Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peter J.M. Nas
"In this essay we present three case studies of Peru, Jamaica and Indonesia to illustrate the use of the concept of race in daily life in relation to labour, popular culture and beauty respectively. These cases demonstrate how the use of the concept of race changes in the transition from a colonial into a postcolonial setting, depending on the role of the state and nation building. In Peru, we see a clear continuation of racialized thinking; thinking and speaking in terms of ?race? is still the norm. In Jamaica we find a process of inversion: the concept of race is maintained as a frame of societal analysis, but blackness is revalidated and has become a prerequisite for national and cultural belonging. In Indonesia racialized categorizations have disappeared almost completely as "race" has become subjected to the development rhetoric, which just allows limited space for ethnic manifestations. However, discrimination on other rhetorical basis, such as non-citizenship, remains."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Ratna Panji Putri
"Setiap manusia memiliki teritori pribadinya masing-masing yang merupakan batasan dalam berhubungan dengan orang di luar dirinya. Di lain pihak, manusia merupakan makhluk sosial. Hal tersebut membuat manusia tidak dapat hidup sendiri dan akan berinteraksi sosial dengan manusia lainnya. Saat terbentuk sebuah kelompok dari interaksi yang terjadi antar manusia tersebut, maka mereka akan membentuk sebuah teritori yang menjadi batasan yang kasat mata bagi orang asing di luar kelompok mereka. Orang yang tergabung dalam suatu teritori kelompok akan merasakan ikatan emosi yang kuat dengan teritori tersebut dan akan berusaha untuk melindungi teritori kelompoknya dari serangan pihak luar. Intervensi teritori hampir dapat dikatakan tidak mungkin terhindarkan. Namun, setiap orang memiliki cara masing-masing dalam menangani intervensi tersebut. Reaksi yang dikeluarkan oleh orang dewasa berbeda dengan reaksi anak kecil yang cenderung masih labil dan reaktif. Intervensi teritori pada wilayah anakanak mungkin dapat menyebabkan perselisihan yang besar.

Every human has their own territory which is a limitation in dealing with people outside of themself. On the other hand, humans are social beings. It makes a human can not live alone and will interact socially with other human beings. When forming a group of interactions that occur between people, they will form a territory that became visible limits to foreigners outside their group. People who are members of a group territory will feel a strong emotional bond with the territory and will seek to protect the territory from intervention outside their group. We can always say that interventions of territory will appear. However, everyone has their own way in dealing with these interventions. Reaction from adults are different from young children who tend to be still unstable and reactive. Because of that, intervention in the area of children`s territories may cause great strife."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1730
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mamoto, Retno Sukardan
"Yasmina Khadra, a female name, pseudonym of Muhammed Moulessehoul, an Algerian military officer for 25 years is now a French citizen. John Cullen translates The attack (2006) from French. Rosenau?s post-modernist perspective places the Israel-Palestine conflict in a context of social gap. Israel, a First World, whereas Palestine Third World, are both in the Middle East region. Amin Jaafari and his wife, Sihem, a couple of Arab naturalized citizens of Israel, live in urban cosmopolitan city of Tel Aviv. Opposing Amin?s success as a surgeon, Sihem is more attracted to fight for the Palestinian liberation for a homeland. Sihem camouflaged herself with prosthetic pregnancy, blew bombs in a Tel Aviv café, and died. McLeod?s postcolonial point of view places Sihem as a hero. Woodward?s concept of identity addresses the Jaafaris? troubled identity. Thus, opposition against urban cosmopolitan setting is the central theme as a notion of identity of that of the protagonists responding to their set situation."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Mudana
"Komodifikasi merupakan proses yang tidak hanya berhubungan dengan bagaimana produksi menjadi produk massa, tetapi juga berhubungan bagaimana produk tersebut dapat didistribusikan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Seni lukis wayang Kamasan merupakan fenomena komodifikasi dan industri kreatif yang menarik untuk dikaji secara kritis dengan pendekatan culture studies untuk mengetahui keinginan pariwisata. Sebagai alat analisis digunakan teori teori komodifikasi. Metode yang digunakan mengkaji penelitan komodifikasi adalah metode kritis yang bersifat emansipatoris, melibatkan pelukis,dan pelaku bisnis (industri pariwisata). Hasil penelitian ini; (1) produksi seni lukis wayang Kamasan sudah terjadi pengkaburan makna dari makna simbolik menjadi makna ekonomi, keos (brecolage) dan menjadi produksi massa, (2) distribusi seni lukis wayang Kamasan di pasar sangat dinamis, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal tetapi juga pasar global berupa produk kreatif. (3) konsumsi seni lukis wayang Kamasan tidak hanya oleh masyarakat lokal sebagai persembahan, tetapi juga oleh pariwisata sebagai souvenir."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Gde Bagus Udayana
"Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2, Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali yang menekankan pentingnya tri hita karana dalam pengemban¬gan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-benar menunjukkan aplikasi falsafah tri hita karana. Tujuan jangka panjang penelitian ini, terwujudnya media promosi pariwisata budaya Bali yang benar-benar mengimple¬mentasi ideologi tri hita karana. Terkait dengan tujuan ini, target khusus yang hendak dicapai adalah upaya penggambaran marginalisasi ideologi tri hita karana dalam media promosi pariwisata budaya Bali.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut, berupa wawancara mendalam dan pengamatan serta penggunaan dokumen. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar, serta perusahaan di bidang panwisata maupun di bidang disain grafis di Bali. Pengamatan dilakukan terhadap billboard yang terkait dengan pariwisata serta dokumen berupa foto, brosur, leaflet, dan iklan tabloid yang mempromosikan panwisata dan diproduksi oleh para pihat terkait tersebut di atas.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Based on the result of analysis bahwa yang memarginal-kan ideologi tri hita karana pada media promosi pariwisata budaya di Bali adalah ideologi kapitalisme dan ideologi dualisme kultural. Hal ini teijadi karena pembuatan media promosi pariwisata pada dasarnya bertu¬juan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi objek yang dipromosikan. Tentu saja tujuan itu berujung pada pemngkatan perolehan keuntungan atau uang. Implikasi utama media promosi pariwisata budaya Bah yang ideologi tri hita karana-nya termarginalkan pada citra Bali sebagai daerah pariwisata adalah bahwa Bali tercitrakan sebagai daerah budaya pariwisata dan bukan pariwisata budaya."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Ayu Sri Suasmini
"Kebaya merupakan busana yang dikenakan kaum perempuan dalam setiap kegiatan upacara di Bali. Kebaya mulai mengalami perubahan dalam hal desain maupun bahan yang digunakan akibat dari perkembangan zaman, teknologi, informasi dan industri pariwisata, mengakibatkan masyarakat Bali tidak lepas dari pengaruh kebudayaan luar, yang membawa perubahan dalam berbagai kehidupan masyarakat Bali. Kanin kapitalis memanfaatkan momen ini dengan menciptakan atau membuat desain kebaya diluar dari ciri khas kebaya Bali. Hal ini dapat dilihat dari munculnya desain kebaya modifikasi yang banyak di tawarkan di pasaran dan menjadi tren. Desain kebaya modifikasi banyak dijual di pasaran, sehingga menyebabkan kaum perempuan ingin tampil trendi dengan busana yang di tawarkan tersebut. Kaum perempuan kontemporer dengan bangga mengenakan kebaya yang trendi di pasaran, pada kegiatan persembahyangan ke pura. Hal ini mengakibatkan seolah-olah kaum perempuan sudah mulai melupakan etika berbusana untuk ke pura. Hal ini tentunya dapat membuat generasi mendatang tidak akan mengetahui dan melupakan ciri khas dari kebaya Bali. Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana kebaya dijadikan sebagai representasi oleh kaum perempuan di Kota Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan kebaya ke pura, dapat mengubah cara berbusana dan gaya hidun nerempuan kontemporer. Paradigma representasi dengan pendekatan fenomenologis dan metode kualitatif digunakan pada penelitian ini. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan mterpretatif mempergunakan analisis representasi dan konsumerisme."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nengah Wirakesuma
"Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, takut.marah dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit di pasar di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran majalah buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sanga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinter- prestasi visual di balik karakter Dewata Nawa Sanga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata kendaraan mempunyai pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadan sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari sebagaiwujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang tercermin pada ekspresi wajah manusia yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Paramartha; I Wayan Suka Yasa
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPMPP Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>