Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71639 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Noeke Oktoliani K.
"Sebagai salah satu pendukung pada sektor konstruksi. industri semen sangat dibutuhkan untuk pembangunan fisik seperti gedung-gedung perkantoran. perumahan dan jalan. Tetapi pada masa krisis ekonomi saat ini, konsumsi semen dalam negeri menurun karena tidak berjalannya kegiatan pembangunan dibidang konstruksi dan turunnya daya beli masyarakat. Konsumsi semen nasional masih meningkat pada tahun 1997 dan mulai menurun pada tahun 1998 hìngga 30%. Hingga tahun 1999 jurnlah perusahaan yang memproduksi semen tercatat 10 buah. dengan 5 perusahaan diantaranya adalah BUMN (Badan Usaba Milik Negara) dan 5 perusahaan laìnnya milik swasta. Sedikitnya jumlah perusahaan yang memproduksi semen telah menempatkan industri semen sebagai industri yang bersifat oligopolistik, sehìngga kondisi ¡ni sering dikaitkan dengan terjadinya ke[angkaan suplai semen dan fluktuasì harga semen di pasaran. Pemerintah semula menerapkan regulasi melalui penetapan harga seperti HET (Harga Eceran Tertinggi) pada tahun 1974-1979 dan kemudian sejak bulan April 1979 diganti dengan HPS (Harga Pedoman Setempat) yang diikuti dengan regionalisasi penjualan semen. Dengan dihapuskannya HPS oleh pemerìntah pada bulan November 1997 berarti selanjutnya harga semen akan ditentukan okh penawaran dan permintaan pasar.
Berkaitan dengan deregulasi tersebut, PT.Indocement Tunggal Prakarsa, kemungkiflan akan mengbadapi persaingan yang semakin ketat dalarn industri semen ini dan di sisi lain juga mendapatkan peluang dalam menciptakan pangsa pasar barn diluar wilayah pemasarannya selama ini. Sebagaimana diketahui, persaingan yang terjadi dalam industri semen yang semakin ketat rnendorong perusahaan-perusahaan semen untuk memperoleh posisi yang Iebih kuat dengan menggunakan berbagai cara antara lain, memberikan harga jual yang kompetitif. menggunakan media iklan sebagai sarana informasi dan promosi, serta memberikart layanan yang Iebih baLk pada para pelanggannya. Selain itu, produk semen telah menjadi suatu kebutuhan utama yang tetap bagi industri properti dan konstruksi, sehingga perusahaan semen yang telab menjadi pemimpin (leader) dalam industri ¡ni akan dapat lebih berkembang lagi. Produk semen yang tidak memiliki perbedaan dalam bentuk dan kualitas menyebabkan para produsen hams berkompetisi berdasarkan barga, dimana cil Indonesia harga semen ditentukari oleb mekanisme pasar. Strategi bersaing yang dapat diterapkan PT indocernent Tunggal Prakarsa dalam menghadapi persaingan di industri semen ini adalab dengan strategi cosi leadership atau biaya terendah.
Langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan strategi tersebut antara lain dengan menekan biaya produksi seefi sien mungkin dad aktivitas rainai nilai perusahaan. Dengan mengoptimalkan masing-masing aktivitas dan rantal nilai yang dimilikinya, perusahaan dapat menekan biaya produksi dan mengambil margin yang besar dan penjualan semennya sehingga perusahaan dapat membangun citra dan semen ?Tiga Roda? pada masyarakat melalul prornosi dan media ikian, menetapkan harga jual yang kompetitií menjalin hubungan pernasaran dengan para konsumen, ineningkatkan pelayanan perusahaan, sefla melakukan perluasan proyek guna menambab kebuluhan kapaskas produksi Keunggulan strategik lain yang dimiliki perusahaan yaitu sebagai market leader dapat rnemungkinkan perusahaan untuk menetapkan acuan hargajual semen bagi para pesaingnya.
Masuknya Heidelberger sebagai investor strategis yang menanamkan dana di PT Indocement Tunggal Prakarsa alcan dapat membantu perusahaan dalam mengembangkan jangkauan pemasarannya, balk di pasar dornestik maupun pasar global. dengan menggunakan jalur perdagangari strategis Heidelberger Meskipun industri semen kini termasuk pada tipe standard cycles dan halangan untuk masuk ke dalam industri ¡ni cukup besar, pemain-pemain baru mutai terlihat dan tuait meramaikan industri ¡ni. Hal ini menunjukkan bahwa prospek industri semen sebenarnya rnasìh cukup menjanjikan di tengah kondisi ekonomi dan politik yang hingga saat ¡ni masih belum stabil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzi
"Sejak krisis ekonomi talum 1997, banyak sekali investor jalan tol dan Pemerintah (Ditjen Bina Marga) menunda pembangan fisik proyek jalan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan permintaan aspal minyak sebagai bahan perkerasan jalan ikut terimbas pula. Akan tetapi prospek dan peluang kedepan untuk berbisnis aspal khususnya aspal berkualitas tinggi masih sangat besar. Hal ini dapat ditunjukan dengan data yang menyebutkan bahwa untuk mengantisipasi perkembangan lalu lintas kendaraan yang pesat lebih dan 800 km jalan tol akan dibangun di masa yang akan datang. Selain ¡tu menurut data dan Ditjen Prasarana Wilayah-Dep. Permukiman dan Prasarana Wiiayah, Jalan Nasional yang akan dibangun pada tahun 2001 adalah 946,3 km dan pada tahun 2002 adalah 1137,2 km. Sebagai imbas dari menurunnya permintaan aspal, pada tahun 1998 produksi dalam negeri aspal minyak Pertamina menurun sekitar 17 persen lebih. Sedangkan impor aspal turun sangat drastis, yakni sekitar 80 persen dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, suplai aspal pada tahun itu secara total mengalami penurunan sebesar 42,3 persen. Akan tetapi dengan mulai membaiknya kondisi ekonomi, diharapkan permintaan aspal akan mengalami peningkatan.
Secara umum, jenis aspal yang dipasarkan di Indonesia ada dua macam yaitu aspal dengan grade 60/70 dan 80/100. Aspal tersebut biasanya dalam bentuk drum atau curah. Karena merupakan komoditas intemasional, maka harganya sangat berfluktuatif dan tergantung dari harga dasar di pasar internasional. Sampal saat ini, kebutuhan aspal minyak di Indonesia berasal dari produksi lokal (Pertamina) dan impor yang berasal dari Singapore (Esso, BP. SPC, Caltex & Shell). Thailand (Thailoops & ThypCo), Malaysia dan negara laìnya. Aspal impor yang didatangkan dari Singapore tersebut terutama ditujukan untuk memenuhì permintaan aspal kualitas tinggi yang selama ini tidak dapat dipenuhi oleh produk lokal. Sedangkan sistem distribusinyapun secara garis besar juga dibedakan menjadi dua, tergantung dari asal aspal tersebut lokal atau impor.
Secara garis besar, konsumen domestik pengguna aspal minyak dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsumen yang membutuh aspal berkualitas tinggi (Jalan tol, jalan kelas I runway bandara udara dan proyek prestisius lainya) dengan struktur pasar oligopoly dan konsumen yang tidak membutuh aspal berkualitas tinggi (dibawah jalan kelas 1) dengan penjual yang banyak. Sedangkan instansi yang menggunakan aspal kebanyakan berasal dan pemegang otoritas jalan raya (Bina Murga, Jasa Manga, dan swasta) dan bandar udara (Angkasa Pura I & II), serta beberapa pengguna Iainya.
Secara umum aspal dapat dikatakan sebagai industrial product yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh penggunanya. Seperti halnya konsumen pada produk komoditas, pembeli aspal pada umumnya sangat mempertimbangkan masalah harga, selama spesifikasi teknisnya sudah memenuhi syarat. Sehingga salah satu syarat utama untuk dapat bersaing pada industni aspal adalah dengan menerapkan strategi cost leadership.
Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan studi pada karya akhir ini adalah studi kasus dengan memilih Esso sebagai obyek studi kasus tersebut. Dengan menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber pembahasan studi kasus ini. Pada tahun 1996 dan 1997, Esso merupakan pemimpin pasar sekaligus sebagaì kontributor terbesar pada proyek jalan tol dan bandar udara di Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2000, pemimpin pasarnya berasal dari Thailand yaitu Thailoops & Thypco. Hal ini sebagai akibat sedikitnya proyek jalan tol dan bandar udara yang merupakan Pengguna utama pada segmen pasar yang memerlukan aspal kualitas tinggi. Selain itu, sebagian pemiIik proyek cenderung menurunkan spesifikasi teknis yang disyaratkan karena alasan biaya. Pada akhirnya, beberapa pemilik proyek tersebut mulai berpaling ke produk lain yang lebih murah, meskipun kualitasnya jauh dibawah produk Esso seperti produk dan Thailoops & Thypco. Segmen pasar yang mengunakan produk Thailoops & Thypco bukanlah segmen yang memerlukan kualitas aspal yang tinggi seperti segmen pasar Esso. Sehingga dapat disimpulkan jika penyebab utama dan penurunan penjualan Esso sejak krisis adalah berkurangnya permintaan aspal yang berkualitas tinggi.
Sebagai salah satu pelaku bisnis aspal di Indonesia, Esso dapat memperbesar pangsa pasarnya lagi yang sempat mengalami penurunan cukup berarti sejak tahun 1998 dengan menerapkan strategi pemasaran (target pasar, positioning, marketing relationship strategies dan marketing mix) yang tepat. Dengan selalu mempertimbangkan faktor eksternal (identifikasi peluang dan ancaman) dan faktor internal (identifikasi kekuatan dan kelemahan). Setelah dilakukan analisa SWOT terhadap Esso, diperoleh hasil jika posisi Esso pada saat ini dan yang akan datang berada pada kuadran dimana peluang dan kekuatannya dominan. Dari posisi tersebut, Esso dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat dengan memanfaatkan segala peluang dan menggunakan kekuatan yang dimilikinya dalarn usaha memperkuat posisinya di pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priatama Arifin
"Skripsi ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan untuk menganalisa dampak kepemilikan terhadap efisiensi teknis industri semen Indonesia. Dengan mengambil sample data tahun 2003-2011, penelitian ini ingin melihat dampak dari kepemilikan terhadap efisiensi teknis industry semen di Indonesia. Untuk mengukur tingkat efisiensi teknis industri, penelitian ini menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA). Sedangkan untuk mengetahui dampak kepemilikan, penelitian ini menggunakan variabel dummy kepemilikan yang kemudian diregresi terhadap nilai efisiensi teknis industri dengan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi teknis pada industri semen Indonesia.

This thesis is the first study to analyze the effect of ownership on the technical efficiency of the Indonesian cement industry by using data set on plant level from 2003 to 2011. Stochastic Frontier Analysis model is used to estimate the technical efficiency level of the industry. Furthermore, the ownership variable is regressed with the technical efficiency through Generalized Least Square Method. The study conclude that that foreign ownership has a positive and significant effect on technical efficiency score of the Indonesian cement industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S58704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felder, Mickey
"Didalam memasuki era 1990 kebutuhan atas manajemen distribusi dirasakan sangat diperlukan perusahaan di Indonesia didalam menghadapi gejolak ekonomi yang semakin tidak menentu, adanya persaingan yang ketat antara perusahaan di dalam industri yang sejenis atau terbukanya kesempatan untuk memasuki segmen pasar yang baru baik di dalam negeri maupun dì luar negeri, membuat perusahaan untuk merencanakan, mengatur, dan mengendalikan sistim manajemeri distibusinya.
Bagi industri semen masalah manajemen distribusi ini juga menjadi salah satu pokok masalah, khususnya masalah transportasi yang akan digunakan. Selama ini, transportasi yang digunakan oleh seluruh pabrik semen di Indonesia untuk mengangkut semen dan pabrik selalu menggunakan truk. Sedangkan kalau melihat dari karakteristik semen sendiri, barangnya bersifat "bulky" sehingga dibutuhkan alat transportasi yang dapat mengangkut banyak dan secara relatif murah.
Tujuan penulis untuk meneliti lebih mendalam mengenai pola distribusi semen ini, karena ingin melihat apakah ada kemungkinan ataupun alternatif bagi distribusi semen sehingga biaya distribusi nantinya dapat ditekan. Penelitian dilakukan di PT. Indoement Tunggal Prakarsa yang merupakan produsen semen terbesar di Indonesia
Pendekatan analisa yang dilakukan adalah dari segi biaya transportasi maupun kecepatan, dan akses yang dimiliki oleh cara transportasi yang dipergunakan. Dan hasil analisa tersebut maka didapat beberapa kesirnpulan yaitu ;
1. Alat transportasi truk masih merupakan pilihan utama karena mampu mengantarkan secara langsung dari pabnik produsen ke konsumen (untuk daerah Jawa). Dari segi biaya dan kecepatan, alat angkut ini secara relatip Iebih baik dibandingkan angkutan darat lainnya yaitu kereta api. Diperkirakan alat transportasi ini masih akan menjadi prioritas utama untuk masa?masa mendatang selama pra-sarana untuk angkutan kereta api belum ditambah dan sistimnya diperbaiki. Namun untuk itu diperlukan pengaturan antrian truk yang baik dan tentunya pra?sarana jalan yang memadai.
2. Alat angkut kereta api masih belum banyak digunakan untuk mengangkut semen, menurut data DPS Pada periode 1980 sampai dengan 1986 di Jawa, rata?rata hanya 7,5 % dari seluruh hasil produksi semen diangkut dengan kereta api. Hal ini disebabkan karena Pra--sarana berupa gerbong serta pergudangan di stasiun yang belum memadai.
3. Alat angkut kapal laut sangat penting untuk pengangkutan ke luar pulau Jawa. Produk semen harus bersaing dengan produk?produk lainnya agar mendapat tempat untuk diangkut. Pihak perusahaan memiliki sendiri gudang di Pelabuhan yang berfungsi untuk menyimpan barang yang akan diangkut ke luar pulau. 4. Selain gudang di pabrik dan Tanjung Priok, perusahaan, tidak memiliki gudang di tempat lain. Fasilitas Perggudangan di kota?kota lain seperti di Bandung atau di Surabaya dimiliki oleh pihak distributor.
dari hasil analisa yang dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan suatu pra?sarana Jalan kereta api dari lokasi pabrik ke stasiun Bekasi. Sehingga nantinya akan diperoleh alternatif transportasi semen dari pabrik ke tempat penjualan, selain itu sarana kereta apÍ tersebut dapat dipergunakan untuk mengangkut bahan bakar batu bara dari Cigading. Sehingga nantinya akan dapat diperoleh biaya transportasi yang efisien. Dimasa mendatang seandainya pra?sarana jalan kereta api jadi dibangun, maka diperlukan Juga untuk membangun facilitas pergudangan di stasiun?stasiun pada daerah?daerah potensil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T1746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso Tanuwibowo
"ABSTRAK
Usaha radio di Indonesia kurun waktu 5 tahun terakhir ini dalam keadaan stagnan
karena berbagai faktor, di antaranya : pembatasan kekuatan daya pancar, dan maraknya
usaha pertelevisian nasional. Meski demikian usaha radio di masa mendatang tetap
mempunyai potensi yang besar, apalagi bila dibarengi dengan deregulasi.
Radio Sonora saat ini merupakan pemimpin pasar usaha radio swasta di Indonesia,
setidaknya bila dilihat dari penghasilan dan kemampulabaannya. Sampai sejauh ini
Sonora tetap dapat bertumbuh baik, sehingga posisinya semakin mantap dan sekaligus
mampu bertahan menghadapi gelombang investasi usaha televisi yang semakin gencar.
Keberhasilan Sonora ini setidaknya membuktikan bahwa bila usaha radio dikelola
secara baik, jeli membidik pasar, dan menggunakan pendekatan strategi bersaing yang
tepat, usaha ini masih bisa tumbuh baik di tengah persaingan yang semakin ketat.
Meski demikian, di masa mendatang peran pemerintah di dalam menciptakan kondisi
usaha yang kondusif jelas amatlah penting. Berbagai deregulasi seperti peninjauan
kembali pembatasan daya pancar dan perpanjangan waktu siaran, akan berdampak
positif bagi radio swasta nasional di masa mendatang.
Dengan deregulasi - diharapkan dapat dilaksanakan dalam waktu dekat - radio swasta
akan mampu memperkuat diri menghadapi kemungkinan masuknya media asing ke
Indonesia, makin merebaknya televisi dan media cetak, serta makin meningkatnya
kegiatan pembangunan. Dengan deregulasi sejak awal, maka radio swasta mempunyai
waktu cukup leluasa untuk lebih menyiapkan diri menghadapi persaingan.
Sementara itu, bagi Sonora sendiri - yang berada dalam posisi puncak dan didukung
grup usaha yang kuat dan sinergis - saat ini merupakan waktu yang tepat untuk
mengkaji dan mengejawantahkan strategi bersaing dan pengembangan usahanya secara
lebih konsisten dan agresif. Pilihan strategi bersaing Sonora - yang secara terselubung
menerapkan strategi diferensiasi fokus - sudah tepat, tinggal disempurnakan dan
dilaksanakan secara lebih konsisten dan terencana, dengan dukungan paket acara yang
lebih bervariasi, dan inovatif. Paket acara yang terlalu baku - baik substansi maupun
durasi - akan kurang menarik calon pendengar baru.
Hal lain yang tak kalah penting dan mendesak adalah keharusan bagi Sonora untuk
lebih agresif melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha yang disarankan
adalah dengan mendirikan radio baru di luar Jakarta (strategi pengembangan pasar)
atau mendirikan radio yang berbeda segmen (strategi pengembangan produk), baik
dilakukan sendiri, ketja sama, atau melakukan akuisisi terhadap radio yang sakit.
Dengan cara ini posisi bersaing Sonora akan semakin kuat.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian S. Herlambang
"ABSTRAK
Industri semen di Indonesia sekarang sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, karena peningkatan permintaan semen disertai dengan perluasan
kapasitas perusahaan-perusahaan semen di Indonesia. Pada tahun 1993 Indo
nesia akan mengalami kelebihan kapasitas kurang lebih 9.502 ribu ton yang harus
dicarikan pasar di pasar internasional. Itu berarti tiga kali peningkatan ekspor
semen tahun 1989.
Tetapi selama ini ekspor semen dari Indonesia, yang telah mampu menunjang
perolehan devisa sejak tahun 1985, mengalami hambatan dari dalam negeri
sendiri yaltu bila pasar dalam negeri mengalami kekurangan semen dan harga
membumbung tak terkendali pemerintah menghentìkan ekspor semen. Bahkan
pada bulan Oktober 1990 penghentian ekspor semen disertai dengan pembebasan
bea masuk untuk impor.
Situasi semacam ini bila dibiarkan terus-menerus tanpa dicarikan jalan
keluar dan ditangani secara nasional, akan merusak citra produsen semen
Indonesia dimata mitra dagangnya di luar negeri. Bila eksportir semen Indonesia
di luar negeni tidak dapat dipercaya lagi, maka dalam jangka panjang akan
sangat membahayakan.
Bila melihat potensi permintaan pasar semen internasional dan potensi In
donesia untuk melakukan ekspor, sebetulnya Indonesia mempunyai kekuatan yang
sangat besar untuk melakukan ekspor semen. Untuk wilayah Asia, Indonesia
mempunyai biaya transport yang paling murah. Padahal di dalam industri semen,
biaya angkutan merupakan unsur biaya yang dominan. Di samping faktor
kelebihan kapasitas, secara ekonomis pasar ekspor lebih menarik dìbandingkan
pasar di dalam negeri, karena pada pasar domestik harga telah ditentukan
pemerintah melalui HPS (Harga Pedoman Setempat).
Indocement sebagai perusahaan semen terbesar dengan lokasi produksi
terletak berdekatan dengan wilayah pemasaran domestik yang paling potensial
yaitu DKI dan Jawa Barat dan dengan fasilitas-fasilitas penunjang ekspor seperti
fasilitas transportasi menuju pelabuhan ekspor yang dimiliki sangat berkepentingan
untuk menyelesaikan masalah ekspor semen karena bila pasar di dalam negeri
mengalami stagnasi, maka akan berpengaruh buruk terhadap Indocement. Masalah
ini harus diselesaikan secara terpadu dengan memperbaiki kelancaran pasok
semen di dalam negeri terlebih dahulu, yaltu dengan melakukan pemantauan
produksi semen nasional, sehingga risiko eksportir Indonesia dapat diperkecil.
Kekosongan semen didalam negeri sebaiknya tidak diatasi dengan penghentian
ekspor semen, tetapi sebaiknya diatasi dengan cara impor, sehingga kontrak
ekspor yang telah disepakati tidak tertanggu dan reputasi eksprotir semen In
donesia diluai negeri tetap terjaga dengan balk. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan investasi pabrik di negara lain sehingga pasar internasbflal
dapat dipasok balk dan indonesia maupun dan negara lain tempat didirikanflya
pabrik milk produsen semen Indonesia tersebut.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Hafiza Saptomo
"Semen sebagai salah satu material yang penting dalam melakukan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan negara maupun daerah. Dengan meningkatnya permintaan semen yang ada di Indonesia, maka akan menyebabkan adanya akibat yang berhubungan dengan peningkatan produksi semen. Dalam kegiatan produksinya industri semen melibatkan polusi udara, konsumsi energi, dan emisi CO2 di seluruh dunia. Sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan, perusahaan-perusahaan semen di Indonesia dan dunia memiliki tanggung jawab untuk menerapkan green manufacturing di lingkungan perusahaan. Maka, riset ini dilakukan guna memberikan rekomendasi bagaimana perusahaan dapat meningkatkan performa penerapan green manufacturing di perusahaan penghasil semen untuk mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan perusahaan akibat proses produksi. Adapun alat yang menjadi alternatif dalam pemilihan ini adalahcarbon capture utilization and storage, direct air capture, waste heat recovery dan modern burner. Pemilihan alternatif dilakukan menggunakan metode AHP-TOPSIS dengan data yang dihimpun dari 8 responden ahil yang sudah bekerja + 10 tahun pada industri terkait. Hasil yang diperoleh adalah perusahaan dapat menerapkan penggunaan carbon capture utilization and storage sebagai alternatif 1 dan waste heat recovery sebagai alternatif kedua.

Cement is one of the important materials in carrying out development to increase national and regional income. With the increasing demand for cement in Indonesia, there will be consequences associated with an increase in cement production. The production activities of the cement industry involve air pollution, energy consumption, and CO2 emissions around the world. To preserve the environment, cement companies in Indonesia and the world are responsible for implementing green manufacturing in the corporate environment. So, this research was conducted to provide recommendations on how companies can improve the performance of implementing green manufacturing in cement-producing companies to reduce CO2 emissions produced by companies due to the production process. The alternative tools in this selection are carbon capture utilization and storage, direct air capture, waste heat recovery, and modern burners. The alternative selection was carried out using the AHP-TOPSIS method with data collected from 8 expert respondents who had worked for 10 years in the related industry. The results obtained are that companies can implement the use of carbon capture utilization and storage as the first alternative and waste heat recovery as the second alternative. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mestika Zed, 1955-
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001
900 MES i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Difi Nuary Nugroho
"Implementasi Kebijakan Zero Over Dimension Overload (O.D.O.L) ini terhadap pabrik semen di Citeureup ini akan berdampak kepada lamanya waktu pelayanan yang akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah truk yang masuk kedalam Pabrik Semen. Kondisi pengisian semen curah pada pabrik Citeureup ini sebelum penerapan regulasi Zero ODOL, terdiri dari 3 jenis truk yaitu jenis tronton dengan kapasitas 20 dan 35-ton dan truk trailer dengan kapasitas 60 ton, namun setelah penerapan regulasi menjadi seperti data grafik diatas. Hal ini menyebabkan jumlah truk menjadi 2,5 kali lipat. Laporan praktik keinsinyuran ini menganalisis dengan pendekatan aspek teknis, profesionalisme, kode etik dan K3L dalam rekayasa pemasangan jembatan timbang untuk pengendalian dalam pengisian semen curah dalam pemenuhan regulasi Zero Over Dimension Overload pada pabrik semen di Citeureup, Jawa Barat.

The implementation of the Zero Over Dimension Overload (O.D.O.L) Policy for the cement factory in Citeureup will have an impact on the length of service time which will increase in line with the increasing number of trucks entering the Cement Factory. The conditions for filling bulk cement at the Citeureup factory before the implementation of the Zero ODOL regulation consisted of 3 types of trucks, namely 20 and 35-ton tronton trucks and 60-ton capacity trailer trucks, but after the implementation of the regulations it became like the graphic data above. This causes the number of trucks to be 2.5 times. This engineering practice report analyzes the approach to technical aspects, professionalism, code of ethics and K3L in engineering the installation of weigh bridges for control in bulk cement filling in compliance with Zero Over Dimension Overload regulations at cement factories in Citeureup, West Java."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Suhud Victor Hugo
"Perkembangan Industri Media Cetak memasuki babak barn dengan dicabutnya kebarusan memiliki Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) oleh Menteri Penerangan M Yunus Yosfiah pada pertengahan 1998. Hal itu membuat banyak pemain baru masuk dalam industri tersebut. Akibatnya kompetisi dalam industri menjadi meningkat.
Dari jumlab penerbitan pers yang cuma sekitar 289 buab sebelum reformasi, maka pada akhir 1998 sudah tercatat sekitar 871 penerbitan pers dengan aneka format di seluruh tanah air. Jumlah itu terus bertambah bingga puncaknya pada akhir 1999 yang mencapai 1687 penerbitan pers.
Untuk dapat bertahan di industri media cetak, terutama surat kabar barian , para pemain barus jeli melibat pasar yang akan dilayaninya. Surat kabar barus paham betul siapa saja pembacanya sebingga dapat memuaskan atau memenuhi kebutuhan pembacanya.
Tujuan penelitian ini adalab menganalisis kondisi yang dihadapi surat kabar barian Media Indonesia dan memberikan rekomendasi strategi bersaing yang dapat digunakan oleb surat kabar harian Media Indonesia.
Metode penelitian menggunakan studi literatur dan penelitian lapangan. Penelitiannlapangan dilakukan melalui wawancara serta dengan penyebaran kuisioner kepada 30 orang pembaca yang bennukim di daerah Cililitan, Jakarta. Pemilihan sample dilakukan berdasarkan metode nonprobablity sampling. Untuk melengkapi basil penelitian lapangan , ditambahkan basil riset yang pemah dilakukan oleb Media Indonesia pada tahun 1997. Penulis menyadari keterbatasan jumlah sampel dan area penyebaran menyebabkan basil survey tidak dapat ditarik kesifilpulan secara umum (general).
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dalam kerangka lima kekuatan bersaing yang terdiri pendatang baru, produk pengganti (substitusi), pembeli, pemasok, dan persaingan di dalam industri , untuk dapat merumuskan strategi bersaing Media Indonesia.
Berdasarkan penilaian pembaca (basil survei) terhadap kriteria rubrik-rubrik yang disajikan, kualitas penulisan setiap berita menunjukkan bahwa Kompas adalah paling unggul, disusul Media Indonesia dan Republika. Namun dalam hal tampilan/cetakan Media ternyata dapat mengungguli Kompas.
Dari hasil analisa terhadap pembeli/pembaca terlihat bahwa posisi tawar pembeli/pembaca tidak cukup besar untuk dapat menekan penerbit surat kabar, khususnya surat kabar yang telah memiliki nama. Hal itu merupakan keunggulan tersendiri bagi surat kabar besar dibandingkan surat kabar baru. Intensitas persaingan dalam industri surat kabar telah mencapai tingkat yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari ketatnya masing-masing surat kabar menjaga area pemasarannya.
Sehingga tidak mudah untuk setiap surat kabar masuk ke daerah yang telah dikuasai pesaingnya. Bahkan untuk perluasan pasar ke daerah, surat kabar nasional akan menghadapi persaingan ketat dengan pesatnya pertumbuhan surat kabar lokal.
Ancaman dari produk pengganti televisi dan radio cukup tinggi terhadap industri surat kabar. Namun hal itu dapat dieliminir karena surat kabar memiliki keunikan yang dapat membedakannya dari produk pengganti tersebut, yaitu kelengkapan data dan kedalaman analisis.
Kehadiran pendatang barn tidak menjadi ancaman yang berarti karena surat kabar yang lama telah memiliki keunggulan dalam mutu berita, mutu cetak, penguasaan distribusi dan memiliki percetakan sendiri. Sehingga amat sulit bagi pemain baru untuk dapat mencuri pangsa pasar dari surat kabar yang terlebih dahulu telah ada dan kuat di pasaran.
Ancaman dari sisi supplier tidak akan mengganggu para surat kabar besar. Posisi tawar mereka terhadap supplier cukup tinggi karena pola pembelian dalam jumlah besar. Keadaan berbeda dihadapi para surat kabar kecil, dimana mereka lemah terhadap supplier.
Strategi yang sesuai untuk Media Indonesia adalah strategi differensiasi. Hal tersebut berdasarkan indikator bahwa Media Indonesia mampu menciptakan beberapa keunikan berupa tampilan/cetakan yang lebih unggul dan penyajian berita yang lebih berani daripada daripada Kompas. Untuk itu imej Media Indonesia sebagai surat kabar yang independen dan berani mengungkap fakta harus semakin dikembangkan. Caranya antara lain dengan menyajikan berita yang eksklusif dan berasal dari berbagai sumber. Sinergi dengan Metro TV dapat dikembangkan dalam kaitan membangun imej tersebut.
Beberapa saran yang diberikan kepada Media Indonesia diantaranya memperbaiki kualitas penyajian berita. Akurasi dan kelengkapan data yang selama ini masing dirasa kurang dari Media Indonesia dapat dibenahi melalui pemberian pelatihan bagi wartawan dan memperkuat fungsi litbang. Media Indonesia diharapkan juga melakukan penambahan berita kriminal seperti yang diinginkan pembaca. Penyajian foto berwama dalam berita-berita yang dianggap penting oleh pembaca harus menjadi perhatian. Sedangkan untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan loyalitas pembaca dapat dilakukan dengan cara memberikan diskon berlangganan dan penyelenggaraan undian. Untuk menerobos pasar baru di daerah perlu dilakukan keijasama dengan surat kabar daerah/lokal. Dalam 3 tahun ke depan, Media indonesia sebaiknya juga telah dapat menerapkan teknologi cetak jarak jauh."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>