujan, dan jumlah rata-rata dasarian curah hujan per stasiun pengamat curah hujan.
Analisis yang dihasilkan bahwa wilayah bagian selatan dari DAS Citarik yang terpapar tinggi khususnya di Kecamatan Cikancung, Paseh, Cicalengka, Nagreg, Solokan Jeruk dan Majalaya. Hal ini diperkuat karena didaerah tersebut memiliki ketinggian dan kemiringan lereng yang cukup curam dan berada di ketinggian 1200-1400 mdpl hingga lebih dari 1400 mdpl serta tingkat kecenderungan curah hujan yang bertambah signifikan di daerah tersebut. Nilai produktivitas pertanian di DAS Citarik cenderung rendah di wilayah lahan kritis dengan tingkat keterpaparan perubahan iklim tinggi. Sedangkan, produktivitas pertanian cenderung tinggi di wilayah lahan tidak kritis dengan tingkat keterpaparan sedang.

The existence of climate change phenomenon bring a real impact on human life everyday. The impact is serious enough so many losses to be borne. One of the most influential impacts to make the physical and human condition more threatened is land degradation, erosion, landslide and unproductive land critical land. From some examples of the impacts of climate change, critical land in the Citarik watershed becomes one of the real effects. The variables used are the rainfall data per station during the 31 years period 1986 2016 located in the Citarik watershed area. The assessment of rainfall exposure uses the frequency parameters of heavy rainfall 50 100 mm day, very heavy rainfall 100 mm day, average rainfall amount of rainy season, and average rainfall decade amount of rainy season per station observer of rainfall.
The analysis resulted that the southern part of the Citarik watershed was exposed particularly in Cikancung, Paseh, Cicalengka, Nagreg, Solokan Jeruk and Majalaya sub districts. This is reinforced because the area has a height and slope of a fairly steep slope and at an altitude of 1200 1400 mdpl up to more than 1400 mdpl and the level of rainfall tendency is increased significantly in the area. The value of agricultural productivity in the Citarik watershed tends to be low in critical land areas with high levels of climate change exposure. Meanwhile, agricultural productivity tends to be high in non critical land areas with moderate exposure levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PANGAN 20:2 (2011) (1-2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Evita
"Pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan gas umah kaca pada dua abad terakhir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim lobal. Peningkatan suhu bumi ini pada gilirannya akan membawa perubahan ada pola dan distribusi curah hujan yang membawa pengaruh pada sistem umber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap perubahan intensitas curah hujan maksimum untuk melihat ndikasi perubahan iklim seiring terjadinya perubahan iklim global. Perubahan pada intensitas curah hujan maksimum pada penelitian ini, dilihat dari ecenderungan peningkatan maupun penurunannya. Analisis dilakukan dengan engumpulkan data intensitas curah hujan maksimum dari tiga stasiun penakar ujan yaitu stasiun Pondok Betung, Darmaga dan Citeko. Metode yang digunakan dalah studi kasus pada wilayah Jakarta sebagai daerah pesisir dan Bogor sebagai daerah pegunungan. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik yaitu pearman Rank Test dan Moving Average.
Hasil analisis memperlihatkan untuk ± 5 tahun pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan intensitas hujan aksimum pada bulan-bulan musim hujan di ketiga stasiun penakar hujan ersebut walaupun tidak semua periode waktu signifikan. Namun untuk ± 10 tahun erakhir kecenderungan peningkatan intensitas hujan dilihat dari nilai koefisien orelasi (Rs) lebih kuat dibandingkan dengan 15 tahun pengamatan. Perubahan ang dilihat ini diduga adalah bagian dari perubahan iklim global. Diharapkan analisis ini pengelolaan sumber daya air dapat lebih itingkatkan untuk mengantisipasi meningkatnya ketersedian air pada musim - musim penghujan yang diakibatkan perubahan iklim global.

Global warming due to increasing greenhouse gases in the last two centuries had changed global climate. Increasing global temperature will change precipitation patterns and distributions. This condition leads to the change on water resources system. This paper studies the change on intensity of maximum precipitation in order to indicate climate change along with global climate change. In this research, intensity of maximum precipitation changing is observed from its trend both increase and decrease. Data from three stations Pondok Betung, Darmaga, and Citeko are collected and analyzed with Spearman Rank Test and Moving Average. In the research method Jakarta as a coastal area and Bogor as a mountain area are used as cases study.
The result shows that in ±15 years observed there have been trends of increasing intensity of maximum precipitation on months in rainy season in three stations considered even though it only significant in some periods. However, according to correlation index (Rs) the trend of increasing intensity of precipitation in the last 10 years is more considerable than 15 years periods observed. This condition is believed as a part of global climate change. This research also suggests that water resources should be manage more appropriate in order to anticipate the increasing water supply on months in rainy season as a result of global climate change."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anisa Berliana
"Perubahan iklim yang terjadi hingga saat ini dan berdampak pada kondisi fisik wilayah dan seluruh aspek kehidupan. Ancaman perubahan iklim membuat kondisi fisik wilayah menjadi rentan, salah satunya erosi yang membuat lahan menjadi terdegradasi dan tidak produktif lahan kritis, termasuk lahan kritis yang ada di Kabupaten Kebumen. Pemetaan untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim adalah dengan mengetahui persebaran keterpaparan lahan kritis terhadap perubahan iklim KLKPI. Penilaian KLKPI menggunakan data curah hujan harian dari 32 stasiun di Kabupaten Kebumen selama periode 1985-2015, dengan parameter frekuensi kejadian/tahun dan kecenderungan perubahan hujan normal 10-25mm/hari, hujan lebat 25-50 mm/hari dan hujan ekstrem >50mm/hari.
Analisis spasial menggunakan teknik overlay dan skoring menunjukan bahwa pola persebaran KLKPI di Kabupaten Kebumen memperlihatkan keterpaparan yang semakin meningkat dari barat menuju utara, terutama berada di wilayah kemiringan lereng lebih dari 40, ketinggian lebih dari 250 mdpl dan jenis batuan beku. Wilayah KLKPI kategori tinggi cenderung menghasilkan produktivitas padi lebih rendah dibandingkan wilayah KLKPI kategori sedang dan rendah. Ketela pohon yang dibudidayakan di wilayah KLKPI kategori tinggi menghasilkan produktivitas lebih tinggi, dibandingkan ketela pohon yang ditanam di wilayah KLKPI kategori sedang dan rendah.

Climate change is happening today and the impact on the physical conditions of the region and all aspects of life. The threat of climate change makes the physical condition of the area at risk, one of which erosion makes land becomes degraded and unproductive degraded land, including land degradation in Kebumen. Mapping to anticipate the threat of climate change is to know the distribution of critical land exposure to climate change KLKPI. Rate KLKPI used daily rainfall data from 32 stations in Kebumen during the period 1985 2015, the frequency of occurrence parameter year and the trend changes in the normal rainfall 10 25mm day, heavy rainfall 25 50 mm day and extreme rainfall 50 mm day.
Spatial analysis using the overlay technique and scoring showed that the pattern. Distribution KLKPI in Kebumen shows exposure increasing from west to north, mainly in the area of a slope of more than 40, a height of over 250 meters above sea level and type of igneous rock. KLKPI region of high category tends to produce rice productivity is lower than the area KLKPI medium and low categories. Cassava is grown in the high category KLKPI generate higher productivity, compared to cassava planted in the area KLKPI medium and low categories.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>