Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Rendahnya asupan yodium berhubungan dengan ekskresi yodium urine (EYU) yang tidak normal. Asupan yodium yang terlalu rendah juga menyebabkan kelenjar tiroid tidak mampu mempertahankan sekresi hormon yang adekuat sehingga timbul hipertrofi tiroid yang menimbulkan goiter. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan asupan yodium, EYU, dan goiter pada wanita usia subur (WUS) di daerah endemis defisiensi yodium. Penelitian observasional potong lintang ini dilakukan pada 115 WUS di Kecamatan Prambanan Sleman yang dipilih secara random. Asupan yodium diukur menggunakan metode food recall 24 jam, EYU diukur dengan metode acid digestion, dan goiter diukur dengan cara palpasi. Hubungan antarvariabel dianalisis dengan uji kai kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan subjek dengan asupan yodium kurang sebanyak 83,5% dan asupan yodium cukup sebanyak 16,5%. Subjek dengan goiter sebanyak 13% dan tanpa goiter sebanyak 87%. Subjek defisiensi yodium sebanyak 15,7% (tingkat berat 2,6%; tingkat sedang 3,5%; tingkat ringan 9,6%), yang normal sebanyak 31,3%, sedangkan yang lebih sebanyak 20,8% dan ekses sebanyak 32,2%. Asupan yodium berhubungan dengan EYU, tetapi goiter tidak berhubungan dengan asupan yodium dan EYU.

The low iodine intake, associated with insufficiency of urinary iodine concentration (UIC). Iodine intake is too low, also causes the thyroid gland is unable to maintain adequate hormone secretion, influence the thyroid hypertrophy that causes goitre. This study aimed to examine the relationship of iodine intake, UIC, and goiter on women of childbearing age in endemic areas of iodine deficiency. This cross-sectional observational study was performed 115 randomly selected women of childbearing age at sub-district of Prambanan, Sleman Regency. Iodine intake was measured using 24-hour food recall method, UIC measured by acid digestion method, and goiter measured by palpation method.The association between variables were analyzed by chi square test. The result that subjects with less iodine intake 83.5%, and 16.5% sufficient iodine intake. Subjects with goiter 13%, 87% non goitre. Iodine deficiency subjects 15.7% (severe 2.6%; moderate 3.5%; mild 9.6%), adequate 31.3%, more than adequate 20.8%, and excessive 32.2%. Iodine intake associated with UIC, but not related between goitre with iodine intake and UIC."
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengobatan penyakit kronik tidak hanya membutuhkan ketersediaan obat dan petugas kesehatan yaitu dokter, tetapi juga tiga faktor yakni kepatuhan (compliance), aderensi (adherency), dan konkordansi (concordance). Ketiga faktor tersebut sangat penting dalam upaya penanganan penyakit kronik, termasuk tuberkulosis (TB) paru, hipertensi, dan asma. Untuk mewujudkan sikap konkordansi, dibutuhkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien. Komunikasi yang terjalin efektif akan meningkatkan pemahaman dan motivasi dalam diri pasien untuk mengikuti nasihat dari dokter. Adapun penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka penderita dan angka kegagalan berobat (drop out) pasien tuberkulosis paru, hipertensi, asma di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan komunikasi dokter dan karakteristik pasien dengan sikap konkordansi pasien. Penelitian dengan desain studi potong lintang ini dilakukan terhadap 174 pasien TB paru, hipertensi, dan asma sebagai responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan, pengeluaran, dan komunikasi merupakan variabel yang berhubungan dengan sikap konkordansi pada pasien TB paru, hipertensi, dan asma. Rekomedasi tindak lanjut dari penelitian ini adalah peningkatan fasilitas ruangan untuk meningkatkan kenyamanan komunikasi pasien dan dokter, penyelenggaraan program pengembangan kemampuan komunikasi dokter, dan survei berkala untuk menilai proses komunikasi dokter-pasien.

The therapy of chronic diseases is not only needed drugs supply and health staff, that is physician, but also three factors such as compliance, adherence, and concordance. The three of factors are crucial in the handling of chronic diseases like lung tuberculosis, hypertension, and asthma. To accomplish a concordance attitude is needed an effective communication between physician and patient. The effective communication may increase the understanding and motivation of patients to comply the physician?s advice. The research is based on the high prevalence rate and drop out rate of the patients of lung tuberculosis, hypertension, and asthma at Mataram City General Hospital. This research is proposed to show the association of the effectiveness of physician communication and characteristics of patients to the concordance attitude of patients. Cross sectional design was employed in this study with 174 patients of lung tuberculosis, hypertension, and asthma as respondents. The results of this study indicate that education, expenditures, and communication are variables related to concordance in TB, hypertension and asthma patients. It is recommended to maintain room facilities so that patient and doctor feel comfortable to communicate and to conduct a doctor communication skill development program as well as a regular survey of patient-doctor communication process."
Mataram: Rumah Sakit Umum Daerah Mataram Nusa Tenggara Barat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi
kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB
hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit
gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat
mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en-
demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di
Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus
kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15-
45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain
yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok
adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan
Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon-
sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015).
Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do-
minan terhadap kejadian GAKY.
Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas
Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake,
goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and
level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas
Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca-
tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden
district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep-
roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group
and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups
were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang
Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p =
0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the
IDD cases."
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi
kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB
hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit
gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat
mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en-
demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di
Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus
kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15-
45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain
yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok
adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan
Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon-
sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015).
Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do-
minan terhadap kejadian GAKY.
Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas
Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake,
goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and
level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas
Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca-
tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden
district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep-
roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group
and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups
were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang
Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p =
0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the
IDD cases."
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Wahyu Ningtyias
"Selain kekurangan yodium, penyebab lain gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Kabupaten Jember adalah faktor goitrogenik tiosianat. Tiosianat adalah hasil detoksifikasi sianida. Sianida banyak terkandung pada beberapa sayuran yang biasa dikonsumsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kebiasaan konsumsi dan cara pengolahan pangan sumber zat goitrogenik sebagai solusi mengatasi GAKY di Kabupaten Jember. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui focus grup discussion dilengkapi dengan semi-kuantitatif formulir frekuensi makan. Data yang terkumpul diolah dengan content analysis. Ada empat kelompok FGD yang diikuti 6 ? 9 ibu rumah tangga yang terpilih melalui metode maximum variation sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 ? April 2013. Daun singkong, daun pepaya, rebung, sawi pahit, kubis dan selada air adalah sayuran sumber zat goitrogenik yang dikonsumsi harian dengan porsi yang cukup besar disebabkan faktor kesukaan dan kebiasaan oleh masyarakat Jember. Kadar sianida yang terkandung pada sayuran di kabupaten Jember berkisar 0,010 - 0,4 ppm dalam keadaan segar, tertinggi pada singkong dan terendah pada gambas dan kubis. Kadar sianidanya menjadi 0,18 - 0,0001 ppm setelah beberapa cara pengolahan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jember. Blansing/kulup adalah cara mereduksi kadar sianida yang paling baik dibandingkan cara pengolahan lain yang biasa dilakukan masyarakat Jember seperti rebus, tumis, goreng dan kukus.

Other caused of iodine deficiency disorder (IDD) that was identified in Jember Regency is thiocyanate goitrogenic factor. Thiocyanate is the result of detoxification from cyanide content in some common vegetables consumed which consume daily. The purpose of this study was to explore goitrogenic food consumption habits and processing as a solution to over-come IDD in Jember Regency. Using a qualitative approach, data collection is done through focus group discussion equipped with a semi-quantitative food frequency form. The collected data were processed with content analysis. There are four groups of 6 ? 9 FGD followed housewife selected through maximum variation sampling method. The study was carried out in September 2012 - April 2013. Cassava leaves, papaya leaves, bamboo shoot, cabbage, ?sawi pahit? and ?selada air/arnong? that vegetables contain substances goitrogenik consumed daily by a large enough portion due to factors fondness and familiarity. Cyanide content on vegetables from Jember district was around 0,01 - 0,40 ppm, the highest was in cassava and the lowest in cabbage and ?gambas?. After some processing methods practiced by society, cyanide levels in foodstuffs become 0,18 - 0,0001 ppm. Blanching is the best way to reduce cyanide than the usual way as boiled, sauteed, fried and steamed."
Universitas Jember, Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Sudargo
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2015
641.302 TOT d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Elsevier , 2011
612.399 VIT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Robertus Josef Sri Djokomueljanto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1974
D457
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Claresta Viano
"Saat ini depresi memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia. Salah satu penyebabnya adalah hipotiroid akibat tidak cukupnya asupan yodium.
Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi yodium terhadap tingkat depresi pada wanita usia 18-25 tahun di RSUD Pasar Minggu.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan studi analitik observasional. Responden berjumlah 87 wanita usia 18-25 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Data asupan yodium diperoleh melalui kuesioner semi-kuantitatif frekuensi makanan tinggi yodium dengan wawancara. Hasilnya dianalisis menggunakan Nutrisurvey for Windows. Pengukuran tingkat depresi menggunakan kuesioner HDRS dengan wawancara.
Hasil: Asupan yodium responden yang sesuai dengan rekomendasi adalah 90,9 . Proporsi penderita depresi berjumlah 80,5. Hasil uji Anova dan post-hoc Bonferroni menunjukkan adanya hubungan secara klinis dan statistik antara konsumsi yodium dengan tingkat depresi pada kelompok normal dengan depresi ringan p=0,002, normal dengan depresi sedang p=0,004 , dan normal dengan depresi berat p=0,008. Di sisi lain, terdapat hubungan klinis antara konsumsi yodium dengan tingkat depresi pada kelompok depresi ringan dengan sedang, depresi ringan dengan berat, dan depresi sedang dengan berat.
Diskusi: Dapat disimpulkan terdapat hubungan konsumsi yodium dengan tingkat depresi.Kata kunci:Konsumsi yodium, tingkat depresi, wanita, 18-25 tahun.

Currently, depression has a fairly high prevalence in the world. One of the reasons is hypothyroid due to inadequate intake of iodine.
Objective: To determine the relation of iodine consumption with depression level in women aged 18 25 years in Pasar Minggu Hospital.
Methods: The research used a cross sectional design with observational method. The respondents were 87 women aged 18 25 years and suited criteria. Data iodine was obtained using semi quantitative food frequency questionnaire of high iodine. The result is analyzed using Nutrisurvey for Windows. The depression levels were measured using HDRS questionnaire.
Results: 90,9 of respondents had iodine intake as recommended. The proportion of depression is 80.5. The results of ANOVA and post hoc Bonferroni showed a clinical and statistic relations between consumption of iodine with depression levels in normal group with mild depression p 0.002, normal with moderate depression p 0.004, and normal with severe depression p 0.008 . Whereas, there is a clinical relation between the consumption of iodine with level of depression in the mild group with moderate depression, mild with severe depression, and moderate with severe depression.
Discussion: It can be concluded that there is a relation of iodine consumption with level of depression.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmawita
"GAKY merupakan salah satu masalah gizi utama sampai saat ini harus terus menerus dikendalikan karena akan terus ada dan muncul lagi apabila tidak memperhatikan upaya penanggulangannya. Dampak GAKY terhadap penduduk pada umumnya lebih luas dari yang diperkirakan semula yaitu gondok, dan melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia sejak awal kehidupan, baik perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling peka adalah masa pertumbuhan susunan syaraf pusat, masa pertumbuhan linier dan masa hamil.
Hasil survei pemetaan GAKY nasional, ditemukan prevalensi GAKY tahun 1998 di Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 28,8% dan pada tahun 2003 turun menjadi 19,8%. Namun hasil pemetaan GAKY Dinkes Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2003 ditemukan prevalensi TGR anak SD di Kecamatan Situjuah Limo Nagari (55,6%) termasuk kategori endemik berat.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan defisiensi yodium di Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan analisis data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-April 2007. Sampel adalah anak SD umur 8-12 tahun berjumlah 140 orang dipilih secara acak sederhana pada satu nagari dekat (Nagari Banda Dalam) dan satu nagari jauh (Nagari Tungka). Variabel dependen adalah defisiensi yodium dan variabel independen meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi tentang GAKY, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu tentang GAKY, konsumsi makanan sumber yodium, konsumsi makanan sumber zat goitrogenik, kualitas garam dan tempat ibu menyimpan garam. Analisa data dilakukan secara bertahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gondok Kecamatan Situjuah Limo Nagari adalah 22,9% terdapat di nagari dekat 17,7% dan nagari jauh 26,9%. Proporsi kejadian gondok pada anak perempuan (50,7%) sedikit lebih banyak dari anak laki-laki (49,3%) dan terdapat pada umur 2 10 tahun. Pengetahuan gizi anak SD tentang GAKY tergolong tinggi, namun kurang dari separoh anak SD yang mengetahui akibat kekurangan yodium, bahan makanan sumber goitrogenik dan belum mengetahui cara menguji kualitas garam beryodium. Lebih dari separoh ibu belum mengetahui akibat kekurangan yodium menyebabkan cacat fisik dan mental, bahan makanan sumber yodium, bahan makanan sumber goitrogenik dan cara menguji kualitas garam beryodium. Tingkat pendidikan ibu tergolong rendah (SMP) (55,0%). Sebagian besar anak SD (82,9%) mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, tetapi konsumsi bahan makanan sumber yodium masih rendah (51,4%) sebaliknya konsumsi goitrogenik tinggi (62,1%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi anak SD tentang GAKY, pengetahuan gizi ibu tentang GAKY, konsumsi makanan sumber goitrogenik, kualitas garam, dan tempat ibu menyimpan garam dengan terjadinya defisiensi yodium. Variabel pengetahuan gizi ibu tentang GAKY merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya deisiensi yodium 'di Iokasi penelitian. Disarankan bagi Dinas kesehatan melalui puskesmas agar lebih mengintensifkan penyuluhan tentang GAKY khususnya akibat kekurangan yodium, bahan makanan sumber yodium dan goitrogenik, penyimpanan garam beryodium yang benar menyangkut cara dan tempat serta cara mengetahui kualitas garam beryodium, baik bagi peserta didik maupun bagi ibu-ibu yang Berperan penting dalam mengelola rumah tangga.

Abstract
IDD is one of the main nutrition problems that need to be controlled continuously until now because it will appear and re-appear if the control efforts are not exercised. The impacts of IDD towards the people in general is broader that it was expected before, i.e. goiter, and involve human growth and development disorder since early life, either in terms of physical growth or mental growth. The most vulnerable periods are the central nerve system growth period, linear growth period and in pregnancy.
From the national IDD mapping survey it is revealed that the lDD prevalence in 1998 in Lima Puluh Kota District is 28.8% and decreased to 19.8% in 2003. However, iiorn the IDD mapping results of the Health Oftice of Lima Puluh Kota District 2003, it is revealed that the TGR prevalence in elementaryschool children in Situjuah Limo Nagari Sub District (55.6%) is categorized as severe endemics.
This research is aimed at describing factors related to iodine deficiency in Situjuah Limo Nagari Sub District, Lima Puluh Kota District, West Sumatera Province. The research is a primary data analysis with observational quantitative approach using cross sectional design. The research was performed during the period of March to April 2007. The samples are 140 elementary school children ranging &om 8-I2 years old which are chosen with a simple random method from one nearby nagari (Nagari Banda Dalam) and one distant nagari (Nagari Tungka). The dependent variable is the iodine deficiency and the independent variables consist of age, sex, nutrition knowledge on IDD, mother educational background and mother nutrition knowledge on IDD, iodine containing food consumption, goitrogenic element containing food consumption, salt quality and salt container. The data analysis is performed in stages starting from univariate, bivariate (chi square) and multivariate (logistic regression).
The results of this research show that the goiter prevalence in Situjuah Limo Nagari Sub District is 22.9% with 17.7% in nearby nagari and 26.9%. The proportion of goiter prevalence, found in the age of 2 10 years old, in girls (50.7%) is higher than in boys (49.3%). The knowledge on nutrition of the elementary school, especially on IDD, is considered high. However, less than half of elementary school children know the impacts of iodine deficiency, goitrogenic food, and how to test iodine containing salt quality. Mother educational background is quite low (junior high school) (55.0%). Most elementary school children (82.9%) consume salt with enough iodine content. However, iodine containing food consumption is still low (51.4%) with goitrogenic consumption, in contrast, is still high (62.1%).
The results from the bivariate analysis shows that there is a significant relationship between the elementary children nutrition knowledge on IDD, mother nutrition knowledge on IDD, goitrogenic food consumption, salt quality and container where salt iskept and the iodine deficiency incidence. The mother nutrition knowledge on IDD variable is the most dominantly related to the iodine deficiency in the research location, It is suggested that the Health Office through Puskesmas should intensify education on IDD especially on impacts of iodine deficiency, iodine containing food and goitrogenic good, correct storage of iodine salt in terms of the method and place as well as how to identify iodine salt quality, either for students or for housewives who have important roles in managing the household.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>