Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A.M. Hermina Sutami
"Phatic particles are rarely discussed, especially in the scope of syntax, even though the notion of phatic communion had been proposed by Malinowski in 1923. In Indonesian language, Harimurti (1986) had pioneered the inclusion of phatic expression into the Indonesian parts of speech. In Mandarin language, there has not been any special interest to discuss it. Generally phatic particles overlap with interjections and interrogatives. However, this article discusses about some evidences about the differences among them."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Septhany Jayanti
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis partikel fatis Bahasa Mandarin yang terdapat di dalam acara temu wicara televisi W. -a ft Yule Baifenbai `Seratus Persen Hiburan' episode per tanggal 10 Januari 2009. Analisis ini bertujuan untuk mendapat gambaran mengenai penggunaan partikel fatis dalam Bahasa Mandarin di Taipei, Taiwan, serta membantu pembaca memahami pemakaian partikel fatis dalam Bahasa Mandarin.

Abstract
This thesis analyses phatic particles that employed in Mandarin television talkshow Yule Baifenbai `One Hundred Percent Entertainment' by January 10th 2009. The analysis aimed to collect description of Mandarin phatic particles in Taipei, Taiwan and also to help the reader to understand how to use phatic particles in Mandarin."
2010
S12712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiya Hapitiawati
"Skripsi ini membahas bagaimana partikel fatis bahasa Jerman ja dalam novel anak "Emil und die Detektive" diterjemahkan ke dalam novel anak berbahasa Indonesia "Emil dan Polisi-Polisi Rahasia"; apakah penerjemahan tersebut tepat; fungsi apakah yang dimiliki partikel fatis ja dan padanannya dalam kalimat yang diacunya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak semua partikel fatis ja dalam buku "Emil und die Detektive" diterjemahkan ke dalam partikel fatis bahasa Indonesia. Selain itu, ketepatan penerjemahan partikel fatis ja bergantung pada kesamaan fungsi yang dimiliki partikel fatis ja dengan padanannya dalam kalimat yang diacunya.

The focus of this research is the analysis of translation of German phatic ja in "Emil und die Detektive" to Indonesian language in "Emil dan Polisi-Polisi Rahasia"; the equivalence of the translation; the function of phatic ja and its Indonesian equivalent in the sentence. The method that I use in this research is qualitative and quantitative method.
The conclusions of this research are (1) The German phatics ja in "Emil und die Detektive" are not all translated to Indonesian phatics in "Emil dan Polisi-Polisi Rahasia"; (2) The equivalence of German phatic ja translation depends on the equivalence of the function between phatic ja and its equivalent in the sentence it refers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1888
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
499.221 5 UNG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Sugiarto
"Penelitian ini membahas permasalahan mengenai fungsi partikel fatis yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Banyumas di Purbalingga. Data diperoleh dari ujaran yang dihasilkan oleh informan yang merupakan penduduk tetap di daerah Purbalingga. penelitian ini menggunakan analisis sintaksis (distribusi partikel) dan analisis wacana (konteks). Kerangka pikir dalam penelitian ini dilandasi oleh pendapat Kridalaksana (1990: 111-113) yang menjelaskan mengenai pengertian kategori fatis; Hadumod yang dikutip oleh Pattinasarany dalam Sutami (Ed.) (2004: 130-131) dan Weydt yang dikutip oleh Korah dalam Sutami (Ibid: 148), yang membahas mengenai definisi partikel fatis; dan Jakobson yang dikutip oleh Sutami (Ed.), yang membahas mengenai fungsi partikel fatis. Menurut Jakobson, partikel fatis dimungkinkan untuk memulai, mempertahankan, dan mengakhiri perbincangan (Ibid.: 187). Dengan kerangka pikir di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi partikel fatis yang terdapat dalam ujaran yang dihasilkan oleh informan berbahasa jawa dialek Banyumas di Purbalingga. Selain tujuan tersebut, penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada pembaca. Diharapkan setelah membaca penelitian ini, pembaca mengetahui bahwa dalam bahasa Jawa dialek Banyumas juga terdapat partikel fatis yang memiliki fungsi tertentu dalam suatu ujaran, seperti halnya partikel fatis bahasa Jawa baku. Penelitian ini menunjukkan bahwa partikel fatis dalam bahasa Jawa dialek Banyumas di Purbalingga memiliki tiga fungsi, yaitu memulai, mempertahankan, dan mengakhiri komunikasi. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Adhianingsih
"Skripsi ini merupakan salah satu dari sedikit banyak hasil penelitian atas iklan radio berbahasa Indonesia. Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis tuturan yang dituturkan oleh penuturnya. Di samping itu, penulis juga menganalisis partikel-partikel fatis yang ada di dalam tuturan. Daya ilokusi yang muncul dalam penelitian ini berjumlah empat belas jenis, yaitu memberitahu, berargumentasi, meminta penjelasan, memerintah, meminta, mengusulkan, meminta informasi, memberi nasihat, menjamin, memuji, mengeluh, menyindir, memutuskan, dan membuktikan, sedangkan partikel fatis yang muncul adalah ayo, deh, dong, halo, kan, kok, lho, nah, nih, sih, toh, tuh, dan ya. Salah satu hal yang menarik dari penelitian ini adalah daya ilokusi dan partikel-partikel fatis dapat saling berkombinasi.
Hasil dari penelitian sederhana ini, penulis menemukan pemakain daya ilokusi memberitahu yang lebih dominan dibandingkan dengan memuji dan menjamin. In iterjadi mungkin disebabkan oleh kebudayaan orang Indonesia, umumnya, dan pengkilan khususnya, yang malu menunjukan kelebihan produknya dibandingkan produk lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Neila Chandra
"Penelitian mengenai keimperfektifan ini bertolak dari adanya perbedaan pendapat para ahli dalam pengklasifikasian aspek imperfektif Keadaan tersebut juga terjadi dalam linguistik Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, keimperfektifan dapat diungkapkan secara gramatikal dan leksikal.
Secara gramatikal, dinyatakan dengan mengimbuhi sufiks -zhe (-4) di belakang verba. Secara Ieksikal, dinyatakan dengan menggunakan adverbia Ma (A), zhang a), dan zhdngzai (EA). Penggunaan pemarkah tersebut tidak terlepas dari peranan makna inheres verba serta interaksi verba dengan fungsi sintaktis lain seperti subjek, objet, keterangan, dan pelengkap. Dengan demikian, meskipun aspek dan aklinnsart (ragam perbuatan) merupakan kategori yang berbeda, keduanya saling berkaitan.
Hasil analisis data berdasarkan pemarkah aspek, menunjukkan aspek imperfektif dalam bahasa Mandarin dibedakan atas aspek progresif, aspek kontinuatif, dan aspek progresif kontinuatif. Hampir semua pemarkah aspek imperfektif dapat muncul bersama verba keadaan, verba pencapaian, verba aktivitas, dan verba kegandaan (sari). Tipe situasi yang dapat muncul dalam kalimat beraspek imperfektif adalah berarah, mandiri, dan kompleks. Selain itu, hal yang berbeda dalam bahasa Mandarin adalah bahwa ternyata dalam kalimat beraspek imperfektif, khususnya aspek kontinuatif dengan pemarkah -zhe (t), dapat memunculkan situasi -ragam perbuatan (-aksional) yang menggambarkan keadaan, habitual, dan karakteristik subjek.

The research on the imperfectivity began from difference perceptions among the linguists in classifying the imperfective aspects. The Mandarin linguistics has the same experiences. In Mandarin language, the imperfectivity could be grammatically and lexically expressed.
Grammatically, it can be affirmed by giving the suffix -zhe (-) after the verb and it can also be lexically affirmed by using the adverb zai (E), zheng (I), and zh ngzai (CIE). The usage of these markers is close to the role of inherent meaning of the verb and also the interaction between the verb and other function of syntactic such as subject, object, adverbial and complement. Thus, even though the aspect and akrionsart (kind of action) come from different category, but both is related to each other.
The result of data analysis based on marker aspect reveals the imperfective aspects in Mandarin language classified into progressive aspect, continuative aspect and progressive-continuative aspect. Most of the markers of the imperfective aspect appear with state verb, achievement verb, activity verb, and series verb. The type of situation that might appear in sentence which has imperfective aspect, are directed, self-contained, and complex. In addition, another different thing in Mandarin language is that in the sentence that has imperfective aspect, particularly continuative aspect with the marker -the (s ), might reveal the situation -actional that describes states, habits, and characterizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismawati
"Penelitian ini membahas ungkapan fatis dalam bahasa Mandarin. Ungkapan fatis adalah ungkapan yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengakhiri komunikasi antara pembicara dan kawan bicara. Ungkapan fatis memiliki fungsi sosial yang berperan dalam membangun hubungan sosial dan menunjang kelancaran komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dijelaskan secara deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah ungkapan fatis yang diperoleh dari dialog dalam buku Hanyu Jiaocheng jilid 1 karya Yang Jizhou dkk (1999). Data yang didapat kemudian dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan teori Laver (1975) tentang jenis dan fungsi ungkapan fatis. Hasil analisis menjelaskan klasifikasi jenis dan fungsi ungkapan fatis bahasa Mandarin pada tingkat pemula. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur tentang ungkapan fatis bahasa Mandarin sehingga dapat menjadi referensi bagi pembelajar bahasa Mandarin tingkat pemula dalam memahami makna dan cara menggunakan ungkapan fatis.

This research discusses phatic expression in Mandarin. Phatic expression is used to start, maintain, or end communication between a speaker and a hearer in a conversation. Phatic expression has social function which serves to establish social relationship and encourage harmonious communication. This research is a qualitative descriptive research. The data source of this research are phatic expressions from the textbook “Hanyu Jiaocheng level 1” by Yang Jizhou et al (1999). The phatic expressions are then analyzed and classified based on Laver’s theory about types and functions of phatic expressions. The results of this research classify and explain the types and functions of Mandarin phatic expressions that are used on beginner level. This research is expected to enrich the literature on Mandarin phatic communication and to provide references for Mandarin learners about phatic expressions on beginner level."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Yunita
"Dalam Bahasa Indonesia dikenal sebuah kelas kata yang disebut kategori fatis. Kategori ini ada yang berupa partikel, kata, dan frase. Namun tidak semua bahasa mengelompokkan kata-kata seperti ini ke dalam sebuah kategori berdasarkan fungsi fatisnya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah metode untuk menerjemahkan kategori fatis Bahasa Indonesia ke dalam bahasa asing.
Fokus masalah pada karya tulis ini adalah penerjemahan partikel fatis Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jepang. Karya tulis ini disusun dengan tujuan agar pengetahuan mengenai kategori fatis dapat bertambah, terutama bagi mereka yang hendak menerjemahkan partikel fatis Bahasa Indonesia ke Bahasa Jepang.

In Indonesian language there is a word class known as phatic category. The category includes particles, words, and phrases form. However, not all of languages in this world classifies this kind of words in a category based on its phatic function. Therefore, we need methods to translate Indonesian phatic category into another language.
Focus on this thesis is translating Indonesian phatic particles into Japanese. By reading this thesis, I hope that we can enrich our knowledge about phatic category, mainly for those who want to translate Indonesian phatic particles into Japanese.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irzanova, Alicia
"Kalimat merupakan salah satu satuan sintaksis. Kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkai sesuka hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian yang berstruktur. lni berarti untuk memahami suatu ujaran atau menghasilkan ujaran yang dapat dipahami lawan bicara, orang tidak saja memperhatikan kata-kata beserta maknanya, melainkan juga makna gramatikal rangkaian kata-kata. Salah satu yang menentukan makna gramatikal adalah bentuk kalimat. Bahasa pada umumnya memiliki dua bentuk kalimat, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Setiap bahasa memiliki perubahan yang khas yang terjadi pada transformasi kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dalam skripsi ini yang akan dibicarakan adalah kalimat pasif dalam Bahasa Mandarin. Skripsi ini juga membicarakan dan memberi informasi baru mengenai kalimat yang dalam beberapa buku tata bahasa Mandarin disebut sebagai kalimat pasif makna. Skripsi ini terdiri dari lima puluh empat halaman isi dan sepuluh halaman lampiran data"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>