Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Sundari
"Jumlah perokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi mengalami peningkatan
dari waktu ke waktu. Rokok dapat memengaruhi trombosit yang dapat
menyebabkan gangguan kardiovaskular. Penelitian ini merupakan penelitian
potong lintang yang bertujuan untuk menganalisis lama merokok dan
jumlah rokok yang dikonsumsi terhadap jumlah trombosit, mean platelet
volume (MPV), platelet distribution width (PDW), platelet crit (PCT), dan
platelet large cell ratio (PLCR). Penelitian dilakukan di Pabrik Garmen
Cimahi pada tahun 2014 yang diikuti oleh 31 laki-laki perokok aktif berusia
19 - 50 (32,97 + 10,28) tahun, 70,9% di antaranya sebagai perokok sedang.
Analisis data dilakukan secara deskriptif, uji normalitas Shapiro-Wilk, dan uji
korelasi Spearman?s rho. Peserta telah merokok selama minimal dan maksimal
dengan rata-rata (+ SB), yaitu 3 - 25 tahun (10,48 + 6,33) dan konsumsi
rokok sebanyak 5 - 25 batang per hari (13,10 + 4,99). Jumlah trombosit
171 - 422 (280,9 + 56,2) x 10^3 sel/mm3, MPV 8,8 - 13,6 (10,14 + 0,93)
fL, PDW 8,7 - 13,8 (10,27 + 1,22) fL, PLCR 14,4 - 38,8% (24,91 + 5,46), dan
PCT 0,1 - 0,4%(0,28 + 0,06). Sebaran ukuran trombosit ditemukan normal,
namun dengan ukuran besar sesuai nilai MPV dan PLCR yang tinggi. PCT
normal berkorelasi sangat kuat dengan jumlah trombosit. Jumlah batang
rokok yang dikonsumsi berkorelasi lemah dengan lamanya merokok. Lama
merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi berkorelasi negatif dengan
jumlah trombosit, MPV, PDW maupun PLCR.
Number of smokers and cigarette consumption are increasing from time to
time. Cigarettes influence thrombocytes which may cause cardiovascular
disorder. This study was a cross sectional study aiming to analyze smoking
period and cigarette consumption number toward the number of thrombocytes,
MPV, PDW, PCT and PLCR. This study was conducted at Cimahi
Garment Factory in 2014 participated by 31 active male smokers in age of
19 - 50 (32,97+10,28) years old in which 70,9% of them were medium
smokers. Data analysis was conducted descriptively, using Shapiro-Wilk
normality test and Spearman?s rho correlation test. Participants had been
smoking for the minimum and maximum 3 - 25 (10.48 + 6.33) years and 5 -
25 (13.10 + 4.99) cigarettes in average per day. The number of thrombocytes
was worth 171 - 422 (280,9 + 56,2)x10^3 cells/mm3, MPV 8.8 - 13.6
(10.14 + 0.93) fL, PDW 8.7 - 13.8 (10.27+ 1.22) fL, PLCR 14.4 - 38.8%
(24.91 + 5.46) and PCT 0.1 - 0.4% (0.28 + 0.06). PDW was found normal
with the giant shape in accordance with the high MPV and PLCR value. PCT
was normal correlated strongly with thrombocyte number. The cigarette consumption
number had a weak correlation with the smoking period. The
smoking period and the cigarette consumption number had a negative correlation
with the number of thrombocytes, MPV, PDW and PLCR."
Universitas Jenderal Achmad Yani, Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Laboratorium Patologi, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rachmat
"Saat ini, perilaku merokok semakin merata, bukan hanya perilaku orang de-
wasa, tetapi juga telah menjadi gaya hidup para remaja. Penelitian ini ber-
tujuan menilai hubungan antara tingkat pengetahuan, interaksi kelompok
sebaya, interaksi keluarga, iklan rokok, dan sikap dengan perilaku merokok
remaja di kota Makassar. Penelitian ini menggunakan desain studi obser-
vasional cross sectional. Teknik sampling menggunakan multistage random
sampling dengan jumlah sampel 471 responden. Data dianalisis dengan uji
kai kuadrat, koefisien phi (f) dengan α = 0,05. Responden perokok sekitar
25,3%, sementara responden yang berpengetahuan rendah 16,6%, ber-
interaksi negatif dengan kelompok sebaya 24,2%, berinteraksi negatif de-
ngan keluarga 47,8%, respons negatif iklan rokok 4,9%, dan sikap negatif
3,4%. Uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan antara interaksi kelom-
pok sebaya (nilai p = 0,000), interaksi keluarga (nilai p = 0,010), iklan rokok
(nilai p = 0,000), dan sikap merokok (nilai p = 0,001) dengan perilaku
merokok remaja. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku merokok remaja (nilai p = 0,056). Kelompok sebaya dan iklan rokok
berpengaruh paling bermakna pada perilaku merokok remaja. Sekolah
perlu dilibatkan lebih intensif pada upaya pencegahan dan intervensi peri-
laku merokok pada anak dan remaja.
Nowadays, Smoking not only the behavior of adults, but it has become a
way of life for most of teenagers. The study aimed to analyze the correla-
tion between knowledge, peer group interaction, family interaction, cigarette
advertisement, and attitude of smoking between smoking behavior among
teenagers in Makassar city. Observational cross sectional study was per-
formed in this study. There were 471 respondents selected by applying
multistage random sampling. Data was analyzed with chi square test, phi
coefficient (f) with α = 0.05. Number of smokers were 25.3% of respon-
dents, meanwhile, low knowledge of respondents were 16.6%, a negative
interaction within a peer group of 24.2%, a negative interaction with family
47.8%, the negative response to cigarette advertising 4.9%, and a negative
attitude 3.4%. Chi square test showed there was a correlation between
peer group interaction (p value = 0.000), family interaction (p value = 0.010),
cigarette advertisement (p value = 0.000), and smoking attitude (p value =
0,001), and smoking behavior of the teenagers. However, no correlation
between the level of knowledge (p value = 0.056) and smoking behavior
among the teenagers. Peer group and cigarette advertisement most signif-
icant affect smoking behavior of teenagers. It is recommended that schools
need to be involved to provide prevention and intervention on smoking
behavior of teenagers are more intensive."
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Mardhika Saputra
"Perkembangan perokok di kalangan anak-anak dan remaja semakin
meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Data Global Youth
Tobacco Survey terakhir di tahun 2009, menunjukkan 20,3% anak sekolah
13 _ 15 tahun merokok. Perokok pemula usia 10 _ 14 tahun naik 2 kali
lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pa-
da tahun 2010. Angka perokok pada usia remaja yang tinggi meningkatkan
risiko penyakit. Berdasarkan penelitian, para perokok yang terus merokok
dalam jangka panjang memiliki risiko kematian tiga kali lebih tinggi daripada
mereka yang bukan perokok. Individu mulai merokok disebabkan oleh pe-
ngaruh lingkungan sosial, seperti teman-teman, orang tua, dan media se-
hingga diperlukan suatu konseling terhadap remaja, salah satu metode kon-
seling dengan pendekatan model transteoritik. Dalam beberapa kajian, ter-
bukti model transteoritik efektif dalam mengubah perilaku merokok pada re-
maja. Berdasarkan kajian tersebut, diharapkan para konselor dalam mem-
berikan konseling hendaknya memperhatikan kesiapan klien dalam meng-
ubah perilaku hidupnya (aktivitas fisik) sesuai dengan tahap-tahapan yang
ada dalam model transteoritik.
The quantitiy and quality of smoking habits in adolescents are rising, steadi-
ly. According to Data Global Youth Tobacco Survey in 2009, showed 20.3%
of school children 13 _ 15 years were smoking. A beginner smokers aged
10 _ 14 years increased 2-fold in the last 10 years from 9.5% in 2001 to
17.5% in 2010. High number of smokers in adolescence will increase the
risk of disease. Based on studies, smokers who keep smoking in the long
term would face the possibility of death three times higher than nonsmokers.
People started to smoke because the influence of the social environment
such as friends, parents, and the media thus needed a counseling to
adolescents that is one with the approaches of counseling methods trans-
theoritical model (TTM).Transtheoritical models in several studies proved
Konseling Model Transteoritik dalam Perubahan
Perilaku Merokok pada Remaja
Counseling with the Transtheoritical Model in Changing Smoking
Behavioral among Adolescents
Adhitya Mardhika Saputra, Noni Mardeka Sary
effective in changing smoking behavior in adolescents. Based on the study
isexpected to provide counselors should keep in readiness counseling
clients in behavioral change his life (physical activity), it has been doing
according to the stages in the transtheoritical model."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A. Munandar, translator
Jakarta Hasta Mitra l984,
615 Mun m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Yetti
"Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis tidak hanya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke namun juga dapat menjadi kondisi yang mendahului munculnya gagal jantung kongestif. penyakit pembuluh darah tepi kronis, aneurisma aorta dan gagal ginjal. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum diderita para lanjut usia (lansia). Pendekatan promosi kesehatan yang populer untuk menurunkan prevalensi hipertensi salah satunya dengan meningkatkan kepatuhan diit terutama kosumsi rendah garam, Kepatuhan diit lansia sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga, karena 50% lansia di Indonesia tinggal di rumah tangga bersama suami/istri dan anggota keluarga lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, dukungan keluarga dan hasil pendidikan kesehatan dengan kepatuhan dilt hipertensi lansia di kelurahan Paseban kecamatan Senen Jakarta Pusat setiap faktor dominan yang paling mempengaruhinya Penelitian ini menggunakan metodologi riset keperawatan dengan rancangan studi pOlong Hntang (cross sectional). Sampel penelitian sebanyak 109 responden dengan menggunakan teknik random sampling. Basil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga (p=0,002) dan hasil pendidikan kesehatan (p=0,000) dengan kepatuhan diit hipertensi lansia, serta hasil pendidikan kesehatan merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan diit hipertensi lansia (OR=6,031), Kesimpulan penelitian ini adalah dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan merupakan dua hal penting yang sangat berpengaruh terhadap kepatuhan diit hipertensi lansia. Dan hasil penelitian ini disarankan lansia lebih membuka diri menerima informasi kesehatan yang diberikan terutama mengenal diit hipertensi dan keluarga memberikan dukungan yang lebih optimal kepada lansia untuk mematuhi diit hipertensi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T21856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Immobilization of humic acid on chitin has been conducted and applied for the adsorption of Ag(1). ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Schizophernia disorder is a servere mental disorder that is expected having a great relapsing risk. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Wulandari
"Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ibu melahirkan secara sectio cae-
sarea cenderung lebih lambat melakukan inisiasi menyusu dini dan mem-
punyai prevalensi lebih rendah dalam praktik ASI ekslusif dibanding Ibu
melahirkan pervaginam. Ibu post sectio caesarea juga tidak memulai
menyusui bayinya pada hari pertama melahirkan. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya praktik inisiasi
ASI pada Ibu post sectio caesarea termasuk peran tenaga kesehatan di se-
buah rumah sakit di Surabaya. Sebanyak 72 ibu yang melahirkan secara
sectio caesarea selama bulan Juni 2012 telah menandatangani informed
consent, diobservasi sejak masuk rumah sakit sampai akhir hari ke-2 post
sectio caesarea, dan diwawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan semua ibu sudah mempunyai pengetahuan yang
baik tentang ASI, 26,4% di antaranya sudah mempunyai pengalaman se-
belumnya dalam memberikan ASI, tetapi hanya 6,9% dan total 29,2% yang
mulai memberikan ASI pada hari pertama dan kedua pasca sectio cae-
sarea. Dukungan tenaga kesehatan dalam hal membantu proses pember-
ian ASI dilaporkan masih rendah. Uji korelasi mendapatkan bahwa dukun-
gan tenaga kesehatan dan kondisi rawat gabung adalah faktor yang
berhubungan dengan praktik pemberian ASI (p value 0,39; p = 0,001; phi
value = 0,47; p = 0,001). Rendahnya pemberian ASI ibu pasca sectio cae-
sarea berkorelasi dengan rendahnya dukungan tenaga kesehatan dan pe-
nundaan rawat gabung.
Previous studies showed that breastfeeding initiation was late in babies
born with sectio caesarea compared to those with vaginal delivery and
prevalence of exclusive breastfeeding practice was low in the former group.
There was no breastfeeding initiation in the first day of post sectio caesarea.
The objective of this study was to define factors correlated to low breast-
Rendahnya Praktik Menyusui pada Ibu Post Sectio
Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah
Sakit
The Low Practices of Breastfeeding for Sectio Caesarea Women and Health
Workers Support in Hospital
Dwi Retno Wulandari, Linda Dewanti
feeding practice initiation on post sectio caesarea mother, including the role
of health workers in a hospital in Surabaya. 72 post sectio caesarea moth-
ers were observed and interviewed on 1-30 June 2012 to find the factors
correlated with breastfeeding practice. The results showed that although all
the mothers already had a good knowledge about breastfeeding, and 26.4%
of them had previous experience in breastfeeding, only 6.9% and 29.2% of
total breastfeeding is started on the first and second post sectio caesarea
respectively. Support for breastfeeding practice from health workers was
low, and there were significant correlation between the support and room-
ing conditions with breastfeeding practices (p = 0.001). We concluded that
low level of breastfeeding practice on mother with sectio caesarea correlat-
ed with low support of health professional and with the delay of room-in
practice."
Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Pekerja seks perempuan (PSP) merupakan kelompok yang termarjinalkan secara sosial dan memiliki kerentanan yang tinggi terhadap masalah kesehatan. Upaya perluasan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada PSP masih terbatas sehingga penting dilakukan untuk mendukung pencapaian universal health coverage. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai akses JKN pada PSP di Denpasar. Penelitian ini merupakan studi kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap 15 orang PSP dan empat orang mucikari di Denpasar pada Agustus hingga Oktober 2014. Hasil wawancara diolah dengan analisis tematik. Kerangka analisis yang digunakan adalah The Health Access Livelihood Framework. Kepemilikan JKN pada PSP di Denpasar masih rendah, meskipun sebagian PSP memiliki kemauan untuk menjadi peserta JKN dan memiliki kemampuan membayar iuran JKN. Faktor penghambat akses JKN pada PSP adalah rendahnya pengetahuan mengenai prosedur pendaftaran dan portabilitas JKN, kekhawatiran keberlanjutan pembayaran iuran, persepsi buruk mengenai kualitas layanan yang akan diterima jika menggunakan JKN, ketidaklengkapan administrasi kependudukan serta kebijakan yang mengharuskan peserta bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI) Mandiri untuk mendaftarkan seluruh anggota keluarga. Akses JKN pada PSP terhambat oleh faktor-faktor individual, layanan dan kebijakan yang perlu diatasi untuk meningkatkan cakupan JKN pada PSP.

Female sex workers (FSW) is marginalized social group having a high vulnerability of health problems. Effort to expand national health insurance on FSW is still limited, so it is necessarily performed in order to support the achievement of universal health coverage. This study aimed to obtain the depiction of the insurance access among FSW in Denpasar. This study was qualitative. Data was collected through in-depth interview of 15 FSW and four pimps in Denpasar on August - October 2014. The interview result was analyzed using thematic analysis. The analysis framework used was The Health Access Livelihood Framework. The insurance ownership among FSW in Denpasar was low, even though some FSW were willing to be participants and afford to pay the premium. Factors inhibiting the insurance access were the lack of knowledge regarding registration procedures and portability, fear of premium payment sustainability, negative perceptions regarding quality of services that would be received if using the insurance, incomplete population administration and policy requiring participants of independent non-premium support receiver to register all of their family members. The insurance access among FSW was hindered by individual, service and policy factors that need to be conquered to increase the insurance coverage among FSW."
Bali: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>