Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12014 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atikah Rahayu
"Kabupaten Hulu Sungai Utara masih dihadapkan dengan permasalahan
gizi pada anak bawah dua tahun (baduta). Salah satu masalah gizi hingga
saat ini adalah stunting. Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah
(BBLR) merupakan salah satu faktor yang potensial memengaruhi pertum-
buhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji risiko riwayat berat
badan lahir dengan kejadian stunting pada anak baduta. Desain penelitian
adalah potong lintang. Populasi penelitian ini merupakan ibu-ibu yang
memiliki anak baduta dan besar sampel sejumlah 117 terdiri dari anak
baduta. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama tiga bulan pada bulan
September ? November 2014. Kategori BBLR jika riwayat berat badan lahir
< 2.500 gram. Analisis data bivariat menggunakan uji kai kuadrat dan data
multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menun-
jukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat status
BBLR (nilai p = 0,015) dengan stunting pada anak baduta. Berdasarkan
hasil analisis multivariat, diperoleh bahwa BBLR merupakan faktor risiko
yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting. Anak dengan
BBLR memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting. Riwayat BBLR
memiliki peranan penting dalam kejadian stunting anak baduta di wilayah
Puskesmas Sungai Karias, Hulu Sungai Utara.
North Hulu Sungai District is still facing nutrition problems among children
under two years old. One of nutrition problems up to now is stunting. Child
with low birthweight (LBW) record is one of potential factors influencing the
growth of a child. This study aimed to assess any risk of LBW records with
stunting incidence among children under two years old. This study used
cross-sectional design. The population was mothers having children under two years old and samples amounted to 117 consisted of children under two
years old. This study was conducted within three months on September ?
November 2014. Category of LBW was if birth weight records < 2,500 gram.
Bivariate data analysis used chi-square test and multivariate data analysis
used logistic regression test. The result of bivariate analysis showed a sig-
nificant relation between LBW status records (p value = 0.015) with stunt-
ing incidence among children under two years old. Based on the result of
multivariate analysis, LBW was the most dominating risk factor related to
stunting incidence. Children with LBW had 5.87 times risk of suffering from
stunting. LBW records take an important role in stunting incidence among
children under two years old around Sungai Karias Primary Health Care
area in North Hulu Sungai."
Universitas lambung mangkurat, fakultas kedokteran, bagian gizi program Studi kesehatan masyarakat,, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kapabilitas kecerdasan orang dewasa, terkait dengan perkembangan jaringan otak telah mencapai 50 persen ketika ia berumur 4 tahun. Perkembangan pesat jaringan otak terjadi ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun. Setelah itu, walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif. Periode 4 tahun pertama merupakan periode kritis bagi anak karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa, sementara masa emas ini hanya datang sekali. Optimalisasi pendidikan usia dini, yaitu pendidikan anak di usia 4 tahun pertamanya menjadi sangat penting. Program pengabdian kepada masyarakat ini memberi pengarahan dan pembinaan pentingnya pendidikan usia dini pada masyarakat di wilayah kampung Bulak, Pondok Gede, Bekasi. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan aksi filantropi produktif berupa pengadaan sarana perpustakaan bagi anak usia dini."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2018
300 SYU 1:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Willa Follona
"Remaja berisiko terhadap pernikahan usia dini namun informasi tentang pendewasaan usia perkawinan masih kurang. Pendidikan kelompok sebaya merupakan metode pendidikan kesehatan yang sesuai untuk remaja, namun belum terlaksana di lingkungan masyarakat baik perkotaan maupun perdesaan. Selain itu, belum terfokus pada pendewasaan usia perkawinan, sehingga perlu diketahui perbedaan pengetahuan dan sikap tentang pendewasaan usia perkawinan setelah pendidikan kelompok sebaya pada remaja di perkotaan dan perdesaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pendidikan kelompok sebaya tentang pengetahuan dan sikap mengenai pendewasaan usia perkawinan antara remaja di wilayah perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan desain pretest-posttest pada 60 remaja yang dipilih secara acak sederhana di Desa Cileungsi (perkotaan) dan Desa Mampir (perdesaan) Kecamatan Cileungsi pada bulan Maret 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kelompok sebaya dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja perkotaan serta perdesaan dengan p < 0,001. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada peningkatan pengetahuan maupun sikap dengan p > 0,05. Pendidikan kelompok sebaya dapat dilaksanakan di berbagai wilayah sehingga diperlukan dukungan berbagai pihak untuk pelatihan pendidik sebaya bagi remaja dan pengembangan di lingkungan masyarakat.

Adolescents are at risk of having early marriage, but they still lack of information about maturation age of marriage. Peer education is a suitable method to provide adolescents with health education. However, health education given to adolescents both in urban society and rural society has never used this method, and has not been focused on maturation age of marriage. Therefore, it is necessary to find out the difference between knowledge and attitude of urban adolescents and those of rural adolescents about maturation age of marriage after peer education method is used. This study was aimed to analyze the difference impacts of peer education on maturation age of marriage among urban and rural adolescents. This is a quasi experimental study using pre-test and post-test design on 60 adolescents who are selected using a simple random sampling, from Cileungsi Village (urban area) and Mampir Village (rural area) in Cileungsi Sub-district in March 2014.
The results show that peer education is able to improve the knowledge and attitude about maturation age of marriage of adolescents with p < 0.001. However, it does not show any significant difference with p > 0.05 in both knowledge and attitude. Peer education can be implemented in all regions. Therefore, supports from all stakeholders is necessary to make some training for trainers in peer education for teenagers and its development in society."
Jakarta: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Mahwati
"Multimorbidity is the presence of two or more chronic diseases in one person.
Multimorbidity prevalence increases with age, especially in the elderly.
This study aimed to determine the prevalence of multimorbidity in elderly
population in Indonesia and its determinant. Data were taken from the fourth
survey of the Indonesian Family Life Survey (IFLS) which held in 2007.
IFLS is a continuing longitudinal socio-economic and health survey. The
sample used in the analysis were 2,960 elderly (³ 60 years). Logistic regression
was performed to determine the prevalence and determinants of
multimorbidity in the elderly. The prevalence of multimorbidity were 15.8 %
and was higher among low educational level, unemployed, current smokers,
mild physical activity, overweight/obese and lower consumption of vegetables
and fruit. Multivariate analysis showed that low educational level, unemployed,
current smoker and ex smoker, overweight/obese, mild physical
activity and lower consumption of vegetables and fruit were associated with
multimorbidity. The results showed that the prevalence of multimorbidity in
Indonesian elderly is quite high especially those with poor health behaviors
and low socioeconomic conditions. Strategies to increase healthy behaviors
and improve socio-economic conditions may decrease the prevalence of
multimorbidity.
Multimorbiditas adalah kehadiran dua atau lebih penyakit kronis pada satu
orang. Prevalensi multimorbiditas meningkat dengan usia, terutama pada
lanjut usia (lansia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan
determinan multimorbiditas pada lansia di Indonesia. Data diambil dari
survei keempat Indonesian Family Life Survey (IFLS) yang diadakan pada
tahun 2007. IFLS adalah survei sosial ekonomi dan kesehatan longitudinal
di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam analisis adalah 2.960 lansia (³
60 tahun). Regresi logistik dilakukan untuk menentukan prevalensi dan determinan
multimorbiditas pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan
prevalensi multimorbiditas sebesar 15,8%, dengan prevalensi lebih tinggi
pada lansia yang overweight/obesitas, tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja,
perokok saat ini, aktivitas fisik ringan, overweight/obesitas, dan kurangnya
konsumsi sayur dan buah. Analisis multivariat menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang rendah, tidak bekerja, perokok saat ini dan pernah
merokok, overweight/obesitas, aktivitas fisik ringan, serta kurangnya
konsumsi sayuran dan buah berhubungan dengan multimorbiditas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prevalensi multimorbiditas pada lansia
Indonesia cukup tinggi terutama mereka dengan perilaku kesehatan yang
buruk dan kondisi sosial ekonomi yang rendah. Strategi untuk
meningkatkan perilaku sehat dan meningkatkan kondisi sosial-ekonomi dapat
menurunkan prevalensi multimorbiditas pada lansia."
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Septiono
"In Indonesia, the prevalence of smoking among 5 ? 9 years old children has
increased from 0.4% in 2001 to 2% in 2007. Among present adults smok-
ers (>20 years), 17% started to smoke before the age of 13 years. This
study identified factors related to smoking behaviour among 8 ? 12 years
old children in Jakarta, Indonesia using a questionnaire based cross sec-
tional survey to obtain smoking status and possible predictors towards
smoking habit. The total sample size was 1,097 students among 3rd - 7th
grade students from schools in Jakarta. Self-reported smoking status was
defined as whether the child had smoked tobacco within the past two
months prior to the interview. The prevalence of smoking was 13.4%.
Logistic regression analysis showed that high parental approval on tobac-
co use (OR=13.4; CI 95%: 5.1 ? 35.1) was the strongest predictor on chil-
dren smoking status, followed by low parental control (OR=12.1; CI 95%:
6.9 ? 21.2), being a male compared to a female (OR=10.7; CI 95%: 5.3 ?
21.7), mother (OR=10.58; CI 95%: 3.96 ? 28.28), father (OR=7.69; CI 95%:
3.59 ? 16.47), sibling (OR=7.91; CI 95%: 4.41 ? 14.17) smoking status.
Smoking parents and siblings, low parental control, and high parental ap-
proval on smoking were related to higher odds of smoking among children.
The results were used as a rationale for suggestions and recommendations
of relevance for future intervention programs and tobacco related research
with specific focus on children.
Prevalensi anak perokok umur 5-9 tahun di Indonesia meningkat dari 0,4%
di tahun 2001 menjadi 2% di tahun 2007. Tujuh belas persen perokok de-
wasa menyatakan mulai merokok ketika berumur di bawah 13 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor terkait perilaku merokok
anak umur 8-12 tahun di Jakarta dengan menggunakan pendekatan potong
lintang untuk menjaring perokok anak dan faktor yang mungkin menye-
babkan perilaku tersebut. Kuesioner digunakan untuk menjaring status
Artikel Penelitian
perilaku merokok anak dalam dua bulan terakhir sebelum survei. Total 1.097
murid kelas 3 sampai 7 di Jakarta menjadi sampel penelitian dengan 13,4%
responden merokok dalam 2 bulan terakhir. Analisis regresi logistik menun-
jukkan bahwa pembolehan merokok di dalam rumah oleh orang tua
(OR=13,4; CI 95%: 5,1 ? 35,1) menjadi penyebab terkuat, diikuti dengan
rendahnya kontrol orang tua (OR=12,1; CI 95%: 6,9 ? 21,2), siswa laki-laki
(OR=10,7; CI 95%: 5,3 ? 21,7), ibu (OR=10.58; CI 95%: 3.96 ? 28.28), ayah
(OR=7,69; CI 95%: 3,59 ? 16,47), dan saudara kandung yang perokok
(OR=7,91; CI 95%: 4,41 ? 14,17). Orang tua dan saudara kandung yang
merokok, rendahnya pengawasan orang tua, dan tingginya pembolehan
merokok di dalam rumah menjadi penyebab perilaku merokok anak umur 8-
12 tahun. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai rekomendasi untuk
program intervensi di masa depan dan penelitian terkait tembakau dengan
fokus kepada anak-anak."
University of Copencahagen Denmark, Copenhagen School of Global Health, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kantor Menteri Koordinator bidang kesejahteraan rakyat, 1992
WA 317 Dep N92k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This article aims to solve the feelings of loneliness, worry,fear and being deserted faced by society members at their old age or senior citizen."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This study aimed to clarify factors associated with medical and nursing care costs for older people living in community and to suggest an effective disability prevention programs. Total of participants in this study was 83 individuals (29 men and 54 women; mean age 81.2 ± 6.3 years old) on November 1st - December 28th, 2014. This study compared the average medical and nursing care costs per month with national average for those aged ≥ 65 years old. Logistic regression test was conducted to examine its association with medical and nursing care costs. Those who had outing activities ≥ 3 times a week were approximately three times less likely to reduce medical and nursing care costs than those who had outing activities < 3 times a week despite three controlled covariates (OR = 3.23 and 95% CI = 1? 10.42). Disability prevention programs that improve frequency of out-ing at least three times in a week may become a valid economic approach to older people who do not live in nursing home.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklarifikasi faktor-faktor yang terkait dengan biaya medis dan perawatan lanjut usia (lansia) yang tinggal di panti sosial serta menyarankan program pencegahan disabilitas yang efektif. Total partisipan dalam penelitian ini adalah 83 orang (29 laki-laki dan 54 perempuan; usia rata-rata 81,2 ± 6,3 tahun) pada 1 November - 28 Desember 2014. Penelitian ini membandingkan biaya medis dan perawatan rata-rata per bulan dengan rata-rata nasional bagi yang berusia ≥ 65 tahun. Uji regresi logistik dilakukan untuk memeriksa keterkaitannya dengan biaya medis dan perawatan. Mereka yang pergi ke luar rumah ≥ 3 kali seminggu tiga kali lebih kecil kemungkinannya untuk mengurangi biaya medis dan perawatan dibandingkan mereka yang pergi ke luar rumah < 3 kali seminggu meskipun dengan tiga kovariat yang dikontrol (OR = 3,23 dan 95% CI = 1,03 - 10,42). Program pencegahan disabilitas yang meningkatkan frekuensi ke luar rumah sedikitnya tiga kali seminggu dapat menjadi pendekatan ekonomis yang valid pada lansia yang tidak tinggal di panti wreda."
Japan: Tanpopo Support Clinic of Home Health Care, Musashino, Japan, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanumah Basalim
"Wanita yang mengalami menarche dini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita dengan menarche normal. Tujuan penelitian mengetahui determinan menarche dini Siswi SMP X di Jakarta Tahun 2009, dengan menggunakan rancangan cross sectional. Analisis data menggunakan uji regresi logistic dan uji interaksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hormonal adalah faktor dominan (B=2,6; p= 0,005, OR= 12,97) yang mempengaruhi terjadinya menarche dini. Disarankan tinggi badan dipakai untuk salah satu skrining kanker payudara.

Woman who had early menarche has higher risk to get breast cancer compare to woman who had normal menarche. Purpose of this cross sectional study is to know determinant of early menarche in Junior High School X student, year 2009. Logistic regression and interaction test were statistic methods for data analysis.
Result showed hormonal was a dominant factor that influence early menarche (B=2,6; p= 0,005; OR: 12,97). It was suggested to include body height as one of breast cancer screenning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T29374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Fahdiyani
"Upper respiratory infection (URI) in developing countries causes high morbidity among toddlers. Indonesia Health Ministry reported that non-pneumonia acute respiratory infection (ARI) increased by 2.6% from 2007 to 2011. Risk factors which may contribute to URI include environment and behavior. This study aimed to investigate environmental and behavioral factors with URI among toddlers. This case control study was conducted on February - April 2015 among toddlers in Tamansari that is a slum area in Bandung City. Case was 55 mothers with toddlers suffering from URI who came to primary health care, meanwhile control was twice bigger than cases selected from the environment and matched for age, sex and nutritional status. Environmental factors were density, humidity, ventilation, temperature and smoke disposal. Meanwhile, behavioral factors were hand-washing, mother?s smoking behavior, the use of mask, vitamin A consumption and exclusive breastfeeding. Results of study showed that environmental factor related to URI was only density with p value = 0.021 and OR = 2.843 (CI 95% = 1.168 - 6.920). None of maternal behavior factor was related to URI. Reducing density is an important and challenging issue in slum area, same as similary health promotion and prevention concerning URI are still necessary to reduce the risk of this disease among toddlers in urban slum area.

Infeksi saluran pernapasan akut atas (ISPA atas) di negara berkembang menyebabkan morbiditas tinggi pada anak bawah usia lima tahun (balita). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa ISPA nonpneumonia meningkat 2,6% dari tahun 2007 ke 2011. Faktor risiko yang dapat berkontribusi termasuk lingkungan dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor perilaku dan lingkungan dengan ISPA atas pada balita. Studi kasus kontrol ini dilakukan dari Februari-April 2015 pada balita di Tamansari yang merupakan daerah kumuh di Kota Bandung. Kasus adalah 55 ibu dengan balita menderita ISPA atas yang datang ke puskesmas, sedangkan kontrol dua kali lebih besar dari kasus dipilih dari lingkungan dan cocok untuk usia, jenis kelamin, dan status gizi. Faktor lingkungan adalah kepadatan, kelembaban, ventilasi, suhu, dan pembuangan asap. Sedangkan perilaku adalah mencuci tangan, perilaku merokok ibu, pemakaian masker, konsumsi vitamin Adan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang berkaitan dengan ISPA atas hanya kepadatan dengan nilai p = 0,021 dan OR = 2,843 (CI 95%: 1,168 - 6,920). Tidak terdapat faktor perilaku ibu yang berhubungan dengan ISPA atas. Pengurangan kepadatan merupakan masalah penting dan menantang di daerah kumuh, sama halnya dengan promosi kesehatan dan pencegahan tentang ISPA atas masih penting untuk mengurangi risiko penyakit ini pada balita di daerah kumuh perkotaan."
Bogor: Padjajaran University, Faculty of Medicine, Master of Public Health, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>