Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Otto
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Dampak krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu bertahan terhadap fluktuasi kurs yang begitu dahsyat sampal mencapai Rp. 15.000,- per US$ bahkan pernah mencapal Rp. 17.000,- per US$ dan suku bunga yang melambung hingga 70 %. Dunia usaha yang paling menderita adalah bisnis perbankan yang diawali dengan dilikuidasinya 16 bank pada Bulan Nopember 1997. Fluktuasi kurs , suku bunga yang tinggi, kebutuhan Iikuiditas serta penurunan demand masyarakat akibat turunnya daya beli membuat banyak bank mengalami mismatch sehingga harus membayar mahal untuk tetap bisa bertahan. Kesulitan semakin bertambah bagi perbankan karena disatu pihak tidak ada industri yang mampu bertahan dengan tingkat bunga dan kurs yang begitu tinggi sementara itu bank harus membayar bunga kepada pihak ketiga yang menitipkan uang balk berupa tabungan maupun pinjaman kepada bank yang bersangkutan.
Permasalahan perbankan Indonesia yang meledak saat terjadinya krisis ekonomi ini sesungguhnya sudah diperkirakan akan menjadi oleh banyak pengamat ekonomi dan perbankan Kredit macet, pelanggaran BMPK, penyalahgunaan kredit likuiditas Bank Indonesia dan pelanggaran melalui produk perbankan serta teknik pembukuan untuk menampilkan kondisi keuangan yang seolah - olah memiliki tingkat kesehatan bank yang baik ditambah pengawasan dan otoritas moneter yang lemah telah menjadikan nasabah perbankan semakin kompleks. Kondisi politik yang tidak stabil kerusuhan - kerusuhan yang terjadi seperti demonstrasi, perkeIahian, penjarahan dan perusakan serta pembakaran membuat banyak perusahaan yang menjadi korban sehingga berakibat banyaknya hutang yang tidak terbayar oleh nasabah (korban). Keadaan ini menambah kesulitan bagi perbankan dimana hal ini akan berakibat membengkaknya nilai kredit macet.
Bank lndonesia yang telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencari solusi penyelesaian masalah perbankan juga belum menunjukkan hasil walaupun telah dibantu dengan dibentuknya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Oleh karena itu setiap perbankan diharapkan juga melakukan usaha lain untuk dapat mempertahankan perusahaan nya agar dapat melewati masa krisis yang berkepanjangan ini.
Penulis memilih Bank 'X' sebagai acuan dalam karya akhir ini disebabkan selama pengamatan penulis di media masa Bank ini belum pernah terdengar suara sumbang terhadap manajemen pengelolaan Bank ini. Dugaan penulis mungkin Bank ini mempunyai kiat tersendiri dalain menghadapi krisis yang berkepanjangan sehingga mampu bertahan. Jika dugaan penulis benar, maka sangat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca untuk memperoleh bekal dan pengalaman dari Bank 'X' ini dalam mencermati dan menyiasatl sualu gejala krisis khususnya bagi bisnis perbankan dikemudian hari.
Penulis melakukan penelitian dalam penulisan ini melalui usaha memperoleh data dan informasi mengensi kondisi Bank 'X' ¡ni dengail cara wawancara langsung kepada petugas bagian tereasury serta akuntansi dan didukung oleh pengetahuan serta media informasi lain seperli koran, makalah, buku-buku serta peraturan - peraturan yang berkaitan dragan pokok penulisan.
Dalam penulisan ¡ni pcnulis menyadari adanya kekurangan khususnya dalam analisa baik laporan keuangan maupun analisa GAP dan Durasi serta evaluasi kualitas manajemen kredit dan Bank 'X' ini. hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dalam mendapatkan data yang Iebih detail karena adanya peraturan mengenai kerahasiaan Bank, Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin memberikan analisa yang lebih akurat seperti dari hasil evaluasi keuangan dan tingkat kesehatan Bank 'X' menunjukkan bahwa bank ini cukup likuid dan solid, namun setelah dilakukan analisa GAP ternyata menunjukkan indikasi bahwa sesungguhnya Bank 'X' ¡ni memiliki tingkat likuiditas yang rapuh."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto
"Memasuki milenium ke tiga, semakin sulit memisahkan mana pasar lokal dan pasar global Batasan fisik tiap negara dengan mudah ditembus oleh berbagai wahana perekonomian modern Industri perbankan sebagai bagian dari perekonomian modem menjadi salah satu target proses globalisasi ini. Perbankan asing yang nota bene memiliki serangkaian keunggulan mulai dari struktur modal, luasnya jaringan , teknologi, dan kualitas sumber daya manusia yang handal menjadi bagian tidak terpìsahkan dan peta persaingan perbankan di Indonesia.
Industri perbankan nasional memang masih belum 'sehat', terutama berawal dari likuidasi sejumlah bank medio 1997, hingga kemudian mnelan korban beberapa bank lainnya. Kondisi ini semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap performa bank lokal menururn tajam. Mereka sangat mengkhawatirkan keamanan dana yang mereka simpan di bank.
Sementara itu depresiasi rupiah yang tercatat paling rendah selama tiga dasawarsa terakhir, semakin membuat perekonomian nasional terpuruk. Para debitur mengalami kesulitan menjalankan kewajiban kreditnya, mereka harus membayar mahal barang penunjang produksi dan terbebani pula oleh bunga pinjaman dan bank yang mencekik leher. Kolektibilitas debitur kemudian mengalami penurunan dan timbulah berbagai ekses dan kredit bermasalah. Bagi bank, banyaknya kredit bermasalah berarti alcan mengelembungkan dana pencadangan untuk kredit beresiko tersebut. ini berarti akan membuat rasio kecukupan modal mereka sernakin kecil. Bagi debitur hal ini berarti akan seniakin sulit berproduksi dan mungkìn pula berdampak PHK masal bagi para karvawan atau buruhnya.
Bank X, sebagai salah satu bank yang selamat dari badai krisis, mencoba menyikapi kondisi sulit ini dengan tetap konsisten menjalankan manajemen bank dengan pnnsip-prinsip prudential banking. Berbagai strategi yang diterapkan, baik untuk sisi funding maupun lending senantiasa diarahkan untuk pelayanan segmen masyarakat yang dilayaninya. Sebagai bank kelas menengah yang lebih berorientasi retail, perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dalam pelayanan nasabah, karena dalam ikiim persaingan perbanakan yang hiper kompetitif ini, terlambat mengantisipasi kebutuhan pelanggan berarti bencana besar bagi kelangsungan usaha.
Dengan berbagai keterbatasan sumber daya, bank X beruntung memiliki dukungan penuh dari kelompok usaha yang berbasiskan industri consumer goods, yang memiliki likuiditas relatif tinggi.
Pada tulisan ini penulis ingin membahas strategi yang dipakai oleh manajemen dalam rangka antisipasi krisis ekonomi yang masih belum menampakan akifir yang membahagiakan, khususnya bagi dunia perbanakan. Berbagai dorongan lingkungan baik segi makro, industri perbankan dianggap sebagai perceived information oleh manjemen yang alcan digunakan sebagai basis pengalokasian sumber daya serta kapabilitas internal perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Rubani
"Dalam era globalisasi dunia benar - benar tanpa batas Peristiwa di suatu tempat / negara segera akan diketahui bagian dunia Iainnya dan akan memberikan dampak terhadap lingkungan disekitarnya. Krisis yang melanda Thailand pada bulan Juni 1997, ternyata hanya berselang saw bulan, tepatnya tanggal 12 Juli 1997 Indonesia mulai merasakan dan memasuki kondisi : krisis yang sampai saat ¡ni masih be1un pulih dad dampak krisis tersebut. Hampir seíuruh sektor ekonomi terimbas krisis, juga sektor perbankan pada umumnya dan Bank BNI khususnya.
Bertolak dari kejadian tersebut, penulis menyusun karya akhir ini yang diberi judul Dampak Krisis Terhadap Kinerja Perusahaan dan Strategi menghadapinya, Studi Kasus Pada Bank BNI. Bank sebagai lembaga perantara (intermediary) antara pemilik dana dan yang membutuhkan dana pada masa krisis mengalami masalab mendasar yaitu meningkatnya NPL, Negative spread. Posisi Devisa Nettoo dan CAR yang negative. Kesemua faktor tersebut menyebabkan bank tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Menyikapi perkembangan dimaksud, manajemen Bank BNI mengambil langkah - Iangkah strategis yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penanggulangan dampak krisis yang dilakukan dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk memperkecil dan memperbaiki kualitas kredit / pinjaman dilakukan dengan cara melakukaJi proses restrukturisasi kredit secara lebih intensif. Untuk menekan beban negative spread secara berangsur - angsur dilakukan penurunan suku bunga dana dengan tingkat yang tetap kompetitif. Untuk mempertahankan Posisi Devisa Netto yang aman dilakukan dengan cara pengelolaan valuta asing secara Icbih ccrmat dan berhati - hati. Semuanya itu dilakukan untuk mempertahankan CAR agar tidak menurun tenis. Untuk menangkap peluang yang masih potensial dengan dukungan teknologi dilakukan terobosan - terobosan baru. Untuk rnenangkap peluang pasar dan mayoritas umat Islam dilakukan dengan membuka cabang yang beroperasional secara Syariah Islam. Bisnis ritel yang selama ¡ni belum digarap secara serius saat ini menjadi prioritas untuk dikembangkan, karena terbukti pada masa krisis bisnis ritel merupakan bisnis yang dapat bertahan terhadap turbelensi ekonomi.
2. Melakukan program restrukturisasi operasional yang bertujuan untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan. daya saing dan peningkatan laba dimasa yang akan datang, dengan melakukan pembenahan - pembenahan, seperti upaya perbaikan kualitas aktiva, peningkatan manajemen pengelolaan resiko, pendefinisian ulang strategi bisnis, efisiensi operasioflal dan restrukturisasi biaya, efisiensi dan efektifitas organisasi dan jaringan pemasaran serta perbaikan sistim manajemen dan akuntansi."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T6145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Satria
"Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan dampak negatif terhadap performance PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero ). Sebagai bagian dari upaya penyehatan perbankan nasional, pemerintah mewajibkan BRI menyusun rencana restrukturisasi yang antara lain mencakup redefinisi strategi bisnis (redefining business strategy).
Untuk itu BRI diminta fokus kepada core-businessnya yakni usaha kecil dan menengah nasional, sehingga overall strategy BRI saat ini ditujukan kepada pembatasan corporate banking business sampai maksimum 20% dari total portofolio pinjaman sedangkan sisanya pada micro, retail and mid size corporate.
Salah satu kegiatan usaha BRI yang akan terpengaruh oleh perubahan segtnentasi diatas adalah bisnis usaha devisa yang melaksanakan kegiatan transaksi ekspor, impor dan jasa-jasa luar negeri lainnya. Perubahan segmen menyebabkan perusahaan tidak dapat lagi semata-mata mengandalkan penghasilan transaksi usaha devisanya dari nasabah korporasi saja seperti yang selama ini terjadi, melainkan harus mulai mengeksploitasi perolehan penghasilan dari transaksi devisa yang mungkin dilakukan nasabah di segmen usaha kecil dan menengah.
Dalam saat yang bersamaan BRI juga harus mengantisipasi dinamika persaingan global, karena dalam era perdagangan bebas yang sudah diambang pintu bank-bank asing akan leluasa masuk di kota-kota Indonesia.
Karenanya studi ini bertujuan untuk memberikan masukan mengenat arab I strategi pengelolaan bisnis pelayanan usaha devisa yang sebaiknya diterapkan oleh BRI sehubungan dengan perubahan komposisi segmen nasabah dan sekaligus memberikan masukan hal-hal yang harus diperbaiki guna mengantisipasi dinamika global dalam persaingan perbankan di tanah air.
Untuk itu metode penelitian yang dilakukan adalah dengan mempelajari berbagai sumber informasi yang tersedia, teori, data, literatur dan lainnya serta wawancara dengan pihak-pihak yang dapat menjadi nara sumber bagi pelaksanaan studi ini.
Dari studi ini disimpulkan bahwa BRI telah dapat membangun kapabilitas dibidang usaha devisa namun masih banyak dibatasi oleh kendala yang bersifat internal, antara lain ketergantungan kepada pelaksanaan transaksi devisa oleh nasabah pinjaman khususnya mereka yang berasal dari segmen korporasi, prosedur transaksi yang rigid dan kurang memberikan fleksibilitas kepada kantor cabang untuk mengembangkan bisnis usaha devisa termasuk untuk mengakomodir pelaksanaan transaksi devisa oleh usaha kecil dan menengah.
Selain itu pengetahuan usaha devisa masih diperlakukan sebagai kemampuan khusus dan belum dianggap sebagai layanan standar yang harus dimiliki semua kantor cabang, disamping adanya , keterbatasan dalam bidang tehnologi dan strategi pemasaran yang mendukung pengembangan bisnis usaha devisa. Segmen usaha kecil dan menengah juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan segmen korporasi, baik dari segi permodalan dan jaminan yang merupakan aspek penting dari hubungan antara pengusaha dengan perbankan, maupun dari segi penguasaaan tehnis perbankan pada umumnya dan bidang perdagahgan intemasional pada khususnya.
Karenanya studi ini merekomendasikan agar BRI menyesuaikan atau merubah strategi usaha devisanya, diawali dengan business mapping untuk lebih dahulu mengetahui peta dan berbagai potensi yang ada dalam segmen yang akan dilayani, yang antara lain dapat dilakuk:an melalui survey kepada BPS, BKPM/D, berbagai organisasi asosiasi produsen I eksportir I importir.
Rekomendasi lain adalah pemberlakuan persyaratan pelayanan yang lebih sesuai dengan segmen bisnis utamanya (menengah kecil) misalnya penurunan initial deposit untuk produk jasa-jasa luar negeri, maupun perbaikan dalam proses pelayanan seperti pemberian credit line facility untuk transaksi ekspor serta redefinisi peranan kantor cabang, terutama dengan menjadikan layanan devisa sebagai layanan standar tiap kantor cabang.
Selain itu direkomendasikan juga upaya promosi internal dan eksternal, baik untuk memperkenalkan budaya layanan yang barn maupun untuk memperluas basis nasabahnya tanpa meninggalkan nasabah devisa yang sudah ada selama ini serta tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian.
Sedangkan untuk memperbaiki kapabilitas dibidang usaha devisa, disarankan agar BRI melakuk:an aliansi strategis terbatas dengan international bank yang memiliki karakteristik yang mirip dan kesamaan segmen nasabah. Untuk melakukan penetrasi pasar direkomendasikan kerjasama dengan berbagai organisasi asosiasi produsen I eksportir I importir, juga pelaksanaan aliansi strategis terbatas dalam bentuk pelaksanaan transaksi devisa bagi nasabah bankbank yang belum berstatus bank devisa maupun dengan BPD di seluruh Indonesia yang saat ini lebih berfungsi sebagai Regional Bank."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bugi Riagandhy
"ABSTRAK
Perkembangan perbankan di Indonesia saat ini diwarnai dengan hadimya Bank barn
yang berasal dari penggabungan empat bank kedalam Bank X. Bank X saat ini dalam
pelaksanaan operasional memiliki paradigma barn khususnya menyangkut Visi dan Misi
bank. Pelaksanaan Visi dan Misi ditunjang dengan pengembangan wawasan perbankan.
Bank terns mengalami transformasi, untuk menjadi bank yang dinamis serta siap bersaing
secara global dengan meningkatkan mutu pelayanan perbankan melalui pencapaian kinerja
yang baik dan memuaskan.
Pengembangan usaha diarahkan kepada segmen retail dimana dalam segmen ini
terbuka peluang dalam masyarakat Indonesia. Penelitian terhadap segmen pasar ritail
telah dilaksanakan yang mendapatkan informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan konsumen
yang diinginkan. Akhimya mengarahkan kepada bank untuk dapat lebih fokus pada
segmen nasabah individu kalangan menengah-kecil, melalui rangkaian produk yang
spesifik, bersaing dan bernilai tambah. Kualitas pelayanan yang prima mernpakan
penunjang selainjaringan cabang, ATM dan teknologi perbankan.
Dengan ditunjang jaringan cabang yang tersebar di selurnh Indonesia, sumber daya
manusia yang berpengalaman, asset yang besar, pengembangan produk-produk perbankan,
budaya pernsahaan yang barn dan didukung dengan sistim teknologi perbankan, Bank X
saat ini siap bersaing dalam perbankan di Indonesia khususnya dalam sektor retail.
Mencermati perkembangan persaingan perbankan yang semakin ketat, maka fokus
studi pada karya akhir ini adalah menganalisa dan mengusulkan strategi bersaing bagi
Bank X berdasarkan keunggulan, kemampuan dan faktor-faktor yang terdapat pada
perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan kineija bank dalam meningkatkan
daya saingnya. Dengan demikian bank dapat memfokuskan kegiatan operasionalnya pada
segmen pasar retail, khususnya dalam menghadapi dinamika persaingan industri
perbankan di Indonesia dan mengidentifikasi beberapa strategi bersaing bagi Bank X
dalam rangka meningkatkan daya saingfiya dimasa yang akan datang. Untuk
menggambarkan dinamika persaingan perbankan dipergunakan beberapa bank yang berasal
dari bank pemerintah, swasta nasional dan asing.
Dari hasil penelitian pada karya akhir ini mengambarkan persaingan perbankan di
Indonesia. Persaingan perbankan khususnya pada segmen pasar retail menunjukan
persaingan yang ketat yang terlihat dari strategi yang diterapkan oleh masing-masing bank
berdasarkan sumber daya dan orientasi pengembangan produk perbankan yang dimiliki.
Strategi persaingan perbankan sekarang dikembangkan menjadi strategi persaingan
perbankan dimasa yang akan datang, beberapa bank memanfaatkan jaringan cabang dan
teknologi yang terintegrasi dengan produk-produk perbankan yang bersaing berupa
pengembangan fasilitas dan produk elektronik banking sebagai keunggulan bersaing bank
dalam menghadapi era globalisasi.
Berkenaan dengan semakin ketatnya persaingan perbankan dimasa yang akan
datang terutama dengan masuknya bank-bank asing di Indonesia, Bank X dapat melakukan
pembenahan yang bertujuan untuk mengantisipasi persaingan tersebut. Langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan mempercepat proses integrasi cabang-cabang dengan
memanfaatkan teknologi perbankan yang cepat dan efisien dan memberikan layanan berupa
produk-produk perbankan yang inovatif dan kompetitif kepada nasabahlkonsumen
terutama produk e-banking yang akan menjadi trend dimasa yang akan datang.
Penerapan strategi persaingan perbankan yang tepat khususnya dalam segmen pasar
retail akan men ghasilkan pengembangan dan penguasaan pasar yang meningkat, dengan
demikian bagi Bank X untuk dapat memenangkan persaingan dapat menerapkan strategi
bersaing yang fokus pada segmen pasar retail dengan pengembangan produk yang
bersaing, kreatif, bernilai tambah dan diminati pasar yang ditujukan untuk
nasabahlkonsumen, seperti tabungan fiesta, sertifikat deposito yang dapat dibayar dimuka
dan dipindahtangankan, memperluas jaringan ATM dan produk-produk lainnya.
Peningkatan pendapatan perbankan hendaknya dikembangkan dengan meningkatkan feebased
income sebagai sasaran pendapatan non bunga dimasa yang akan datang dan untuk
memperkuat struktur keuangan yang didukung oleh masyarakat dapat dilaksanakan
privatisasi
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T6529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iguh Nugroho Dwi Pribadi
"PT. XYZ adalah perusahaan Konsultan Pengelola Gedung yang memberikan layanan profesional kepada klien-nya untuk mengelola pengoperasian suatu gedung, biasanya gedung bertingkat tinggi atau gedung yang mempunyai tìngkat kompleksitas tinggi, sasaran dan pengelolaan ini adalah: memaksimalkan usia manfaat, mengefisiensikan dan mengefektifikan pengoperasian gedung, membantu terciptanya hubungan baik antara sesama pemilik / penghuni, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, mengelola sistem administrasi pengoperasian gedung.
Konsultan Pengelola Gedung termasuk yang terkena dampak knisis ekonomi karena pembangunan gedung-gedung bertingkat praktis berhenti ini berarti 'kue' yang diperebutkan tidak bertarnbah. Untuk itu agar dapat bertahan hidup ('survive 2 dan bahkan berkembang pada saat melewati masa knisis, perusahaan harus menerapkan strategi bisnis yang memberikan keunggulan bersaing yang berkesinambungaii ('sustainable competitive Advantage').
Berdasarkan hasil analisa strategi bisnis melalui pendekatan proses manajemen strategis Penulis mencoba memberikan beberapa saran agar perusahaan PT. XYZ mempunyai keunggulan bersaing yang berkesinambungan ('sustainable competitive advantage') sehingga PT. XYZ mampu bersaing pasea krisis ekonomi di Indonesia:
- Misi dan Goals, PT. XYZ harus mempunyai misi dan 'goals' untuk memberikan arah kemana perusahaan alcan dibawa dan apa yang harus dilakukan Misi yang disarankan adalah 'Menjadi yang Terbaik dalam Bisnis Pengelolaan Properti'. Sedangkan goals yang berorientasi kepada misi perusahaan adalah yang berkaitan dengan pangsa pasar, pengembangan produk yang berkualitas, kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, efisiensi. Stratregi Tingkat Perusahaan, Pengembangan usaha bertujuan untuk memperluas Iingkup ekonomi dan mendapatkan kekuatan pasar, pengembangan usaha yang diusulkan adalah yang masih berkaitan dengan kompetensi inti yang dimiliki oleh PT. XYZ.
- Strategi Tingkat Fungslonal, Keunggulan efisiensi yang dicapai melalui skala ekonomi, peningkatan kemainpuan pegawai, sisem penggajian berdasarkan kinerja, mempercepat arus ínfonnasi.Keunggulan kualitas yang dicapai melalui standansasi, pengembangan kualitas sumberdaya, memotivasi kaiyawan., 'benchmarking', penilaian hasil kerja.Keunggulan dalam inovasi dicapai melaiui pembentukan divisi R&D,terus memantau perkembangan teknologi, pengembangan teknlk pelatihan yang efektif, pengembangan teknlk penghematan biaya operasional Gedung. Keunggulan dalam ketanggapan akan kebutuhan pelanggan dicapai melalui survey kepuasan pelanggan, menciptakan 'image' bahwa PT. XYZ adalah pemberi layanan terbaik.
- Strategi Tingkat Bisnis Pembedaan produk dilakukan dengan pembuatan 'software' yang menjamin sistem kontrol dan pelaporan yang akurat, sistem operasi dan prosedur yang menjimm perawatan gedung secara menye1uruh sistem pelayanan yang khas dimiliki oleh PT. XYZ, diferensiasi karyawan. Fokus dilakukan dengan memusatkan pasar sasaran ke gedung-gedung dengan kualifikasi A & BKeunggulan biaya dicapai melalui efisiensi internal perusahaan & efisiensi kematupuan pengoperasian gedung.
- Strategi GlobaL Strategi global dilakukan dengan memasuki pasar ASEAN dan Timur Tengah dengan melalui beberapa hhapan dan secara tidak langsung, membuka kantor cabang, pengembangan usaha pengembangan jaringan antar cabang antar negara. Strategi Pemasaran. bisnis jasa mempunyai karakteristik utama yang sangat mempengaruhi strategi pemasaran, yaitu: tidak berwujud, tidak terpisahkan, bervariasi, mudah lenyap. Hal ini membawa konsekuensi: pelanggan jasa bergantung pada promosi clati mulut ke mulut daripada Ikian perusahaan jasa, pelanggan sangat mengandalkan harga, personil, dan petunjuk fisik untuk menilai kualitas jasa, bila puas pelanggan sangat setia dengan penyedia jasa.
- Strategi Penantang Pasar, strategi yang tepat Bagi PT. XYZ adalah sebagai penantang pasar.
- Strategi 'Segmentation, Taçgeting, Positioning' tingkat segmentasi pasar untuk bisnis konsultan pengelola gedung adalah pemasa ran cdah. Pelanggan dapat dikategorilcan sebagai segmen yang bertujuan menarik manfoat produk. Sehingga perlu tenaga pemasaran yang professional. Pasar adalah para pemilik Gedung, berupa badan (swasta dan pemerintahan) atau perorangan. Penentuan Posisi yang tepat adalah sebagai konsultan yang mengerahkan segala keniampuan dan sumberdaya yang dimilikinya untuk kepuasan pelanggan. Apabila dituangkan dalam pernyataan 'positionmg' : 'Memberi Layanan Terbaik bagi Pelanggan'.
- Strategi 7 p : Promosi promosi dali mulut ke mulut, Situs di Internet, membuat tulisan di majalah bisnis, mengajak calon pelanggan untuk ineninjau gedung yang dikelola PT.XYZ. Penentuan harga, tarif 'management fee' bervariasi tergantung dengan tingkat kesulitan, luas gedung, dan jenis layanan yang akan diberikan sebingga memerlukan keahlian dalam bernegosiaSi.. Produk agar selalu mempunyai keunggulan PT. XYZ harus mengembangkan produk pada tingkat kelima yaìtu produk potensial. Saluran, yang berfungsi sebagai penyalur layanan jaringan internet akan sangat mempermudah mempercepat arus informasi antara unit dengan pusat. Orang, karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan, dan motivasi karyawan dapat membuat perbedaan besar dalam kepuasan pelanggan, karyawan harus memperlihatkan kompetensi, sikap memperhatikan, responif, inisiatif kemampuan memecahkan masalah, dan inisiatif yang baik. Bukti fisik dapat berupa tingkat kebersihan, penampilan gedung yang dikelola oleh PT. XYZ atau catatan administratif dalam pengoperasian gedung. Proses, apabila pelanggan merasa puas dengan proses yang terjadi maka akan menjadi pelanggan yang setia dan sebaliknya.
- Strategi Implementasi, perlu dilakukan restrukturisasi organisasi dengan tujuan agar hirarki organisasi tidak terlalu vertikal, lebih fleksibel dan cepat menanggapi perkembangan, Iebih mudah dalam melakukan koordinasi. Kepemimpinan, sebagai perusahaan yang baru melepaskan diri dan induknya memerlukan suatu kemimpinan strategis yang efektif untuk merumuskan dan menerapkan strategi bisnis dengan sukses. Pimpinan puncak (Presiden Direktur) akan leblh tepat bila menerapkan gaya kepemimpinan transformasi. Sistem Kontrol Sistem kontrol yang efektif harus fleksíbel, didukung informasi yang akurat, manager harus mempunyai sikap tepat waktu. Tahapan dalam mendisain sistem kontrol yang efcktif: tentukan standard & target yang hendak dicapai, ciptakan cara mengukur dan memonitor sistem, bandíngkan antara unjuk kerja yang dihasilkan dengan target yang telah ditentukan, evaluasi hasil yang didapat dan ambíl langkah-Iangkah strategs untuk menindakianjuti tenluan yang didapat. Agar output di atas dapat terkontrol dengan efektif PT. XYZ perlu menerapkan sistem Management by Objectives (MBO)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmawan Pudji
"Kemudahan pendirian bank melalul kebijakan pakto'88 yang semula dimaksudkan untuk mempercepat financial deepening ternyata tidak disertal dengan rarnbu-rambu yang mendukung kesehatan dan prilaku para pelaku perbankan. Lemahnya kondisi perbankan terlihat jelas pada saat krisis berlangsung di kurun waktu tahun 1997-1998. Permasalahan likuiditas, suku bunga yang sangat tinggi, manajemen yang berantakan, dan pelanggaran aturan prudential banking adalah sebagian masalah yang dihadapi oleh perbankan nasional.
PT. Bank Ekonomi Raharja (Bank) sebagai salah satu perusahan yang bergerak dalam bidang usaha perbankan yang lahir setelah diberlakukannya kebijakan Pakto?88 juga tidak terlepas dan permasalahan yang melanda dunia perbankan misional tersebut pada masa krisis. Namun dengan kompetisi yang sedemikian ketat dan lingkungan bisnis yang berubah drastis, Bank masih dapat bertahan dibandingkan para kompetitornya. Keterkaitan yang sangat erat dengan group perusahaan yaitu group Wings, membuat Bank dapat survive mengarungi masa krisis. Tidak urung, Bank tetap membutuhkan strategi bersaing yang Iebih baik agar dapat terus eksis dan terus bersaing dalam industri ini. Apalagi dengan semakin dekatnya pemberlakuan Global Free Trade Area tahun 2003.
Pada penyusunan Karya Akhir ini, akan ditelusuri dan dianalisis dasar-dasar yang dapat dijadikan pertimbangan Bank untuk merumuskan dan menetapkan strategi yang kiranya dapat dllaksanakan untuk mengantisipasi tingkat persaingan dan perubahan lingkungan di masa yang akan datang.
Penelusuran dimulai dengan melakukan analisa lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal Bank. Mengacu pada analisa lingkungan tersebut, dapat diIakukan analisa lebih lanjut terhadap faktor kunci sukses (key success factor) dan SWOT Bank yang bersangkutan. Hasil analisa-analisa tersebut kemudian dikombinasikan penetamn saran yang kiranya lJak dicapal oleh Bank sehingga dapat dirumuskan suatu strategi dalam upaya tetap bertahan dan memiliki keunggulan daya saing dalam industry untuk masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil analisa, ditengah perubahan lingkungan eksternal yang demikian progresif, Bank telah memiliki progresif, Bank telah memiliki sumber daya, kemampuan dan kompetensi inti yang cukup bisa diandalkan. Keterkaitan yang erat dengan Wings group, Inik dalam repurasi, dukungan produk dan dana, lagi-lagi menjadi keunggulan daya saing bank yang signifikan dibandingkan para kompetitornya. Namun tidak urung Bank tetap dihadapkan pada permasalahan untuk tetap bisa bertahan ditengah situasi politik dan perekonomian yang kurang kondusif Kenyataan tersebut memaksa Bank untuk tidak cepat puas terhadap prestasi kinerjanya selama ini yang telah mampu memenuhi segala ketentuan yang dipersyaratkan Pemerintah (Bank indonesia), karena timbul lagi ancaman yang lebih besar, terutama yaitu akan mulai diberlakukannya global free trade area dan munculnya kebijakan-kebijakan baru Pemerintah yang sifatnya selalu membuat para pelaku perbankan semakin terjepit.
Dengan memiliki prestasi atas pencapaian strategi dalam jangka pendek dan menengah yang selama ini cukup memuaskan, Bank harus mampu merumuskan strategi Jangka panjang supaya tetap bisa bertahan. Strategi tingkat korporasi yang dapat dilakukan oleh Bank untuk mengantisipasi perubahan lingkungan di masa depan diantaranya adalah : go public, aliansi strategis, merger, restrukturisasi atu bahkan likuidasi.
Dari hasil kajian terhadap alternatif-alternatif strategi korporasi tersebut di atas, penetapan pada strategi merger pada kondisi perubahan lingkungan seperti yang terjadi di indonesia saat ini adalah pilihan yang paling realistis. Namun pada peIaksanaannya Bank akan dihadapkan lagi pada sejumlah kesulitan-kesulitan yang mengacu pada cukup besarnya kemungkinan kegagalan atas terjadinya suatu merger. Berdasarkan kenyataan tersebut pada Karya Akhir ini akan dikemukakan pula mengenai saran-Saran yang pantas dlketahui oleh Bank apabila hendak melakukan alternatif strategi merger tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubby Harijono
"Sejak krisis melanda Indonesia, sektor perbankan tak lagi terlampau mengandalkan income yang berasal dari interest spread karena negative spread yang pemah dialami, juga penyaluran kredit yang sudah tidak agresif akibat trauma kredit macet. Untuk itu bank harus mencari surnber pendapatan alternatif, dan sektor fee based saat ini mulai menjadi primadona pendongkrak income perbankan.
Ada beberapa alasan yang akan memotivasi bank untuk menggiatkan pendapatan fee basednya, antara lain:
Fee income merupakan cara untuk rneningkatkan daya saing
Meningkatkan diversifikasi peridapatan bank
Memberl jaIan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil
Relatif tidak memerlukan modal/penghimpunan dana yang besar.
Selain krisis dalam negerl, perlu diperhatikan juga pengaruh liberalisasi pasar gobaI, dengan berlakunya AFTA, APEC dan WTO yang akan membawa dampak pada perkembangan industri perbankan di Indonesia. Dl satu sisi, perbankan nasional makin memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya ke mancanegara, namun sebaliknya juga menghadapl ancaman masuknya bank-bank asing yang memiliki modal besar, memiliki reputasi internasional dan lebih berpengalaman dalam berbagal kegiatan yang menghasilkan fee based income maka perbankan nasional harus meningkatkan kinerja dan layanan agar bisa menguasai pasar domestik.
Pada prinsipnya fee based income merupakan sumber pendapatan bank selain pendapatan kredit dan sekuritas, yang umumnya berupa fee/komisi atau charges yang diperoleh dari pemberian komitmen dan Jasa-jasa. Ada berbagal jenis transaksl yang dapat dljadlkan sumber fee based income, yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategorl, yaltu : processIng, principal transactin dan advisory. Sedangkan dari sisi llngkup layanannya bisa berupa transaksl domestik dan transaksl internaslonal (lintas negara atau valuta).
Dari transaksi internasional, dapat dlperoleh Jenis Pendapatan yang Iebih bervariasi dibanding transaksi domestik, antara lain:
Pendapatan provisi/komisi dan charges
Pendapatan selisih kurs
Pendapatan in lieu of exchange
Tidak semua bank memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai di sektor jasa layanan transaksi internasional, selain harus berupa bank devisa, juga diperlukan international network yang luas, teknologi komunikasi, kelengkapan produk dan jasa yang tersedia serta reputasi internasional sebagai faktor penting dalam transaksi yang berhubungan dengan Letter of Credit (L/C), karena L/C merupakan jaminan bank yang erat terkait dengan faktor trust dan risk.
Di Indonesia Bank X termasuk bank papan atas yang memiliki aset dan customer base yang besar. Keunggulan Bank X terutama pada jumlah cabang dan ATM yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Sejalan dengan misinya sebagai the biggest payment settlement agency, dengan jaringan cabang yang on-line dan features layanan ATM yang Iengkap, Bank X cukup mendominasi transaksi domestic paymen.t Sedangkan untuk transaksi intemasonal, Bank X telah banyak mempunyai pengalaman, jaringan bank koresponden dan reputasi internaslonal cukup luas selain juga memiliki produk dan jasa yang cukup variatif. Namun demikian performance Bank X untuk transaksi internasional khususnya trade finance tidakiah sebagus market share domestiknya.
Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank X dalam meningkatkan fee based income dan transaksi international. Pembahasan difokuskan pada fee based lncomee dari International payment services dan international trade services diluar pendapatan selisih kurs. Analisis dilakukan atas setiap aspek pada lingkungan umum, Iingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan. Pendekatan terutama difokuskan pada kondisi dan Strategi Bank X dalam menghasllkan fee based dan transaksl trade servlces dan remittances, termasuk perbandingan tarlf/pricing yang ditawarkan Bank X dibanding beberapa bank pesaing dalam 3 kategori, yaitu bank pemenlntah, bank swasta naslonal dan bank asing.
Pemilihan bank koresponden khususnya depository bank juga penting untuk dianalisa mengingat fungsi bank koresponden sebagal supplier, distributor dan kasir bagi Bank X merupakan penunjang utama keberhasilan bisnis internasional. Disamping itu dari transaksl dengan bank koresponden juga menghasilkan pendapatan yang disebut rebate sharing.
Dari hasil arialisis dapat ditarik kesimpulan yang akan menjadi acuan atas pengembangan intemational business Bank X dengan tetap bersandar pada core competencnya. Beberapa rekomendasi yang diberikan meliputi:
Perluasan segnien market ke layanan transaksl antar bank, mengingat kebijakan kredit masih tersendat dan potensi Bank X cukup memadai untuk pengembangan jasa outsourcing remittances dan trade services melalui pengembangan produk L/C reissuance atau pnvate labelling.
Perlu adanya tailored service/customizadon berdasarkan prinsip eighty twenty rule atas nasabah korporasi melalul paket produk terpadu, layanan dan tarif khusus, serta bentuk-bentuk layanan lain yang Iebih speslal.
Pengembangan produk TKI remIttance dengan fokus ke negara-negara tujuan TKI. Perlu dllakukan pemasaran langsung oleh cabang-cabang Bank X di daerah kantong-kantong TKI, disamping usaha kerjasama dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja IndonesIa (PJTKI).
Pengembangan interrnationaI network melalui bank-bank koresponden yang dapat menghasilkan bisnis dan memberikan rebate yang menguntungkan.
Pengernbangan teknologl dan media transaksl terutama untuk meningkatkan bisnis layanan antar bank dengan pengembangan sistern aplikasl on-line pada client bank serta peningkatan features layanan Internet banking untuk memenuhi kebutuhan nasabah pada segmen korporasi.
Efisiensi blaya melalul sentralisasi aktlvltas back office yang low customization, sangat diperiukan untuk menlngkatkan efislerisi dan utliltas agar mencapai cost leaderhip bagi layanan outsourcing transaksl antar bank.
Dengan telah selesalnya proses divestasi saham Bank X dan kini ada Investor baru dari luar negerl sebagal mitra strategls pemerlntah, maka dlharapkan akan ada beberapa perbaikan kebijakan terutama credit policy dan perubahan orientasi untuk go international sehlngga dapat makin meningkatkan kinerja Bank X."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Ubed Midchal
"Krisis Ekonomi Asia. Pada pertengahan 1997 perekonomian global (terutama kawasan Asia) mulai tidak stabil. Mata uangnya melemah terhadap USD, sehingga banyak perusahaan jatuh dan bank dilikuidasi. Pemicunya laju sektor finansial yang melebihi sektor riil (menurut Association of Muslim Scientist) serta perdagangan uang para fund manager.
Krisis Ekonomi Indonesia akibat ketimpangan strukturnya (didominasi pelaku ekonomi minoritas), yang rawan gejolak internal/eksternal. Semula fundamental ekonomi kuat (PDB 7,6 %, 1996). Sejak Juli 1997 terpuruk : pertumbuhan 4,7% dan rupìah terus melemah dan Rp 2.430 menjadi Rp 10.000 per USD (Desember 1997). Karenanya BI menaìkkan SBI sarnpai 30% (Agustus 1997), 45 % (Januari-Maret 1998) dan 50% (Aprìl 1998). Tahun 1998 perekonomian kian buram (pertumbuhan -5%, inflasi 17%). Aktivitas dunia usaha menurun, bank menghadapi kredit macet dan dilikuidasi, sehingga membebani perekonomian nasional.
Krisis ekonomi mengimbas Bank Muamalat Indonesia (BMI) : pertumbuhan pembiayaan sektor riil turun dari 48,59 % (September 1997) menjadi 47.11% (Desember); penempatan surat berharga kian rugi, penempatan valas rugi Rp 149 M (fluktuasi USD); margin dan bagi hasil turun. Namun berkat deposan setia, layanan dan pengawasan penyaluran dana, tabungan naik 19,8 %, pembiayaan 47% dan Laba 133%, dikarenakan BMI adalah bank Syariah Islam (tidak menerapkan bunga/riba). Riba sangat dilarang Islam, dalam AI Quran (Al baqarah 275 -276, 2 78-279, Ar Rum 39, Ali lmran 130, An Nisaa 160-161) dan Hadist (sabda Rasulullah SAW, harta seorang muslim memiliki kehormatan besar, sejajar dengan kehormatan Baitullah al Haram di bulan Dulhijah pada hari An Nahar).
BMI didirikan tahun 1992 dengan modal Rp 500 milyar, Pemilik saham mayoritasnya H. Mohamad Hasan (24%) dan KH. Hasan Basri (19%). Jaringannya mencakup 37 kantor dengan SDM mayoritas sarjana (60%). Visinya adalah menjadi bank terbaik di kelasnya : Sehat (ketentuan BI dan syariah) profitable, sahamnya diminati umat Islam. jaringan luas/global. tempat berkarir dan beribadah. Misi : menunjang perekonomian Indonesia, berperan bagi umat lslam. meningkatkan kualitas kerja. Strategi dasar : pembiayaan selektif(usaha kecil) melalui lembaga Syariah. tanpa mengabaikan usaha menengah dan besar; meningkatkan mutu bulanan.produk. profesionalisme SDM, Teknologì informasi dan pengawasan perusahaan.
Strategi bersaing BMI : menjaga hubungan dengan nasabah; kerjasama dengan BPRS (pembiayaan 1.3KM) dan bank (pembiayaan skala besar); peningkatan mutu SDM, penerapan teknologi dan jaringan di dalam/luar negeri; pengendalian intern, sosialisasi produk bank Syariah (Al Wadiah, Al Qardhul ¡-Jasan, Al Mudharabah/Al Qiradh, Al MusyarakahiAl Syirkah, A! Bai ?u Bithaman Ajil, Al Murabaha dll.)
Kinerja BMI 1997 : sehat (modal, kualitas akiifa produktif, manajemen, rentabiljtas dan Iikuiditasnya), CAR jauh di atas batas minimum BI, LDR jauh di bawah batas maksimum BI. ROE dan ROA meningkat dua kali lipat, Likuiditas 8,1 % (di atas giro wajib minimum 5%). Namun NOP di atas batas maksimum BI (akibat transaksi valas antar bank). Kondisi Keuangan : aktiva meningkat 14,2 % (pembiayaan naik 47 %) sehingga pertumbuhan positif, kewajiban rneningkat 17% dan ekuitasnya 18,5 % dan total aset. Kinerja operasional : beban Operasional naik 11 ,6%. pendapatan naik 17,5%, laba bersih naik 133%, imbalan bonus dan bagi hasil naik 15%. dana terhimpun naik 16,9 %. Pembiayaan sehat (95% lancar) : bidang Perdagangan industri, jasa dan konstruksi.
Prospek bank syariah di Indonesia baik yakni penduduk mayoritas Islam, banyak yang menghindari riba, mengerti bank syariah; alternatif mengatasi krisis ekonomi: banyak lembaga dapat dimobilisasi (universitas, sekolah. masjid, pesantren, BAZ1S), belum ada penampung zakat. infaq dan shadaqah yang modern dan efektif; pangsa pasar baru 0.07 % (BMI dan 77 BPRS). Tantangan BMI : bank syariah baru (UU No 10, 1998) dan bank asing: bunga tabungan bank tinggi 20 - 25% (bagi hasil BMI 4-5%); kurang sosialisasi, modal dan SDM.
Manajemen Strategik adalah sain dan seni perumusan, penerapan dan evaluasi alternatif strategi yang terkait Lingkungan Ekstemal (Remote, Industry dan Operating Environment). Formulasinya, pertama The input Stage : merinci faktor internal-eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yang terkait BMI untuk dianalisa dengan IFE-EFE Matrix.
Kedua, The Matching Stage, menggunakan TOWS, SPACE, JE Matrix dan GSM. Faktor internal dan eksternal dicocokkan untuk pemilihan strategi. BMI pada JE Matrix terletak di area II (Growth and build). Strateginya: intensive (market penetration, market development dan product development) atau integrative (backward, forward dan horizontal integration). Pada SPACE Matrix posisinya di kuadran Aggressive, sesuai kuadran I GSM.
Terakhir The Decision Stage, dengan QSPM menguji 5 alternatif strategi terbaik dan TOWS Matrix. Nilai tertinggi Memperbanyak cabang/jaringan 5,27. Strategi ini yang disarankan bagi BMI. Pendirian cabang baru akan menarik nasabah. Kerjasama dengan bank syariah/lnvestor negara lain akan mengatasi keterbatasan modal. Dapat juga memanfaatkan lembaga Syariah sebagai kantor cabang atau menerapkan bank keliling agar menjangkau pedesaan. Strategi ini harus didukung: peningkatan SDM, optimalisasi Dewan Pengembangan Perbankan Syarjah Nasional, riset pasar/pesaing, promosi dan menyentuh UKM dan Koperasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Priyanto
"PT. Jaya Real Property,tbk adalah perusahaan pengembang property yang didirikan pada tahun 1992, dibawah induk perusahaan PT. Pembangtrnan Jaya sebelumnya perusahaan property tersebut bemama PT. Bintaro Jaya yang didirikan pada tahun 1979. Perubahan nama tersebut diikuti dengan tugas dan kewajiban yang lebih luas, yaitu mengelola Plaza Slipi Jaya, Kompleks pertokoan clan perdagangan Pasar Senin Blok IV dan V dan beberapa proyek lainnya.
Pada bulan Juni 1994, PT Jaya Real Property go publik dengan menjual saham pertamanya sebanyak 35 juta lembar saham, dengan penjualan saham tersebut maka struktur kepemilikan PT.Jaya Real Property berubah menjadi 85,11% milik PT.Pembangunan Jaya dan sisanya sebesar 14,89% milik masyarakat, yang kemudian berubah lagi pada tahun 1995 menjadi PT Pembangunan Jaya 72,61% dan 27,39% milik masyarakat.
Pengembangan usaha yang terlalu ekspansif pada saat itu menyebabkan kondisi keuangan perusahaan mengalami rugi secara finansial karena ekspansi tersebut dibiayai melalui pinjaman dengan tingkat suku bunga yang tinggi, kurs rupiah yang semakin melemah terhadap mata uang asing lainnya,melonjaknya harga bahan baku untuk pembangunan proyek - peroyek yang sedang dibangun, menurunnya daya beli masyarakat, pinjaman yang diterima dalam bentuk mata uang USD dollar tanpa melakukan Hedging dan terjadinya over supply di pasar pada beberapa produk properti.
Hal tersebut diatas adalah merupakan dampak krisis yang dialami oleh sektor property pada umumnya tidak terkecuali juga terjadi pada PT Jaya Real property tbk. Langkah manajemen melalui penghematan operasional dan penjualan aset dari sektor real estate dan gedung perkantoran cukup dapat membantu keuangan perusahaan. Subsidi antar divisi dan perubahan strategi bisnis yang obyektive perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan dan kondisi yang ada saat ini.
PT.Jaya Real Property Tbk, perlu melakukan pengkajian dan pemahaman yang mendalam atas kondisi tersebut untuk dapat membuat beberapa strategi yang tepat dan dapat dilakukan yaitu dengan memposisikan strategi pengembangan usaha pada sektor real estate dan bangunan komersial sehingga tidak terjadi kegagalan dalam menentukan langkah pada lingkungan masa depan yang tidak pasti tersebut.
Analisa kuantitaif dan kualitatif baik disektor internal maupun eksternal yang ada dilingkungan perusahaan dapat digunakan untuk melihat peluang, ancaman, serta kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil analisa dan faktor - faktor eksternal dan internal yang ada posisi PT. Jaya Real Property tbk, adalah tumbuh dan berkembang yaitu mengindikasikan potensi usaha bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan bisnis ini dan berusaha mengembangkannya pada kondisi saat ini.
Keputusan perusahaan sebelum krísis dengan mengintensifkan pembangunan produk bangunan komersial adalah karena potensi pasar yang besar, hal tersebut terlihat dari tingkat hunian yang tinggi, dengan memanfaatkan pinjaman ìnstitusi keuangan yang memberikan piajaman dalam bentuk mata uang USD. Dollar karena sumber dananya juga berasal dari dana mata uang asing yang memang relatif murah dibandingkan sumber dana mata uang rupiah.
Kesalahan perusahaan adalah membuat prediksi bahwa harga jual/sewa kepada konsumen juga dalam bentuk mata uang USD dollar yang tidak akan terdepresiasi sebesar 60-70% berdarkan data histori nilai tukar, sehingga perusahaan tidak mengambil posisi penyelamatan atau pengamanan nilai tukar.
Dari hasil analisa tugas akhir ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan usaha yang berimbang antara bangunan komersial dan real estat, yang maksudnya bahwa pertimbangan ini hanya dalam bentuk jumlah dana yang didapat dan digunakan dan hasil penjualan real estate untuk pembangunan bangunan komersial atau sebaliknya.
Meskipun keputusan strategis tersebut tidak mudah dan sederhana untuk dilaksanakan tetapi konsep tersebut dapat menjadi acuan didalam mengembangkan pola investasi pengembangan usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>