Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Ramadhan
"Kabupaten Kulonprogo adalah salah satu daerah dengan masalah leptospirosis penyakit zoonosis yang dapat menginfeksi spesies hewan dan manusia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui reservoir dan distribusi kasus leptospirosis pasca-kejadian luar biasa di Kabupaten Kulonprogo. Metode yang digunakan adalah inkriminasi bakteri Leptospira sp. pada tikus dan penegakan diagnosis pada manusia dengan rapid test dan MAT. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer dengan melakukan screening di Rumah Sakit dan Puskesmas. Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi cross sectional dengan metode analisis data secara distribusi frekuensi dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel.
Penelitian menemukan jumlah penderita leptospirosis di Kabupaten Kulonprogo tahun 2011 adalah 273 kasus dengan angka fatalitas 6,59%. Kasus leptospirosis paling banyak terjadi di Kecamatan Nanggulan (20,5%), pada laki-laki (76,6%) dan kelompok umur 40 - 60 tahun (43,2%). Uji serologi (MAT) penderita suspek leptospirosis menemukan 41(22,5%) penderita positif mengandung bakteri Leptospira sp. Serovar yang paling banyak ditemukan adalah Harjo, Semaranga, Icterohaemorhagie, Bataviae, Patoc dengan titer 1 : 40 ~ 1 : 1.600. Spesies tikus yang menjadi reservoir Leptospira sp. yang ditemukan meliputi Rattus tanezumi, Rattus tiomanicus, Mus musculus, N fluvescens, juga ditemukan insektivora jenis Suncus murinus. Trap success ditemukan sekitar 6,9% di luar rumah dan sekitar 5,5% di dalam rumah.

Kulonprogo regency is one region with leptopsirosis problem. This study aims to determine the reservoir and the case distribution of leptospirosis outbreaks in the Kulonprogo regency post. The method used is inkriminasi Leptospira sp. bacteria in mice and human with rapid test and MAT diagnosis. Leptospirosis case data taken from secondary data and primary data by conducting screening at the hospital and puskesmas. Observational research using cross-sectional study design. Data analyzing was performed
using frequency distribution with pictures, graphics and tables.
The results showed leptospirosis cases in the Kulonprogo regency in 2011 as much 273 cases with CFR 6.59%. The biggest number of distribution of leptospirosis cases were in District Nanggulan (20.5%), in men (76.6%), and 40 - 60 years age group (43.2%). Serological test (MAT) patients with suspected leptospirosis from 182 serum showed that 41 (22.5%) patients leptospires bacteria positive. Serovar most commonly found in patients with leptospirosis is Harjo, Semaranga, Icterohaemorhagie, Bataviae, Patoc with a titer of 1: 40 ~ 1: 1600. Species of mice that become Leptospira sp. reservoir found were Rattus tanezumi, Tiomanicus rattus, Mus musculus, N fluvescens, insectivores Suncus murinus type was also found. Trap success by 6.9% outside home and 5.5% in house."
Banjarnegara: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang Banjarnegara, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Krisis kesehatan di Kabupaten Lebak ditandai dengan timbulnya wabah penyakit Polio pada tahun 2005 telah mengakibatkan AFP (Lumpuh Layu Mendadak) sampai akhir Desember 2005 berjumlah 140 anak dan telah dibuktikan dengan hasil pemeriksaan specimen tinja penderita ditemukan 100 anak tersebut positif terjangkit virus Polio. Penyebaran terjadi selama 23 minggu dan semakin meluas meliputi 17 kecamatan dari 23 kecamatan atau meliputi 61desa dari 300 desa yang ada. Hal tersebut memperlihatkan bahwa penyebaran Polio memiliki pola dan arah tertentu serta ada faktor-faktor penduduk, kesehatan lingkungan dan jarak yang mempengaruhi. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola dan kecepatan difusi Polio serta faktor apa yang paling mempengaruhi jumlah penderita Polio. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pola difusi Polio Kabupaten Lebak adalah Difusi Gabungan yang mengandung dua proses difusi ekspansi dan difusi relokasi yang mengarah ke Barat, Barat Daya, Utara, Barat Laut dan Selatan dengan kecepatan 0,65 km per hari dan puncak insidens dengan kecepatan 15 penderita (jiwa) per minggu. Faktor yang paling berpengaruh terhadap difusi polio yang dilihat dari jumlah penderitanya adalah jarak desa sumber infeksi."
Universitas Indonesia, 2006
S33684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inoy Trisnaini
"Pada simpul lingkungan terdapat beberapa media yang dapat menjadi
transmisi penularan penyakit, salah satunya melalui makanan. Bola-bola
daging dengan bahan utama daging sapi merupakan salah satu makanan
yang dibuat di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Bahan pangan hewani merupakan sumber
utama bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi termasuk Salmonella sp.
dan Escherichia coli. Bola-bola daging rentan mengalami kontaminasi oleh
bahaya fisik, biologi, maupun kimia. Tujuan dari penelitian ini ialah analisis
bahaya dan titik kendali kritis terhadap proses pengolahan bola-bola da-
ging. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber infor-
masi terdiri atas enam orang informan. Penelitian dilakukan dengan metode
wawancara mendalam dan observasi. Instrumen yang digunakan ialah per-
alatan pengujian angka paling mungkin Escherichia coli dan Salmonella sp.,
pedoman wawancara mendalam, checklists, dan kamera. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa titik kendali kritis dalam proses pengolahan bola-bola
daging terletak pada tahap penerimaan daging giling, penyimpanan bahan
makanan basah, pengadonan dan pembentukan adonan, perebusan,
penirisan, serta penyajian. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara fisik bola-bola daging dinilai baik dan kandungan Escherichia coli
dan Salmonella sp. pada bola-bola daging ialah negatif, yang menjadi titik
tekan adalah potensi bahaya biologi berupa bakteri patogen dan bahaya
kimia nitrit nitrat.
In the knot environment there are some medias that could transmit disease,
one of them is food. Meatballs with beef as main ingredient is one of food
that is made in The Installation Nutrition RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Meats are the main source of bacteria that cause infections and
intoxications, such as Salmonella and Escherichia coli. Meatballs are so vulnerable to get contaminated by physical, biological, or chemical hazards.
The purpose of this research is hazard analysis and critical control point at
meatballs making. This research is descriptive qualitative research.
Sources of information consists of six informants. Methods of research con-
ducted is in-depth interview and observation. The instrument used is the test
equipment NER Escherichia coli and Salmonella, in-depth interview guide-
lines, checklists, and camera. The results showed that the critical control
points in meatballs making is acceptance of minced beef, wet food storage,
kneading and forming the dough, boiling, draining, and presentation.
Although based on the observation and interviews indicated that physically
meatballs were good and E. coli and Salmonella in meatballs were nega-
tive, the stress point is the potential dangers of biological pathogens and
chemicals nitrite nitrate."
Universitas Sriwijaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Kesehatan Lingkungan, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Istiantoro Soekardi
Jakarta : Granit, 2004
614.599 7 IST t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Meiwita Paulina Budiharsana
Depok: Pusat Penelitian Kesehatan UI, 1996
616.95 MEI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hernowo
"Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta yang merupakan daerah rawan banjir angka kesakitan dan kematiannya mengalami peningkatan yaitu dari Januari sampai dengan akhir Mei terjadi sebanyak 144 kasus leptospirosis dengan jumlah kematian sebanyak 21 orang. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri Leptospira masuk dalam tubuh melalui selaput lendir, luka lecet, maupun melalui pori-pori kulit , kemudian akan menjalar melalui peredaran darah ke berbagai bagian tubuh. Peningkatan kejadian leptospirosis ini timbul bersamaan dengan terjadinya banjir di DKI Jakarta. Kejadian leptospirosis dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan seperti kebersihan perorangan dan faktor perubahan lingkungan karena banjir.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan faktor kebersihan perorangan dengan kejadian sakit Leptospirosis pada kejadian luar biasa leptospirosis di DKI Jakarta. Disamping itu jugs menilai hubungan variabel covarial terhadap kejadian Leptospirosis. Rancangan penelitian ini adalah rancangan kasus kontrol dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik multivariate.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebersihan perorangan (Nilai p = 0,01, OR=4,62) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian leptospirosis. Variabel covariat seperti jenis kelamin, pekerjaan/profesi, penangkapan tikus, perubahan lingkungan akibat banjir dan pemeliharaan ternak secara statistik tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian leptospirosis. Sedangkan varibel covariat lainnya seperti kelompok umur, dan pemakaian sepatu bot dan sarung tangan perubahan lingkungan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian leptospirosis. Setelah dilakukan uji interaksi dan confounding pada analisis multivariat ternyata tidak ada satu pun variabel covariat yang mengganggu terhadap hubungan variabel kebersihan perorangan dengan kejadian leptospirosis.
Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilakukan program penyuluhan kepada masyarakat tentang peranan kebersihan perorangan terhadap kejadian leptospirosis begitu juga kepada pekerja/profesi yang berisiko agar melindungi dirinya dengan memakai sepatu bot dan sarung tangan pada saat kontak dengan genangan air atau lumpur diwaktu bekerja.

The Relationship of Personal Hygiene and Leptospirosis outbreak in Jakarta, 2002Jakarta is one of place have flood potential, the morbidity and mortality rates were increased, from January until the end of May there were 444 cases of Leptospirosis, with the number of death were 21 people. This disease is caused by infection of Leptospira bacteria that attacked animal and human being. The Leptospira bacteria entering body through mucous membrane, scratch injure or skin pores, and then spread through blood circulation to other parts of the body. Increase of Leptospirosis case was occurred together with the flood in Jakarta The Leptospirosis is influenced by some health factors, such as personal health and the changes of environment due to flood
The objective of this study is to assess the relationship of personal hygiene factor and the Leptospirosis regarding of Leptospirosis outbreak in Jakarta. Besides, it is also to 'assess the relationship covariant variable to the occurring disease of Leptospirosis. The study design used control cases; the data is processed by regression logistic multivariate.
The result of study showed that personal hygiene (p value = 0.01, OR = 4,62) has significant relationship to the occurring of Leptospirosis. The covariant variable such as sex, profession, mouse catching, environmental changing and animal care statistically is not having significant relationship to Leptospirosis disease. While other covariant variable, such as age group, the using of boot shoes and glove, and environmental changing statistically has significant relationship to Leptospirosis.
After conducting interaction test and confounding on multivariate analysis, the fact is not any covariant variable that disturbing to the relationship of personal health variable and Leptospirosis. Based on this study, it is recommended to do a program on education to the community on the role of personal health to Leptospirosis disease. It is also recommended to the worker or professions who have a risk to Leptospirosis to prevent themselves by using boot shoes and glove during contact with stagnant water or mud while they are working.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Yayasan Obor Indonesia 1995,
614.599 3 Hiv t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kandasamy, W.B. Vasantha
Arizona : HEXIS , 2005
614.599 3 KAN i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Handrawan Nadesul
Jakarta: Puspa Swara, 1997
616.54 HAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Agustaf Asroel
"Otitis media supuratif kronis merupakan penyakit telinga umum di negara-negara berkembang. Komplikasi otitis media supuratif kronis tipe bahaya mempunyai tanda dan gejala klinis yang khas.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil penderita otitis media supuratif kronis (OMSK) tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik. Penelitian deskriptif terhadap 119 penderita dari tahun 2006 - 2010. Sekitar 28,57% penderita dijumpai pada tahun 2010, sekitar 31,93% terjadi pada usia 11 - 20 tahun, sekitar 53,78% laki-laki, dan sekitar 38,66% pada telinga kanan. Sebanyak 68,91% terjadi akibat riwayat otitis media berulang dan 61,34% dengan keluhan utama telinga berair. Gejala dan tanda klinis yang sering terjadi adalah telinga berair (76,47%) dan perforasi membran timpani (74,79%), baik perforasi atik (0,84%), marginal (1,68%), subtotal (23,53%), dan total (48,74%). Gangguan pendengaran terbanyak adalah tuli konduktif (58,82%). Pada foto proyeksi Schuller, 62,18% dijumpai gambaran mastoiditis kronis dengan kolesteatoma. Dari hasil kultur dijumpai 21,01% Pseudomonas aeruginosa. 86,55% terjadi komplikasi mastoiditis.Profil penderita OMSK tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan sesuai dengan profil penderita OMSK tipe bahaya pada umumnya.

Chronic suppurative otitis media (CSOM) is a common ear disease in developing countries. The complications of CSOM have a unique set of clinical signs and symptoms. This study aimed to identify the profile of dangerous type CSOM patients at H. Adam Malik General Hospital Medan in 2006-2010. A descriptive study of 119 patients in 2006 _ 2010. From 119 patients, 28.57% were found in 2010, 31.93% were at age between 11 - 20 years old, 53.78% men and 38.66% were at right ear. 68.91% due to a history of recurrent otitis media and 61.34% with a main complaint of draining ears. The most clinical symptoms and signs were aqueous ears (76.47%) and tympanic membrane perforations (74.79%), as attic perforation (0.84%), Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Profil of Patient with Chronic Suppurative Otitis Media Harry Agustaf Asroel, Debi Rumondang Siregar, Askaroellah Aboet marginal (1.68%), subtotal (23.53%), and total (48.74%). The most hearing impairments were conductive deafness (58.82%). In Schuller projections, 62.18% were found the imaging of chronic mastoiditis with cholesteatoma. From the culture results, 21.01% were Pseudomonas aeruginosa. 86.55% were mastoiditis complications.The profile of dangerous type CSOM patients at H. Adam Malik General Hospital Medan is similar with the other profile of dangerous type CSOM commonly."
Medan: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran, Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>