Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwit Aditama
"Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Banda Aceh. Banda Aceh merupakan daerah endemik DBD dengan meningkatnya angka kejadian dan case fatality rate setiap tahun. Insiden tertinggi DBD berada di Kecamatan Baiturrahman dengan angka kejadian 120 per 100.000 penduduk dan tertinggi kedua adalah Kecamatan Jaya Baru dengan angka kejadian 84 per 100.000 penduduk. Keberadaan larva Aedes sp di masyarakat merupakan salah satu indikator populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jentik nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada masing-masing wadah ovitrap (tempurung kelapa, gelas plastik, dan potongan bambu) serta tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes sp sebelum dan setelah pemasangan wadah ovitrap. Jenis penelitian adalah explanatory study dengan desain eksperimental quasi. Teknik pengambilan sampel adalah proportional sampling. Populasi unit penelitian adalah 30 rumah. Ovitrap diletakkan merata pada 30 titik lokasi dari 10 kelurahan secara acak. Data jumlah jentik nyamuk Aedes yang terperangkap diambil empat kali secara berulang dengan selang waktu satu minggu. Analisis dengan rerata jumlah jentik di dalam ovitrap dan indeks ovitrap. Hasil jumlah jentik Aedes aegypti yang terperangkap sebanyak 1.265. Ovitrap yang paling efektif, yaitu potongan bambu rerata = 123, nilai p = 0,006, HI = 10,01% (16,66 ? 26,67%), CI = 36,8% (336,06 ? 39,74%), BI = 29,97% (73,33 - 103,3%). Otoritas kesehatan harus mempromosikan ovitrap bambu kepada masyarakat sebagai upaya pengendalian Aedes sp.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a public health problem in Banda Aceh. Banda Aceh is a DHF endemic city by increasing incidence rate (IR) and case fatality rate every year. The highest DHF incidence was in Baiturrahman District (IR = 120 per 100,000 people) and Jaya Baru District (IR = 84 per 100,000 people). Aedes sp larvae existence among people is one of Aedes aegypti population indicators in such region. This study aimed to find out numbers of Aedes sp trapped in each ovitrap (coconut shell, plastic cup, and piece of bamboo) and Aedes sp density level before and after ovitrap installation. This study was explanatory study using quasi-experimental design. The sampling technique was proportional sampling. Population of study was 30 houses. Ovitraps were randomly located in 30 places of 10 subdistricts. Data of trapped Aedes sp larvae numbers was collected four times repeatedly within one week time-lapse. Analysis was conducted using the mean number of larvae in ovitraps and ovitrap index. The number of Aedes sp larvae trapped was 1,265. The most effective ovitrap is piece of bamboo, mean = 123, p value = 0.006, HI = 10.01% (16.66 - 26.67%), CI = 36.8% (336.06 - 39.74%), BI = 29.97% (73.33 - 103.3%). Health authorities should promote bamboo ovitrap, especially to public as an act to control Aedes sp."
[Place of publication not identified]: Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"There is a pletora of evidence to suggets that host seeking in mosquitos is mediated by infocchemical or semichemicals emanating from the host and visual clues that the mosquitoes recognise."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Karamoy, Andi Gunawan
"Nyamuk betina Aedes aegypti merupakan vektor yang mampu membawa berbagai virus penyebab penyakit, salah satunya adalah chikungunya. Hingga saat ini, masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang ada saat ini hanya bersifat simptomatik atau hanya mengobati gejalanya saja. Oleh karena itu, pilihan terbaik dalam melawan chikungunya adalah pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan perangkap telur nyamuk ovitrap. Efektivitas penggunaan ovitrap dapat ditingkatkan dengan menggunakan zat atraktan, seperti air rendaman jerami.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari zat atraktan lain yang lebih murah dan mudah didapatkan, tetapi memiliki kemampuan yang efektif untuk menarik nyamuk. Zat atraktan yang diteliti pada penelitian ini adalah air akuarium. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental analitik yang diuji pada suatu komunitas dan menggunakan 2 variabel bebas, yaitu konsentrasi dari air akuarium dan lokasi penempatan ovitrap.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsentrasi air akuarium terhadap efektivitas ovitrap p=0,818. Akan tetapi, terdapat hubungan yang bermakna antara peletakkan ovitrap terhadap efektivitas ovitrap p=0,005.
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peletakkan ovitrap memengaruhi efektivitas ovitrap. Peletakkan ovitrap di luar rumah lebih efektif untuk memerangkap telur nyamuk dibandingkan di dalam rumah.

Aedes aegypti female mosquito is a vector capable of carrying various viruses that cause disease, one of which is chikungunya. Until now, there is still no treatment that can cure this disease. Current treatments are only symptomatic or only treat symptoms. Therefore, the best choice in fighting chikungunya is prevention that can be done by using an ovitrap. The effectiveness of ovitrap use can be increased by using attractant substances, such as straw soaking water.
This study aims to find other attractants that are cheaper and easier to obtain but have an effective ability to attract mosquitoes. The attractant substances examined in this study are aquarium water. This study used an analytical experimental design that was tested in a community and used 2 independent variables, namely the concentration of aquarium water and the location of placement of the ovitrap.
The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between the concentration of aquarium water on the effectiveness of ovitrap p = 0.818. However, there is a significant relationship between location of ovitrap with the effectiveness of ovitrap p = 0.005.
From this study, it can be concluded that the placement of the ovitrap affects the effectiveness of the ovitrap. Placing the ovitrap outside the home is more effective for trapping mosquito eggs than in the house."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Purba Geraldi
"Chikungunya merupakan penyakit yang menyebabkan kesakitan dan masih terjadi di Indonesia khususnya di Kecamatan Limo, Kota Depok pada bulan Juni 2018. Penanganan terbaik Chikungunya adalah dengan teknik pengendalian vektor yaitu Aedes aegypti. Salah satu teknik pengendalian yang dapat digunakan adalah ovitrap. Ovitrap adalah perangkap telur nyamuk yang menggunakan atraktan untuk menarik nyamuk betina bertelur. Attractant yang ada seperti air rendaman jerami sulit ditemukan dalam situasi sehari-hari, sehingga idenya adalah menggunakan air limbah rumah tangga sebagai attractant, yaitu air cucian beras hasil fermentasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian eksperimen analitik pada lingkungan. Variabel yang diamati terdiri dari konsentrasi air cucian beras fermentasi yang terdiri dari konsentrasi 10%, 30%, dan 60% serta kontrol berupa air PAM. Variabel lain yang diamati adalah lokasi pemasangan di luar dan di dalam rumah. Atraktan juga dihitung parameter kimia dan fisik. Data yang diperoleh berupa data abnormal dengan perhitungan Saphirro-Wilk (p value > 0,05). Variabel konsentrasi dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Variabel lokasi pemasangan dianalisis dengan Mann-Whitney dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p value < 0,05). Suhu, kelembaban, parameter kimia, parameter fisik, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Chikungunya is a disease that causes morbidity and still occurs in Indonesia, especially in Limo sub-district, Depok City in June 2018. Chikungunya is best treated with vector control techniques, namely Aedes aegypti. One control technique that can be used is ovitrap. Ovitrap is a mosquito egg trap that uses attractants to attract female mosquitoes to lay eggs. Existing attractants such as straw soaking water are difficult to find in everyday situations, so the idea is to use household wastewater as an attractant, namely fermented rice washing water. The research was conducted with an analytical experimental research design on the environment. The observed variables consisted of the concentration of fermented rice washing water which consisted of concentrations of 10%, 30%, and 60% along with the control in the form of PAM water. Another variable observed is the installation location outside and inside the house. Attractants are also calculated chemical and physical parameters. The data obtained in the form of abnormal data with the calculation of Saphirro-Wilk (p value> 0.05). Concentration variables were analyzed using Kruskal-Wallis and there were no significant differences. The installation location variable was analyzed by Mann-Whitney and the results showed that there was a significant difference (p value <0.05). Temperature, humidity, chemical parameters, physical parameters, and other factors may affect the research results."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kokap.one of the subdistricts in Kulon Progo Regency is a malarious endemic area...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arusma Delima
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S29343
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Kurniawan
"Karya satra lama yang berbentuk naskah perlu diteliti secara mendalam, karena didalamnya tersimpan system nilai adat-istiadat, dan alam paraleluhur kita pada masa lampau, yang dapat diterapkan atau dihindari pada masa sekarang. Syair Nyamuk dan Lalat adalah karya sastra yang simbolik, karena tokoh-tokohnya adalah binatang (serangga-serangga). Serangga-serangga ini berlaku seperti manusia. Setelah diadakan anlisis terhadap isi naskah, maka dapat disimpulkan bahwa tema Syair Nyamuk dan Lalat adalah percintaan, yaitu percintaan nyamuk dan lalat yang berakhir dengan kebahagiaan. Amanat Syair Nyamuk dan Lalat adalah agar kita tidak membohongi diri sendiri dan selalu berusaha dalam menghadapi suatu masalah. Tokoh-tokoh dalam Syair Nyamuk dan Lalat disimbolikan oleh pengarang dalam kelompok nama seranga, yaitu Lalat, Nyamuk, Bari-bari, Agas, dan Tabuhan. Tokoh Lalat dan Nyamuk di lambangkan sebagai golangan bangsawan. Tokoh Bari-bari digambarkan sebagai pesuruh atau dayang tokoh Lalat yang patuh dan setia. Tokoh Agas digambarkan sebagai dayang tokoh Nyamuk yang setia terhadap tuannya. Sedangkan tokoh Tabuhan dilambangkan sebagai orang. pintar di dalam masyarakat pada masa naskah itu ditu1is"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti
"Tingkat kepadatan jentik merupakan indikasi diketahuinya kepadatan nyamuk Aedes sp yang akan menularkan virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan juga sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan pengendalian vektor. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik tempat penampungan air (TPA) dan perbedaan kepadatan jentik House Index, Container Index, Breatau Index (HI, CI, BI) di Kelurahan Alak sebagai daerah endemis dan Kelurahan Belo sebagai daerah bebas DBD di Kota Kupang Tahun 2011. Penelitian observasional analitik ini menggunakan rancangan studi potong lintang. Variabel penelitian adalah jenis, kondisi, letak, bahan TPA dan kepadatan jentik Aedes sp. Data dikumpulkan dengan observasi langsung pada TPA dan rumah terpilih. Data disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan uji-t.
Penelitian ini menemukan TPA positif jentik paling banyak adalah TPA untuk kebutuhan sehari-hari, kondisi TPA tidak tertutup rapat, letak TPA di luar rumah, bahan TPA adalah bahan keramik, dan warna TPA adalah warna putih. Hasil penelitian menunjukkan nilai US dari HI 0,887, CI 0,146 dan BI 0,080, yang artinya tidak ada perbedaan kepadatan jentik antara Kelurahan Alak (daerah endemis) dengan Kelurahan Belo (daerah bebas).
Disimpulkan tidak ada perbedaan kepadatan jentik (HI, CI, dan BI) antara daerah endemis dan daerah bebas DBD. Kedua daerah sama-sama memiliki tingkat kepadatan jentik yang tinggi, sehingga disarankan pemberantasan sarang nyamuk tidak hanya diprioritaskan pada daerah endemis DBD tetapi juga daerah daerah bebas DBD.

The larva density is an indication of the density of Aedes sp known to be capable of transmitting the dengue virus as the cause of dengue haemorrhagic fever (DHF) and also as one of the indicators of the success of vector control activities. This study aimed to determine the difference of the water container characteristics and the larvae density (HI, CI, BI) in Alak village as an endemic area and in Belo Village as a free area of dengue in Kupang Municipality. This analytic observational study using cross sectional study design. Observed variables were the type, the condition, the location, the material of water container and also the larvae density. Data collected by direct observation in water container and house. Data presented in tables were analyzed by t-test.
This study found positive larvae at most container is for everyday need, on not sealed condition, in outside the home, and in a ceramic material. The study also found the US value of HI is 0.887, CI is 0.146 and BI is 0.080. It means that larvae density between Alak and Belo Village is not different.
The conclusion is that there is no difference in the larvae density (HI, CI, and BI) between endemic area and free area of DHF. The two regions have the same high level of larvae density, so it is advisable that mosquito eradication is not only priority in endemic areas but also in dengue-free areas.
"
[place of publication not identified]: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, Jurusan Kesehatan Lingkungan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti
"Tingkat kepadatan jentik merupakan indikasi diketahuinya kepadatan nyamuk Aedes sp yang akan menularkan virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan juga sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan pengendalian vektor. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik tempat penampungan air (TPA) dan perbedaan kepadatan jentik House Index, Container Index, Breatau Index (HI, CI, BI) di Kelurahan Alak sebagai daerah endemis dan Kelurahan Belo sebagai daerah bebas DBD di Kota Kupang Tahun 2011. Penelitian observasional analitik ini menggunakan rancangan studi potong lintang. Variabel penelitian adalah jenis, kondisi, letak, bahan TPA dan kepadatan jentik Aedes sp. Data dikumpulkan dengan observasi langsung pada TPA dan rumah terpilih. Data disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan uji-t.
Penelitian ini menemukan TPA positif jentik paling banyak adalah TPA untuk kebutuhan sehari-hari, kondisi TPA tidak tertutup rapat, letak TPA di luar rumah, bahan TPA adalah bahan keramik, dan warna TPA adalah warna putih. Hasil penelitian menunjukkan nilai US dari HI 0,887, CI 0,146 dan BI 0,080, yang artinya tidak ada perbedaan kepadatan jentik antara Kelurahan Alak (daerah endemis) dengan Kelurahan Belo (daerah bebas).
Disimpulkan tidak ada perbedaan kepadatan jentik (HI, CI, dan BI) antara daerah endemis dan daerah bebas DBD. Kedua daerah sama-sama memiliki tingkat kepadatan jentik yang tinggi, sehingga disarankan pemberantasan sarang nyamuk tidak hanya diprioritaskan pada daerah endemis DBD tetapi juga daerah daerah bebas DBD.

The larva density is an indication of the density of Aedes sp known to be capable of transmitting the dengue virus as the cause of dengue haemorrhagic fever (DHF) and also as one of the indicators of the success of vector control activities. This study aimed to determine the difference of the water container characteristics and the larvae density (HI, CI, BI) in Alak village as an endemic area and in Belo Village as a free area of dengue in Kupang Municipality. This analytic observational study using cross sectional study design. Observed variables were the type, the condition, the location, the material of water container and also the larvae density. Data collected by direct observation in water container and house. Data presented in tables were analyzed by t-test.
This study found positive larvae at most container is for everyday need, on not sealed condition, in outside the home, and in a ceramic material. The study also found the US value of HI is 0.887, CI is 0.146 and BI is 0.080. It means that larvae density between Alak and Belo Village is not different.
The conclusion is that there is no difference in the larvae density (HI, CI, and BI) between endemic area and free area of DHF. The two regions have the same high level of larvae density, so it is advisable that mosquito eradication is not only priority in endemic areas but also in dengue-free areas.
"
[place of publication not identified]: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, Jurusan Kesehatan Lingkungan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlila
"ABSTRAK
Demam berdarah adalah suatu penyakit menular yang ditandai dengan demam mendadak, perdarahan baik di kulit maupun bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shock dan kematian. Penyebab penyakit ini adalah virus Denggi (Dengue) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Penanggulangan nyamuk Aedes aegypti sebagi vektor utama demam berdarah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi habitat jentik, penanggulangan nyamuk dengan adultisida dan penanggulangan jentik dengan larvisida. Satu-satunya larvisida yang digunakan untuk pengendalian vektor demam berdarah di Indonesia adalah temephos. Larvisida tersebut mulai digunakan pada tahun 1976 dan sejak tahun 1980 dipakai secara masal untuk program penaggulangan vektor demam berdarah. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian untuk membandingkan status kerentanan populasi jentik Aedes aegypti terhadap temephos dari tiga kelurahan di Jakarta, yaitu kelurahan Johar Baru, kelurahan Cempaka Putih Timur, dan kelurahan Kampung Rawa. Penentuan status kerentanan dilakukan dengan cara menentukan LC-50 dan LC-90 temephos terhadap jentik Aedes aegypti dari tiga kelurahan tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kerentanan populasi jentik Aedes aegypti dari tiga kelurahan tersebut terhadap temephos dan populasi jentik Aedes aegypti dari tiga kelurahan tersebut masih rentan tehadap temephos."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>