Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indiah Ratna Dewi
"Recently, much attention has been focused on research to replace petroleum-based plasticizers, with biodegradable materials, such as biopolymer which offers competitive mechanical properties. In this study, castor oil was modified with maleic anhydride (MAH) to produce bioplasticizer named maleated anhydride castor oil (MACO), and used in nitrile butadiene rubber (NBR)/poly vinyl chloride (PVC) blend. The effect of MACO on its cure characteristics and mechanical properties of NBR/PVC blend has been determined. The reactions were carried out at different castor oil (CO)/xylene ratios, i.e. 1:0 and 1:1 by weight, and fixed CO/MAH ratio, 1:3 by mole. DOP, CO, and MACO were added into each NBR/PVC blend according to the formula.
It was found that the viscosity and safe process level of NBR/PVC blend is similar from all plasticizer, however, MACO (1:0) showed the highest cure rate index (CRI). MACO-based plasticizer gave a higher value of the mechanical properties of the NBR/PVC blend as compared to DOP based plasticizer. MACO (1:1) based plasticizer showed a rather significance performance compared to another type of plasticizers both before and after aging. The value of hardness, elongation at break, tensile strength, and tear strength were 96 Shore A, 155.91 %, 19.15 MPa, and 74.47 MPa, respectively. From this result, NBR/PVC blends based on MACO plasticizer can potentially replace the DOP, and therefore, making the rubber blends eco-friendly."
Center for Leather, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyanti
"Asam risinoleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak terkandung dalam minyak jarak. Asam risinoleat dalam bentuk ester diketahui dapat dimanfaatkan sebagai emulsifier dan antimikroba. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi gugus hidroksil hasil oksidasi asam lemak minyak jarak dan asam risinoleat dengan pereaksi asam laurat. Hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa menghasilkan % randemen sebesar 86,77%. Proses oksidasi dilakukan dengan oksidator KMnO4 encer dalam suasana basa dan menghasilkan penurunan bilangan iod dari 7,02 mg/g menjadi 4,30 mg/g untuk asam lemak minyak jarak dan dari 7,02 mg/g menjadi 4,30 mg/g untuk asam risinoleat komersial. Esterifikasi dilakukan dengan bantuan katalis ZnCl2 dan rasio molar 3:1. Karakterisasi dengan LC-MS/MS menunjukkan bahwa produk ester yang terbentuk merupakan monoester. Produk ester yang diperoleh dapat berperan sebagai emulsifier setelah pengamatan selama 24 jam dengan jenis emulsi air dalam minyak. Aktivitas antibakteri dari produk ester yang diperoleh terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis tergolong lemah. Konsentrasi sampel terkecil dari uji MIC yang dilakukan (25%), belum menunjukkan hambatan minimum terhadap kedua bakteri uji.

Ricinoleic acid is an unsaturated fatty acid contained in castor oil. Risinoleic acid in the form of esters is known to be used as an antimicrobial and emulsifier. In this research, esterification of hydroxyl groups of oxidized castor oil fatty acids and ricinoleic acid with lauric acid was carried out. Hydrolysis of castor oil with base catalysts produces 86,77% yields of fatty acids. The oxidation process was carried out using KMnO4 in an alkaline solution and resulted in depression of iodine value from 7.02 mg/g to 4.30 mg/g for castor oil fatty acids and from 7.02 mg/g to 4.30 mg/g for commercial ricinoleic acid. Esterification was carried out using ZnCl2 as catalyst with molar ratio of 3:1. Characterization with LC-MS/MS showed that the products formed were monoester. Ester products can act as an emulsifier. The emulsion formed stable up to 24 hours and the type of emulsion was water-in-oil emulsion. The antimicrobial activity of the ester products against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis was classified as weak. The smallest concentration applied for the MIC test (25%), has not provided minimum inhibition to both bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020;;
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etika Widiyanti
"ABSTRAK
Sampai saat ini, minyak lumas sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Namun, minyak lumas yang dikatagorikan pengerjaan logam (metal-working) belum dibuat di Indonesia produk tersebut masih diimpor. Penelitian formulasi minyak lumas pengerjaan logam (metal-working) yang akan dilakukan dititik beratkan pada peningkatan sifat ? sifat fisika dan kimia minyak jarak sebagai bahan dasar fluida pembentuk (forming fluid) yang akan digunakan sebagai rolling oil. Kebutuhan akan rolling oil di Indonesia cukup besar, terutama untuk dipakai di pabrik ? pabrik baja dan industri mobil. Dalam penelitian ini minyak jarak dipilih sebagai bahan studi karena jenis minyak ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak mineral atau minyak nabati lainnya. Minyak jarak terdiri dari sebagian besar asam risinoleat yang merupakan asam lemak tidak jenuh yang mengandung gugus hidroksil. Minyak jarak sebagai bahan dasar minyak lumas rolling oil, diharapkan indeks viskositasnya sama atau mendekati sifat ? sifat bahan dasar dari minyak mineral. Namun, nilai indeks viskositas minyak jarak ini tergolong masih rendah dan harus ditingkatkan agar dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk rolling oil. Peningkatan nilai indeks viskositas ini salah satunya dapat dilakukan melalui proses dehidrasi parsial dengan adanya katalis yang sesuai.
Uji yang dilakukan pada dehidrasi minyak jarak ini adalah penentuan bilangan iod, penentuan indeks viskositas, dan uji spektoskopi UV. Nilai optimum indeks viskositas dari produk dehidrasi minyak jarak ini adalah 133. Proses tersebut terjadi selama pemanasan 2 jam, dengan menambahkan katalis atapulgit dengan natrium hidroksida sulfat anhidrat sebesar 2 [% b/b] dan 0,5 [% b/b]. Nilai bilangan iod yang diperoleh dari produk dehidrasi ini sebesar 22,79 g I2/ g minyak. Ikatan rangkap terkonjugasi yang terbentuk dari proses ini muncul puncak pada panjang gelombang maksimum 233,25 nm. Dengan demikian indeks viskositas minyak jarak ini memenuhi kriteria sebagai bahan dasar minyak lumas untuk minyak lumas Rolling Oil sebagai pengepresan pada industri baja."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Castor Oil memiliki potensi untuk digunakan sebagai minyak Iumas
menggantikan minyak lumas mineral yang tidak rumah Iingkungan dan sumbernya
tidak terbaharukan. Potensi Castor Oil sebagai alternatif minyak lumas ini adalah
selain ramah lingkungan dan sumbernya terbaharukan, juga memiliki gugus fungsi
yang dapat menempel pada permukaan logam sehingga dapat melindungi
pemiukaan logam yang saling bergeralc dari friksi (gesekan) yang pada akhimya
mengurangi tingkat keausan. Namun demikian Castor Oil mempunyai kelemahan
rentan terhadap oksidasi yang dialdbatkan adanya ikatan rangkap distruktumya.
Pada penelitian ini, Castor Oil akan dimodifikasi melalui tahapan proses
kimia yang nantinya selain menghilangkan kelemahan tersebut, akan juga
didapatkan produk turunan Castor Oil yang memiliki multi gugus iimgsi (ester,eter
dan hidfoksi) sehingga terjadi kenaikan kemampuan Castor Oil dalam hal
ketahanan anti ausnya. Tahapan-tahapan rnodifikasi tersebut adalah :
1. Transesteriiikasi, menggunakan methanol dengan katalis KOH yang akan
menghasilkan Castor Oil Methyl Ester (COME).
2. Epoksidasi, menggunakan H201 dengan katalis asam formiat yang akan
menghilangkan ikatan rangkap COME membentuk gugus oksirana. Produk
ini bemama Epoxidizea' Castor Oil Methyl Ester (ECOME).
3. Reaksi pembukaan cincin tnenggunakan glisei ol dengan katalis Para
Toluena Sul/'ontc Acid (PTSA) yang akan membuka gugus oksirana menjadi
Castor Oil Methyl Ester Gliserol (COME Gliserol).
Dengan menggunakan uji Four Ball Wear Test didapatkan kenaikan ketahanan anti
aus pada produk tahapan modifikasi epoksida dan reaksi pembukaan cincin.
Sedangkan untuk produk transesterifikasi terjadi penurunan ketahanan anti aus.
Mengacu kepada harga Load wear index, didapatkan lcenaikan ketahanan
anti aus COME Gliseroi sebagai produk akhir sebsar 25,75% terhadap Castor Oi/
murni dan 64,64% lebih baik performa ketahanan anti ausnya lerhadap minyak
lumas mineral HVI 160s. Harga welding point juga bertambah dari pembebanan
160 kg untuk Castor Oil mumi menjadi pembebanan 200 kg untuk COME Gliserol.
Harga ini sangat jauh dibandingkan dengan welding point minyak lumas mineral
HVI l60s yang hanya sebesar pembebanan 126 kg."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2009
TA1359
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fazahra Salsabila
"Biji tanaman jarak kepyar memiliki minyak yang kandungan terbesarnya adalah asam risinoleat dengan kandungan yang mencapai hingga 90%. Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal dengan 18 atom karbon dan gugus hidroksi pada atom C12. Terdapat tiga gugus fungsi penting pada asam risinoleat, yaitu asam karboksilat, alkena, dan hidroksi. Gugus-gugus tersebut dapat mengalami reaksi lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan fungsionalitasnya. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi asam lemak hidrolisat minyak jarak dengan asam askorbat yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester asam lemak-askorbil yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, yang kedepannya berpotensi untuk diaplikasikan pada produk lipofilik. Setelah dilakukan hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa KOH, diperoleh asam lemak hidrolisat dengan rendemen sebesar 98,9%. Kemudian, dilakukan esterifikasi secara enzimatis dengan asam askorbat menggunakan katalis Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut aseton. Produk yang terbentuk adalah ester asam lemak-askorbil dengan persen konversi sebesar 79%. Identifikasi produk dilakukan dengan KLT dan hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya serapan C=O ester pada 1733 cm-1. Pengujian aktivitas antioksidan ester asam lemak-askorbil menghasilkan nilai IC50 sebesar 106,29 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sedang. Uji aktivitas antimikroba pada konsentrasi produk ester 5% sudah menunjukkan adanya zona inhibisi pada bakteri S. aureus dan E. coli yang termasuk dalam kategori tidak efektif.

The seeds of the kepyar castor plant have oil whose largest content is ricinoleic acid with a content reaching up to 90%. Ricinoleic acid is a monounsaturated fatty acid with 18 carbon atoms and a hydroxy group at the C12 atom. There are three important functional groups in ricinoleic acid, namely carboxylic acid, alkene, and hydroxy. These groups can undergo further reactions so as to increase their functionality. In this research, esterification of castor oil hydrolyzate fatty acids with ascorbic acid was carried out with the aim of producing fatty acid-ascorbyl ester compounds which have antioxidant and antimicrobial activity, which in the future has the potential to be applied to lipophilic products. After hydrolysis of castor oil with a KOH base catalyst, fatty acid hydrolyzate was obtained with a yield of 98.9%. Then, enzymatic esterification was carried out with ascorbic acid using the Lipase Eversa Transform 2.0 catalyst and acetone solvent. The product formed is a fatty acid-ascorbyl ester with a conversion percentage of 79%. Product identification was carried out using TLC and characterization results using FTIR showed the absorption of C=O ester at 1733 cm-1. Testing the antioxidant activity of fatty acid-ascorbyl esters resulted in an IC50 value of 106.29 ppm which is included in the moderate antioxidant category. The antimicrobial activity test at 5% ester product concentration has shown the existence of an inhibition zone for S. aureus and E. coli bacteria which are included in the ineffective category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Study effect of various media on growth of castor (Jatropha curcas L) propagated by seeds was carried out at Germplasm Garden, Rc for Biotechnology LIPI Cibinong. The study was arranged in Randdomized Blokck Design with there replications. Various media used in this study were organic media, compost, soil and sand (control). Besides, the seeds were soaked in hot water for 10,20 and 30 minutes to overcome seeds dormancy. Parameters observed were growth percentage, plant height, number of leaves, leaf lenght, number of roots,and roots length. The results showed that the highest parameters observed were shown by the control (Without hot water treatment). Among the four types of media, latosal soil was was the lowest in all growth parameters observed. From this study it can be recomended that the dormancy overcoming was not needed in fertile media, while in unfertile media (like latosal soil) dormancy overcoming treatment with hot wafer 30 minutes was needed."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Rubber plasticizer is used to improve rubber processability so as to shorten time and reduce energy consumption
during compounding. In general, rubber plasticizer is nonrenewable and environmentally harmful petroleum
derivatives due to the carcinogenic property. Environmentally friendly plasticizer can be produced by transfer
hydrogenation of vegetable oil. The research was aimed to synthesize new rubber plasticizer from transfer hydrogenation
of castor oil using diimide compound which was generated in situ by oxidation of hydrazine hydrate
and hydrogen peroxide as well as the application of the new rubber plasticizer obtained on natural and synthetic
rubbers compounding. The result showed that the optimum condition of transfer hydrogenation was achieved at
a capacity of 1000 ml oil/batch, 40oC for 5 hours, and ratio hydrazine hydrate to hydrogen peroxide at 1:2 due to
the hydrogenated castor oil (HCO) had the highest degree of hydrogenation and neutral pH. The application of 10
phr HCO had significant effect on the compounding of EPDM 6250 which was shown by shortest time and lowest
energy of compounding, and also by the highest minimum torque modulus. In addition, the crosslink density of
rubber vulcanizate which was formed during accelerated sulfur vulcanization was affected both by the addition of
HCO and the saturation of the rubber being used.
Bahan pelunak kompon karet berfungsi meningkatkan kemampuan proses karet sehingga dapat mempersingkat
waktu dan menurunkan konsumsi energi selama pengomponan. Bahan pelunak karet yang umum digunakan
berasal dari turunan minyak bumi yang tidak terbarukan dan tidak ramah lingkungan karena bersifat karsinogenik.
Bahan pelunak kompon karet yang ramah lingkungan dapat diproduksi melalui reaksi transfer hidrogenasi minyak
nabati. Penelitian ini bertujuan mempelajari sintesis bahan pelunak karet dari minyak jarak kastor secara transfer
hidrogenasi menggunakan senyawa diimida yang dibangkitkan secara in situ oleh hidrasina hidrat dan hidrogen
peroksida serta aplikasinya dalam pembuatan kompon karet alam (SIR 20) maupun sintetik (EPDM 6250, EPDM
6470, dan Butil 301). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi reaksi terbaik dicapai pada kapasitas reaksi
sebesar 1000 ml minyak/batch, suhu 40oC selama 5 jam dan rasio penambahan hidrasina hidrat terhadap hidrogen
peroksida sebesar 1:2 karena menghasilkan derajat hidrogenasi tertinggi dan memiliki pH netral. Aplikasinya sebagai
bahan pelunak alami sebesar 10 bsk berpengaruh signifikan terhadap proses pengomponan karet sintetik tipe
EPDM 6250 karena saling memiliki kompatibilitas yang tinggi sehingga mampu memberikan waktu dan energi
pengomponan serta nilai torsi minimum terendah. Derajat ikatan silang pada vulkanisat karet yang terbentuk saat
vulkanisasi sulfur selain dipengaruhi oleh bahan pelunak juga oleh tingkat kejenuhan karet tersebut."
Pusat Penelitian Karet ; Institut Pertanian Bogor. Departemen Kimia, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Khairani
"Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa etil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan etil ester dan produk oksidasinya secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa EC. 3.1.1.3 dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan membuat variasi perbandingan mol antara asam lemak dengan etanol, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Untuk etil ester asam lemak hasil hidrolisis didapatkan konversi paling tinggi pada perbandingan 1:3 sebesar 76,31 dan untuk produk oksidasinya pada perbandingan 1:2 sebesar 72.
Hasil karakterisasi menggunakan FTIR, etil ester asam lemak hasil hidrolisis memberikan pita serapan C=O ester pada bilangan gelombang 1731,27 cm-1 dan 1732,15 cm-1 untuk ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi. Kedua jenis ester ini diuji kemampuan emulsifier dan keduanya mampu mempertahankan bentuk teremulsi kurang lebih 24 jam dengan tipe emulsi air dalam minyak w/o.
Uji aktivitas antimikroba kedua ester ini memberikan hasil positif berupa adanya zona hambat pada hasil ester, asam lemak hasil hidrolisis dan asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes. Zona hambat terbesar dihasilkan oleh ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi sebesar 1,7cm terhadap kedua bakteri.

The aim of this study was to synthesis of fatty acid ethyl ester compound of hydrolyzed castor oil and its oxidation product using Candida rugosa lipase in n hexane solvent. Reaction optimization was performed by varying the mole ratio between fatty acids to ethanol, ie 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4. For the fatty acid ethyl ester, the highest conversion percentage in the ratio of 1 3 was 76.31 and for Its oxidized produk at the ratio of 1 2 was 72.
The results of characterization using FTIR, fatty acid ethyl ester give absorption band C O ester at wave number 1731,27 cm 1 and 1732,15 cm 1 for its oxidized product. Both types of these esters tested the emulsifier 39 s ability and both were able to maintain an emulsion form approximately 24 hours with a water in oil emulsion type w o.
The antimicrobial activity test of these two esters gave positive results in the presence of inhibition zone on esters, fatty acids from hydrolysis and fatty acids from oxidized hydrolysis to growth of Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes. The largest inhibitory zone is produced by a fatty acid ester of oxidized hydrolysis of 1.7cm against both bacteria.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>