Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Siyam
"Demam berdarah dengue (DBD) menimbulkan syok dan kematian. Penderita DBD di Yogyakarta sebagian besar usia 1 - 12 tahun dengan DBD parah. Asupan vitamin D rendah diasumsikan penyebab DBD parah. Asumsi ini perlu dibuktikan dengan menganalisis pengaruh asupan Vitamin D dan keparahan DBD. Rancangan penelitian adalah studi kasus kontrol. Penelitian di bangsal rawat inap anak dan instalasi catatan medik RS Jogja dan RSUP Dr. Sardjito. Kasus adalah anak usia 1 - 14 tahun dengan DBD grade III & IV, kontrolnya DBD grade I & II. Data asupan vitamin D diambil dengan food frequency questionnaire (FFQ). Variabel luar adalah indeks massa tubuh (IMT), usia, status penyakit kronis dan intensitas terpapar matahari pagi. Analisis dengan uji-t dan regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan 60 kasus dan 60 kontrol tanpa matching. Cut-off point asupan vitamin D berdasarkan ROC curve adalah 2,7 μg/hari. Penderita DBD parah rata-rata asupan vitamin D 1,10 kali lebih sedikit dibandingkan DBD tidak parah. Rata-rata asupan vitamin D lebih rendah 1 μg/day bersama IMT ≥18,75 kg/m2, penyakit kronis, dan kurang terpapar matahari pagi berpengaruh pada DBD parah (OR=0,47; 95% CI: 0,32-0,71). Cukup Asupan vitamin D disarankan untuk menghindari keparahan DBD. Penyakit kronis dan berat badan lebih perlu menjadi perhatian tenaga medis sebagai kewaspadaan dini terjadinya shock.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) lead to shock and death. Patient in Yogyakarta mostly aged 1 - 12 years old with severe dengue. A low vitamin D intake is assumed to be the cause of severe dengue. This assumption needs to be proved by analyzing the effect of vitamin D intake and severity of DHF. Study design was a case control study. Research on children's wards and medical record installation in hospital. Cases were children with DHF grade III and IV, the control of DHF grade I & II. Data vitamin D intake was obtained by FFQ. Outer variables: BMI, age, chronic diseases and intensity morning sun exposure. Analysis by t-test and logistic regression. The results showed 60 cases and 60 controls without matching. Cut-off point vitamin D intake based ROC curve was 2.7 μg/day. Patients with severe dengue average vitamin D intake of 1.10 times less than not severe dengue. The average vitamin D intake lower 1 μg/day with a BMI ≥ 18.75 kg/m2, chronic disease, and less exposed to the morning sun effect on severe dengue (OR = 0.47, 95% CI: 0.32 to 0.71). Sufficient vitamin D intake is recommended to avoid the dengue severity. Chronic diseases and more weight should be a concern of medical personnel as early warning shock occurrence."
Semarang: Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Departemen Epiodemiologi dan Biostatistik, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Ayu Erika
"Overweight dan obesitas pada anak merupakan suatu masalah yang kom-
pleks disebabkan multifaktor, yaitu interaksi genetik dan lingkungan. Gaya
hidup perkotaan dipicu oleh asupan makanan yang berlebih pada anak
overweight dan obesitas. Strategi untuk menurunkan asupan makan
berlebih pada anak adalah dengan pendekatan child healthcare model dan
transtheoretical model sehingga dapat mengendalikan gaya hidup anak.
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pendekatan child health-
care dan transtheoretical model terhadap asupan karbohidrat anak over-
weight dan obesitas. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kecamatan
Biringkanaya dan Tamalanrea, Makassar, pada bulan Agustus 2013 sam-
pai Maret 2014. Desain yang digunakan adalah quasy experiment yaitu pre
test and posttest with control group design. Sampel dipilih secara purposive
sebanyak 31 anak overweight atau obesitas pada kelompok perlakuan dan
33 kontrol pada anak sekolah dasar kelas 4 - 6. Intervensi penelitian 6 bu-
lan dengan pemberian buku panduan gaya hidup sehat. Instrumen meng-
gunakan kuesioner food recall. Hasil uji-t berpasangan menghasilkan asu-
pan karbohidrat pada pre-post intervensi kelompok perlakuan dengan nilai
p 0,004 (< 0,05) sedangkan kelompok kontrol dengan nilai p 0,114.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan child health-
care model dan transtheoretical model terhadap asupan karbohidrat anak
overweight dan obesitas.
Overweight and obesity in children is a complex problem that is caused by
a multifactorial genetic and environmental interactions. Urban lifestyle
fueled by excessive food intake in overweight and obese children.
Strategies to reduce excessive food intake in children is the child healthcare
approach and the transtheoretical model so that the model can control the
child?s lifestyle. This study aimed to prove the effect of child healthcare
Pengaruh Pendekatan Child Healthcare Model dan
Transtheoretical Model terhadap Asupan Makan Anak
Overweight dan Obesitas
The Effect of Child Healthcare Model and Transtheoretical Model
Approaches to Food Intake of Overweight and Obese Children
Kadek Ayu Erika* Elly Nurachmah**
approach and the transtheoretical model of the food intake of overweight
and obese children. This research was conducted in the district area
Tamalanrea and Biringkanaya, Makassar fromAugust 2013 to March 2014.
The design used is quasy experiment pretest and posttest with control
group design. Purposively selected sample of 31 children as overweight or
obese in the treatment group and 33 controls on primary school children
grade 4 - 6. Intervention research was conducted during a six month peri-
od by providing guide books on healthy lifestyle. The instrument used food
recall questionnaire. Paired t-test results produced carbohydrate intake in
the pre-post intervention treatment groups with p value 0.004 (<0.05),
whereas the control group with p value of 0.114. This study concludes that
there is influence of CHM and TTM approaches to the intake of carbohy-
drates of overweight and obese children."
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran, *Departemen Anak Program Studi Ilmu Keperawatan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Kristianto
"Makanan jajanan pada siswa sekolah masih banyak yang bermutu rendah
sehingga keterampilan anak dalam memilih memegang peran penting
dalam mendapatkan jajanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai mutu jajanan siswa sekolah dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang menentukan pemilihan jajanan. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan desain cross sectional pada 120 siswa sekolah
dasar di Kota Batu yang dipilih secara purposif pada bulan September
hingga Desember 2009. Mutu jajanan sekolah diperiksa di laboratorium.
Siswa diminta untuk menjawab 28 pertanyaan tentang pemilihan jajanan.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan uji analisis faktor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya jajanan pada siswa seko-
lah mengandung energi di bawah standar (300 Kkal/porsi). Komposisi
bahan penyusun jajanan kurang bervariasi. Sebagian besar jajanan
(71,4%) mengandung formalin. Faktor utama yang menentukan pemilihan
jajanan di sekolah mencakup variabel harga, hadiah, ukuran porsi, aroma,
dan kebebasan menentukan pilihan sendiri. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kandungan gizi dan keamanan jajanan anak sekolah
perlu ditingkatkan. Determinan utama pemilihan jajanan didominasi aspek
harga, hadiah, dan cita rasa. Untuk membuat jajanan yang bergizi dan
aman disarankan pembuatan dilakukan dengan menggunakan bahan pan-
gan dan teknologi lokal. Selain itu, juga diperlukan penegakan hukum
terkait dengan penggunaan bahan berbahaya dalam jajanan siswa sekolah.
Snacks of poor qualities which still predominate foods sold in school high-
lights the importance of skill in choosing healthy foods. This research was
aimed to examine the quality of snack and determine factors that contribute
to children?s food choice. The study was conducted using cross sectional
design on purposefully selected 120 school children from four elementary
schools in Kota Batu in September to December 2009. School snacks were
489
collected for laboratory analyses. The children were asked to the extent they
agree or disagree with 28 questions on snack choice. The collected data
were analysed using factor analysis test. The study revealed that the energy
content of the snacks was generally below standard (300 Kcal/serving).
The snacks were in most cases made of less diverse food ingredients while
71.4% samples contained formaldehyde. The children choice to snacks
were primarily determined by factor including price, gimmick, serving size,
flavor, and freedom to choose their own snacks. It is concluded that both
snack quality and safety should be improved. Determining factors to snack
choice mainly cover price, gimmick, and food sensory qualities. Snacks
made of local mixed-ingredients should be promoted to decrease the price
while regulations on providing better and safer foods should be seriously
enforced."
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Colti Sistiarani
"Pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) masih belum maksimal terbukti dari data cakupan buku KIA Puskesmas Ajibarang I sekitar 72,34%, yang masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara fungsi buku KIA yang meliputi pencatatan, edukasi, dan komunikasi dengan pengetahuan ibu terhadap KIA. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, yang di- lakukan pada peiode bulan Juni Oktober 2012, pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang I. Populasi adalah ibu yang mempunyai anak berusia kurang dari 5 tahun. Sampel diambil sebanyak 91 orang dilakukan dengan teknik proportional random sampling. Analisis data meliputi univariat dengan melakukan uji distribusi frekuensi, dan analisis bivariat dengan uji kai kuadrat (x2). Hasil fungsi pencatatan buku KIA kurang baik ditemukan sekitar 44 %, fungsi edukasi buku KIA baik sekitar 57,1%, fungsi komunikasi buku KIA baik sekitar 61,5%, dan pengetahuan ibu tentang KIA baik adalah sekitar 56%. Ada hubungan antara fungsi pencatatan buku KIA dengan pengetahuan KIA, tidak ada hubungan antara fungsi edukasi dan komunikasi buku KIA dengan pengetahuan KIA.

Utilization maternal child health (MCH) book is not maximized, it is evident from the data MCH book coverage in Ajibarang I Primary Health Care (PHC) was 72.34%, the coverage is still below the target of Minimum Service Standards ( MSS ). The purpose of the study was to analyze rela- tionship between the function of MCH books (recording, educational, communication) with knowledge of MCH. This study used a cross sectional approach and conducted from June to October 2012, performed to mothers at Ajibarang I PHC. The population were mothers of children aged less than 5 years. Samples were taken of 91 people conducted by proportional random sampling technique. Univariate analysis of the data for the frequency distri Fungsi Pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Kesehatan Ibu dan Anak pada Ibu Function of Utilization Maternal Child Health Book to Maternal Knowledge bution test, bivariate chi squared test (x2). Results MCH book recording function less well in the amount of 44%, a good educational functions MCH book of 57.1%, good communication function MCH book by 61.5%, and maternal knowledge about the MCH that is equal to 56 % better. There are relationship between the function of recording MCH books with knowledge, there is no relationship between education and communication functions with knowledge MCH."
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heriandi Sutadi
"Karies rampan merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak usia balita. Adanya karies rampan dapat menyebabkan berbagai masalah, terutama yang berhubungan dengan kesehatan umum anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Pada anak dengan karies rampan seringkali ditemukan keluhan seperti: anak sulit makan karena adanya rasa sakit bila mengunyah, makan sering diemut, bahkan lebih lanjut seringkali terjadi pembengkakan atau abses. Berbagai penyebab faktor terjadinya karies rampan, akan tetapi yang utama adalah kurangnya kebersihan mulut, struktur gigi yang kurang baik, seringnya makan makanan yang mengandung gula, serta adanya aktifitas bakteri karies yang tinggi. Karies rampan harus segera ditanggulangi terutama untuk menghentikan keluhan yang dirasakan, menghilangkan faktor penyebab utama, menanggulangi akibat adanya patologis pada gigi dan jaringan mulut lainnya. Selanjutnya melakukan pencegahan secara berkesinambungan agar kesehatan gigi dan mulut dapat terjaga dengan baik."
[Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratno Widoyo
"Pneumonia is the major cause of child death in Indonesia after diarrhea. Increasing coverage of measles, pertusis, Streptococcus pneumoniae (Spn) and
Haemophilus influenzae b (Hib) immunization substantially can control pneumonia. Spn and Hib vaccines have not been included in category of mandatory
immunization in Indonesia. Measles vaccine has more direct effect on prevention of pneumonia than pertusis vaccine. Providing immunization followed by
providing vitamin A will increase the specific antibody titer among children. This study aimed to determine effects of measles vaccine and vitamin A to pneumonia
incidence among toddlers. Method of study was cross sectional using 13,062 data of children drawn from 2012 Indonesia Demographic and Health
Survey. Data were analyzed using poisson regression test. Analysis results showed that prevalence of pneumonia among Indonesian children was 5.4%,
measles immunization coverage was 82.57%, and vitamin A supplementation coverage was 74.9%. Furthermore, providing measles immunization and vitamin
A could prevent pneumonia incidence among toddlers (12 – 59 months old) up to 26.5%. Providing measles immunization then followed by providing vitamin
A can be used as a preventive action in attempt to decrease pneumonia incidence.
Pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak di Indonesia setelah diare. Pengendalian pneumonia dapat dilakukan dengan peningkatan
cakupan imunisasi campak, pertusis, Streptococcus pneumoniae (Spn), dan Haemophilus influenzae b (Hib). Vaksin Spn dan Hib belum masuk ke dalam kategori
imunisasi wajib di Indonesia. Vaksin campak lebih memiliki pengaruh langsung terhadap pneumonia dibandingkan dengan vaksin pertusis. Pemberian
imunisasi yang disertai pemberian vitamin A akan meningkatkan titer antibodi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian imunisasi
campak dan vitamin A terhadap kejadian pneumonia. Metode penelitian adalah potong lintang dengan menggunakan 13.062 data anak yang terdapat
pada data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi poisson. Hasil analisis menunjukkan
prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia adalah 5.4%, cakupan imunisasi campak sebesar 82.6%, dan cakupan pemberian vitamin A sebesar 74.9%.
Pemberian imunisasi campak disertai dengan pemberian vitamin A dapat mencegah terjadinya kejadian pneumonia pada anak usia 12 – 59 bulan sebesar
26,5%. Pemberian imunisasi campak yang disertai dengan pemberian vitamin A dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan dalam upaya penurunan kejadian
pneumonia."
Andalas university, faculty of public health, epidemiology and biostatistics department, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kasnodihardjo Kasnodihardjo
"Pada tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif di Kecamatan Jatibarang dan Kecamatan Kedokan Bunder untuk mengetahui faktor-faktor sanitasi lingkungan, dan perilaku ibu-ibu dan kejadian penyakit infeksi pada bayi dan anak. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan responden ibu rumah tangga yang mempunyai bayi/ anak balita berjumlah 401 orang. Penyakit diare pada bayi/anak disebabkan oleh media tercemar yang masuk ke sistem pencernaan melalui sumber air untuk minum maupun mandi, cuci, kakus (MCK) yang bukan berasal dari ledeng, keluarga yang tidak mempunyai jamban, ibu yang masih jarang mencuci tangan setelah membersihkan kotoran bayi ataupun setelah buang air besar, meminum dan memakan makanan yang tidak dimasak, dan sampah yang dibuang ke lingkungan. Penyakit Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, dan tuberkulosis paru pada bayi/anak kemungkinan disebabkan media tercemar masuk ke sistem pernapasan melalui sampah yang dibakar, membawa (menggendong) anak sewaktu memasak, merokok di dalam rumah berdekatan dengan bayi/anak, menggunakan obat nyamuk bakar, penderita tuberkulosis paru meludah dan membuang dahak di sembarang tempat dan penderita tidur bersama anggota keluarga yang lain. Penyakit tular vektor pada bayi/anak (malaria) kemungkinan disebabkan upaya pencegahan gigitan nyamuk dengan repellent kurang efektif dan penggunaan kelambu masih rendah.

In 2009 a descriptive study conducted in the subdistrict Jatibarang and Kedokan Bunder to determine the factors of environmental sanitation, infectious disease in baby/child, and mother?s behavior. Data were collected using questionnaires which respondents are 401 housewives who have a baby/child. Occurrence of diarrhea disease in baby/child because of the possibility of contaminated media through the digestive system by water for drinking and toilets which do not originate from the piping network, families who do not have own toilet, mothers who still seldom washing hands after cleaning the baby?s stool or after a bowel movement, drinking and eating food that is not cooked and throw trash to the environment. Occurrence of respiratory diseases, pneumonia and pulmonary tuberculosis in baby/child possibly because the media is polluted through the respiratory system by burning garbage, carrying baby/children while, smoking at home or adjacent with babies/children, the use of mosquito coils, pulmonary tuberkulosis patients spit and throw phlegm in random places and sleeping with other family members. The occurrence of vector borne diseases in baby/child (malaria) because of the possibility of preventing mosquito bites with repellent less effective, the use of mosquito nets still low."
Jakarta: Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Hapsari
"Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva karena mikroorganisme, aler-
gi, atau bahan kimia. Total kasus konjungtivitis dan gangguan konjungtiva
di Indonesia (2009) sekitar 73%. Konjungtivitis terjadi karena infeksi
mikroorganisme merupakan penyakit menular yang terjadi lewat kontak
langsung atau barang penderita. Sebagian besar penderita konjungtivitis
adalah anak-anak yang umumnya tertular dari teman di sekolah, tempat
bermain, atau bimbingan belajar. Data Puskesmas Trowulan Mojokerto me-
nunjukkan kenaikan jumlah siswa sekolah dasar penderita konjungtivitis
meliputi 3% (2009), 4% (2010), 7% (2011), dan 9% (2012). Cara termudah
mencegah penularan konjungtivitis adalah mencuci tangan dengan sabun.
Guru sebagai wakil orang tua di sekolah dan idola anak diharapkan berper-
an dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan
dengan sabun. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan
konjungtivitis guru kelas sekolah dasar dengan pemberian pendidikan ke-
sehatan tentang mencuci tangan dengan sabun pada peserta didik. Desain
penelitian adalah potong lintang, penarikan sampel dengan purposive sam-
pling. Sampel penelitian adalah seluruh guru kelas sekolah dasar di wilayah
kerja Puskesmas Trowulan. Penelitian menemukan 80 responden (59,7%)
berpengetahuan kurang dan berperilaku negatif atau tidak memberikan
pendidikan kesehatan terhadap peserta didiknya. Ditemukan hubungan
yang bermakna pengetahuan konjungtivitis pada guru kelas sekolah dasar
dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan dengan
sabun pada peserta didik.
Conjunctivitis is conjunctiva?s inflammation by microorganisms, allergy, or
chemicals. Total conjunctivitis and conjunctiva disorders? cases in Indonesia
(2009) is 73%. Conjunctivitis caused by infection is infectious that transmit-
ted through direct contact or contaminated goods. Most conjunctivitis pa-
tients are children. They mostly caught from friends at school, playground,
Pengetahuan Konjungtivitis pada Guru Kelas dan
Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan pada
Siswa Sekolah Dasar
Konjunctivitis Knowledge Classrooms? Teachers and the Granting of Health
Education About Hand Washing in Elementary Schools? Students
Anindya Hapsari* Isgiantoro**
or tutoring. Trowulan Public Health Center?s data indicates increasing num-
ber of conjunctivitis at elementary school?s students, namely 3% (2009), 4%
(2010), 7% (2011), and 9% (2012). The easiest way preventing spreading
is washing hands with soap. Teachers as representatives of parents and
students? idols are expected to give health education about hand washing
with soap. This study aimed to analyze the relationship of conjunctivitis
knowledge of elementary schools? classrooms? teachers with the granting of
health education about hand washing with soap on students. Study design
was cross sectional with purposive sampling technique. Sample used are
all elementary schools? classrooms? teachers at Trowulan Public Health
Service?s district. Research finds 80 respondents (59,7%) less knowledge-
able and behave negatively or not provide health education to their stu-
dents. The conclusion is there is a meaningful relationship between con-
junctivitis knowledge of elementary schools classrooms? teachers with the
granting of health education about hand washing with soap on students."
Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Keolahragaan, *Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes RI, 1995
610.73 ASU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bellamy, Carol
Jakarta: Kantor Perwakilan UNICEF , 1996
362.7 BEL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>