Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Jatmika Nurahsid
"ABSTRAK
Asuransi jiwa adalah suatu pertanggungan yang menyediakan maslahat tertentu untuk
ahli waris yang ditunjuk oleh pemegang polis setelah pemegang polis atau tertanggung
meninggal duma, atau untuk pemegang polis atau tertanggung apabila pemegang polis atau
tertanggung masih hidup pada saat masa pertanggungan asuransi berakhir.
Kinerja perusahaan asuransi jiwa seperti umumnya kinerja perusahaan-perusahaan
sektor industri latnnya dapat dilihat pada laporan keuangan yang dikeluarkan. Untuk
meningkatkan minat masyarakat umum khusunya para investor dan pemegang saham terhadap
perkembangan industri asuransi jiwa, malca unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan
perlu dibuat dengan mengacu pada kondisi saat ini, sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan menggambarkan kondisi realistis perusahaan.
Cadangan premi merupakan salah satu unsur terpenting dalam laporan keuangan
perusahaan asuransi jiwa. Cadangan premi adalah cadangan wajib yang harus dibentuk oleh
perusahaan asuransi jiwa untuk membayar inanfaat yang telah diperjanjikan kepada pemegang
polis dimasa yang akan datang. Cadangari premi merupakan unsur terbesar di dalam total
kewajiban (liabilities) yang terdapat dalam neraca perusahaan asuransi jiwa. Cadangan teknis
lainnya yang dibentuk oleh perusahaan asuransi jiwa adalah cadangan kiaim (Claim Reserve)
termasuk Incurred But Not Reported (IBNR) Reserve.
Pembentukan cadangan premi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan asuransi
jiwa di Indonesia termasuk perusahaan yang telah go public didasarkan pada metoda Statutory
Reserve yaitu metoda pembentukan cadangan premi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 48IIKMLO17/1999, yang akan menghasilkan
cadangan premi yang umumnya lebih besar dan kondisi pada saat cadangan premi dibentuk.
Hal ini berdampak pada tìngkat solvabilitas dan tingkat profitabilitas perusah asuransi jiwa
yg tidak mencerminkan kon?itisi yaiìg sebenarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut maka untuk kepentingan investor dan pemegang saham
perusahaan asuransi jiwa perlu membentuk cadangan premi yang mendekati kondlisi
sebenarnya dengan menggunakan metoda Generaly Accepted Accounting Principles Reserve
(GAAP Reserve). Pembentukan cadangan premi dengan sistem ini menggunakan asumsi
asumsi yang lebih moderat dan mendekati kondisi going concern, sehingga cadangan premi
yang dihasilkan memberikan gambaran yang realistis mengenai kewajiban perusahaan
terhadap pemegang polis.
Di Indonesia ketentuan-ketentuan mengenai pembentukan cadangan premi dengan
GMP Reserve belum ditetapkan. Oleh karena itu dalam karya akhir ini dibentuk cadangan
premi dengan menggunakan US GAAP Reserve. Pembentukan cadangan premi dengan metoda
ini menggunakan asumsi-asumsi berdasarkan perkiraan terbaik aktuaris (Best Estimate
Assumption) yang disesualkan dengan kondisi pada saat pembentukan eadangan premi.
Asuxnsi-asumsi ini disesuaikan dengan menggunakan Provision Adverse Deviation (PAD).
Untuk membandingkan hasil perhitungan cadangan premi berdasarkan metoda ini
dengan cadangan premi berdasarkan Statutory Reserve digimakan produk asuransi jiwa
berjangka kombinasi yang berasal dan sebuali penisahaan asuransi jiwa. Produk tersebut
menggunakan mata uang Dollar Arnerika Serikat dan mempunyai 3 jangka waktu asuransi
yaitu jangka waktu 12 tahun yang berisikan 116 peinegang polis, jangka waktu 15 tahun
sebanyak 41 pemegang polis, dan j angka waktu 18 tahun sebayak 60 pemegang polis.
Dengan menggunakan asumsi terbaik (Best Estimate) maka GAAP Reserve yang
dibentuk untuk jangka waktu asuransi 12 tahun, 15 tahun dan 18 tahun adalah sebesar US$
219.704,50, USS 53.567,96, dan US$ 59.534,40. Sedangkan cadangan premi yang dibentuk
dengan menggunakan Statutory Reserve untuk produk asuransi dwiguna tersebut a4alah untuk
jangka waktu asuransi 12 tahun, 15 tahun dan 18 tahun sebesar US$ 332.652,12, uss
101.859,61, dan US$ 120.696,30.
Perbedaan ini terutama disebabkan karena asumsi-asumsi yang digunakan dalam
Statutory Reserve berlaku sepanjang masa asuransi dan jauh lebih konservatif dibandingkan
dengan asumsi-asumsi berdasarkan perkiraan terbaik aktuaris yang digunakan dalam GAAP
Reserve.
Mengingat perkembangan perekonomian yang semakin cepat dan sangat sulit untuk
diprediksi dalam jangka panjang, Pemerintah kiranya perlu mengkaji kembali dasar
penggunaan asumsi secara flat dalam perhitungan cadangan premi dengan metoda Statutory
Reserve.
"
2002
T5091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research aimed to give illustration of profit achievement through determination of premium income based on technical assumptions that could be controlled by the company. This model could generally be used as a management tool to take the decision and to arrange the company work planning through allocation of company’s resources. The research was carried out at BRIngin Life Syariah (BLS) company. The results of this study showed that premium income achievement to reach the break even point depended on the kind of insurance products marketed, the operational cost, the investment yield and the risk level of clients. Based on the analyses of profit testing and sensitivity, the product of Tabarru’ produced a better break even point and profit indicator than the insurance products that had the savings element. The results showed that the product of Tabarru with the operational cost between IDR 247,500.0 – IDR302,500.00 per year would reach the break even point between 3.60–5.26 a year. The savings products that had the same operational costs could reach the break even point at 3.91–5.47 a year
"
Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 16 (2) Mei-Agustus 2009: 59-67, 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Haryanto
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh diterbitkannya regulasi Otoritas Jasa Keuangan Nomor SE-06/D.05/2013 pada tanggal 31 Desember 2013. Kebijakan ini mengatur mengenai tarif premi batas atas dan tarif premi batas bawah. Tarif batas atas ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat dari pengenaan premi yang berlebihan, sedangkan tarif batas bawah untuk mencegah tarif premi yang tidak memadai, yang dapat menyebabkan perusahaan asuransi tidak mampu membayar kewajibannya. Selain itu, penetapan tarif batas atas dan tarif batas bawah ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi perusahaan asuransi untuk bersaing secara lebih sehat, karena akan difokuskan pada pelayanan.
Tujuan Tesis ini adalah untuk menganalisis implikasi perubahan kebijakan tarif premi terhadap beban pajak penghasilan pada perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan dan kedua sektor industri tersebut. Untuk menguji apakah kebijakan tarif premi ini memengaruhi beban pajak penghasilan digunakan alat uji statistik. Berdasarkan interpretasi hasil pengolahan data menunjukan bahwa kebijakan tarif premi tidak menimbulkan perbedaan signifikan terhadap beban pajak penghasilan, baik pada perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan dan kedua sektor industri tersebut.

The background of this thesis was the issuance of Financial Services Authority regulation number SE-06/D.05/2013 on December 31st, 2013. This policy regulates the upper limit premium rate and lower limit premium rate. Upper limit rates for the purpose to protect the interests of the community from imposing excessive premium, while the lower limit rates to prevent an inadequate premium rates, which may cause the insurance company is unable to pay its obligations. Moreover, the upper limit and the lower limit tariff setting is expected to create healthtier competition between insurance companies, because it will make companies more focus on services.
This thesis has objective to analyze the implications of changes in the policy premium rates to income tax expense on insurance companies, finance companies and those two industry sectors. To analyze whether premium rate policies affect income tax expense, statistical test equipment is used. Based on the interpretation of the data processing results show that the policy premium rates do not pose a significant difference to income tax expense, either in insurance companies, finance companies and both of industrial sectors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjung Hoei An
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1965
S16272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naifi Naufal
"Setiap individu memiliki risiko kematian yang berbeda. Risiko Kematian untuk setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor risiko yang dapat diamati adalah faktor underwriting. Perbedaan tingkat kematian untuk setiap individu akan memengaruhi premi asuransi jiwa. Untuk membebankan premi secara adil bagi setiap pemegang polis, perusahaan asuransi memerlukan model yang dapat mengukur mortalitas dari faktor underwriting. Dalam penelitian ini, tingkat mortalitas yang dipengaruhi oleh faktor underwriting, dimodelkan dengan menggunakan Generalized Linear Model (GLM) dan menaksir probabilitas kematian. Probabilitas kematian yang didapatkan, digunakan untuk menghitung premi asuransi jiwa. Pemegang polis asuransi jiwa berjangka satu tahun dengan gender yang sama mempunyai premi asuransi yang sama besar. Sedangkan untuk pemegang polis asuransi jiwa dwiguna satu tahun dengan gender yang berbeda mempunyai premi asuransi yang sama besar.

Each individual has a different risk of death. The risk of death for each individual is influenced by several factors. The risk factors that can be observed are underwriting factors. The difference in mortality rates for each individual will affect life insurance premiums. To charge premiums fairly for each policyholder, insurance companies need a model that can measure mortality from underwriting factors. In this study, the mortality rate influenced by underwriting factors was modeled using the Generalized Linear Model (GLM) and estimated the probability of death. The probability of death obtained is used to calculate life insurance premiums. One-year life insurance policyholders with the same gender have the same insurance premium. Whereas for one-year dual-purpose life insurance policyholders with different genders have the same insurance premium.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affrilia Azani
"Sistem bonus malus adalah salah satu sistem yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi kendaraan bermotor dalam penentuan premi berdasarkan sejarah klaim. Sistem bonus malus pada awalnya hanya didasari oleh frekuensi klaim. Namun ini akan tidak adil karena setiap pemegang polis mengalami kerugian yang berbeda-beda. Maka untuk mengatasi hal tersebut penentuan premi sistem bonus malus sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan frekuensi klaim tetapi juga severitas klaim. Pada penelitian ini akan dibahas penentuan net premi sistem bonus malus berdasarkan frekuensi klaim dan severitas klaim. Frekuensi klaim menggunakan campuran distribusi Poisson Lindley sedangkan severitas klaim menggunakan campuran distribusi lognormal gamma. Pada penelitian ini juga diasumsikan bahwa frekuensi klaim dan severitas klaim independen. Parameter dari distribusi frekuensi klaim dan severitas klaim diestimasi dengan menggunakan metode maximum likelihood estimator (MLE). Selanjutnya metode Bayesian digunakan untuk penentuan net premi yang dibayarkan pemegang polis yaitu berdasarkan perkalian ekspektasi posterior severitas klaim dan frekuensi klaim. Hasil aplikasi pada data menunjukkan bahwa besar premi yang dibayarkan pemegang polis berbanding lurus dengan severitas klaim dan frekuensi klaim yang artinya semakin besar frekuensi klaim dan semakin besar klaim yang diajukan maka semakin besar pula premi yang dibayarkan.

The bonus malus system is one of the systems offered by motor vehicle insurance companies in determining premiums based on claim history. The malus bonus system was initially only based on the claim frequency. However, this would be unfair because each policyholder experiences different losses. So to overcome this, the determination of the bonus of the malus bonus system should not only consider the claim frequency but also the claim severity. In this study, we will discuss the determination of the net premium for the bonus malus system based on the claim frequency and the claim severity . The claim frequency use a mixed Poisson Lindley distribution and the claim severity use a mixture of lognormal gamma distribution. In this study, it is also assumed claim frequency and claim severity are independent. The parameters of claim frequency and claim severity are estimated using the maximum likelihood estimator (MLE). Furthermore, the amount of net premium to be paid by policyholders is determined based on he product of the posterior expectation of claim frequency and claim severity. The data application results show that the premium that must be paid by policyholders is directly proportional to the claim frequency and claim severity, which means that the greater the claim frequency and the greater the claim severity submitted, the greater the premium paid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dewan Asuransi Indonesia, 1993
304.64 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kelana, Said
"ABSTRAK
Krisis nilai tukar dan perbankan yang terjadi pada 1997 berdampak sangat luas bagi perekonomian di Indoensia. Krisis ini ditandai dengan dua hal yaitu: (i) kepanikan luar biasa nasabah bank (terjadinya bank run), (ii) bank-bank mengalami kerugian yang signifikan, akibat terjadinya negatif spread yang diperoleh bank. Kedua faktor itu secara bersama-sama telah menyebabkan penutupan sejumlah bank. Faktor dominan yang menyebabkan terjadinya kepanikan, adalah ketiadaan jaminan bagi dana nasabah yang tersimpan. Untuk menghindari dampak yang lebih buruk (hancurnya sistem perbankan secara keseluruhan) maka pemerintah memberlakukan blanked guarantee pada awal 1998. Namun blanked guarantee ini memiliki sisi negatif yakni moral hazard oleh perbankan. Karenanya diperlukan desain asuransi deposito yang optimal.
Tujuan penelitian ini adalah: (i) mendesain premi asuransi deposito dengan rating CAMEL dan Teori Opsi; (ii) menguji secara empiris (memvalidasi) desain asuransi deposito yang optimal dengan data perbankan di Indonesia; (iii) membuktikan dampak positif asuransi deposito pada sistem perbankan (benefit Sosial Pemerintah).
Penelitian sebelumnya menunjukkan desain asuransi optimal mestilah: (i) berdasarkan risiko, (ii) mempertimbangkan prilaku bank setelah mengikuti asuransi, (iii) diikuti oleh regulasi terutama berkenaan dengan Prompt Correction Action. Namun penentuan berapa premi asuransi yang optimal masih 'belum terjawab' baik secara teoritis maupun empiris. penelitian ini mencoba menentukan premi asuransi deposito dengan mempertimbangkan: (i) risiko; (ii) pinalti atau co-insurance, (iii) bank run atau jump-process. DIharapkan metode yang diusulkan dapat diterapkan, khususnya di Indonesia.
Berdasarkan usulan pendekatan rating CAMEL diperoleh: (i) basis premi yang lebih lebar; (ii) setiap peningkatan CAMEL secara langsung akan menurunkan premi; (iii) setiap penurunan rating CAMEL dipertimbangkan terkena pinalti. Dari (i) & (ii) diharapkan premi lebih mencerminkan risiko, dan menjadi intensif untuk memperbaiki rating. Dari (iii) diharapkan mengurangi moral hazard setelah mengikuti asuransi. Hasil implikasi simulasi dari penelitian ini adalah: (a) estimasi premi dengan CAMEL menghasilkan premi efektif sebesar 22 basis point (bp), (b) terdapat 27 data bank melakukan perilaku moral hazard dan terkena pinalti.
Berdasarkan usulan pendekatan teori opsi (dengan mempertimbangkan co-insurance) diperoleh hasil (1) estimasi premi efektif dengan teori opsi diperoleh hasil 19,67 baisis point (dengan co-insurance 10% dan suku bunga bebas risiko 10%) serta 30,91 basis point (dengan besarnya co-insurance 0% dan suku bungan bebas risiko 10%); (2) terdapat beberapa bank yang memiliki hasil outlier (>100 bp); (3) terdapat beberapa estimasi yang anomali, yakni premi bernilai negatif; (4) hasil sensistif terhadap proksi rasio (deposit/asset) namun tidak sensitif terhadap proksi volatilitas; (5) adanya co-insurance dapat menurunkan premi asuransi (diskon bagi peserta);
Berdasarkan usulan pendekatan teori opsi-proses lompatan, hasil simulasi menunjukkan estimasi premi tergantung pada banyaknya lompatan, besarnya lompatan serta varian lompatan. Estimasi premi lebih besar dibandingkan estimasi premi tanpa co-insurance. Ini berarti estimasi dengan teori-opsi proses lompatan mengeliminir diskonto premi yang dihasilkan dari co-insurance.
Dukungan program asuransi deposito terbukti dengan ditemukannya koefisien positip asuransi deposito terhadap perubahan deposito. namun fungsi benefit sosial pemerintah sangat tergantung dari Expected Cast jika bank melakukan moral hazard. Besarnya Expected-Cost ini haruslah sama atau lebih besar dari Expected Cost ini merupakan fungsi dari co-insurance."
2003
D657
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Irawati Purbani
"ABSTRAK
Sistem asuransi merupakan kumpulan perjanjian diantara beberapa pihak di mana salah
satu pihak setuju untuk menerima risiko pihak lainnya. Sistem asuransi ini secara keseluruhan
didisain untuk mengurangi ketidakpastian yang dapat menimbulkan risiko. Dalam karya akhir
ini faktor- fáktor ketidakpastian yang secara potensial dapat menyebabkan terjadinya risiko
diidentifikasi melalui pendekatan yang digunakan yaltu dengan membagi fkktor-faktor
ketidakpastian menjadi beberapa sumber.
Dengan membagi faktor-faktor ketidakpastian menjadi beberapa sumber, maka
selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan suatu aLat ukur yaitu koefisien determinasi.
Koefisien determinasi ini digunakan untuk menghitung nilal-nilal relatif dan fàktor-Thktor
ketidakpastian. Koefisien deterininasi yang cligunakan didasarkan pada ruetoda regresi dengpn
sam variabel tidak bebas, Y (dependent variable) dan dua buah variabel bebas, X (independent
variable).
Data yang digunakan yang berasal dan sebuah perusahaan besar ?suransi jiwa adalah
data asuransi berjangka 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun dan 10 tahun ðengan masing-masing diaxnbil
data sebanyak 10, 50 dan 100. Sebagai vaniabe! ¥ ialah uang pertanggungan (policy fie),
sebagai vaniabel X, adalah tìngkat suku bunga (interest rate) dan variabel X2 adalah tingkat
mortaLita (mortality). Hasil yang ingin dilihat adalah faktor risiko yang mana yang
mempengaruhi uang pertanggungan dan model regresinya untuk masing-niasing masa asuransi
dan masing-masing jumlah polis.
Kontribusi risiko dan tingkat mortalita hampir mendominasi untuk jumlah polis 10 dan
100 pada setiap masa asuransi. Sedangkan untuk tingkat suku bunga memberikan kontribusìnya
yang besar pada jumlab polis 50 untuk setiap masa asuransi, kecuali asuransi beijangka S tahun
yans tetap didominasi oleh tingkat mortalita. Selain itu nilai kontribusi tingkat suku bunga dan
tingkat mortalita semakin besar untuk jangka waktu asuransi yang semakin lama.Misalnya
untuk asuransi yang berjangka 1 tahun kontribusi tingkat suku bunga terbesar hanya 0,642,
tetapi pads asuransi berjangka 5 tahun meningkat menjadi 0,947 dan akhirnya untuk asuransi
berjangka 10 tahun menjadi 0,982. Sedangkan untuk tingkat mortalita pada asuransi berjangka
1 tahun kontribusi terbesar diberikan sebesar 0,937, pada asura.nsi berjangka S talma 0,965 dan
meningkat untuk asuransi berjangka 10 tahun menjadi 0,991.
Tahap selanjutnya dilakukan pembentukan model atau memilih model terbaik melalui
kontribusi variabel-variabel bebas tersebut. Untuk asuransi betjangka 1 tahun dengan jumlab
polis 10 dan 100, variabel tingkat suku bunga dan rnortalita diterima untuk diniasukkan ke
dalam model. Sedangkan untuk junth polls 50 hanya variabel tingkat suku. bunga saja yang
diterinia. Pada asuransi beijangka 3 tahun, untukjumlah polis 10 dan 100, variabel tingkat suku
bunga ditolak untuk dimasukkan ke dalam model, tetapi untuk jumlah polis 50 hanya vaiiabel
tíngkat suku bunga saja yang diterima. Pada asuransi beijangka 5 tahun, untuk jumlah polis 10
ke dna variabel diterinia untuk dimasukkan ke dalam model, untuk jumlah polis 50, hanya
menerima variahel tingkat suku bunga saja. Sedangkan untuk jumlah polis 100, variabel tingkat
mortalita ditolak untuk dimasukkan ke dalam model. Terakhir pada asuransi beijangka 10
tahun, untuk jumlah polis 10 dan 100 kedua variabel diteiima untuk dimasukkan ke dalam
model, tetapi untuk jumlah polis 50 hanya variabel tingkat suku bunga saja yang diterima dalazn
model.
Kurang banyaknya variabel adalab kelemahan dalam penelitian ini. Selanjutnya
disarankan untuk menambah variabel bebas yang sesual agar terlihat lebib jelas lagi pengaruh
faktor-faktor ketidakpastian yang dapat menimbulkan risiko seliingga dapat dipilih teknik
manajemen risiko yang sesuai."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Aulia Anindhita
"Tesis ini membahas tentang penerapan dari ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 277 dan Pasal 284 KUHD berkaitan dengan adanya dua polis dari Perusahaan Asuransi berbeda untuk objek asuransi yang sama, lebih lanjut dikaitkan dengan kasus dalam Putusan Mahkamah Agung No. 5145 K/Pdt/2022. Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah (1) Bagaimana penerapan Pasal 277 KUHD  terhadap klaim asuransi kerugian yang dijamin oleh dua polis dari Perusahaan Asuransi Umum yang berbeda untuk suatu objek asuransi yang sama dalam Putusan Mahkamah Agung No. 5145 K/Pdt/2022? dan (2) Bagaimana penerapan Subrogasi Pasal 284 KUHD oleh Perusahaan Asuransi Umum dalam hal terdapat dua polis asuransi dari Perusahaan Asuransi Umum yang berbeda untuk suatu objek asuransi yang sama dalam Putusan Mahkamah Agung No. 5145 K/Pdt/2022? Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis data adalah bentuk penelitian yuridis-normatif dengan data sekunder, analisis data dilakukan secara kualitatif. Adapun teori yang digunakan adalah Teori Pengalihan Risiko. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai Penanggung pertama yang menanggung sebagian dari kerugian yang timbul, PT Asuransi FPG Indonesia selaku Penggugat harus membayarkan kerugian terlebih dahulu sebelum kerugian selebihnya dibayarkan oleh Penanggung lainnya, pembagian kerugian tersebut didasarkan pada Pasal 277 ayat (2) KUHD. Selain itu, Penggugat memiliki hak subrogasi berdasarkan ketentuan Pasal 284 KUHD, tetapi kerugian yang dapat dituntut kepada Tergugat I hanyalah sebesar kerugian yang disebabkan oleh tabrakan kapal yang dinakhodai Tergugat II. Belum ada peraturan yang mengatur secara khusus mengenai siapa pihak yang memiliki hak subrogasi dalam hal terdapat lebih dari satu Penanggung untuk objek pertanggungan yang sama. Saran yang bisa diberikan adalah untuk diadakan pelatihan-pelatihan yang memuat materi mengenai subrogasi, sehingga Hakim dapat lebih memahami adanya prinsip subrogasi beserta keberlakuannya di Indonesia, dan Perusahaan Asuransi selaku Penanggung untuk lebih cermat dalam menerbitkan polis terhadap objek pertanggungan berupa benda, dengan selalu menanyakan apakah Tertanggung sudah memiliki polis lain untuk objek pertanggungan yang sama atau belum.

This thesis discusses about the implementation of the provision contained in Article 277 and Article 284 of KUHD related to the existence of two policies from different Insurance Companies for the same insurance object, more related to the case in Supreme Court Decision No. 5145 K/Pdt/2022. The main problems discuss in this thesis are (1) How is Article 277 of KUHD applied to loss insurance claims guaranteed by two policies from different General Insurance Companies for the same insurance object in the Supreme Court Decision No. 5145 K/Pdt/2022? and (2) How is the implementation of subrogation principle of Article 284 of KUHD by the General Insurance Company if there were two insurance policies from different Insurance Companies for the same insurance object in the Supreme Court Decision No. 5145 K/Pdt/2022? This research uses a normative-juridicial method of research with a secondary data, data analysis was conducted qualitatively. The theory used is Risk Transfer Theory. The result of this research is that as the first Insurer who bears part of the losses incurred, PT Asuransi FPG Indonesia as the Plaintiff must pay the losses first before the remaining losses are paid by other Insurers, the distribution of losses is based on Article 277 section (2) of KUHD. In addition, the Plaintiff has the right of subrogation based on the provisions of Article 284 of KUHD, but the losses that can be claimed against Defendant I are only the amount of losses caused by the collision of the ship captained by Defendant II. There are no regulations specifically governing which party has the right of subrogation in the event that there is more than one Insurer for the same insured object. The suggestion that can be given based on this research is that to hold trainings that contain material regarding subrogation, so that Judges can better understand the existence of the principle of subrogation and its application in Indonesia, also Insurance Companies as Insurers should be more careful in issuing policies on insured objects in the form of objects, by always asking whether the Insured already has another policy for the same insured object or not."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>