Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leirissa, Richard Zakarias
"A controversial book on the history of the VOC in the seventeenth century was written by François Valentijn, a preacher in the payroll of the Dutch East India Company (VOC). The book (eight volumes), published in 1724-1726, was known by its popular title Oud en Nieuw Oost-Indiën. Most of the materials in the book were pirated from other sources without acknowledging their authors as is the proper practice of historiography. But as to its style, a number of Dutch writers appreciated its esthetic qualities. Beside that, the book is indeed useful to historians today because some of the materials pirated in the book have now been lost forever."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wachid B.S., 1966-
"The ecstatic experience of a Sufi often drives him or her to producing such unusual sayings ordinarily called as shathiyya, which are sometimes problematic for common people. This is due to the fact that the expressions are not in common language; they are articulated in “the language of heart”, which is figurative and symbolic, since they state conative experiences. In this regard, love poems with their erotic expressions are chosen as a media for a Sufi’s reflection. In addition, the writer discusses the rationale of Sufis in connection with their erotic-love poetic illustrations. Some poems of Sufi Poets, such as those of Sana’i, Rabi‘a al-Adawiyya, Sa‘di, Jami‘,and Amir Hamzah, are elaborated for a further appreciation of the Sufis’ shathiyya."
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005
297 JAMI 43:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intarina Hardiman
"ABSTRAK
Penelitian terhadap novel Sembazuru bertitik tolak akan adanya berbagai pendapat dari beberapa tokoh sastra mengenai nilai-nilai yang dimiliki suatu karya sastra pada umumnya dan novel Sembazuru sebagai suatu karya sastra yang baik pada khususnya. Sebagai sebuah karya sastra Sembazuru diharapkan me_miliki hal-hal yang berhubungan dengan estetika dan juga suatu moral (Etika) yang merupakan amanat yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Dalam upaya mencari adanya nilai-nilai estetika dan etika dalam Sembazuru, penulis meneliti bagian struktur dan isi novel dan dipaparkan dalam bab III dan IV skripsi ini. Dari hasil penelitian penulis ternyata di dalam novel Sembazuru terkandung nilai-nilai etika dan estetika baik dalam struktur maupun isinya. Struktur dan isi novel saling mendukung dalam rangka penyampaian kedua nilai tersebut. Kawabata Yasunari, sang pengarang, telah memasukkan kedua nilai tersebut secara bersamaan dalam setiap unsur cerita."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Herdiani
"Pesatnya pertumbuhan industri fashion dinilai menjadi penyebab utama munculnya era fast-fashion yang membawa eksternalitas negatif berupa kerusakan lingkungan di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Indonesia, sebagai negara yang nilai-nilai keagamaan melekat pada masyarakatnya, telah menarik perhatian penulis untuk meneliti tentang bagaimana pola konsumsi produk fashion yang dilakukan oleh masyarakatnya. Hal ini dikarenakan tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk membuat kerusakan, termasuk dalam hal kegiatan pembelian produk fashion yang dalam proses pembuatannya banyak mengorbankan orang lain maupun lingkungan. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiositas, green thinking, dan green altruism terhadap intensi mengonsumsi produk sustainable fashion di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dan melibatkan 522 responden di Indonesia. Dengan mengadopsi model Theory of Planned Behavior, hasil penelitian menunjukkan bahwa religiositas berpengaruh positif signifikan terhadap intensi pembelian produk sustainable fashion melalui variabel attitude towards behavior dan perceived behavioral control, sementara subjective norms terbukti tidak signifikan. Lebih lanjut, green thinking ditemukan berpengaruh positif signifkan terhadap intensi pembelian produk sustainable fashion, sedangkan green altruism terbukti tidak signifikan. Berdasarkan hasil koefisien determinasinya, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memfokuskan pada penggunaan variabel independen yang lebih bervariatif, serta dapat menghimpun responden dengan latar sosio-demografis yang lebih seimbang agar dapat membuka analisis lainnya dan menambah khazanah pengetahuan pembaca.

The rapid growth of the fashion industry is considered to be the main cause of the emergence of the fast-fashion era which brings negative externalities in the form of environmental damage in the world, including in Indonesia. Indonesia, as a country that has religious values attached to its people, has attracted the author to examine how the consumption pattern of fashion products is carried out by them. It is because there is no religion that teaches its adherents to cause damage, including in terms of buying fashion products, which in the manufacturing process sacrifice other people and the environment. Against this background, this study aims to analyze the effect of religiosity, green thinking, and green altruism on the intention to consume sustainable fashion products in Indonesia. This study used a quantitative approach with the Structural Equation Modeling (SEM) analysis method and involved 522 respondents in Indonesia. By adopting the Theory of Planned Behavior model, the research results show that religiosity has a significant positive effect on purchase intentions of sustainable fashion products through the attitude towards behavior and perceived behavioral control, while the subjective norms proves to be insignificant. Furthermore, green thinking was found to have a significant positive effect on the purchase intention of sustainable fashion products, while green altruism proved to be insignificant. Based on the results of the coefficient of determination, further research is expected to focus more on the use of a more varied independent variable, and to gather respondents with a more balanced socio-demographic background in order to open up other analyzes and add insight to the reader's knowledge."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Kusumawardhani
"Pertunjukan seni musik menjadi sebuah pertunjukan yang menonjolkan nilai estetis, namun di sisi lain juga telah mengalami komodifikasi. Industri budaya dan penciptaan budaya massa telah memungkinkan musik tidak lagi menjadi sekadar seni, namun telah menjadi komoditas. Hal ini ditunjukkan dalam fenomena yang ditunjukkan dalam beberapa konser seni musik di Indonesia. Namun dalam hal ini, sebenarnya masih ada pertunjukan musik yang mengutamakan nilai estetika dan kebebasan mencipta dan menikmati karya seni. Di samping itu, seni musik saat ini terus mengalami reduksi dan degradasi yang menghasilkan standarisasi yang cenderung konformis dan fetis, sehingga bukannya membebaskan manusia selayaknya hakikat seni yang sesungguhnya, namun justru menjebak manusia dalam fetisisme komoditas. Adorno dalam Teori Estetikanya menjelaskan tentang seni musik populer yang berbeda dengan seni musik budaya tinggi yang dicontohkan oleh karya-karya musik klasik. Baginya, seni musik yang ideal adalah seni musik yang penuh kebebasan dan mampu melepas keterasingan manusia dari kehidupannya.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa seni musik, khususnya di Indonesia, telah mengalami komodifikasi dan fetsisime komoditas musik sudah nyata terjadi. Tidak hanya pada musik populer, namun juga pada musik klasik itu sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk melepaskan seni musik dari kepentingan-kepentingan ekonomi dan ideologis dengan mengutamakan nilai estetis dan hakikat seni itu sendiri, yakni untuk liberalisation dan revelation.

Musical art performance has become a show with aesthetical value that in the other hand experiences commodification. Cultural industry and mass cultural producer have allowed music to not only become art, but also commodity. This is shown by the phenomena of several musical concerts in Indonesia. At the same time, musical art these days keeps on experiencing reduction and degradation that result to standardization which tends to be conforming and fetish. Thus, instead of liberating people as what true art does, it leads people to commodity fetishism. Adorno in his Aesthetic Theory explains about popular music art which is different than high cultural art such as classical music artwork. To him, ideal musical art would be the kind of musical art which is liberating and able to release people?s alienation from their life.
This research explains that musical art, particularly in Indonesia, has experienced commodification and that commodity fetishism has been seen happening in reality. Not only to popular music, but also to classical music itself. Therefore, efforts to free musical art from economic and ideological interests are needed by implementing its true values which are liberalization and revelation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Elvriza
"ABSTRAK
Masa cohabitation pertama pada Republik V Prancis dimulai dengan diangkatnya Jacques Chirac sebagai perdana menteri. Presiden Prancis Francois Mitterrand memilih Jacques Chirac sebagai perdana menteri setelah koalisi partai kanan berhasil memenangkan pemilihan legislatif tahun 1986.
Francois Mitterrand yang berasal dari Partai Sosialis dan beraliran kiri harus bekerja sama dengan Jacques Chirac dari RPR (Rassemblement pour la Republique) yang beraliran kanan untuk menjalankan pemerintahan. Banyak konflik yang timbul karena perbedaan politik di antara keduanya.
Saling akomodasi antara Francois Mitterrand dan Jacques Chirac terjadi pada saat pembentukan kabinet. Jacques Chirac menyetujui untuk melibatkan Francois Mitterrand dalam pembentukan kabinet. Sebagai gantinya, Jacques Chirac meminta dilibatkan dalam pengambilan keputusan masalah luar negeri. Namun, pada saat penetapan kebijakan, tidak ada akomodasi di antara keduanya. Francois Mitterrand menolak kebijakan yang diambil oleh cabinet Jacques Chirac dengan cara menolak menandatanganinya atau melalui wakil-wakilnya di parlemen.

"
2001
S13453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartono Mohamad
Jakarta: Grasindo, 1995
362.11 KAR r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Murzal
"Pembahasan dalam skripsi ini bertujuan untuk membandingkan beberapa unsur struktur dalam novelet Titaantjes dan novel Valentijn, terutama unsur-unsur penokohan (personage), perspektif (perspektief), dan tema serta motif kedua karya itu. Dalam hal ini persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan unsur-unsur tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S15879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Kutha Ratna
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007,
801.93 Rat e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>