Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Au, Sara
"No two children experience the toilet-training process in exactly the same way. While some kids might be afraid to even go near the bathroom, others may master the actual act right away. "Stress-Free Potty Training" takes the anxiety out of this challenging rite of passage. The book differentiates the common childhood personality types, providing easy techniques to suit kids who are: goal-oriented, sensory-oriented, internalising, impulsive and strong-willed. Parents will find much needed advice to help them identify what ideas will work for their child's temperament. This straight-talking guide enables readers to help any child make this important life transition free of worry, and in the way that's right for them."
New York: American Management Association;, 2008
e20447891
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Morgan, Linda
Seattle : Parent Map, 2010
305.231 MOR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kelly, Matthew
New York: Ballantine Books, 2008
646.78 KEL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Singgih Prabowo
"[ABSTRAK
Sudah lama jika kehidupan masyarakat Tengger yang mendiami tepian
kaldera Gunung Tengger telah menarik perhatian para ilmuan sosial dan antropolog.
Masyarakat Tengger terkenal dengan kehidupannya yang damai, terartur, tertib,
jujur, dan rajin bekerja. Dataran tinggi Tengger dikenal sebagai wilayah yang damai
dan tentram karena orang Tengger masih memegang teguh nilai budaya yang
diwariskan nenek moyangnya. Selain itu mereka juga apresiatif terhadap tradisi yang
diwariskan leluhurnya yang dijadikan rujukan dalam kehidupan bermasyarakat. Akan
tetapi bagaimana dengan kondisi saat ini, dimana interaksi antara masyarakat dataran
rendah dengan masyarakat dataran tinggi mulai intens karena membaiknya kondisi
insfrastuktur yang menunjang. Apakah meningkatnya interaksi tersebut telah
merubah kehidupan masyarakat Tengger khususnya nilai budaya yang selama ini
menjadi rujukan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kajian ini yang menjadi fokus utama adalah bagaimana sosialisasi
nilai budaya Tengger yang dilakukan keluarga melalui pola asuh dalam membentuk
karakter anak ditengah perubahan yang terjadi. Keluarga inti dipilih sebagai unit
analisis karena sebagai satuan terkecil dalam satuan sosial memiliki kepekaan
terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapai masyarakat dan perubahan yang
terjadi. Hasil penelitian menunjukkan jika pada masyarakat Tengger di Desa Ranu
Pani telah mengalami perubahan, sehingga ada nilai budaya yang tetap dipertahankan
dan ada yang mulai berubah. Selain itu perubahan yang terjadi telah berdampak
sampai tingkat keluarga sehingga berpengaruh terhadap sosialisasi nilai budaya dan
pola asuh dalam pembentukan karakter anak.

ABSTRACT
It's been a long time known that the lives of the people who inhabit the
periphery of Tengger Caldera mountain has attracted the attention of social
scientists and anthropologists. Tengger community famous for a peaceful life,
strong community, orderly, honest, and diligent. Tengger highlands known as the
quiet and peaceful region because of the Tengger still adhere to the cultural values
inherited by their ancestors. In addition, they are also appreciative of the inherited
tradition by their ancestors and it were used as a reference in social life. But what
about the current conditions, where the interaction between the people from the
lowland and highland begin intense because of the improved conditions of
infrastructures. Does increasing the interaction has changed people's lives,
especially Tengger cultural values that have become their reference in social life.
In this study the main focus is how the socialization of Tengger cultural
values carried by families through child rearing in shaping the character of
children amid the changes. Nucleus family chosen as the unit of analysis, as the
smallest unit in a social unit, it has a sensitivity to social problems faced by
society and the changes that happen. The results show that Tengger community at
Ranu Pani village has changed, so there is cultural value will be retained and there
is some that starting to change. Besides the changes have an impact until the level
of the family, it contributes to the changes of socialization of cultural values and
child rearing in the formation of character., It's been a long time known that the lives of the people who inhabit the
periphery of Tengger Caldera mountain has attracted the attention of social
scientists and anthropologists. Tengger community famous for a peaceful life,
strong community, orderly, honest, and diligent. Tengger highlands known as the
quiet and peaceful region because of the Tengger still adhere to the cultural values
inherited by their ancestors. In addition, they are also appreciative of the inherited
tradition by their ancestors and it were used as a reference in social life. But what
about the current conditions, where the interaction between the people from the
lowland and highland begin intense because of the improved conditions of
infrastructures. Does increasing the interaction has changed people's lives,
especially Tengger cultural values that have become their reference in social life.
In this study the main focus is how the socialization of Tengger cultural
values carried by families through child rearing in shaping the character of
children amid the changes. Nucleus family chosen as the unit of analysis, as the
smallest unit in a social unit, it has a sensitivity to social problems faced by
society and the changes that happen. The results show that Tengger community at
Ranu Pani village has changed, so there is cultural value will be retained and there
is some that starting to change. Besides the changes have an impact until the level
of the family, it contributes to the changes of socialization of cultural values and
child rearing in the formation of character.]"
2015
T44087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Christie
"Penelitian sebelumnya telah memperoleh hasil bahwa parental control merupakan salah satu pengasuhan orang tua yang berkontribusi terhadap perkembangan cool executive function EF , yaitu kemampuan kognitif tingkat tinggi yang dapat mendukung kesiapan sekolah anak prasekolah. Namun, kebanyakan penelitian sebelumnya hanya mengukur kontrol orang tua dalam bentuk verbal pada ibu, padahal kontrol orang tua juga dapat muncul dalam bentuk perilaku dan ayah juga memiliki peran dalam pengasuhan.
Penelitian korelasional ini dilakukan untuk melihat kontribusi setiap aspek dalam kontrol verbal command, indirect command, dan prohibitions dan kontrol perilaku physical support, modeling, dan physical discipline dari ayah dan ibu terhadap komponen dalam cool EF inhibitory control, working memory, dan cognitive flexibility . Sejumlah 61 partisipan anak diberikan tiga tes yang mengukur komponen cool EF dan strategi kontrol orang tua diukur dengan sesi bermain orang tua dengan anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah aspek strategi kontrol dari ayah maupun ibu berkorelasi signifikan dengan komponen dalam cool EF anak, bahkan setelah pengaruh jenis kelamin anak, usia anak, dan SSE dikontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua dapat menggunakan strategi kontrol yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan cool EF anak usia prasekolah.

Previous studies had found that parental control is an aspect of parenting that contribute to cool executive function EF development, a set of higher order cognitive skills that can promote preschool children's school readiness. But, most of the previous studies measured only mother regulatory language or mother's verbal control strategies, even though parental control can also be emerged as regulatory behavior, and father also has role in parenting.
The current study investigated the contribution of every aspects in parent regulatory language command, indirect command, and prohibitions and parent regulatory behavior physical support, modeling, and physical discipline from both father and mother in relation to components of preschool children's cool EF inhibitory control, working memory, and cognitive flexibility . 61 participants were given three performance tests that assessed cool EF and parental control strategies were assessed through parent child play session.
The result revealed that some aspects of both father control strategies and mother control strategies had significant correlations with components of child's cool EF, even after the influences of child's gender, child's age and SES were controlled. This study pointed out that parent can use appropriate control strategies to optimize child's cool EF development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shure, Myrna B.
New York: McGraw-Hill , 2005
649.1 SHU t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ames, Louise Bates
New York: Delta book, 1976
649.123 AME y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ames, Louise Bates
New York: Delta books, 1976
649.122 AME y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Mutmainnah
"ABSTRAK
Child-Rearing Practices Report (CRPR) merupakan suatu alat yang
dikembangkan oleh Block (1981) untuk mengukur praktek pengasuhan yang
dijalankan orang tua pada anak tertentu. Terdiri 91 item yang berisi nilai-nilai,
sikap-sikap, dan tujuan-tujuan dari pengasuhan item-item ini dihasilkan dari
observasi empirik interaksi ibu terhadap anaknya, Iaporan-laporan perilaku, dan
literatur-Iiteratur sosialisasi.
Dalam penelitian pendahuluan terhadap CRPR, Kochanska, Kuchynski, dan
Radke-Yarow (1982) telah mendapatkan dua bentuk pola pengasuhan pada
CRPR, yaitu pola authoritative dan pola authoritarian. Berdasarkan hal tersebut
maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti struktur faktor dari CRPR
berdasarkan karakteristik pola pengasuhan pada orangtua pada budaya
Indonesia, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif (Baumrind, 1967).
Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dengan rotasi varimaks
untuk 3 kelompok faktor berdasarkan ketiga pola pengasuhan yang ada. CRPR
yang telah diadaptasi dibuat dalam bentuk kuesioner dengan 6 alternatif jawaban
skala Likert, yaitu untuk alternatif 1= sangat tidak sesuai dengan sikap dan cara
saya, sampai alternatif 6= sangat sesuai dengan sikap dan cara saya.
Subyek yang digunakan adalah ibu untuk praktek pengasuhan pada anak
usia sekolah (6-12 tahun). Dipilihnya subyek ibu karena, ibulah yang berada pada
garis depan pengasuhan anak, dan banyak berhadapan dengan anak dalam
kesehariannya. Sedangkan dipilihnya anak usia sekolah sebagai objek
pengasuhan karena pada masa ini pengasuhan yang dijalankan orangtua sudah
membentuk pola yang stabil dan intensif sebagai usaha untuk melatih kontrol dan
disiplin pada anak usia sekoIah. Penarikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik proportional purposive accidental sampling.
Jumlah subyek yang terjaring adalah 302 orang yang berasal dari berbagai
tingkat sosial ekonomi dan pendidikan di daerah Jakarta Selatan. Diambil dari orang tua murid SDN 02 Ulujami , SDN O3 Cipulir, SDN O7 Petukangan, dan SDI
Al-lzhar Pondok Labu Jakarta Selatan.
Hasil dari penelitian ini didapatkan dua bentuk pola pengasuhan yaitu jenis
otoritatif (N=26) dan otoriter (N=14), dengan Cronbach Alpha masing-masing
untuk pola asuh otoritatif 0,89, dan pola asuh otoriter O,79. Sedangkan pola
permisif tidak tergambarkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Kochanska, Kuchynski, dan Radke-Yarrow (1982) yang juga hanya menemukan
dua bentuk pola pengasuhan pada CRPR, yaitu otoritatif dan otoriter.
Disarankan agar jumlah sampel diperbanyak, dan penelitian juga sebaiknya
dilengkapi dengan observasi. Dengan didapatkannya dua bentuk pola pengasuhan
dari CRPR maka disarankan untuk melakukan penelitian Iebih lanjut untuk melihat
dampak pengasuhan ini pada anak usia sekolah, khususnya dalam beberapa
aspek perkembangan, yaitu aspek mental, emosi, dan sosial."
1997
S2734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Puspita Sari
"Latar Belakang: Orangtua perlu berperan aktif dalam pengasuhan dimulai sejak masa awal kehidupan bayi. Sejauh ini, pengasuhan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan ibu daripada ayah. Hal ini membuat ayah kurang terlibat dalam pengasuhan bayi. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap ibu terhadap pengasuhan oleh ayah.
Metode: Penelitian ini akan melihat perbandingan sikap dan gambaran jarak sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan cara accidental sampling sebagai metode sampling. Peneliti menganalisis 102 data pasangan ayah dan ibu.
Analisis Statistik: Peneliti menggunakan uji T-Test dependent sample untuk membandingkan sikap orangtua terkait pengasuhan oleh ayah pada bayi usia 0 - 12 bulan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Selanjutnya, mayoritas pasangan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap pengasuhan oleh ayah. Hal ini berarti jika ibu memiliki sikap yang positif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap positif. Begitu juga sebaliknya, jika ibu memiliki sikap yang negatif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap yang negatif pula.
Kesimpulan: Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu memiliki sikap yang lebih positif terhadap pengasuhan oleh ayah daripada ayah. Sikap ayah yang rendah bisa dikarenakan kurang percaya diri terhadap kemampuannya dalam merawat bayi dan juga karena kurangnya umpan balik positif atas aktifitas perawatan bayi yang dilakukannya. Berdasarkan analisis tambahan, sikap ayah terhadap pengasuhan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan ayah. Ayah juga memiliki sikap positif pada beberapa kegiatan di dalam pengasuhan anak, seperti mengetahui penyakit bayi, mengantarkan bayi ke dokter, mengetahui makanan yang dikonsumsi bayi dan mengajak bayi bermain.

Background: Parents need to be active in child rearing activities from the beginning of the baby?s life. So far, child rearing activities more related to mother than father. That?s why fathers not involved in baby rearing activities. Many factor influenced father involvement in child rearing activities, one of the factor is mother's attitude toward father involvement.
Methods: this research will compare attitude difference and gap between fathers and mothers toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. This research used quantitative methods with accidental sampling as sampling methods. Researcher analyzed 102 data of fathers and mothers.
Statistical analysis: researcher used T-Test dependent sample for compare fathers and mothers attitude toward father involvement in child rearing activities.
Result: research showed significance difference in parents attitude toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. Most of the couples didn?t have difference attitude toward father involvement in child rearing activities. It means if mothers have positive attitude toward father involvement, fathers will also have positive attitude. And if mothers have negative attitude toward fathers involvement in child rearing activites, fathers will have negative attitude.
Conclusion: this research found that mothers had more positive attitude toward father involvement rather than father. The reason why fathers have lower attitude rather than mothers because of lack of confidence and lack of positive feedback in child rearing activities. Based on additional analysis, father's attitude in child rearing activities not affected by fathers knowledge. Fathers also positive attitude in some child rearing activities, such as knowing child disease, accompany baby to the doctor, knowing which food that can be consume by baby and play with baby.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>