Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ajeng Tias Endarti
"Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dirancang untuk meningkatkan akses ibu hamil pada fasilitas pelayanan kesehatan yang pada gilirannya berkontribusi terhadap penurunan kematian ibu. Artikel ini bertujuan menilai cakupan Jampersal di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan sumber data sekunder yaitu profil kesehatan dan laporan kesehatan ibu dan anak (KIA) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2011. Cakupan Program Jaminan Persalinan yang meliputi pelayanan antenatal care (ANC), persalinan, dan pascapersalinan berada pada kisaran 2,67% - 12,56%, dengan cakupan tertinggi pelayanan persalinan (12,56%). Berdasarkan uji analysis of variance (ANOVA) ditemukan perbedaan yang bermakna antara cakupan di wilayah pembangunan barat (25,05%), tengah (9,43%), dan timur (11,08%) (nilai p = 0,012). Uji multiple comparison menunjukkan perbedaan rata-rata cakupan Jaminan Persalinan di wilayah barat dan wilayah tengah yang bermakna (p = 0,011; IK 95% = 3,12 ? 29,60). Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan intensitas sosialisasi program oleh petugas kesehatan dan elemen masyarakat. Sosialisasi meningkatkan pengenalan sasaran terhadap program tersebut, khususnya kelompok miskin. Perbedaan cakupan Jampersal dapat juga disebabkan oleh perbedaan cakupan jaminan kesehatan yang lain. Masyarakat yang sudah mempunyai jaminan kesehatan menjadi tidak berhak untuk mengikuti program Jampersal. Direkomendasikan untuk melakukan sosialisasi Jampersal yang difokuskan pada kelompok sasaran kategori miskin yang belum mempunyai jaminan kesehatan.

Delivery insurance (Jampersal) was designed to increase pregnant woman to access health care fasility that contributed to reduce maternal death. The study aimed to describe Jampersal coverage for delivery. It utilized Bogor District health profile and maternal and child health report 2011. Coverage of Jampersal was about 2,67 - 12,56%, for antenatal care, delivery care, and postnatal care, the highest coverage was for delivery (12,56%). Analysis of variance test showed the significance among the coverage in west (25,05%), central (9,43%), and east (11,08%) area (p = 0,012). Multiple comparison analysis then showed that difference coverage was significance between west and central area (p = 0,011; 95% CI = 3,12 - 29,60). Different coverage might be associated with the intensity of Jampersal promotion done by both health workers and communities. Promotion will be essential for the success of program due to its abili ty to increase the community recognition, particularly for lower socioeconomic group, to Jampersal. It also might be influenced by discrepancy of other health insurances coverage. Those who already had health insurance would not be eligible for Jampersal. It is recommended to increase the Jampersal promotion focused to the poor groups that have not been covered by any other health insurance."
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MH Thamrin Jakarta Timur, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Hendra
"Pencahayaan di perpustakaan merupakan aspek penting dalam me-
nunjang aktivitas mahasiswa dan pegawai. Kondisi pencahayaan yang
tidak memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan
keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan
mengetahui kesesuaian tingkat pencahayaan di ruang perpustakaan yang
ada di lingkungan UI. Penelitian ini menggunakan desain evaluasi dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan standar serta melakukan anali-
sis terhadap kondisi lingkungan, respons subjektif pengguna, dan keluhan
kelelahan mata. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian penca-
hayaan di perpustakaan berkisar antara 0% sampai 100%. Sebagian besar
pencahayaan mempunyai tingkat kesesuaian antara 30% sampai 60%.
Kondisi ini disebabkan oleh distribusi pencahayaan yang kurang baik kare-
na banyak lampu yang mati, intensitas yang rendah, tata letak peralatan
yang kurang baik, serta warna ruangan yang agak gelap. Di samping itu,
terdapat perpustakaan yang mempunyai pencahayaan yang sangat tinggi
sehingga menyebabkan silau, mengganggu aktivitas, dan menyebabkan
keluhan kelelahan mata. Kelelahan mata yang umum dirasakan oleh ma-
hasiswa dan pegawai adalah mata selalu terasa mengantuk dan tegang pa-
da daerah leher dan bahu. Umumnya keluhan yang dirasakan selama
melakukan aktivitas tersebut mengindikasikan tingkat pencahayaan di per-
pustakaan harus segera dibenahi agar sesuai dengan standar dan mem-
perkecil risiko kelelahan mata.
employees activity. Lighting conditions that do not meet the standard
can disrupt activity and cause eye fatigue. This study aimed to determine
the suitability level of lighting in library of UI. This study performed evalua-
tion design by comparing results with standard and an analysis of environ-
mental conditions, subjective response, and eye fatigue. Results showed
the level of suitability of lighting in the library ranged from 0% to 100%. Most
of the illumination has a level of suitability from 30% to 60%. This condition
is caused by poor lighting distribution because some lamps are not lit, low
intensity, poor layout of equipment, and slightly darker color of the room.
Besides, there are libraries that have a very high lighting causing glare, dis-
turbing activity, and cause eye fatigue. Common eye fatigue felt by stu-
dents and employees is sleepy eyes and pain in the neck and shoulders.
Complaints generally felt during activity. This indicates that the level of
lighting in the library must be immediately corrected to meet standard and
minimize the risk of eye fatigue."
Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Guspianto
"Upaya menurunkan kematian ibu menjadi prioritas utama program pem-
bangunan kesehatan nasional. Pelayanan antenatal care (ANC) menjadi
bagian dari ?Empat Pilar Safe Motherhood? sebagai kebijakan Kementerian
Kesehatan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI).
Kualitas layanan ANC dari aspek kinerja bidan di desa diukur antara lain
dengan parameter tingkat kepatuhan terhadap standar ANC dalam mem-
berikan kepuasan kepada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk menge-
tahui berbagai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan di desa
terhadap standar ANC. Desain penelitian cross sectional ini menggunakan
data sekunder Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dengan sampel
165 bidan di desa. Penelitian ini menemukan tingkat kepatuhan bidan di de-
sa terhadap standar ANC masih di bawah standar minimal sekitar 74,28%.
Berbagai faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan bidan di desa ter-
hadap standar ANC adalah supervisi, pengetahuan, dan komitmen organi-
sasi. Supervisi merupakan faktor yang paling dominan dan faktor penge-
tahuan merupakan perancu hubungan faktor supervisi dan komitmen or-
ganisasi dengan tingkat kepatuhan terhadap standar ANC. Disarankan un-
tuk melaksanakan upaya supervisi secara kontinu dan komprehensif di-
awali dari pengukuran tingkat kepatuhan, mengidentifikasi permasalahan,
melakukan upaya perbaikan, dan memberikan umpan balik sehingga mutu
pelayanan kesehatan khususnya ANC dapat terus ditingkatkan.
Efforts to reduce maternal mortality is national health development program
priority. Antenatal care (ANC) became part of the ?Four Pillars of Safe
Motherhood? as a policy of the Ministry of Health to accelerate the reducing
of maternal mortality rate (MMR). The quality of ANC in terms of perfor-
mance of services are measured by village midwives compliance towards
the ANC standards in giving satisfaction to pregnant women. This study
aimed at identifyng factors that influenced compliance rate of village mid- wifes towards ANC standards. This is a cross sectional study using se-
condary data from District Health Office Muaro Jambi, using 165 village mid-
wifes as sample. This study found that compliance rate of village midwifes
is still below the minimum ANC standard, 74,28%. This study proved that
factors that influence compliance of village midwifes to ANC standards are
supervision, knowledge, and organizational commitment. Supervision is the
most dominant factor and knowledge is the confounder factor in the rela-
tionship between supervision and organizational commitment to compli-
ance towards ANC standards. It is recommended to carry out continuously
and comprehensive supervision by measuring compliance, identify prob-
lems, make improvements, and provide feedback so that quality of health
care especially ANC could continously improved."
Bidang Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudijanto Kamso
"Data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif di Indonesia yang diperlukan untuk upaya pencegahan penyakit kardiovaskular sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian dilakukan di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah responden yaitu 220 orang eksekutif laki-laki dan 68 orang eksekutif wanita. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, analisis biokimia darah, analisis asupan makanan, pengukuran angka stres, dan pengukuran indeks aktivitas. Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa independen variabel dengan dependen variabel. Analisis ini menghasilkan indeks massa tubuh (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesitas, OR = 7,44) dan rasio total kolesterol/high density lipoprotein (HDL)-kolesterol (OR = 8,83) sebagai determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan profil lipid dan pengukuran antropometri sederhana yang teratur pada kelompok eksekutif penting dilakukan untuk mendeteksi risiko sindrom metabolik.

Available datas on metabolic syndrome among Indonesian executives are limited, despite the fact of the importance of these data for cardiovaskular prevention. The objective of this study was to assess prevalence of metabolic syndrome and its associations between anthropometric measures, lipid profiles, blood pressure, nutrient intakes, and life style in executive group. A cross sectional study was undertaken in some factories in Jakarta, using multistage random sampling. The respondents were 287 executives, 219 male and 68 female. Data were collected through anthropometric measurements, biochemical blood analysis, nutrient intake, stress score, and activity index assessment. Multiple logistic regression analysis used to assess associations between independent variables and metabolic syndrome. This study showed that body mass index (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesity, OR = 7,44) and ratio serum total cholesterol to high density lipoprotein (HDL)-cholesterol (OR = 8,83) were potential determinants of metabolic syndrome. This study shows the importance of routine check of lipid profile, blood pressure, and simple anthropometric assessment to detect the risk of metabolic syndrome in the elderly."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ella Nurlaella Hadi
"Pada tahun 2005, studi penatalaksanaan asfiksia bayi baru lahir (BBL) oleh bidan di desa Kabupaten Cirebon menemukan kematian asfiksia BBL yang dirujuk ke rumah sakit masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang proses rujukan, alur penanganan rujukan kasus asfiksia BBL di RS dan kualitas pelayanan di RS rujukan Kabupaten Cirebon. Untuk itu, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan BdD sudah menangani asfiksia BBL dengan benar, tetapi rujukan sering terlambat karena adanya faktor penghambat dari keluarga (ekonomi dan keputusan merujuk harus melibatkan keluarga besar) dan faktor lingkungan (transportasi di desa terpencil sulit terutama pada malam hari).
Disamping, karena penanganan rujukan asfiksia BBL di RS belum optimal, karena masih kurangnya keterampilan petugas bagian UGD dalam manajemen asfiksia BBL dan tidak tersedianya alat resusitasi neonatus di bagian UGD, padahal prosedur penanganan kasus rujukan pertama kali di bagian UGD.
In Cirebon district (2005) research on village midwives?s experience in managing birth asphyxia showed mortality of newborns with asphyxia who were referred to the hospitals were still high. This research was aimed to assess referral process, management procedure of referral birth asphyxia cases and quality of care given in the referral hospitals. This study was conducted using qualitative approach focusing on case study method. The result of this study showed that village midwives managed birth asphyxia correctly, but referral of newborn cases was often delayed, because of community factors (finance and delayed decision making by whole family to refer the newborn to the hospitals) and environmental factor (transportation in remote villages was difficult, especially at night. Besides that, referral hospitals were not yet providing adequate emergency care for referral cases of birth asphyxia. These were primarily due to lack of skills in management of birth asphyxia and unavailability of resuscitation device in emergency room."
2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Albiner
"Kebutuhan energi, protein, dan zat besi dapat disumbangkan oleh makanan jajanan masing-masing sekitar 36%, 29%, dan 52%. Namun, makanan jajan yang tersedia disamping tidak selalu sehat dan bergizi juga perilaku sisiwa tidak selalu positif untuk kebutuhan gizi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet terhadap perilaku makanan jajanan pelajar suatu SMA di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, 2009. Dengan desain eksperimen kuasi one pre- and post-test group, penelitian dengan perlakuan pajangan poster dan leaflet di sekolah ini menilai pengaruh intervensi 2 minggu setelah perlakuan. Analisis data dilakukan dengan metode uji T-berpasangan terhadap sampel 80 pelajar kelas khusus. Sebelum dan setelah perlakuan, skor rata-rata pengetahuan siswa adalah 1,99 dan 3,00, skor rata-rata sikap adalah 1,80 dan 3,00. Tindakan konsumsi makanan para pelajar juga meningkat sebelum (x=1,76) dan sesudah (x=1,86) intervensi. Terdapat perbedaan yang bermakna antara perilaku konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah sebelum dan sesudah intervensi. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan gizi menggunakan media poster dan leaflet mampu meningkatkan perilaku gizi anak sekolah. Disarankan pihak sekolah dan puskesmas menggunakan poster dan leaflet sebagai salah satu media penyuluhan gizi menyampaikan informasi gizi tentang makanan jajanan dan isu kesehatan lain untuk mempromosikan upaya kesehatan sekolah.

Street food plays an important role in students? nutrition. About 36%, 29%, and 52% of energy, protein, and iron, respectively, can be contributed by street food. The aim of the research was to know effect of nutritional extension using healthy food poster and leaflet on street food consumption behaviour among Senior Height School students in District of Mandailing Natal. The research is quasi-experiment with one pre- and post-test group design. The intervention was conducted by displaying poster and giving leaflet to students. Effects of interventions were evaluated two weeks after intervention. Subjects are 80 students. Data were analyzing by using paired sample T-test. Result showed that the average scores of knowledge of students were 1.99 and 3.00 before and after intervention, respectively. The average scores of attitude were 1.80 and 3.00 before and after intervention, respectively). Also, the practice of food consumption among students also increases (1.76 and 1.86 for before and after intervention, respectively). There was a significant difference in street food consumption behavior among students between before and after intervention. It can be concluded that nutritional extension using visual posters and leaflets increase student?s nutritional behaviour. It is suggested that, both school and puskesmas, use poster and leaflet as media of nutritional extension regarding street food and other health issues to promote school health."
2010
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan transportasi, ditandai dengan menurunnya kinerja fisik dan mental yang mengakibatkan kurangnya kewaspadaan karena rasa kantuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan faktor pendukung kelelahan pada operator alat berat. Penelitian dilakukan pada operator alat berat di 3 tambang batubara di Kalimantan (2 area di Kalimantan Timur dan 1 area di Kalimantan Selatan), melibatkan 353 operator alat berat yang bekerja dengan 3 sif. Hasilnya menunjukkan bahwa keluhan kelelahan semakin tinggi dengan meningkatnya usia, lama kerja, dan kerja pada sif 3 (malam hari).
Kelelahan paling banyak dirasakan oleh operator dump truck (bagian hauling) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pekerjaan (postur saat bekerja, faktor variasi pekerjaan, beban kerja dan vigilance) dan faktor-faktor bukan pekerjaan (kondisi medan atau area tambang yang berisiko, penerangan yang kurang pada malam hari, dan rute yang selalu berubah). Faktor lain-nya berkaitan dengan masalah sosial-psikologis, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun lingkungan kerja, seperti waktu istirahat, standar gaji yang belum memadai, pengaturan jadwal cuti yang sering tidak jelas, dan masalah karier. Disimpulkan, secara umum kelelahan meningkat dengan bertambahnya usia dan lama kerja, dengan kelelahan yang lebih besar pada pekerja sif 3. Umumnya, penurunan waktu reaksi pekerja sif malam lebih besar daripada waktu reaksi pekerja sif siang.

Fatigue is one of the causes of transportation accidents, characterized by reduced physical and mental performance resulting in reduced alertness due to drowsiness. The present study was to determine the risk factors and contributing factors of fatigue suffered by heavy equipment operators. The study was conducted at three coal mining sites in Kalimantan (2 areas in East Kalimantan and 1 area in South Kalimantan) involving 353 heavy equipment operators who work in shifts. It was found that fatigue complaint Pekerjaan, Nonpekerjaan, dan Psikologi Sosial sebagai Penyebab Kelelahan Operator Alat Berat di Industi Pertambangan Batu Bara Work-related, Non-work related, and Social Psychology as Causes of Heavy Equipment Operators Fatigue in Coal Mining Industry is higher by older age, longer work, and work at shift 3 (night time).
The fatigue is mostly complained by dump truck (hauling part) operators which was influenced by work-related factors (work posture, job variety, workload, vigilance) and non-work related factors (terrain or mine risk area, lack of lighting at night, and route track which is always changed). Another factors related with socio-psychological factors, either related with job or working environment, such as adequacy of rest time, remuneration system, leave system, and insecure career. It is concluded that in general the fatigues were increased as the worker ages were older and longer duration of work, with higher fatigues were suffered at shift 3. Generally, reduced reaction time among shift 3 workers is higher than that those of daytime shift.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Purnamawati
"Penyakit menular seksual, merupakan pandemi yang menimbulkan
dampak kesehatan, sosial, ekonomi dan politik. Pekerja seks berperan
penting dalam peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia, posisi tawar
wanita pekerja seksual langsung yang rendah dalam penggunaan kondom
dan perilaku berisiko membuat perluasan penyebaran kasus penyakit
menular seksual (infeksi menular seksual dan HIV/AIDS) semakin
meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam
perilaku wanita pekerja seksual langsung dalam pencegahan penyakit
menular seksual di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan pen-
dekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Informan adalah
wanita pekerja seksual langsung, mucikari dan tenaga kesehatan. Dari
hasil wawancara mendalam diketahui bahwa hampir semua wanita peker-
ja seksual langsung tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual
dan pencegahannya, sebagian besar mereka melindungi diri dengan meng-
gunakan jelli, meminum antibiotik, jamu sehat, atau mencuci alat kemalu-
an dengan daun sirih. Penggunaan kondom didasarkan kesepakatan den-
gan pelanggan. Diperlukan upaya promosi dan pendekatan yang lebih efek-
tif, bukan hanya pada wanita pekerja seksual langsung tapi juga untuk para
pengguna jasa layanan seks.
Sexually Transmitted Disease (STD) is a pandemic impacting social, eco-
nomic and political aspests of life. Sex workers play an important role in the
growth of AIDS cases in Indonesia, the low bargaining power of direct sex
workers in the use of condom and the risk behavior of sex workers in-
creased cases of sexually transmitted infections (STIs), HIV and AIDS. This
study aimed to know district sex worker behavior to sexually transmitted dis-
ease behavior. Qualitative study design with in-depth interview techniques
were used in this study. The informants are direct female sexual workers,
Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual di
Kalangan Wanita Pekerja Seksual Langsung
Behavioral Prevention of Sexual Transmitted Disease among Direct Female
Sex Workers
Dewi Purnamawati
Program Studi Diploma IV Badan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Karawang
pimps, and health providers. The results of in-depth interviews showed that
almost all direct sexual workers are not knowledgeable on STD such as HIV
and AIDS and how to prevent them. Most of them, protected themselves by
using jellies, antibiotics, herbal medicine, or washing their genital with
leaves of betel plant. Condom is used agreements with customers.
Promotions and more effective approach are needed, not only for the sex
workers but also for the users of sexual customers."
Program Studi Diploma IV Badan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Karawang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>