Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erna Kusumawardani
"Berbeda dengan beberapa negara, laporan kejadian kasus demam
berdarah dengue (DBD) di perdesaan Indonesia belum banyak dilaporkan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kejadian DBD di
perdesaan di wilayah perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak,
Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus seri dengan
sampel seluruh penderita DBD yang tercatat di puskesmas pada periode
bulan Januari 2011 sampai April 2012. Hasil penelitian menemukan 18 ka-
sus DBD dan 4 kasus kematian (case fatality rate, CFR = 22%). Sebagian
besar kasus berjenis kelamin laki-laki (58,3%), berusia ≥ 15 tahun (58,3%),
tidak bekerja/ibu rumah tangga (50%), melakukan mobilitas (66,7%), mem-
punyai pengetahuan yang baik (66,7%), berperilaku kurang baik (83,3%),
dan mempunyai tempat penampungan air (100%). Lima dari 12 kasus DBD
(41,7%) diduga merupakan kasus lokal. Dari empat puskesmas (57,1%)
yang melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi DBD terindikasi bah-
wa kemungkinan besar telah terjadi transmisi DBD di wilayah perdesaan
daerah perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) has long been reported as disease af-
fecting predominantly among urban populations. However, several recent
studies suggest that DHF has spread into rural area. This study aims to des-
cribe disease occurrence of DHF in border rural areas of Bogor ? Lebak.
The study design is case series. The sample of this study was all patients
with confirmed DHF admitted to public health centers between January
2011 and April 2012. The study was conducted in April to May 2012. The
results showed that there were 19 DHF cases and four out of 18 cases died
(case fatality rate, CFR was 22%). Out of 12 eligible respondents, most of
them were male (58,3%), aged ≥ 15 years (58,3%), unemployed/housewife
(50%), conducting mobility (66,7%), having good knowledge (66,7%), be-
have poorly (83,3%), and having water containers (100%). Five of 12 DHF cases (41,7%) were suspected as local cases. Four primary health centers
(57,1%) were able to perform PE DBD (DHF Epidemiological Investigation).
These results indicate that the transmission of DHF in border rural areas of
Bogor ? Lebak, most likely has occurred."
Universitas Indonesia, 2012
03-17-636669299
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaryo
"Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu mendapat perhatian serius karena masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di beberapa daerah masih sering terjadi kejadian luar biasa. Di Jawa Tengah, kasus DBD cenderung meningkat setiap tahunnya terutama pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan menganalisis parameter entomologi dan menggambarkan jenis tempat penampungan air. Penelitian dilakukan di Kabupaten Grobogan, Purbalingga, Kendal dan Kota Semarang pada bulan Juni _ Oktober 2013 dengan desain potong lintang. Survei jentik dilakukan untuk melihat keberadaan tempat penampungan air pada 100 rumah. Masing-masing kabupaten dipilih tiga lokasi desa endemis DBD.
Hasil survei digunakan untuk menghitung nilai parameter entomologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kasus DBD di empat kabupaten/kota terkait dengan keberadaan vektor A. aegypti. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik A. aegypti (House Index > 10%) serta tingginya jumlah kontainer ditemukan jentik A. aegypti pada rumah yang dilakukan survei (Breteau Index). Nilai ovitrap index paling tinggi di Desa Kalikabong Kabupaten Purbalingga seesar 40%. Proporsi controllable site lebih banyak daripada disposable site, berarti rumah tersebut berisiko tinggi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) needs serious attention because it is still a health problem in Indonesia and in recent area DHF caused outbreak. In Central Java, incidence of DHF high every years, especially in 2012. This study aimed to analyze the parameters of entomology and describe types of containers. The study was conducted in Grobogan, Purbalingga, Kendal District and Semarang City in June _ October 2013 with cross-sectional design. Larvae survey had been done in 100 houses in three villages that endemic DHF at every district/city.
The survey results are used to calculate parameter entomology. The results showed that existance of DHF cases in Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti Surveillance in Endemic Area of Dengue Haemorrhagic Fever four district/city connected with the population of A. aegypti. This matter proved with high percentage of houses that found A. aegypti (House Index > 10%) and the high of container that containing A. aegypti in every houses (Breteau Index). The high of ovitrap index (OI) was 40% in Kalikabong village, Purbalingga district. The proportion of controllable sites more than disposable sites, meaning the house as the high risk of mosquito breeding sites.
"
[place of publication not identified]: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Andriyani Pratamawati
"Program pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue (DBD)
telah berlangsung sekitar 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kema-
tian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87% pada tahun 2010, tetapi
belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Bahkan, Indonesia men-
duduki urutan tertinggi kasus DBD di Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) pada tahun 2010. Salah satu faktor belum efektifnya
pencegahan DBD di Indonesia adalah masih lemahnya sistem kewas-
padaan dini. Peran juru pantau jentik (jumantik) sangat penting dalam sis-
tem kewaspadaan dini mewabahnya DBD karena berfungsi untuk meman-
tau keberadaan dan menghambat perkembangan awal dari vektor penular
DBD. Seiring masih tingginya angka kasus DBD di Indonesia, muncul per-
tanyaan bagaimana peran jumantik dalam sistem kewaspadaan dini DBD
selama ini di Indonesia. Artikel ini mencoba menelaah masalah tersebut
berdasarkan tinjauan pustaka. Secara umum, peran jumantik dinilai cukup
berhasil dalam pencegahan DBD, namun terdapat beberapa hal yang per-
lu menjadi bahan evaluasi.
Programs of prevention and eradication of dengue hemorrhagic fever
(DHF) has been around 43 years and managed to reduce mortality from
41,3% in 1968 to 0,87% in 2010, but has not managed to reduce morbidity.
Indonesia even ranked the highest of dengue cases in Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) by the year 2010. One factor that made
has not been effective dengue prevention in Indonesia is the early warning
system is still weak. Jumantik role is very important in the early warning
system outbreaks of dengue hemorrhagic fever because it serves to moni-
tor the presence and inhibit the early development of vector-borne dengue
fever. During the high number of dengue cases in Indonesia, question rous-
es how jumantik role in the dengue hemorrhagic fever early warning sys- tem so far in Indonesia. This article takes a closer look based on a litera-
ture review. In general, the role of jumantik considered quite successful in
preventing dengue hemorrhagic fever early warning system but neverthe-
less there are things that need to be evaluated."
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ringga Fidayanto
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit berbasis vektor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan memprediksi kejadian DBD berdasarkan faktor iklim yang meliputi curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta model pengendalian. Desain penelitian adalah studi ekologi time series dengan data sekunder dari dinas kesehatan kota Surabaya meliputi kejadian DBD dan angka bebas jentik (ABJ) serta data iklim curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Badan (BMKG) stasiun perak Surabaya. Penelitian tersebut menemukan kelembaban berkorelasi dengan angka bebas jentik, tetapi ABJ tidak berkorelasi dengan jumlah kejadian DBD. Model pengendalian DBD dirediksi berdasarkan korelasi faktor iklim dan kejadian DBD, pengendalian sumber penyakit, pengendalian media transmisi dan paparan pada masyarakat. Model pengendalian DBD dapat digunakan untuk tindakan kewaspadaan dini dengan melakukan pengendalian DBD pada periode bulan Januari hingga Juni. Pada bulan tersebut, musim hujan akan berakhir, tetapi menyisakan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dan peningkatan suhu udara yang meningkatkan penularan DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-based diseases are a public health problem in many tropical countries, including Indonesia. This study aims to predict the incidence of dengue by climatic factors (rainfall, humidity, air temperature and solar irradiation time) and Its control model. The study design was ecological time series study, using secondary data for 3 Years i.e. 2009, 2010 and 2011. The data was the incidence of dengue larva free number from Surabaya city health department as well as climate data obtained from the Meteorology and Geophysics Agency, Perak Station Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue Control Model of Dengue Hemorrhagic Fever Ringga Fidayanto* Hari Susanto** Agus Yohanan*** Ririh Yudhastuti**** Surabaya. The results showed that the humidity effect on larva-free number (ABJ), but the larvae-free number had no effect on the incidence of DHF, but the larvae-free number no significant effect on the incidence of dengue. Model predictive control of DHF is based on the correlation between climate and dengue incidence, control of diseases, control of transmission. Models can be used to control dengue early warning measures to control dengue in the month of January until June period in which the month before the rainy season ends, but leaves puddles as breeding places of Aedes aegypti as well as rising the temperature increases lead to transmission of dengue fever."
Surabaya: Astra Argo Lestari, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resmiati Resmiati
"Pada periode tahun 1989-1995, insiden demam berdarah di Indonesia berada pada kisaran 6 -15 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1998, dengan angka
insidens demam berdarah meningkat tajam menjadi 35,19 per 100.000 penduduk dengan angka kematian (CFR) 2 %. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh penyuluhan terhadap perilaku. Penelitian ini dilaksanakan di RW 12, Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, terhadap 227 res-
pondent. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen pra-pasca tes dalam satu kelompok (One group pra test and post test design).
Pengetahuan dan sikap diukur dengan lembar kuesioner serta tindakan diukur dengan lembar observasi yang sebelumnya telah dilakukan uji coba.
Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah penyuluhan terhadap 227 responden. Ditemukan penyuluhan tentang DBD berpengaruh secara bermakna ter-
hadap pengetahuan,sikap dan tindakan penduduk (nilai p = 0,000). Setelah penyuluhan, nilai rata-rata pengetahuan meningkat dari (14,4; 30%) menjadi (18,9;
88,1%), nilai sikap meningkat dari (64,6 70,9%) menjadi (69,6; 96,9%), tindakan dari (5,1; 7,5%) menjadi (6,0 ;17,6%).
In the period of 1989-1995, the incidence of dengue hemorrhagic fever in Indonesia was within the interval of 6 -15 per 100.000 population. In 1998, the in-
cidence increased sharply (35,19 per 100.000 population) with case fatality rate of 2%. The purpose of this research is to evaluate the effect of health coun-
seling on the behaviour of housewives. This research was conducted in 227 respondents in RW 12 of Pondok Kelapa in Duren Sawit district, East Jakarta,
to measure respondents? knowledge and practice before and after health counseling. This research used one group quasy experiment design (pre-and-post-
test design). The measuring tool is a list of questions and observation check list that had been tested before. The health counseling on dengue fever signifi-
cantly influences the knowledge and practice of the housewives. This result showed increase of knowledge and practice before and after the counseling. The
average knowledge (14.42; 30%) increased to 18.91;88.1%. The attitude score increased from 64.42;70.9% to 69.58; 96.9%. The practice score increased
from 5.11;7.5% to 5.98;17.6%."
2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Novirsa
"Salah satu dampak negatif industri pabrik semen terhadap kesehatan
masyarakat adalah peningkatan risiko penyakit saluran pernapasan. Risiko
tersebut banyak disebabkan oleh pajanan partikulat di udara, khususnya
partikulat berukuran di bawah 2,5 mikron (PM2,5). Penelitian ini bertujuan
menganalisis risiko pajanan PM2,5 di udara ambien siang hari pada
masyarakat di kawasan industri semen. Risiko dihitung dengan metode
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan berdasarkan metode Louvar yang
menghasilkan nilai Intake pajanan yang diterima individu per hari
berdasarkan nilai konsentrasi pajanan, pola aktivitas individu, dan nilai
antropometri. Konsentrasi PM2,5 di lingkungan diukur pada 10 titik dengan
radius 500 meter antartitik dari pusat pabrik, sedangkan pola aktivitas dan
nilai antropometri diukur dengan menggunakan kuesioner pada 92 respon-
den dewasa di kawasan pabrik. Hasil perhitungan risiko yang diterima seu-
mur hidup (lifetime) menunjukkan terdapat tiga area berisiko dengan nilai
RQ > 1, yaitu Ring 2 (500 ? 1.000 m), Ring 4 (1.500 ? 2.000 m), dan Ring
5 (2.000 ? 2.500 m). Daerah paling aman yang dapat dihuni oleh
masyarakat di kawasan industri semen adalah di atas 2,5 km dari pusat in-
dustri dengan konsentrasi paling aman 0,028 mg/m3.
creased risk of respiratory disease. These risks are caused by exposure to
particulate matter in air, especially fine particulate matter which is smaller
than 2,5 microns (PM2,5). This study aimed to analyze the risks of PM2,5
exposure in ambien air at noon on people around cement industry. Risk was
calculated using Environmental Health Risk Analysis Method that generates
value of individual exposure intake received per day. This value was ge-
nerated based on the concentration of exposure, individual activity patterns,
and anthropometric values. PM2,5 concentrations in the environment was
measured at 10 points (Ring) from the center of plant with radius of 500 me-
Analisis Risiko Pajanan PM2,5 di Udara Ambien Siang
Hari terhadap Masyarakat di Kawasan Industri Semen
Risk Analysis of PM2,5 Exposure in Ambien Air at Noon towards
Community in Cement Industrial Estate
Randy Novirsa* Umar Fahmi Achmadi**
*Research Center for Climate Change Universitas Indonesia, **Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
ters each point. The activity patterns and anthropometric values were mea-
sured using questionnaire to 92 adult respondents around the factory. The
calculation of lifetime risk showed that there are three risked area: Ring 2
(500 ? 1.000 m), Ring 4 (1.500 ? 2.000 m), and Ring 5 (2.000 ? 2.500 m).
The safest area was over 2,5 kilometers from the center of the industry with
the safest concentration was 0,028 mg/m3."
Research Center for Climate Change University of Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teni Supriyani
"Jawa Barat merupakan salah satu wilayah reseptif malaria di Indonesia,
khususnya Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan. Tahun 2009, 2011, dan
2012 telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) terutama di Kecamatan
Cineam. Namun, pada tahun 2013 tidak terjadi KLB serupa. Ekosistem
Cineam berupa pegunungan dan perkebunan kondusif untuk penularan
malaria. Selain itu, banyak penduduk Cineam yang merupakan pekerja migran.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap tidak terjadinya peningkatan kasus (resurgensi) malaria di
daerah reseptif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
yang dilakukan pada bulan Juni - Desember 2014, dengan menggunakan
sampel seluruh penderita malaria positif di Kecamatan Cineam tahun 2013,
yang berjumlah 27 kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kasus
adalah pekerja migran. Secara spasial, ditemukan tempat perkembangbiakan
Anopheles tersebar dekat dengan tempat tinggal kasus.
Meskipun wilayah Kecamatan Cineam merupakan wilayah kondusif penularan
malaria, tidak terjadi penularan horizontal pada tahun 2013. Analisis
lebih lanjut mengindikasikan bahwa upaya deteksi dini, pengobatan segera
menggunakan protokol standar yang memadai, pemberian obat profilaksis
sebelum berangkat, serta penyuluhan intensif kepada masyarakat, dapat
menekan timbulnya KLB pada tahun 2013.
West Java provinceis one of malaria-receptive areas in Indonesia, specifically
the south area of Tasikmalaya District. In 2009, 2011 and 2012, there
was extraordinary emergence, specifically in Cineam Subdistrict. However,
in 2013, there was no any other similar case. Ecosystem of Cineam consisting
of montains and plantations was so conducive for malaria transmission.
Moreover, there were many Cineam people as migrant workers. This
study aimed to identify factors contributing to malaria resurgence in receptive
area. This study was descriptive quantitative conducted on June to
December 2014 using sample of all positive malaria patients at Cineam
Subsdistrict in 2013 worth 27 case. Results showed that all cases were migrant
workers. Spatially there was Anopheles-breeding areas spread closed
to the case home. Even though Cineam Subsdistrict region is such a conducive
area for malaria transmission, but there was none of any horizontal
transmission in 2013. Further analysis indicated that early detection and
prompt tratment used adequate standard protocol, prophylactic distribution
before departing as well as intensive counseling to public might press extraordinary
emergence in 2013."
Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarmo Sunaryo Poorwo Soedarmo
Jakarta : Universitas Indonesia , 1988
618.929 SUM d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhani Haryo Seno
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai implementasi kebijakan pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan positivis, dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam. Penelitian ini bertujuan menggambarkan implementasi kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian implementasi kebijakan ini berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari dimensi isi kebijakan terpenuhinya kepentingan pemerintahan daerah, masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung, tercapainya perubahan yang diharapkan, dan terpenuhinya sumberdaya-sumberdaya yang mendorong kebijakan secara efektif. Selain itu dari dimensi konteks implementasinya peran gubernur beserta perangkat daerahnya (walikota, camat, dan lurah) ikut mendorong, implementasi kebijakan secara efektif. Namun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi kebijakan ini, yaitu dari dimensi isi kebijakan komitmen dari pelaksana elemen kedinasan masih kurang dan kesadaran masyarakat untuk mau lebih peduli akan pentingnya kesehatan terutama dalam pengendalian penyakit DBD belum mempunyai kesadaran yang sama. Sedangkan, dari dimensi konteks implementasinya kerjasama dengan pihak swasta masih kurang, masih kurangnya promosi dan sosialisasi diberikan kepada masyarakat, minimnya edukasi yang diberikan kepada Jumantik, dan penerapan sanksi yang belum dilaksanakan.

This study aims to discuss the policy implementation of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Disease Control Policy in Jakarta. This research uses a positivist approach, with qualitative data collection techniques through in-depth interviews. This study describes the implementation of policies aimed at controlling the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disease in the Province of Jakarta. The result is that policy implementation is going well. It can be seen from the dimensions of policy contents, including the fulfillment of the interests of local government, the public can experience the benefits directly, the achievement of expected changes, and compliance resources that promote effective policies. Apart from the dimensions of policy contexts, the governor's role of the region (the mayor, sub district, and village heads) contributed to the implementation of effective policies. However, there are still some shortcomings in the implementation of this policy, which can be seen in the dimensions of policy contents, including the lack of commitment of policy implementer, and lack of public awareness. Meanwhile, in the dimension of policy contexts, can be seen in the lack of private sector cooperation, lack of promotion and socialization provided to the community, lack of education given to the Jumantik (experts observers larvae), and the application of sanctions that have not been implemented."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Peranginangin, Henri
"Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi elemen-elemen priori-tas kebijakan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu menurut pakar berdasarkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil peneliti-an menunjukkan ?strategi utama? pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu adalah peningkatan kesehatan lingkungan permukiman; ?aktor utama pengendalian? ialah Pemerintah Kabupaten Indramayu; ?faktor utama pengendalian? adalah lingkungan; ?tujuan utama pengendalian? ialah Kabupaten Indramayu bebas penyakit DBD; dan ?kriteria utama pengendalian? adalah jumlah dan mutu sumber daya manusia. Agar implementasi strategi pengendali-an itu efektif maka Pemerintah Kabupaten Indramayu perlu meningkatkan kerja sama lintas program dan sektoral; dukungan teknologi, dana dan sarana pendidikan kesehatan lingkungan; mutu layanan Puskesmas; dan pengembangan tim pengendalian penyakit DBD dari tingkat Kabupaten sampai Desa/Kelurahan."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>