Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Malnutrisi pada balita masih merupakan permasalahan di Indonesia termasuk
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan indikator berat badan
menurut tinggi badan, 2,6% balita mengalami malnutrisi akut berat. Pada
beberapa dekade terakhir, telah terjadi pergeseran paradigma dalam
penanganan balita malnutrisi, yang sebelumnya berbasis pendekatan fasilitas
kesehatan bergeser menjadi pendekatan berbasis komunitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh program home care terhadap
peningkatan status gizi balita malnutrisi pada anak usia 6-60 bulan.
Penelitian menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pretest dan
posttest control group melalui tiga tahap pendampingan yaitu intensif,
mandiri, dan penguatan dengan pendekatan asuhan keperawatan. Sampel
adalah 56 balita malnutrisi akut di dua wilayah, yaitu 33 balita di Kota
Yogyakarta (eksperimen) dan 23 balita di Kabupaten Sleman (kontrol) dengan
teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Intervensi home
care diberikan selama tiga 3 bulan (Januari sampai Maret 2013). Hasil
penelitian menunjukkan setelah program home care, terjadi peningkatan
yang signifikan pada status gizi balita (p < 0,05). Pada akhir intervensi, terjadi
penurunan kejadian malnutrisi akut berat dari 100% menjadi 56,7% (p
< 0,05).
Children undernutrition is still an issue in Indonesia, including in the Special
Region of Yogyakarta. Based on weight for height indicator, 2.6% children
experience severe acute malnutrition. In the last few decades, there has
been a paradigm shift in the management of acute malnutrition from a facility-
based to community-centered approach. The purpose of this study
was to analyze the effect of home care intervention on the improvement of
nutritional status of severe acute malnutrition children aged 6-60 months.
This study was designed with quasi-experimental and pretest-posttest control
group design, conducted in three phases; intensive, strengthening and
independent with nursing approach (January until March 2013). Samples
were 56 children with severe and moderate acute malnutrition for both study
sites, 33 children in Yogyakarta city (experiment) and 23 children in Sleman
district (control), selected using purposive sampling. Home care intervention
is given for three months (January until March 2014). Results findings show
there were significant increase in nutritional status (p < 0.05) after home
care intervention. At end line evaluation, the proportion of severe acute
malnutrition in the experimental groups reduced significantly from 100% to
56,7% (p < 0.05)."
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Cengkareng merupakan dua
Kecamatan yang memiliki jumlah balita gizi buruk dan keluarga miskin
terbanyak di wilayah Jakarta Barat. Di dalam penelitian ini akan dilihat
bagaimana perubahan status gizi balita di Kecamatan Kalideres dan
Kecamatan Cengkareng pada tahun 1998 dan 2004, dan juga akan dilihat
bagaimana kaitan pengaruh faktor Rasio Posyandu terhadap balita, jumlah
keluarga miskin, indeks tingkat pendidikan kepala keluarga dan jumlah
peserta KB, terhadap perubahan status gizi balita. Metodologi yang
digunakan adalah korelasi peta dan analisa statistik dengan metode Korelasi
Bivariate (Pearson Product Moment). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan status gizi balita sebagian besar mengalami peningkatan di
bagian timur daerah penelitian dan penurunan status gizi balita terjadi di
bagian barat dan utara daerah penelitian (wilayah Kecamatan Kalideres).
Daerah yang tidak mengalami perubahan status gizi balita, terdapat di bagian
barat dan selatan daerah penelitian. Faktor yang terkait dengan perubahan
status gizi balita adalah perubahan jumlah peserta KB yang berkaitan dengan
jumlah anak dan jarak kelahiran dalam suatu keluarga."
Universitas Indonesia, 2006
S33933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Developing country malnutrition on its current scale-one thord of all children,causes lost of produvtivity...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Malnutrisi akut berat merupakan malnutrisi yang paling serius yang memengaruhi balita dan merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Malnutrisi telah meluas baik di perkotaan maupun perdesaan. Akar permasalahan malnutrisi di negara berkembang salah-satunya adalah faktor sosial demografi. Tujuan penelitian untuk melihat perbedaan kejadian malnutrisi dan determinannya di area perkotaan dan pedesaan di Yogyakarta. Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan responden adalah semua balita malnutrisi akut berat di Kabupaten Sleman (23 balita) dan Kota Yogyakarta (33 balita). Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2012 - Februari 2013. Prevalensi balita malnutrisi akut lebih banyak di perkotaan daripada di pedesaan (59% vs. 41%). Persentase faktor risiko kejadian malnutrisi pada kelompok urban dan rural adalah jumlah balita dalam keluarga satu orang (60,7%), jenis kelamin laki-laki (58,9%), riwayat pemberian ASI tidak eksklusif (60,7%), usia ibu kurang dari 35 tahun (62,5%), pekerjaan non-PNS (98,2%), penghasilan orang tua lebih dari UMR (58,9%), tingkat pendidikan ayah dan ibu tinggi (71,4% dan 64,3% ) dan pengasuh balita di rumah adalah ibu (82,1%). Perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada variabel pekerjaan dan penghasilan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan pengasuh balita, sedangkan hasil pengukuran antropometri tidak menunjukkan adanya perbedaan. Determinan kejadian malnutrisi pada kelompok urban dan rural adalah jumlah balita dalam keluarga.

Severe acute malnutrition is the most serious form of malnutrition affecting children under-five and widely recognized as a major health problem in developing countries. It is wide spread in rural and urban areas. Social demographic factor is one of the main causes of severe acute malnutrition. This study was conducted to determine the prevalence of severe acute malnutrition and determinants of children in urban and rural area in Yogyakarta. A cross-sectional study was used in this study, where the respondents were all children with severe acute malnutrition in Sleman and Yogyakarta (23 and 33 children respectively). Descriptive and inferencial statistic were used to analyze the data. The study was carried out in December 2012-February 2013. The prevalence of severe acute malnutrition children was higher in urban than rural communities (59% vs. 41%). Risk factors percentage of malnourished were number of children in family was one person (60.7%), male gender (58.9%), the history of not exclusive breastfeeding (60.7%), mother age less than 35 years old (62.5%), lower class job (98.2%), monthly income was high (58.9%), higher education of father and mother (71.4% and 64.3% respectively), and children caregiver was mother (82.1%). There were a significant diference (p<0.05) in father profession, parents? education, household economic status, and caregiver of children, whereas anthropometric measurement did not show any difference between two groups. Determinants of malnutrition in urban and rural groups is the number of children in the family."
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, *Departemen Keperawatan Komunitas Prodi Ilmu Keperawatan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fitriani
"Upaya pengobatan sendiri merupakan perilaku individu dalam mengenali
jenis penyakit yang diderita dan memilih sendiri jenis pengobatan. Kriteria
yang menentukan pemilihan sumber pengobatan adalah persepsi sakit/
pengetahuan akan penyakit, keyakinan akan sumber pengobatan, dan
efisiensi waktu yang dipengaruhi oleh keterjangkauan biaya dan jarak.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan upaya pengobatan sendiri pada
balita di Aceh dalam era cakupan semesta jaminan kesehatan dan menge-
tahui faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan analisis
data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2011 dengan pendekatan
potong lintang sebanyak 43.866 responden atau 455.750 rumah tangga di
23 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Terdapat 5.147 responden balita yang
mewakili populasi balita Aceh, sebanyak 2.052 balita (39,87%) dilaporkan
menderita sakit selama sebulan sebelum survei, 62,52% ternyata dirawat
dengan upaya pengobatan sendiri. Meskipun telah berlaku cakupan
semesta jaminan kesehatan di Aceh, masih banyak balita yang diobati
sendiri oleh keluarganya. Hasil analisis uji kai kuadrat dan regresi logistik
menunjukkan bahwa faktor domisili, usia balita, dan diare memengaruhi
upaya pengobatan sendiri pada balita.
Self medication is the choice of medications by individuals to cure self-
recognized symptoms or indications. Self medication are determined by the
perception/knowledge of the illness, beliefs, and efficiency as it is affected
by affordability and distance to health care facility. This study aimed to
describe the use of self-medication among toddler in Aceh during the era of
universal health coverage, and to determine the factors that control its. This
was a secondary data analysis of the results of KOR-MODUL Susenas 2011
with a cross-sectional approach as many as 43,866 respondents or 455,750
households in 23 districts/cities in Aceh province. There are 514 respon-
dents representing toddler population of Aceh, and 2,052 toddler or 39.87%
are sick during the last month prior to the survey and 62.52% were self-
medication. Nevertheless, some families still practice self-medication in the
era of universal health coverage; in short, chi-square and logistic regression
imply that living area, age of toddler, and diarrhea are determining the use
of self-medication."
Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abidah Nur
"Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan angka insiden diare pada
balita di Indonesia sebesar 6,7%. Aceh merupakan provinsi dengan insiden
diare tertinggi, mencapai 10,2%. Profil Kesehatan Aceh menunjukkan
bahwa secara umum terjadi peningkatan penyakit infeksi seperti influenza,
tuberkulosis, dan diare dalam kurun waktu tujuh tahun (2006 - 2012).
Penyakit tersebut dapat dicegah dengan pemberian ASI yang berperan
dalam peningkatan kekebalan tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan riwayat pemberian ASI dengan penyakit infeksi pada balita.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh, yaitu data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional tahun 2012
dengan jumlah sampel 3.486 balita. Data penelitian dianalisis menggunakan
uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan secara umum ada
hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan penyakit
infeksi. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI, ASI
eksklusif, dan pemberian makanan pendamping ASI dengan penyakit infeksi
pada balita di Provinsi Aceh.
Basic Health Research in 2013 mentions the incidence of diarrhea in toddlers
in Indonesia amounted to 6.7%. Aceh Province has the highest incidence
of diarrhea reached 10.2%. Aceh?s Health Profile indicates that in general
there is an increase in infectious diseases such as influenza, tuberculosis,
and diarrhea within a period of seven years (2006 - 2012). The disease
can be prevented by breastfeeding to increase immune system. This
study used secondary data from the Central Statistics Agency of Aceh
Province, The National Socio-Economic Survey 2012 using 3,486 toddlers
as samples. Data were analyzed using logistic regression. Results showed
in general no significant relationship between a history of breastfeeding
with infectious diseases. There is a significant relationship between duration
of breastfeeding, exclusive breastfeeding, and complementary feeding with
infectious disease in toddlers in the Aceh province."
Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizanda Machmud
"Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang menjadi kausa utama kematian balita. Di Indonesia, pada akhir tahun 2000, angka
kematian balita akibat pneumonia diperkirakan 4,9/1000 balita. Faktor sosio-ekonomi berkontribusi besar terhadap penyakit saluran pernapasan. Tujuan pe-
nelitian ini adalah mengetahui faktor sosio-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap pneumonia pada balita. Penelitian dengan dengan disain krossek-
sional ini menggunakan sumber data sekunder Benefit Evaluation Study (BES) II oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia bekerja sama dengan
Proyek Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan. Sampel diambil berdasarkan multilevel statistical framework dari 7.170 ba-
lita pada 10.900 rumah tangga di 27 kabupaten di tujuh provinsi. Metode analisis yang digunakan adalah multilevel logistic regression. Penelitian ini mem-
perlihatkan bahwa sosio-ekonomi rumah tangga berperan secara bermakna terhadap kejadian pneumonia balita. Rumah tangga miskin berisiko lebih besar
untuk terkena pneumonia. Pada keluarga miskin, risiko pneumonia yang lebih besar disebabkan oleh faktor kontekstual lingkungan yang buruk berupa pen-
cemaran di dalam rumah yang dikontrol faktor komposisi status gizi (95% CI OR 4.05- 4.78). Kebijakan intervensi program P2ISPA disarankan lebih mengu-
tamakan intervensi pada faktor kontekstual lingkungan buruk pencemaran dalam rumah tangga miskin.
Pneumonia is an acute respiratory tract infection disease that becomes a major cause of death among under five years old children. In Indonesia, in 2000,
pneumonia specific cause of death rate among under five children is predicted to be 4.9/ 1000. The socio-economic factor has significant contribution to res-
piratory tract infection. The objective of this study is to know the socioeconomic factor that affect pneumonia among under five children. The study uses cross
sectional study design using secondary data of Benefit Evaluation Study (BES) II conducted by Centre for Health Research, University of Indonesia in col-
laboration with Intensification of Infectious Diseases Eradication Project, MOH-RI. The study sample is selected based on multilevel statistical framework from
7170 under five children in 10900 households within 27 districts in seven provinces. Analysis method used in this study is multilevel logistic regression. This
study shows that the low level of socioeconomic status affect significantly the pneumonia occurrence among under five children. The risk of pneumonia among
lower socioeconomic household is higher than that of the high socioeconomic household. It was found that the association was found for poor environmen-
tal factor including in-house hygienic condition after controlled by nutritional status. The pneumonia occurrence among under five children is more influenced
by environmental factors than individual factors (compositional effect). It is suggested to prioritize intervention on environmental factors to eradicate respira-
tory tract infection."
2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Ayu Dewi Sartika
"Gizi merupakan faktor determinan utama yang berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia. Anak-anak berusia kurang dari lima tahun adalah kelompok rentan untuk masalah gizi dan kesehatan. Tujuan penelitian ini mendapatkan faktor status gizi yang paling dominan anak usia dibawah lima tahun. Penelitian ini dilakukan terhadap sumber data sekunder data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode analisis multivariat untuk menilai berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan status nutrisi. Mengunakan berat badan untuk umur, faktor risiko paling dominan adalah diare setelah dikontrol dengan sumber air minum, ketersediaan latrine, status sosioekonomi, ukuran keluarga , gender, pemanfaatan pelayanan kesehatan, penyakit saluran napas, pekerjaan ibu dan waktu pemberian air susu ibu sampai dua tahun. Menggunakan tinggi untuk tinggi badan faktor risiko dominan adalah ketersediaan latrines setelah dikendalikan oleh perilaku cuci tangan, status sosial ekonomi, sumber air minum, durasi pemberian ASI sampai dua tahun. Untuk mengatasi masalah gizi pada anak usia di bawah lima tahun dibutuhkan kebijakan yang terfokus memulihkan pertumbuhan dan status kesehatan anak usia di bawah lima tahun dengan korelasi antara program gizi dan program lain, seperti kesehatan lingkungan dan imunisasi. Selain itu, pemerintah harus mengatur peranan posyandu sebagai fasilitas yang membantu pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Nutrition is one of the major determinant factors related to human resources quality. Under-five years old children are susceptible to nutrition and health problems. The purpose of this study is to identify the most dominant factor of nutritional status of under five children using Riskesdas data in 2007. Multivariate analysis results showed that the risk factor which mostly associated with nutritional status using weight for age was a diarrheal illness after being controlled by the source of drinking water, latrine availability, socio-economic status, family size, gender, utilization of health services, respiratory diseases, maternal employment, and duration of breastfeeding up to 2 years. Using height for age was the availability of latrines after being controlled by hand-washing habits, socioe-conomic status, source of drinking water, duration of breastfeeding up to 2 years, diarrheal disease, family size and gender. Using weight for height was sex after being controlled by age, drinking water sources, distance and time to health services and respiratory disease. To overcome malnourished problem in children under five years old, it is needed to establish a policy focusing on the recovery of the growth and health status for under-five children with correlation between nutrition program and other programs, such as environmental health (clean and healthy life style) and immunization. Beside that, the government should arrange the role of the posyandu as a facility that help government to increase the health status of community."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurani Rahmadini
"Upaya menurunkan prevalensi kurang gizi pemerintah membuat program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Cakupan Kadarzi Kota Depok tahun 2011 rendah (12,7%) dan prevalensi gizi kurang, pendek, kurus berturut-turut 7,89%, 7%, 4,75%. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan terhadap status gizi balita 6 59 bulan berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Penelitian menggunakan data sekunder hasil survei Kadarzi 2011. Survei dilakukan di sebelas kecamatan Kota Depok menggunakan desain cross sectional. Sampel sebanyak 1.176 keluarga yang memiliki balita termuda umur 6 59 bulan. Variabel yang diteliti adalah status gizi balita, perilaku Kadarzi, status Kadarzi, karakteristik balita, dan karakteristik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita gagal tumbuh 31%. Terdapat dua variabel yang memberikan pengaruh status gizi balita secara bersama-sama yaitu penimbangan balita (nilai p = 0,003) dan pendidikan ibu (nilai p = 0,034). Uji regresi logistik ganda menunjukkan penimbangan balita sebagai faktor dominan terhadap status gizi balita. Balita yang ditimbang tidak teratur berisiko 1,5 kali mengalami gagal tumbuh dibandingkan yang ditimbang teratur. Indeks CIAF berguna untuk mengetahui prevalensi gizi kurang secara keseluruhan dan penanggulang-annya. Diperlukan penyuluhan dan promosi yang lebih aktif kepada masyarakat mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan balita melalui posyandu dan melakukan pembinaan kader posyandu dalam pemantauan status pertumbuhan anak sebagai deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan.

Effort to reduce malnutrition governments make Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Kadarzi in Depok 2011 still low (12,7%) and the prevalence of underweight, stunting, wasting are respectively 7,89%, 7%, 4,75%. This study aimed to determine the dominant factor for nutritional status of children based on Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Status Gizi Balita Berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure Children Nutritional Status Based on Composite Index of Anthropometric Failure Nurani Rahmadini, Trini Sudiarti, Diah Mulyawati Utari Research using secondary data survey Kadarzi 2011. The survey was conducted using a cross sectional study in 11 districts. Samples of 1,176 families who have children youngest aged 6 59 months. The variables studied were the nutritional status, Kadarzi behaviors, Kadarzi status, children characteristics, and family characteristics. Results showed prevalence of growth faltering (31%). There are two variables that influence nutritional status, child?s weighing (p value = 0,003) and mother?s education (p value = 0,034). Multiple logistic regression analysis show child?s weighing as a dominant factor to the nutritional status of children. Children who are weighed not regularly are more risky 1,5 to get growth faltering then children who are weighed regularly. CIAF is useful to determine prevalence of undernutrition clearly and its solution. Counseling and promotion about child?s growth monitoring are required as early detection of growth faltering."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Depkes , 1997
649.122 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>