Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keuth, Herbert
New York: Cambridge University Press, 2005
192.121 KEU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keuth, Herbert, 1940-
""Karl Popper is one of the greatest and most influential philosophers of the twentieth century. Perhaps his greatest book, The Logic of Scientific Discovery, sets out his epistemology of critical rationalism, while his most famous book, The Open Society and Its Enemies, applies the principles of critical rationalism to social philosophy." "This book is more comprehensive than any current introduction to Popper. Owing to its perspicuous structure and lucid exposition, it could be used in courses in both the philosophy of science and the philosophy of social science."--BOOK JACKET."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2005
192 KEU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfons Taryadi
"Penilaian atas baik buruknya suatu teori bisa secara apriori maupun aposteriori. Secara apriori, suatu teori bisa dinilai dari tingkat testabilitas (refutabilitas) dan isinya. Teori yang lebih baik ialah teori yang lebih besar isi dan lebih tinggi daya penjelasannya. Suatu teori semakin besar isinya bila semakin banyak yang dilarangnya untuk terjadi. Dan dalam bandingannya dengan probabilitas (dalam pengertian probilitas kalkulus), isi suatu teori berbanding terbalik dengan probabilitasnya dan vice versa. Demikianlah maka, menurut Popper, ilmu bertujuan mencari teori yang semakin improbable..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S15977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corvi, Roberta
London: Routledge, 1997
192 COR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfons Taryadi
Jakarta: Gramedia, 1989
121 ALF e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas J. Ata Ujan
"Saya mengira bahwa saya yang benar, tetapi bisa saja saya yang salah dan Anda yang benar. Karena itu dalam kasus apa pun, marilah kita mendiskusikannya, karena hanya dalam cara ini kita akan lebih mendekati pengertian yang benar, dibandingkan kalau setiap kita selalu beranggapan bahwa kitalah yang benar. Kalimat di atas adalah ucapan Karl R.Popper (1902 - ) sendiri yang pasti dengan tepat merumuskan sikap dasarnya dalam mencari kebenaran. Popper menuntut suatu keterbukaan (the attitude of reasonableness), yaitu kesediaan untuk saling mengisi dalam hal kebenaran. Dalam sikap inilah, menurutnya, kebenaran dan kesalahan tidak pernah menjadi monopoli pihak tertentu. Dengan ini pula Popper bermaksud mendobrak dogmatisme kebenaran manapun, bahkan juga kebenaran atau teori yang selama ini biasanya menjadi acuan dari hampir setiap cendekiawan. Sikap dasar ini muncul sebagai konsekuensi dari pandangannya bahwa sebuah teori tidak pernah merupakan kebenaran terakhir. Dalam kaitan ini Popper memperkenalkan teorinya yang dikenal dengan metode 'falsifikasi'; atau yang juga biasa disebut sebagai teori 'penyingkiran kesalahan' (error elimination). Dengan Popper memaksudkan bahwa suatu teori hanya menjadi ilmiah kalau teori tersebut selalu- terbuka untuk diuji dan kalau memang tidak bisa bertahan, teori tersebut harus disingkirkan dan digantikan dengan teori barn. Dengan cara ini sebuah teori dapat menjadi lebih kokoh dibandingkan dengan teori sebelumnya. Kemungkinan untuk diuji dan disingkirkan ini merupakan ciri dari ilmu dan karenannya menjadi 'garis demarkasi' antara ilmu dam bukan ilmu. Dalam latar belakang dan cahaya sikap ilmiah seperti inilah hendaknya kita menempatkan kritisisme Popper terhadap Marxisme. Harus diakui bahwa Karl Marx (1818 -- 1883) adalah salah satu tokoh filsafat sosial terkemuka. Perpaduan antara pandangan teoritis serta dimensi praktis teorinya (yang memperlihatkan empatinya terhadap mereka yang tertindas ) telah membuat Marxisme seakan menjadi primadona tanpa cela. Dan Popper sendiri juga mengakui sumbangan Marx dalam menjelaskam ketimpangan sosial ekonomis. Meskipun begitu Popper tetap merasa perlu untuk nenyerang Marx karena Marx dianggapnya telah menempatkan banyak orang melalui pendekatan 'historisisme' dalam rangka nenjelaskan dan menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomis. Inilah problem pokok yang digeluti oleh Popper dalam kritiknya terhadap Marxisme yang sekaligus menjadi tema sentral dalam skripsi ini. Dari manakah akar historisisme itu dan apakah yang dimaksudkan dengan historisisme? Jawaban atas pertanyaan ini akan membantu kita untuk lebih memahami keberatan Popper terhadap Marxisme yang dianggapnya mengadopsi paham historisisme. Dalam kaitan dengan ini dapat dipastikan bahwa metode 'dialektika' dari George Wilhelm Friedrich Hegel (1770 - 1831) telah memainkan peranan penting dalam gaya berpikir Marx. Sementara itu perlu ditegaskan dari permulaan bahwa Popper telah menggunakan istilah 'historisisme dalam suatu pengertian yang khas dalam rangka mengembangkan kritiknya terhadap berbagai pemikiran besar, termasuk pemikiran Marx. Karena itu suatu penelitian yang agak lebih mendalam terhadap metode ini pasti perlu untuk mendapat gambaran yang lebih lengkap dantepat. Alasan yang menjadi dasar penolakan Popper terhadap historisisme adalah bahwa teori tersebut memutlakkan sasaran yang hendak dicapai serta cara untuk mencapai sasaran tersebut. Hal yang sama juga menjadi alasan Popper untuk menyingkirkan teori Marx. Menurutnya, Marx telah jatuh ke dalam pandangan naif historisisne karena teorinya bahwa kapitalisme akan diganti oleh sosalisme melalui suatu revolusi sosial proletariat. Popper menyebut pandangan Marx ini sebagai suatu yang utopian. Akhirnya tanpa meremehkan kejelian Popper dalam mengungkapkan berbagai kekurangan dam kelemahan teori Marx, tentu saja kritiknya itu masih bisa diperdebatkan kebenarannya. Karena itu suatu catatan kritis terhadapnya pasti tetap perlu dan wajar."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lake, Silverius CJM
"Sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, bagi Karl Popper, bukan saja merupakan dominasi pengembangan ilmu pengetahuan alam. Kasus pengembangan ilmu pengetahuan mengandung masalah yang berkaitan dengan dimensi metodologi ilmiah dalam ilmu pengetahuan sosial. Dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan kita menemukan benturan berbagai metode pendekatan yang menggoncangkan sendi-sendi ilmiah. Hal tersebut akan berulang terns menerus kalau kita memang berusaha untuk lebih meningkatkan studi kita tentang pengembangan ilmu pengetahuan.
Karl Popper seorang filsuf ilmu pengetahuan berkeyakinan bahwa syarat mutlak bagi suatu pengembangan ilmu pengetahuan terletak dalam upaya menerapkan metode ilmiah. Dengan metode tersebut kita dapat memajukan dan meningkatkan ilmu pengetahuan baik ilmu-ilmu natural maupun terutama ilmu-ilmu sosial. Dalam tesis ini peneliti menguraikan pemikiran Karl Popper tentang metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan sosial. Kupasan peneliti terbatas pada peningkatan ilmu pengetahuan sosial dalam kaftan dengan beberapa persoalan pokok. Bagaimana prinsip-prinsip dasar teori Karl Popper tentang ilmu pengetahuan menjadi sebuah kritik atas pandangan kelompok Lingkaran Wina? Dan, sejauh mana rasionalisme kritis Karl Popper memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial?
Di tengah situasi yang sulit itu peneliti pertama-tama mengemukakan pandangan kelompok Lingkaran Wina tentang proses pengembangan ilmu pengetahuan. Selanjutnya peneliti menunjukkan kritik-kritik Karl Popper atas pandangan kelompok Lingkaran Wina. Terakhir, peneliti mengemukakan pandangan Karl Popper tentang Cara mengembangkan ilmu pengetahuan sosial secara ilmiah.Manakah metode yang sebenarnya berpengaruh dan cocok bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial: metode kuantitatif atau kualitatif, metode induktif atau deduktif, metode verifikasi atau falsifikasi, metode generalisasi, eksperimen, kompleksitas, atau holisme? Menurut Karl Popper antara metode-metode tersebut terdapat hubunganhubungan tertentu. Namun metode yang layak bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial adalah metode pemahaman intuitif. Metode tersebut didasarkan pada suatu pemahaman tentang fenomena sosial. Dengan demikian maka metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan sosial dapat dipertanggungjawabkan sampai pada tataran rasionalisme kritis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T14838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Chaidir
"ABSTRAK
Popper menolak pemikiran Plato, Hegel dan Max, karena pemikiran ketiga filosoftersebut mewakili pemikiran masyarakat tertutup, disebutnya totalitarisme. Fasisme dan Komunisme adalah masyarakat totaliter. Ketiganya bentuk masyarakat tertutup karena mengandaikan sejarah sudah ditentukan sehelumnya. Historisisme berpendapat bahwa sejarah dan masyarakat mutlak berkembang dengan tendensi tertentu. Ada hukum sejarah, bila mengetahui hukum sejarah itu, maka kita dapat meramalkan sejarah dimasa depan. Popper menolak bentuk masyarakat atas dasar utopia. Revolusi adalah merubah masyarakat dari tatanan lama menjadi tatanan Baru, dan memakan banyak korban manusia. Popper menolak perbaikan masyarakat dengan revolusi, karena revolusi menggunakan pendekatan holistis, yaitu. peruhahan masyarakat sekaligus secara menyeluruh. Karl Popper menjadi ahli filsafat ilmu pengetahuan alam dan filsafat ilrnu pengetahuan sosial, dan mengembangkan teori falsifikasinya pada ihnu-ilmu pengetahuan sosial. Teori Popper berkembang dari tiga tingkat fungsi Bahasa Karl Buhler, yaitu fungsi ekspresit; stimulatif, dan ekspresif. Popper menamhahkan situ lagii.fungsi argumentatif. Fungsi argumentatif sebagai dasar pemikiran kritis. Selama ini teori yang dipakai adalah teori induktif, Popper menganut teori haru yaitu testabilitas atau falsifiabilitas. Popper memperluas metodenya dinamakan rasionalisme kritis yaitu keterbukaan terhadap kritik. Masyarakat dalam pandangan Popper adalah tidak sempurna, oleh sehab itu hares dikritik dan mengkritik did sendiri. Teori kritis hanya dilakukan untuk masyarakat terbuka. Dalarn teori politik dan sosialnya Popper terinspirasi dengan teori evolusi Darwin. Masyarakat akan terseleksi dengan. Trial and Error Elimination (percobaan dan pembuangan kesalahan). The Open Society adalah pemerintahan yang paling balk, dan diartikan dengan demokrasi. I)emokrasi adalah seperangkat institusi dengan kontrol publik, adanya pergantian antara penguasa dan yang diperintah dan pembaharuan tanpa kekerasan, disukai atau tidak disukai oleh penguasa. Popper dengan teori rasionalisme kritisnya memperbaiki kehidupan masyarakat dan politik dengan cara piecemeal social engineering, yaitu memperbaiki kehidupan sosial secara sedikit-sedikit. Pandangan filsafat ilmu pemgetahuan Popper sejalan dengan filsafat politiknya, kritik dapat memajukan ihnu pengetahuan dan juga masyarakat. Satu sisi pemikiran Popper bermanfaat untuk peruhahan masyarakat agar menjadi maju. atas dasar kritik, tetapi sisi lain adalah tidak ada jaminan bahwa negara akan stabil, karena kritik itu juga. Sangat bernilai dalam tataran khazanah intelektual, tetapi dalam tataran praktik masih menyimpan pertanyaan besar. Disini tugas filsafat yaitu mempertanyakan sesuatu yang tidak akan pernah selesai"
2007
T37334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Flew, Antony
London: Thames and Hudson, 1989
182 FLE i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kohn, Caroline
Stuttgart JB Metzlersche 1966
833.9 K 368 zk
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>