Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meria Tirsa Gundo
"Reproduction characteristic of female egg-carrying buntingi, Xenopoecilus oophorus had been studied. This research
was conducted at Lake Poso, Central Sulawesi, Indonesia. Specimens were collected monthly from August 2012 to July
2013 at four sampling stations around the lake. Macroscopic observations of ovarian maturity level and gonadosomatic
index revealed a long reproductive period during the rainy season, with four spawning peaks in November, January,
February and April. The highest total fecundity was 135 oocytes, and the highest batch fecundity was 36 oocytes.
Analysis of the oocyte diameter frequency distribution showed X. oophorus is a multiple spawner. Batch fecundity was
correlated (r = 0.78) with body weight.
Karakteristik Reproduksi Ikan Endemik Rono, Xenopoecilus oophorus betina, di Danau Poso, Sulawesi Tengah.
Penelitian ini mempelajari karakteristik reproduksi ikan betina endemik rono, Xenopoecilus oophorus, betina di Danau
Poso, Sulawesi Tengah. Penelitian dilakukan di Danau Poso Sulawesi Tengah, Indonesia. Sampel dikumpulkan setiap
bulan mulai bulan Agustus 2012 sampai bulan Juli 2013 di empat stasiun. Berdasarkan pengamatan tingkat kematangan
ovarium secara makroskopis dan pengukuran indeks kematangan gonad, diketahui ikan rono memiliki waktu reproduksi
yang panjang yang terjadi selama musim hujan. Pada periode reproduksi ini didapati empat puncak waktu pemijahan
yakni bulan November, Januari, Februari dan April. Fekunditas tertinggi 135 oosit, sedangkan gugus fekunditas
tertinggi 36 oosit. Berdasarkan analisis sebaran frekuensi ukuran diameter oosit diketahui tipe pemijahan ikan rono
pemijah berulang. Hubungan gugus fekunditas dengan bobot tubuh tanpa gonad berkorelasi positif (r = 0,78)."
Institut Pertanian Bogor, Aquatic Resources Management Programe, Post-Graduate School., 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aldes Lesbani
"Thermal decomposition of fish bones to obtain calcium oxide (CaO) was conducted at various temperatures of 400, 500, 800, 900, 1000, and 1100 °C. The calcium oxide was then characterized using X-ray diffractometer, FTIR spectrophotometer, and SEM analysis. The calcium oxide obtained from the decomposition at 1000 °C was then used as a catalyst in the production of biodiesel from waste cooking oil. Diffraction pattern of the calcium oxide produced from decomposition at 1000 °C showed a pattern similar to that of the calcium oxide produced by the Joint Committee on Powder Diffraction Standard (JCDPS). The diffractions of 2q values at 1000 °C were 32.2, 37.3, 53.8, 64.1, and 67.3 deg.
The FTIR spectrum of calcium oxide decomposed at 1000 °C has a specific vibration at wave-length 362 cm-1, which is similar to the specific vibration of Ca-O. SEM analysis of the calcium oxide indicated that the calcium oxide's morphology shows a smaller size and a more homogeneous structure, compared to those of fish bones. The use of calcium oxide as a catalyst in the production of biodiesel from waste cooking oil resulted in iod number of 15.23 g/100 g KOH, density of 0.88 g/cm3, viscosity of 6.00 cSt, and fatty acid value of 0.56 mg/KOH. These characteristic values meet the National Standard of Indonesia (SNI) for biodiesel.
"
2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan menjelang pemilihan gubernur tahun 2013 khususnya dalam aspek kesopanan berbahasa dan bagaimana hubungan antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang secara universal diikuti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Data dalam penelitian ini ialah data tertulis, yakni tuturan para calon gubernur Sulawesi Selatan yang diambil dari media cetak terbesar di Sulawesi Selatan, yakni Harian Fajar dan Tribun Timur selama 4 bulan, yaitu bulan April, Mei, Juni, dan Juli. Data yang berupa tuturan para politisi dikaji berdasarkan maksim-maksim yang secara universal diikuti untuk menunjukkan kesopanan berbahasa terhadap lawan tuturnya. Dalam melakukan pemaknaan, peneliti juga memperhatikan konteks tutur budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Maksim-maksim yang digunakan adalah maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati. Penelitian ini menemukan bahwa tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti maksim penghargaan, tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang melanggar maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti maksim kesederhanaan. Berdasarkan berbagai tuturan yang dianalisis, dapat dilihat bahwa tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan cenderung sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa. Beberapa tuturan yang diinterpretasikan dengan konteks budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan memperlihatkan bahwa terdapat kesesuaian antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang peneliti gunakan.

The research looks into the Governor Candidate of South Sulawesi?s representation of speech acts leading up to the governor?s election in 2013, in particular into politeness and the relation between cultural speech acts in South Sulawesi society and universal politeness maxim. The research is qualitative with pragmatic approach. This research uses written data from the utterances of the South Sulawesi?s incumbent Governors printed in the biggest mass media in South Sulawesi?Harian Fajar and Tribun Timur?for 4 months, in April, May, June, and July. The data, in the form of utterances produced by the politicians, are analyzed based on maxims that are universally used to show politeness towards their addresses. In analyzing meanings, researchers also consider the cultural context in which speech acts occured in South Sulawesi society. The maxim involved tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. The research finds that the utterances by the incumbent Governors of South Sulawesi conform to politeness maxim in accordance with approbation maxim, while the utterances by the governor candidate of South Sulawesi that violate the politeness maxim tend to adhere to modesty maxim. Utterances that are analyzed show that the utterances produced by the governor candidate of South Sulawesi are more likely to conform to politeness maxim. Several utterances that are interpreted within South Sulawesi cultural context of speech acts show that there is appropriateness between cultural speech act in South Sulawesi society and maxim of politeness used in this research."
Universitas Negeri Makassar. Lembaga Penelitian, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan
A. Pengertian
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki bcragam kesenian, diantaranya adalah seni musik. Musik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat berbagai etnis yang hidup dan berkembang di daerah tersebut.
Mandar, adalah satu diantara etnis yang kaya akan seni musik, termasuk di dalamnya ragam instrumen.
Instrumen Kecaping dan Ganrang dalam kesempatan ini dipilih menjadi materi bahan ajar kurikulum muatan lokal kesenian daerah.
I. Kecaping
Kecaping adalah alat musik petik yang bisa dimainkan dalam berbagai macam petikan. Di kalangan masyarakat Mandar petikan kecaping yang paling populer adalah petikan tipalapo dan petikau strpung malayo.
Petikan kecaping tersebut di atas biasa digunakan untuk mengiringi irama kelong yang bersumber dari sastra lisan kalindagdaq sampai ke matlolok. Disamping untuk mengiringi sastra lisan, kecaping juga dapat dipadukan dengan siding, calung, dan parulapusa.
2. Ganrang
Ganrang adalah alat musik perkusi etnis Mandar. alat musik tersebut disamping berfungsi untuk mengiringi tari daerah dan tari rakyat juga digunakan sebagai sarana pendukung upacara, baik di daerah Pitu Ulunna Salo maupun di Pitu Bagbana Binanga.
Jenis pukulan Ganrang bermacam-macam, antara lain Ganrang Pallake, Ganrang Patudduq, dan Ganrang Pallaga atau Ganrang Pencak Silat.
B. FUNGSI
1. Membina dan mengembangan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
2. Memberikan pengalaman berorganisasi dan bekerja sama.
3. Sebagai sarana komunikasi dalam pergaulan antar teman dan masyarakat lingkungannya.
4. Menanamkan rasa bangga terhadap budaya daerah."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP 2002 18
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tim Penyusun Bahan Ajar Muatan Lokal
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ilmi Idrus
"okus dalam artikel ini adalah pada isu gender, seksualitas dan identitas diantara lesbian di Makassar (Sulawesi Selatan). Diskusi dalam artikel ini menyangkut bagaimana perempuan 'menjadi lesbian', bagaimana mereka mengkonseptualisasikan diri hunter dan lines, bagaimana lesbian menegosiasikan identitas gender mereka dalam konteks norma heteroseksual yang dominan, dan bagaimana seks dan seksualitas ditampilkan. Ini diillustrasikan dengan sejumlah studi kasus dari interaksi dengan hunter dan lines. Argumentasi dalam artikel ini adalah bahwa posisi subjektivitas lesbian telah secara relatif dipengaruhi oleh diskursus global. Akan tetapi, hunter dan lines menciptakan norma-norma unik berdasarkan norma-norma orang-orang di sekitar mereka (seperti 'budaya pop, agama, keluarga, media massa dll.)."
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aragon, Lorraine V.
"Sulawesi Tengah acapkali digambarkan sebagai wilayah yang secara agamawi 'mudahtersulut', yang terletak secara geografis dan sosial di antara propinsi Sulawesi Selatan yang mayoritas Islam dengan propinsi Sulawesi Utara yang mayoritas Kristen. Bahkan, sejak awal abad keduapuluh, kolonial Belanda telah memilah penduduk dataran tinggi yang animis dan potensial untuk menjadi pemeluk agama Kristen dari penduduk dataran rendah beragama Islam. Sesudah Perang Dunia II, wilayah itu mengalami arus pemberontakan Kahar Muzakar dan Permesta dari arah selatan dan utara Sulawesi yang berkerangka keagamaan...[...] Berdasarkan temuannya bahwa persaingan-persaingan religi tidaklah terlalu penting, bahkan ada toleransi serta perkawinan campuran, dan kompetisi untuk perolehan sumberdayalah yang terjadi di antarapenduduk lama dengan pendatang baru di kota atau daerah transmigrasi, maka ia mempertanyakan sejauh manakah konflik yang terjadi merupakan konflik agama atau bahkan 'etnis'? Kemiripan dalam sejumlah aspek agama Kristen dan Islam, toleransi timbal balik ,dan kesamaan sejarah sosial-ekonomi yang umumnya kurang dinilai penting, dikaji penulisnya sebagai usaha awal untuk memahami konflik, dan sebagai sumbang saran untuk meningkatkan keharmonisan dan kesejahteraan sosial di Sulawesi Tengah di masa datang."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2000
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Bennet
"Tulisan ini membahas hubungan yang kompleks antara Islam dan hak-hak reproduksi dan seksual perempuan Indonesia. Khususnya, tulisan ini mengangkat isu-isu penting bagi perempuan Indonesia, seperti hak-hak mereka di dalam perkawinan, akses terhadap keluarga berencana dan pelayanan kesehatan yang memadai, kebutuhan yang mendesak untuk mengurangi tingkat kematian ibu, serta pendidikan reproduksi dan seks bagi perempuan muda. Penulis menyoroti interpretasi progresif terhadap teks-teks Islam yang digunakan didalam konteks advokasi kesehatan oleh LSM-LSM Islam dan kelompok-kelompok pengajian untuk mengangkat kesadaran akan hak-hak perempuan mengenai kesehatan dan kebebasan reproduksi. Penulis juga membahas penentangan terhadap hak-hak perempuan yang terjadi dalam wacana-wacana sinkretik Islam dan saran-saran untuk mengatasi kendala tersebut. Hubungan antara hukum negara, adat regional and interpretasi lokal terhadap Islam berperan dalam membentuk kehidupan perempuan sehari-hari, serta kemampuan mereka untukmenyadari hak-hak reproduksi dan seksualnya. Oleh karena itu, pemahaman mengenaihubungan antara Islam dan hak-hak reproduksi mencakup kajian tentang cara Al Qur'an ditafsirkan pada tingkat komuniti, keluarga dan identitas pribadi, dan bukan hanya pada tataran argumen teologis para elit. Ruang demokratis yang semakin meluas di Indonesia juga merepresentasikan potensi yang meningkat dari perempuan-perempuan Muslim untuk melibatkan diri secara kritis dan positif baik pada lembaga-lembaga negara maupun keagamaan untuk memperjuangkan pengakuan dan perlindungan hak-hak reproduksi dan seksual mereka dalam kerangka Islam."
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mattulada, H. Andi
"Elite modern itu, seperti dikatakan oleh Sartono (1947), adalah elite baru, sebagai pemimpin yang dapat diidentifikasikan sebagai organization man; elite modern yang bersikap idealistis dan yang sangat menyadari peranannya, simbolis sebagai pendukung ideologi-ideologi modern seperti anti-feodalisme, anti-kolonialisme, humanitarianisme, populisme, sosialisme, dan sebagainya. Pendek kata, elite modern itu harus dapat berfungsi sebagai akumulator ide-ide pembaruan, sedangkan tentang dari golongan mana akan munculnya dari segenap golongan bangsa Indonesia, tidaklah menjadi soal yang penting untuk diperdebatkan."
1991
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berry, David
London: Constable Press, 1974
301 BER c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>