Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138478 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunu Wasono
"show that Indonesian and Malaysian literatures grew and developed out of the same old tradition, namely Malay tradition. Indonesian and Malaysian languages are also rooted in the same language, namely, the Malay language. It only makes sense that there a number of similarities This paper discusses the nationalist ideas found in the poems of M. Yamin published in Indonesia Tumpah Darahku and a number of poems produced by 10 Malaysian poets. These Malaysians? poems are found in a poetry anthology titled Puisi-puisi Kebangsaan 1913?1957 (nationalist poems 1913?1957) compiled by Abdul Latif Abu Bakar and published in 1987. Based on a comparison of these two sets of poems, some similarities can be discerned, such as admiration of natural beauty, admiration of past heroes and glories, and appeal by the poets for national unity. These similarities are made possible by similar political and cultural situations prevailing in both Indonesia and Malaysia in certain period of time. The relation between Indonesia and Malaysia that is tied by a common language (Malay) and a sense of being in the same situation (colonial oppression) are other factors that allow a number of Indonesian and Malaysian poets to write poems of similar themes in similar styles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Latiff
Brunei: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, 1985
899.310 9 MUH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Mangasa Sotarduga
Jakarta: Tulila , 1989
899.212 09 HUT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutan Takdir Alisjahbana
Jakarta: Dian Rakyat, 1987
899.212 SUT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jihaty Abadi
Kuala Lumpur: GAPENA, 1996
899.31 JIH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak Irianto
"Citraan atau pengimajian dapat dibatasi sebagai kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris. Citraan menjadi salah satu kiat penyair untuk menyodorkan dan menyugestikan bunyi, wujud, aroma, cita rasa, kondisi atau pengertian tertentu yang dapat diindera. Citraan-citraan tersebut adalah Citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, gerakan, dan pikiran.
Perangkat teknis lain yang banyak digunakan penyair adalah majas, yang merupakan alat bantu efektif bagi penyair untuk menyampaikan pengalaman puitik. Majas-majas tersebut adalah simile, metafor, personifikasi, alegori, simbolisme, ironi, hiperbol, litotes, metonimi, sinekdoke, eufemisme, dan kilatan. Citraan dan atau majas dapat membantu penyair dalam berkarya, dan membantu pembaca untuk memahami karya-karya seorang penyair.
Sapardi Djoko Damono adalah penyair yang banyak memanfaatkan potensi kedua perangkat tersebut. Sebagai salah seorang kritikus sastra terkemuka di Indonesia ia berpendapat bahwa kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Fungsi utama kata-kata, menurutnya, adalah sebagai pendukung citraan. Mata Pisau dan Perahu Kertas adalah buku kumpulan sajaknya yang memperlihatkan kekhasan gaya bersajak yang didasari gagasannya tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S11160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyiatul Islamiyah
"Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil analisis citraan terhadap saja-sajak Latif Mohidin yang termuat di dalam Kembara Malam (1974), Sungai Mekong (1981), dan Pesisi Waktu (1981). Umumnya sajak-sajak yang terdapat di dalam ketiga kumpulan ini, citraannya tergarap dengan cukup baik. Pemilihan katanya tepat, perinciannya cermat, dan hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain cukup jelas, sehingga memberikan gambaran yang lebih tajam dan konkret. Hal ini menyebabkan sajak-sajak tersebut lebih mudah dibaca dan dipahami, karena ide-ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya dapat ditangkap dengan mudah..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Dewi
"Fyodor Ivanovich Tyutchev merupakan salah seorang dari penyair-penyair besar di Rusia dan dikenal sebagai pencipta sajak-sajak romantik. Sebagaimana umunya pada karya-karya romantik, alam merupakan ciri utama dalam mengungkapkan segala perasaan dan pemikiran penyair. Berbagai tema tentang kehidupan manusia yang diungkapkan. Kebahagiaan, cinta, semangat, keindahan, kerinduan, kemalangan dan segala pemikirannya tentang manusia, dapat ditemukan di dalam larik-larik sajaknya. Dan humanism yang ada pada sajak-sajaknya tersebut, tampil dalam bentuk kreasi seni yang berbeda. Dalam masa kepenyairannya selama 54 tahun, Tyutchev telah menciptakan sekitar 300 sajak. Dan karya-karyanya tersebut mengalami perkembangan, mulai dari sajak-sajak alam yang dibuat pada awal masa kepenyairannya sampai pada sajak-sajak realis. Melalui penyajian sajak-sajaknya, ia tetap dikenal sebagai penyair besar, karena ia telah menggali suatu makna kehidupan bagi manusia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rozak Zaidan
"Sajak-sajak Goenawan Mohamad adalah sajak-sajak yang memiliki pesona tersendiri di antara sajak-sajak sezamannya. Kehadiran sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam dunia perpuisian Indonesia modern telah banyak mendapat sorotan, baik dari pemerhati sastra Indonesia di dalam negeri maupun dari luar negeri. Mereka itu, antara lain, H.B. Jassin (dalam Toda, 1984), Sapardi Djoko Damono (1973), M.S. Hutagalung (1976), Dami N. Toda (1984), Hoedi Soeyanto {1972), Linus Suryadi AG {1989), A. Teeuw (1980), Burton Raffel (1967), dan Harry Aveling {1974). Kajian mereka atas sajak-sajak Goenawan Mohamad pada umumnya bukan merupakan kajian yang khusus dan terpumpun, kecuali kajian yang telah dilakukan oleh Dami N. Toda (1984). Kajian mereka dapat dikatakan hampir sampai pada penilaian bahwa sajak-sajak Goenawan Mohamad memiliki keunikan dan daya pesona yang khusus.
Jassin lebih jauh menyatakan bahwa sajak-sajak Goenawan Mohamad memberi kesan suasana tanpa kita bisa mengatakan gagasan apa yang mau dikemukakan. Dalam anggapan Jassin, Goenawan Mohamad hendak menampilkan saat-saat suasana yang di dalamnya kesadaran bersatu dengan keadaan dan sebaliknya (dalam Toda, 1984: 10). Apa yang dikemukakan Jassin itu dapat disandingkan dengan kesan Sapardi Djoko Damono yang dimuat dalam sampul belakang buku kumpulan sajak Interlude sebagai berikut. "Goenawan telah berhasil menciptakan peristiwa-peristiwa yang menjadikan kenang-kenangan bisa berkomunikasi. Kenang-kenangan itu cenderung menyusun gumam, semacam percakapan, barangkali pertengkaran". Gumam yang terungkap dalam sajak-sajak Goenawan Mohamad selalu menampilkan suasana hati tertentu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kalau Jassin, lebih lanjut, menyebut sajak-sajak Goenawan Mohamad sebagai sajak suasana. Di dalamnya pembaca tidak berurusan dengan pikiran, tetapi dengan rasa, dengan suasana hati itu.
Hampir senada dengan Jassin, Hutagalung (1976: 44) menyebut sajak-sajak Goenawan Mohamad membangun imaji tertentu yang menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan murung, suram berkabut. Sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam pandangan Hutagalung membuat pembaca lebih terpesona daripada berpikir. Kita tidak dirangsang berpikir tetapi diajak untuk merasakan suasana itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T10435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>