Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89467 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fetria Faisal
"Latar belakang: Resistensi antibiotik merupakan ancaman dan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia medis saat ini. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan merupakan salah satu faktor yang mempercepat timbulnya resistensi antibiotik. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM tahun 2011 menunjukkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat sebanyak 48,3 dari total penggunaan antibiotik. Program pengaturan antibiotik di rumah sakit diperlukan untuk mengoptimalkan luaran klinis sekaligus mengendalikan resistensi antibiotik. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah edukasi klinisi.
Tujuan: Mengetahui penggunaan antibiotik secara kualitatif dengan menggunakan algoritma Gyssens di ruang perawatan Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM sebelum dan sesudah intervensi edukasi terhadap PPDS, berupa 1 penggunaan antibiotik yang tepat; 2 penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Metode: Studi intervensi dengan melakukan edukasi terhadap PPDS mengenai penggunaan antibiotik, yang terdiri dari kuliah sebanyak lima kali disertai diseminasi kartu pedoman penggunaan antibiotik empiris. Penilaian ketepatan penggunaan antibiotik dilakukan oleh dua orang klinisi berdasarkan rekam medis pasien di ruang perawatan kelas III Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, yang terdiri dari periode pra-intervensi 1 Desember 2015 ndash; 29 Februari 2016 dan pasca-intervensi 1 April 2016 ndash; 30 Juni 2016 . Analisis ketepatan penggunaan antibiotik menggunakan algoritma Gyssens.
Hasil Penelitian: Jumlah penggunaan antibiotik mengalami penurunan dari 374 menjadi 339 setelah intervensi. Penggunaan antibiotik yang tepat kategori I sebelum intervensi sebanyak 218 58,3 , meningkat menjadi 228 67,3 setelah intervensi p = 0,01 . Penggunaan antibiotik yang tidak tepat terdiri dari: data tidak memadai kategori VI sebelum intervensi 2, setelah intervensi 1; tidak ada indikasi kategori V sebelum intervensi 24, setelah intervensi 11; jenis antibiotik tidak tepat kategori IV sebelum intervensi 56, setelah intervensi 43; durasi tidak tepat kategori III sebelum intervensi 53, setelah intervensi 32; dosis tidak tepat kategori IIa sebelum intervensi 39, setelah intervensi 29; interval tidak tepat kategori IIb sebelum intervensi 23, setelah intervensi 16; serta rute pemberian tidak tepat kategori IIc tidak didapatkan sebelum maupun setelah intervensi.
Simpulan: Jumlah penggunaan antibiotik yang tepat mengalami peningkatan secara bermakna sebanyak 9 setelah dilakukan intervensi edukasi.

Background Antimicrobial resistance is now becoming a global threat and a challenge. Inappropriate and overuse of antimicrobial are factors that accelerate antimicrobial resistance. Study in 2011 at Department of Pediatrics, Cipto Mangunkusumo Hospital CMH shows that inappropriate antimicrobial use is up to 48.3 of total antimicrobial use. Antimicrobial stewardship program is needed in order to optimize clinical outcome and control antimicrobial resistance. Clinicians education is one of the applicable method.
Aim To evaluate qualitative antimicrobial use using Gyssens algorithm in pediatric inward unit, Department of Pediatrics, CMH before and after education of residents, including 1 appropriate antimicrobial use 2 inappropriate antimicrobial use.
Methods Interventional study by educating pediatric residents regarding antimicrobial use which consisted of five courses and dissemination of empiric antimicrobial therapy guideline cards. Evaluation of antimicrobial use by two independent clinicians based on medical records of class III pediatric inward unit, CMH, during pre intervention period December 2015 - February 2016 and post intervention period April 2016 ndash June 2016. Qualitative analysis was performed using Gyssens algorithm.
Results Antimicrobial use decreased from 374 to 339 after intervention. Appropriate antimicrobial use category I before intervention was 218 58.3 , increased to 228 67.3 after intervention p 0.01 . Inappropriate antimicrobial uses consist of insufficient data category VI was 2 before intervention, 1 after intervention no indication category V was 24 before intervention, 11 after intervention inappropriate antimicrobial choice category IV was 56 before intervention, 43 after intervention incorrect duration category III was 53 before intervention, 32 after intervention incorrect dose kategori IIa was 39 before intervention, 29 after intervention incorrect interval category IIb was 23 before intervention, 16 after intervention there was no incorrect route category IIc both before and after intervention.
Conclusion Appropriate antimicrobial use increased significantly at 9 after educational intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Rosyady
"Latar belakang: Resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan global. Tingginya tingkat reproduksi mikroorganisme dan kemampuan tekanan selektif yang kuat dari mikroorganisme menghadapi antibiotik pilihan merupakan permasalahan penggunaan antibiotik saat ini. Salah satu cara agar dapat menguatkan pemahaman dan ketaatan staf medis adalah melalui edukasi. Pemanfaatan teknologi seperti e-learning merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan ketepatan penggunaan antibiotik.
Metode: Penelitian intervensi ini melibatkan seluruh DPJP dan PPDS Sp1 Ilmu Kesehatan Anak yang berstatus aktif di FKUI RSCM. Intervensi e-learning dilakukan terhadap DPJP dan PPDS dengan topik Antimicrobial Stewardship (AMS) via website EMAS UI kemudian dinilai tingkat pengetahuan pra- dan pasca-intervensi. Penggunaan antibiotik satu bulan pra- dan pasca-intervensi dinilai dengan alur Gyssens untuk menilai ketepatan penggunaan antibiotik.
Hasil: Total penggunaan antibiotik pra- dan pasca-intervensi berturut-turut adalah 248 dan 229 antibiotik. Sebanyak 135 (54,4%) penggunaan antibiotik pra-intervensi dan 170 (72,24%) penggunaan antibiotik pasca-intervensi dinilai tepat. Analisis bivariat terhadap ketepatan penggunaan antibiotik menunjukkan terdapat hubungan bermakna pra- dan pasca-intervensi (OR= 0,537, IK 95% 0,363-0,795; p< 0,002). Sebanyak 42 dari total 56 DPJP anak dan 119 dari total 123 PPDS Sp1 Ilmu Kesehatan Anak mengikuti intervensi e-learning. Analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan DPJP pra- dan pasca-intervensi (1 vs 32; p<0,001) dan PPDS pra- dan pasca-intervensi (10 vs 66; p<0,001).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan signifikan tingkat ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak di ruang perawatan RSCM dan tingkat pengetahuan ketepatan pemberian antibiotik pada DPJP dan PPDS setelah dilakukan intervensi edukasi melalui metode e-learning.

Backgorund: Antibiotic resistance is a global health threat. The high rate of reproduction of microorganisms and the strong selective pressure ability of microorganisms against antibiotics are the problems of the current use of antibiotics. Education is a way to strengthen the understanding and obedience of medical staff. Utilization of technology such as e-learning can be used to increase the level of knowledge and the effectiveness of using antibiotics.
Method: This intervention study involved all active pediatric staff and pediatric residents from the Department of Child Health in FMUI-CMH. Staff and residents underwent intervention through e-learning on the topic of Antimicrobial Stewardship (AMS) via the EMAS UI website, and then the level of their pre- and post-intervention knowledge was assessed. The use of antibiotics one month pre- and post-intervention was assessed by Gyssen's flowchart to assess the appropriateness of the antibiotics usage.
Result: A total of 135 (54.4%) uses of pre-intervention antibiotics and 170 (72.24%) uses of post-intervention antibiotics were considered appropriate. Bivariate analysis of the appropriate use of antibiotics showed that there was a significant relationship pre- and post-intervention (135 vs. 170, 95% CI 0.363-0.795; p 0.002). Forty two out of 56 staff and 119 out of 123 residents participate in e-learning. Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge of pre- and post-intervention in pediatric staff (1 vs. 32; p 0.001) and pre- and post-intervention pediatric residents (10 vs. 66; p 0.001).
Conclusion: There was a significant increase in the appropriateness level of using antibiotics in pediatric patients at CMH and the level of knowledge about the appropriateness of giving antibiotics to staff and residents after educational interventions were carried out through the e-learning.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Rosyady
"Resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan global. Tingginya tingkat reproduksi mikroorganisme dan kemampuan tekanan selektif yang kuat dari mikroorganisme menghadapi antibiotik pilihan merupakan permasalahan penggunaan antibiotik saat ini. Salah satu cara menguatkan pemahaman dan ketaatan staf medis adalah melalui edukasi. E-learning merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan ketepatan penggunaan antibiotik. Penelitian intervensi ini melibatkan seluruh DPJP dan PPDS Sp1 Ilmu Kesehatan Anak yang berstatus aktif di FKUI RSCM. Intervensi e-learning dilakukan terhadap DPJP dan PPDS dengan topik Antimicrobial Stewardship (AMS) melalui website EMAS UI kemudian dinilai tingkat pengetahuan pra- dan pasca-intervensi. Penggunaan antibiotik satu bulan pra- dan pasca-intervensi dinilai dengan alur Gyssens untuk menilai ketepatan penggunaan antibiotik. Sebanyak 135 (54,4%) penggunaan antibiotik pra-intervensi dan 170 (72,24%) penggunaan antibiotik pasca-intervensi dinilai tepat. Analisis bivariat terhadap ketepatan penggunaan antibiotik menunjukkan terdapat hubungan bermakna pra- dan pasca-intervensi (OR= 0,537, IK 95% 0,363-0,795; p< 0,002). Sebanyak 42 dari total 56 DPJP anak dan 119 dari total 123 PPDS Sp1 Ilmu Kesehatan Anak mengikuti intervensi e-learning. Analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan DPJP pra- dan pasca-intervensi (1 vs 32; p<0,001) dan PPDS pra- dan pasca-intervensi (10 vs 66; p<0,001). Terdapat peningkatan signifikan tingkat ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak di ruang perawatan RSCM setelah dilakukan intervensi edukasi melalui metode e-learning.

Antibiotic resistance is a global health threat. The high rate of reproduction of microorganisms and the strong selective pressure ability of microorganisms against antibiotics are the problems of the current use of antibiotics. Education is a way to strengthen the understanding and obedience of medical staff. E-learning can be used to increase the level of knowledge and the effectiveness of using antibiotics. This intervention study involved all active pediatric staff and pediatric residents from the Department of Child Health in FMUI-CMH. Staff and residents underwent intervention through e-learning on the topic of Antimicrobial Stewardship (AMS) via the EMAS UI website, and then the level of their pre- and post-intervention knowledge was assessed. The use of antibiotics one month pre- and post-intervention was assessed by Gyssen's flowchart to assess the appropriateness of the antibiotics usage. A total of 135 (54.4%) uses of pre-intervention antibiotics and 170 (72.24%) uses of post-intervention antibiotics were considered appropriate. Bivariate analysis of the appropriate use of antibiotics showed that there was a significant relationship pre- and post-intervention (135 vs. 170, 95% CI 0.363-0.795; p 0.002). Forty two out of 56 staff and 119 out of 123 residents participate in e-learning. Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge of pre- and post-intervention in pediatric staff (1 vs. 32; p 0.001) and pre- and post-intervention pediatric residents (10 vs. 66; p 0.001). The total use of pre- and post-intervention antibiotics being, respectively, 248 and 229 antibiotics. There was a significant increase in the appropriateness level of using antibiotics in pediatric patients at CMH after educational interventions were carried out through the e-learning."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Shabrina Agustia Rahmah
"Angka prevalensi penemuan pneumonia anak Indonesia pada tahun 2018 sebesar 56,51%. Pneumonia juga menduduki penyebab kematian anak tertinggi di Indonesia pada tahun 2018, yaitu lebih dari 19.000 anak. Bakteri merupakan salah satu penyebab pneumonia, maka dapat diberikan terapi kuratif dengan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tatalaksana penggunaan antibiotik pasien pneumonia anak, yang kemudian dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode Gyssens. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan secara observasional dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan catatan rekam medik selama periode Maret-September 2020. Sebanyak 81 pasien pneumonia anak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita digunakan sebagai sampel dan telah memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data tersebut selanjutnya dianalisis dan dievaluasi menggunakan metode kriteria Gyssens. Pada penelitian ini, kelompok usia berusia 1 bulan hingga 1 tahun (68%). Pasien anak laki-laki (51,85%) lebih banyak dibandingkan pasien anak perempuan (48,15%), dan frekuensi lama rawat paling banyak 6-10 hari sebanyak 36 pasien (44,4%). Penggunaan antibiotik terbanyak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita untuk pneumonia secara beturut-turut adalah seftriakson (30,91%), lalu gentamisin (13,94%), dan azitromisin (12,73%). Total 165 regimen dari 81 pasien diperoleh hasil 109 regimen (66,06%) termasuk ke dalam kategori 0 dan 56 regimen (33,94%) termasuk ke dalam kategori I-VI. Hasil analisis menunjukkan adanya 33,94% ketidaktepatan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di RSAB Harapan Kita.

Child mortality rate is due to pneumonia rather than other infectious diseases were the highest, with up to 56,51% cases in Indonesia or more than 19.000 children died in 2018. Since most of pneumonia is caused by bacteria, the therapy given for this infection is antibiotic. The objective of this research was described and evaluated the used of antibiotics qualitatively in pediatric pneumonia patients with Gyssens method. Method used in this study was cross-sectional, observational with descriptive data analysis. Data collection has been conducted retrospectively based on medical records during the period March-September 2020. 81 samples of pediatric pneumonia patients in RSAB Harapan Kita’s inpatient room who met the inclution criteria was taken used total sampling method. Then, data were analyzed and evaluated by Gyseens criteria method. In this research, there group age 1 – 12 months (68%) was being the highest population who used antibiotic due to 6-10 days length of stay (44,4%). It’s consists of male children (51,58%) and female children (48,15%). The most used antibiotic coherently ceftriaxone (30,91%), gentamycin (13,92%), and azithromycin (12,73%). The total 165 regimen, from 81 samples show that 109 regimens (66,06%) were categorized as Category 0 and 56 regimens (33,94%) as Category I-VI. Result show inaccuracy used of antibiotic up to 33,94% in RSAB Harapan kita."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrina Indah Pratiwi
"Penanganan diare akut primer pada anak yang tidak tepat merupakan penyebab banyaknya kasus kematian pada anak terutama usia kurang dari 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto sehingga dapat meminimalisir penggunaan obat yang tidak rasional. Desain studi menggunakan studi cross-sectional, hasil penelitian dijelaskan secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak usia 0 ndash;18 tahun yang menderita diare akut primer. Penelitian dilakukan terhadap 81 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dinyakatan dalam satuan DDD dan DDD/100 beds/hari dan analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90. Berdasarkan hasil analisis, prevalensi pasien yang menderita diare terbanyak pada pasien laki- laki, dengan rentang umur >1 bulan ndash;2 tahun. Kuantitas obat diare berdasarkan nilai DDD dan DDD/100 beds/hari didapatkan nilai DDD terbesar adalah Zink 24,54 dan nilai DDD/100 beds/hari terbesar adalah Seftazidim 41,67 . Kualitas penggunaan obat diare pada pasien anak di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto perlu lebih dikaji kembali. Penggunaan obat diarenya sudah 100 sesuai dengan Formularium Nasional.

Improper treatment of acute primary diarrhea in children is the cause of many death cases in children especially under the age of 5 years. This research aimed to know the rationality of diarrhea drug utilization in Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto so it could minimize irrational drugs utilization. The study design used a cross sectional study, the results of the study were described descriptively. Data was collected retrospectively from patient medical record data. The samples in this study were all data of pediatric patients ages 0 18 years with acute primary diarrhea. The study was conducted on 81 medical records that met the inclusion criteria. Analyses were performed quantitatively dan qualitatively. Quantitative analysis is expressed in units of DDD and DDD 100 beds day. Qualitative analysis is expressed in the DU90 segment. Based on the analysis, the most prevalence of diarrhea in male, with an age range 1 month 2 years. The largest DDD value was Zink 24.54 and the largest DDD 100beds day value was Ceftazidime 41,67. The quality of antidiarrheal drugs use in pediatric patients need more improvement. The use of antidiarrheal drugs in in Inpatient of Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto is compliance with the national formulary 100.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Patmawati
"Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Infeksi ini pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi ISPA paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Tingginya prevalensi ISPA non pneumonia akan mempengaruhi pola penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak yang terkena ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji Depok pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data resep pasien dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Anatomical Therapeutical Chemical /Defined Daily Dose (ATC/DDD). Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan ATC dan kuantitas dihitung dalam satuan PDD. Kualitas dinyatakan dalam jenis obat yang termasuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%) dan kesesuaiannya terhadap formularium nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia 1-18 tahun) yang menderita ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 dengan terapi antibiotik. Prevalensi pada pasien anak ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 yaitu pasien laki-laki (55.79%), perempuan (44.21%). Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah amoksisilin (335.250 g), siprofloksasin (10g) dan nilai PDD/1000 pasien perhari pada amoksisilin (7.1757), siprofloksasin (0.2140).Antibiotik yang menyusun DU 90% ialah amoksisilin. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional di Puskesmas Beji tahun 2017 adalah 100%. Jenis antibiotik yang digunakan ialah amoksisilin dan siprofloksasin.

Acute Respiratory Infections (ARI) is an acute infection that attacks one or more parts of the upper or lower respiratory tract. This infection is generally caused by microorganisms, however most ARIs are caused by bacteria and viruses. Prevalence of ARI will affect the pattern of antibiotics uses in healthcare facilities. This research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients effected by non pneumonia ARI at Puskesmas Beji depok in 2017. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patient prescription data and total sampling technique. Evaluation of antibiotic is carried out quantitative and qualitative use ATC/DDD (Anatomical Therapeutical Chemical/Defined Daily Dose) method. Antibiotics are classified based on the ATC and quantity is calculated in PDD/1000 patients per day. The quality is stated in Drug Utilization 90% (DU 90%). Sample of this research is all pediatric patients (aged 1-18 years old) who suffered from non pneumonia ARI at Puskesmas Beji in 2017 and need antibiotic therapy. The prevalence of non-pneumonia ARI Child at Beji Public health center in 2017 were male patients (55,79%), female patients (44,21%). The quantity of antibiotics used which expressed in PDD units were amoxicillin (335,250 g), ciprofloxacin (10 g) and the PDD value/ 100 patients / day were amoxicillin (1.17557), ciprofloxacin (0,2140). Antibiotics that composed in DU 90% segment is amoxicillin. The percentage of antibiotic’s used with national formulary at Beji Public Center was 100%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri yang timbul sebagai respon tubuh terhadap stimulasi sistem imun. Salah satu obat yang banyak digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut adalah antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak bijak akan mengakibatkan resistensi.
Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSAB Harapan Kita merupakan salah satu infeksi utama maupun komorbid pada pasien anak yang tatalaksana pengobatannya menggunakan antibiotik. Namun, RSAB Harapan Kita belum menerapkan evaluasi kualitatif penggunaan antibiotik secara rutin. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK dan mengetahui peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita.
Penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita dievaluasi berdasarkan diagram alir Gyssens meliputi indikasi antibiotik, spektrum, dosis dan interval antibiotik, lama pemberian antibiotik harga, efektivitas dan keamanan antibiotik.
Berdasarkan hasil evaluasi, penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK di RSAB Harapan Kita masih ada yang tidak tepat. Peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita yaitu evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik menggunakan metode ATC/DDD, sedangkan evaluasi kualitatif belum dilaksanakan sepenuhnya di RSAB Harapan Kita dan masih terbatas pada antibiotik profilaksis bedah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.

Infectious diseases are diseases caused by microorganisms such as bacteria that arise as the body's response to immune system stimulation (Ministry of Health RI, 2021). One of the drugs that are widely used to treat the disease is antibiotics. However, unwise use of antibiotics will result in resistance.
Urinary Tract Infection (UTI) at RSAB Harapan Kita is one of the main and comorbid infections in pediatric patients whose treatment uses antibiotics. However, RSAB Harapan Kita has not implemented a qualitative evaluation of routine antibiotic use. The purpose of this special task is to determine the accuracy of antibiotic use in hospitalized pediatric patients with UTIs and to know the role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita.
The use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is evaluated based on the Gyssens flow chart including antibiotic indications, spectrum, dose and interval of antibiotics, duration of antibiotic administration price, effectiveness and safety of antibiotics.
Based on the evaluation results, the use of antibiotics in inpatient pediatric patients with UTIs at RSAB Harapan Kita is still inappropriate. The role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is quantitative evaluation of antibiotic use using the ATC / DDD method, while qualitative evaluation has not been fully implemented at RSAB Harapan Kita and is still limited to surgical prophylactic antibiotics carried out by other health workers.
"
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Wihanda
"Latar Belakang. Angka kejadian In-Stent Restenosis (ISR) pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP) baik pada penggunaan Bare-Metal Stent (BMS) maupun Drug-Eluting Stent (DES) masih tinggi.
Tujuan. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ISR pada pasien pasca IKP.
Metode. Desain penelitian potong lintang retrospektif ini dilakukan dengan menggunakan rekam medik pasien pasca IKP yang menjalani follow-up angiografi di Pelayanan Jantung Terpadu/Rumah Sakit Umum Pusat Negeri Dr. Cipto Mangunkusumo dalam kurun waktu bulan Januari 2009 sd. Maret 2014. Gambaran angiografi ISR bila diameter stenosis pada follow-up angiografi lebih dan sama dengan 50 persen baik di dalam stent maupun menjulur keluar lima mm baik dari ujung proksimal maupun distal stent. Analisis multivariat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ganda.
Hasil. 289 subyek penelitian terdiri dari 133 pasien dengan ISR dan 156 pasien tanpa ISR. Angka kejadian ISR pada penggunaan BMS dan DES masing-masing sebesar 61,3% dan 40,7%. Jenis stent (OR=4,83; 95% IK 2,51-9,30; p=0,001), panjang stent (OR=3,71; 95% IK 1,99- 6,90; p=0,001), lesi di bifurkasi (OR=2,43; 95% IK 1,16-5,10; p=0,019), merokok (OR=2,30; 95% IK 1,33-3,99; p=0,003), diameter pembuluh darah (OR=2,18; 95% IK 1,2-3,73; p=0,005), hipertensi (OR=2,16; 95% IK 1,16-4,04; p=0,016) dan Diabetes Melitus/DM (OR=2,14; 95% IK; p=0,007) sebagai faktor prediksi ISR.
Kesimpulan. Jenis stent, panjang stent, lesi di bifurkasi, merokok, diameter pembuluh darah, hipertensi dan DM merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ISR pada pasien pasca IKP.

Background. The incidence of In-Stent Restenosis (ISR) after Percutaneous Coronary Intervention (PCI) both in the use of Bare-Metal Stent (BMS) and Drug-Eluting Stents (DES) are still high.
Purpose. To determine factors related to ISR in patients after PCI.
Method. A retrospektif cross-sectional study was conducted using medical records of patients after PCI who underwent follow-up of angiography in in the period between January 2009 to March 2014 in The Integrated Cardiac Service/Public Hospital Center Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Angiographic ISR was defined as diameter stenosis ≥ 50% at follow-up angiography in the within of the stent, and within its five mm proximal and distal edges. Multivariate analysis performed in this study using regression multiple logistic.
Results. 289 study subjects consisted of 133 patients with and 156 patients without ISR. The incidence of ISR in the use of BMS and DES, respectively 61,3% and 40,7%. Using multivariate analysis, type of stent (OR=4,83; 95% CI 2,51-9,30; p=0,001), stent length (OR=3,71; 95% CI 1,99- 6,90; p=0,001), bifurcation lesions (OR=2,43; 95% CI 1,16-5,10; p=0,019), smoking (OR=2,30; 95% CI 1,33-3,99; p=0,003), blood vessel diameter (OR=2,18; 95% CI 1,2-3,73; p=0,005), hypertension (OR=2,16; 95% CI 1,16-4,04; p=0,016) and Diabetes Mellitus/DM (OR=2,14; 95% CI; p=0,007) were identified as predictors of ISR.
Conclusion. Type of stent, stent length, bifurcation lesions, smoking, blood vessel diameter, hypertension and DM were factors related to ISR in patients after PCI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rinciani Putri
"Diare akut adalah proses defekasi yang lebih sering dari biasanya (>3x sehari) dengan durasi < 14 hari. Salah satu penyebab diare akut adalah infeksi bakteri. Adanya infeksi bakteri ini harus ditangani dengan penggunaan antibiotik spesifik terhadap bakteri penyebab secara rasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien dengan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia >1 bulan-12 tahun) yang menderita diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 dengan terapi antibiotik. Penelitian dilakukan terhadap 88 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Kuantitas penggunaan antibiotik terbesar yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah seftriakson (152,75) dan DDD/100 pasien/hari terbesar adalah seftriakson (34,56). Antibiotik yang menyusun segmen DU90% adalah seftriakson, sefotaksim, seftizoksim, dan ampisilin sulbaktam. Penggunaan antibiotik untuk terapi diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 90,87% sesuai dengan Formularium Nasional.

Acute diarrhea is a defecation process which happens more often than usual (3x daily) with duration < 14 days. One of its cause is bacterial infections. This bacterial infection needs to be treated by specific antibiotic against the bacteria and used rationally. This research is done to evaluate the uses of the antibiotic for acute diarrhea patient in child inpatiens room Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016. The uses of antibiotic evaluation are done quantitatively and qualitatively. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patients medical records and total sampling technique. Sample of this research is all children patients in age interval of >1 month until 12 years old in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016 which suffer from acute diarrhea and need antibiotic therapy. The research is done for all 88 medical records which fulfill the inclusion criteria. The largest quantity of used antibiotics is expressed in PDD unit is ceftriaxone (152.75) and the largest of DDD/100 patient/day is ceftriaxone (34.56). Antibiotics that composed in DU90% segment are ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, and ampicillin sulbactam. The uses of antibiotic against diarrhea in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of Year 2016 is 90.87% corresponds with Formularium Nasional.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Dwi Kurniasari
"Antibiotik merupakan senyawa kimia antimikroba yang digunakan untuk melawan atau mencegah infeksi bakteri. Antibiotik dapat mematikan ataupun menghambat pertumbuhan bakkeri. Kejadian infeksi yang terjadi pada pasien di Instalasi Rawat Intensif IRI jumlahnya dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan populasi pasien yang dirawat di bangsal biasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik kepada pasien di IRI RSUP Fatmawati periode Februari 2017 - April 2017 pada bagian Intensive Care Unit ICU , Neonatal Intensive Care Unit NICU dan Pediatric Intensive Care Unit PICU . Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara prospektif dengan menggunakan teknik analisis total sampling. Evaluasi yang dilakukan adalah melihat kepatuhan pencatatan penggunaan antibiotik pada formulir surveilans dan kesesuaian penggunaan antibiotik dengan rekomendasi hasil kultur yang berpedoman pada Pedoman Penggunaan Antibiotik PPAB RSUP Fatmawati tahun 2016. Pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 205 orang pasien dari ICU, 18 pasien dari NICU, dan 100 pasien dari PICU. Tingkat kepatuhan pencatatan penggunaan antibiotik pada formulir surveilans tinggi baik di ICU, NICU, dan PICU dengan masing-masing 92,68 ; 88,89 dan 88,00 Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan rekomendasi hasil kultur cukup tinggi di ICU, NICU, dan PICU dengan masing-masing 77,05 ; 50 dan 72,22.

Antibiotics are a type of antimicrobial used in the treatment and prevention of bacterial infections. They may either kill or inhibit the growth of bacteria. Frequency of infection in the Intensive Care Installation was two to five times higher than the patient population treated in a regular ward. The purpose of this study was to evaluate the usage of antibiotics on patients during February 2017 April 2017 period in Intensive Care Instalation of the Fatmawati Public Hospital that consist of Intensive Care Unit ICU , Neonatal Intensive Care Unit NICU and Pediatric Intensive Care Unit PICU . This research was a descriptive study. Data collections were done prospectively using total sampling technique analysis. Evaluations of the usage of antibiotics on patient are to see obedience in recording of antibiotics usage at surveylance rsquo s form and suitability of definitive antibiotics with culture of laboratory result according to Guidance of Usage of Antibiotic PPAB of The Fatmawati Public Hospital 2016. Number of patients who became sample in this research were counted of 323 patients, consisting of 205 ICU rsquo s patients, 18 NICU rsquo s patients, and 100 PICU rsquo s patients. Rate of obedience in recording of antibiotics usage at surveylance rsquo s form at ICU, NICU and PICU is high that are 92.68 88.89 and 88.00 respectively. Meanwhile suitability of definitive antibiotics with culture of laboratory result toward the Guidance of Usage of Antibiotic PPAB of The Fatmawati Public Hospital 2016 is also high that are 77.05 50 dan 72.22 for ICU, NICU dan PICU respectively."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>