Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nugroho Purnomo
"ABSTRAK
Nyeri pinggang pada pasien batu ginjal dan batu ureter membutuhkan pengobatan yang cepat dan tepat. Banyak obat-obatan yang sudah diteliti sebagai pengobatan nyeri pada pasien batu ginjal dan batu ureter. Kebanyakan pasien dengan nyeri pinggang diberikan obat golongan NSAID. Efek samping NSAID terhadap gastrointestinal, ginjal dan sistem kardiovaskular cukup berbahaya untuk pasien sehingga harus dibatasi penggunaannya. Agropyron repens selain sebagai pengobatan MET juga dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien batu ginjal dan batu ureter.

ABSTRACT
Flank pain in kidney stone and ureter stone s patient needs a fast and appropriate medication. Most of flank pain patients were prescribed NSAID medicine. The side effect of NSAID in terms of gastrointestinal, kidney, and cardiovascular system is adequately dangerous, thus it needs to be in control. Agropyron repens is not only for medication, but also for decreasing pain in kidney stone and ureter stone."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Hadiansyah
"Nyeri kolik pada penderita batu ureter merupakan gangguan urologi yang paling menyakitkan. Nyeri kolik timbul karena adanya obstruksi dan hambatan pasase material dalam organ berongga. Kolik sangat dipengaruhi oleh ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi, dan variasi anatomi tiap individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara nyeri kolik dengan lokasi batu ureter pada pasien batu ureter unilateral. Penelitian dilakukan pada 1 Juni 2012 ? 1 Juni 2013 di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil 1146 data rekam medis pasien dengan batu ureter unilateral tahun 2009-2011. Data dikelompokkan sesuai dengan ada tidaknya nyeri kolik dan lokasi batu (proksimal dan distal ureter), lalu dihitung persentase perbandingan nyeri kolik dan lokasi batu dengan uji chi-square untuk melihat kemaknaannya. Sebagian besar pasien penderita batu ureter adalah laki-laki (73%). Kolik terjadi pada sebagian besar pasien (65,1%). Pasien kolik dengan batu ureter distal lebih banyak daripada batu ureter proksimal (55,4%, p=0,000, CI95%: 0,584). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara nyeri kolik dengan lokasi batu ureter.

Colic pain in ureteral stone patients is the most painful urologic symptom. Colic pain occurs when there is an obstruction and passage barrier materials in organs with lumens. Colic pain is mostly affected by stone size, location, degree of obstruction, and individual anatomical variation. This study?s objective was to know the relationship between colic pain occurrences and stone locations in unilateral ureteral stone patients. The study was conducted on June 1st, 2012 - June 1st, 2013 in the Department of Urology Cipto Mangunkusumo Hospital using the 1146 medical records of unilateral ureteral stones patients in 2009-2011. Data were grouped according to the presence or absence of pain colic and stone location (proximal and distal ureter), and then the percentage ratio of colic pain and the stone location were calculated using the chi-square test to see their relationship. It was found that from patients with ureteral stone, 73% of them was male and colic pain occurred in 65,1% of the total patients. Patients with distal ureteral stones had colic pain more than in proximal ureteral stones (55,4%, p=0,000, CI 95%= 0,584). In conclusion, there was a relationship between colic pain and ureteral stone location.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Baskoro
"Hidronefrosis adalah perubahan anatomis ginjal berupa dilatasi pada bagian pelvikokaliks ginjal akibat penumpukan urin. Faktor penyebab hidronefrosis salah satunya adalah obstruksi saluran ureter oleh batu saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ukuran batu ureter dengan derajat hidronefrosis pada pasien batu ureter unilateral. Analisis dilakukan pada 520 data rekam medik Departemen Urologi Rumah Sakit Ciptomangunkusumo tahun 2009-2011. Data ukuran batu dibagi sesuai diameter, yaitu ukuran batu ureter 1 = <5mm, 2= 5-<10mm, dan 3= ≥10mm, dan derajat hidronefrosis berdasarkan pelebaran pelvikokaliks ginjal (rendah dan tinggi) yang dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan ukuran batu ureter 2, paling banyak terjadi pada derajat hidronefrosis ringan. Juga pada hidronefrosis derajat berat paling banyak terjadi pada pasien dengan batu ureter ukuran 2. Sedangkan pasien dengan batu ureter ukuran 1 memiliki angka kejadian hidronefrosis paling kecil (p=0.000). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ukuran batu ureter terhadap derajat hidronefrosis. "
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avian Andika
"Batu ginjal merupakan masalah yang cukup besar. Batu ginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan dapat berujung pada gagal ginjal. Obesitas merupakan faktor risiko penurunan fungsi ginjal pada populasi normal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi fungsi ginjal buruk & obesitas pada pasien batu ginjal dan hubungannya antara fungsi ginjal dengan obesitas pada pasien batu ginjal. Metode yang digunakan adalah studi potong lintang pada pasien yang berobat di Poli Urologi RSUPNCM tahun 2000- 2013. Data diambil dari rekam medik pasien. Pengambilan sampel menggunakan teknik total population sampling pasien yang didiagnosis batu ginjal dan memiliki data kreatinin serum dan tinggi badan & berat badan yang akan dikonversikan menjadi data IMT. Dari jumlah data sebesar 5464 pasien, didapatkan 806 subjek penelitian yang memenuhi syarat dengan prevalensi obesitas sebesar 41,9% dan prevalensi fungsi ginjal buruk 40%. Uji analisis hubungan obesitas dengan fungsi ginjal didapatkan p=0.146. Dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan fungsi ginjal pada pasien batu ginjal.

Kidney stones are big problem. Kidney stones can cause reduction of kidney function and can ended in kidney failure. Obesity also is known risk factor in the population for reduction of kidney function. Therefore, this study aimed to determine the prevalence of decreased kidney function & obesity in renal stone patients and relation between obesity and kidney function in kidney stone patients. This study used cross sectional method in RSUPNCM Urology Department outpatient clinic from 2000 to 2013 by using total population sampling patients diagnosed kidney stones and have serum creatinine, weight and height data. Data were collected from medical record. The weight and height data will be converted into body mass index data. From 5464 patients, there are 806 subjects who fulfilled the requirement. Among subjects, 41,9% had obesity while 40% had decreased kidney function. Statistic test of obesity and its association with kidney function got p value=0.146. In conclusion, there is no significant correlation among obesity to kidney function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindy Aulia
"Penyakit batu saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang cukup besar. Riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan jumlah kasus batu ginjal sebesar 0,6% dari seluruh masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit batu ginjal dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal dan dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Pada penyakit batu saluran kemih stone burden adalah luas permukaan batu yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit tersebut. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan data sekunder dari rekam medis pasien batu ginjal di Departemen Urologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo sebanyak 5464 pasien. Dengan menggunakan teknik total population sampling didapatkan sebanyak 1898 pasien memiliki data kadar kreatinin dan ukuran batu ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara high stone burden dengan fungsi ginjal pada pasien batu ginjal. Dari penelitian ini didapatkan perbandingan subjek laki-laki terhadap perempuan sebesar 4:1 dan perbandingan jumlah subjek usia dewasa dengan usia lanjut sebesar 3:2. Sebesar 834 (43,9%) dengan prevalensi high stone burden, sebesar 778 (41%) dengan prevalensi fungsi ginjal buruk. Melalui uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara high stone burden dengan penurunan fungsi ginjal (p<0,001). Perlu dilakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih awal pada pasien batu ginjal.

Urolithiasis is a big problem with many cases. Riset kesehatan dasar 2013 showed that kidney stone disease have 0,6% of prevalence from all of the health problems in Indonesia. Kidney stone disease can cause reduced kidney function and it leads to kidney failure. Stone burden is kidney stone?s surface area which is a factor that have some effect in urolithiasis. This is a cross-sectional study, the secondary data collected from 5464 medical records of kidney stone patients at Department of Urology, Cipto Mangunkusumo General Hospital. With total population sampling, there are 1898 subjects who have cratinin serum and stone size data. Purpose of this study is to find association between high stone burden and kidney function in kidney stone patients. From this study, we found that the ratio of men and women is 4:1 and the ratio of adults and elders is 3:2. High stone burden have 43,9% (834) of prevalence and reduced kidney function have 41% (778) of prevalence. From statistic test we found that there is a significant association between high stone burden and reduced kidney function (p< 0,001). Education to the people about the importancy of early medical check up and treatment is needed to be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezania Khairani Mochtar
"Angka prevalensi hiperurisemia yang sudah menunjukkan manifestasi sebagai penyakit sendi atau gout tercatat sebesar 1.36%. Kondisi hiperurisemia diketahui merupakan faktor risiko yang berperan dalam penurunan fungsi ginjal dan memiliki hubungan erat dengan batu ginjal.
Tujuan: Mengetahui adanya hubungan antara kondisi hiperurisemia pada pasien dengan batu ginjal terhadap fungsi ginjal.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 942 pasien batu ginjal di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2000-2013.
Hasil: Dari 5464 pasien batu di RSUPN Cipto Mangunkusumo sepanjang tahun 2000-2013, didapatkan 942 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara hiperurisemia dengan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal (p < 0.001). Didapatkan pula bahwa predominansi pasien dengan batu ginjal adalah laki-laki (68.5%), serta rerata usia pasien batu ginjal adalah 47 tahun (SD = 12.4). Subjek dengan hiperurisemia yang mengalami penurunan fungsi ginjal tercatat sebanyak 11.3%.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi hiperurisemia dengan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal. Oleh karena itu, pengendalian kadar asam urat dalam darah harus menjadi perhatian khusus untuk menghindari terjadinya perburukan fungsi ginjal.

The recorded prevalence of hyperuricemia demonstrated as a manifestation of joint disease or gout is 1.36%. Hyperuricemia is known as a risk factor which plays an important role in the declining of renal function and has a close relationship with kidney stones.
Aim: To find out the relationship between the hyperuricemia in patients with kidney stones and renal function.
Method: A cross-sectional study conducted on 942 kidney stone patients in the Cipto Mangunkusumo Hospital through 2000-2013.
Result: Out of 5464 kidney stone patients in Cipto Mangunkusumo Hospital during the years 2000-2013, we obtained 942 subjects who meet the appointed inclusion and exclusion criterias. The analysis revealed a significant association between hyperuricemia and renal function in patients with kidney stones (p <0.001). It was also found that the predominance of patients with kidney stones are men (68.5%), and the mean age of the patients with kidney stones was 47 years (SD = 12.4). Prevalence of hyperuricemic subjects whom renal function declines, is recorded as 11.3%.
Conclusion: There is a significant association between hyperuricemia and renal function in patients with kidney stones. Therefore, the control of serum uric acid levels should be a particular concern to avoid the deterioration of renal function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Radityamurti
"Salah satu fungsi ginjal adalah sebagai tempat produksi erythropoietin yang berfungsi memicu produksi sel darah merah. Pada penderita obstruksi batu ureter bilateral kronik dapat terjadi kerusakan ginjal umumnya berakibat anemia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara kadar hemoglobin dengan kadar kreatinin darah. Kadar kreatinin darah dalam penelitian ini digunakan sebagai indeks pengukuran fungsi ginjal. Penelitian dilakukan di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil data 101 rekam medis pasien pada tahun 2009-2011 dengan batu ureter bilateral dan diambil data hemoglobin (cut-off 12 gr/dL) dan kreatinin serum (cut-off 1,5 mg/dL). Hubungan antara keduanya dihitung dengan uji chi-square dan didapatkan 70,6% pasien dengan hemoglobin rendah pada pasien dengan kadar kreatinin tinggi dan 42,0% pasien dengan hemoglobin rendah pada pasien dengan kadar kreatinin normal (p=0,004). Terdapat risiko penurunan kadar hemoglobin (OR = 3,314) pada pasien dengan kadar kreatinin yang tinggi. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kadar hemoglobin dengan kadar kreatinin darah dan pasien dengan kadar kreatinin tinggi cenderung berisiko anemia.

One of renal function is as a place that serves erythropoietin production triggers the production of red blood cells. In patients with bilateral ureteral stone obstruction chronic kidney damage can occur generally result in anemia. This study aimed to prove the existence of a relationship between hemoglobin levels with blood creatinine levels. Blood creatinine levels in this study was used as an index of kidney function measurement. The study was conducted in the Department of Urology Hospital Cipto Mangunkusumo by retrieving 101 medical records data of patients in the years 2009-2011 with bilateral ureteral stones and data retrieving hemoglobin data (cut-off 12 g / dL) and serum creatinine (cut-off 1.5 mg / dL). Relationship between the two was calculated by chi-square test. It was found that 70.6% of patients with low hemoglobin had high creatinine levels and 42.0% of patients with low hemoglobin had normal creatinine levels (p = 0.004). These result implied that there was a risk of a decrease in hemoglobin levels (OR = 3.314) in patients with high creatinine levels. In conclusion, there was a significant relationship between level of hemoglobin and creatinine levels in blood. Patients with high creatinine levels tend to be at risk of anemia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Rizky Teguh Ryanto
"Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan terapi non-invasif yang menjadi tatalaksana lini pertama batu ureter. Terdapat berbagai faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan ESWL, diantaranya lokasi batu dan ukuran batu ureter. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara lokasi batu dan ukuran batu dengan tingkat keberhasilan ESWL pada pasien batu ureter. Penelitian dilakukan di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil 106 data rekam medis pasien laki-laki tahun 2009-2011 dengan batu ureter unilateral yang sudah dilakukan ESWL. Data kemudian dikelompokkan sesuai dengan kategori ukuran batu (diameter <10 mm atau ≥10 mm) dan lokasi batu (proksimal atau distal ureter), lalu dihitung persentase keberhasilan ESWL dan dianalisis dengan uji regresi logistik untuk melihat kemaknaannya.
Didapatkan bahwa sampel memiliki rentang usia 27-74 tahun (mean 43,5 tahun). Persentase keberhasilan ESWL lebih tinggi pada batu ukuran <10 mm (92,4%) dibanding batu ukuran ≥10 mm (70,4%) (p=0,01, OR: 4,806(1,453-15,905)). Didapatkan juga persentase keberhasilan ESWL lebih tinggi pada batu ureter proksimal (92,2%) dibandingkan ureter distal (78,6%) (p=0,081, OR: 2,957(0,875-9,987)). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara ukuran batu ureter dengan tingkat keberhasilan ESWL tetapi tidak terdapat hubungan lokasi batu ureter dan tingkat keberhasilan ESWL.

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) is a non-invasive, first-line treatment for ureteral stone. There are multiple factors thought to be influencing its success rate, including stone location and size in the ureter. This study's objective was to prove the relationship between stone location and size with ESWL success rate in male unilateral ureteral stone patients. This study was done at Urology Departement Cipto Mangunkusumo Hospital. 106 patients met the inclusion criteria. The collected data were then grouped according to their categorizations for stone size (<10 mm or ≥10 mm) or location (proximal or distal), then their ESWL successs percentage were counted and analyzed using regression logistic test.
It was found that from samples with age ranging from 27-74 years old (mean 43,5 years old), the ESWL success rate in <10 mm stone size patients was higher (92,4%) than in ≥10 mm size (70,4%) (p=0,01, OR: 4,806(1,453-15,905)). It was also found that ESWL success rate in proximal stones is higher (92,2%) than in distal stones (78,6%) (p=0,081, OR: 2,957(0,875-9,987)). In conclusion, there was a relationship only between ureteral stone size with ESWL success rate in ureteral stone patients, but there was no relationship ureteral stone location and ESWL success rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwin Monoarfa
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T58986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Omar Rusydi
"ABSTRAK
Penanganan batu saluran kemih khususnya batu ureter mempunyai modalitas yang bervariasi. RS Pusat Pertamina mempunyai ESWL EDAP Sonolith Technomed dan URS dengan litotripsi laser holmium:YAG. Sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi perbandingan dengan kedua modalitas tindakan ini di RS Pusat Pertamina Jakarta. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta secara analitik komparatif.
Data diperoleh dari pasien yang dirawat dengan batu ureter dari bulan Januari sampai Desember 2009. Kami menemukan 81 batu ureter yang diterapi (15 dengan ESWL dan 66 dengan URS) dalam kurun waktu Januari – Desember 2009. Modalitas terapi pada batu ureter tersebut terbanyak dengan URS diikuti ESWL. Pemakaian DJ stent pada 19,8% tindakan dengan pemakaian terbanyak bersamaan dengan URS dibandingkan dengan ESWL. Angka bebas batu pada batu ureter tidak bermakna antara pemakaian URS dibandingkan ESWL, walaupun angka bebas batu pada URS lebih tinggi daripada ESWL. Pemakaian DJ stent juga tidak mempengaruhi perbedaan angka bebas batu ureter pada kedua modalitas tindakan ini. Angka bebas batu pada kedua modalitas terapi ini masih di bawah nilai dari literatur yang ada karena penilaian angka bebas batu diambil saat sesudah tindakan atau 1-2 hari sesudah tindakan dengan imaging foto polos abdomen dan USG.

ABSTRACT
Management of urinary lithiasis, especially ureteric stone has various modality. Central Hospital Pertamina has ESWL EDAP Sonolith Technomed and URS with lithotripsy laser holmium: YAG. Until now, it has never been evaluated comparatively between two those modalities at Central Hospital Pertamina Jakarta. Study was conducted at Central Hospital Pertamina Jakarta by comparing those two modalities using analytic comparative.
The data was taken from patients’ medical record diagnosed as ureteric stone who had been treated from January to Desember 2009. We found 81 ureteric stone treated (15 with ESWL and 66 with URS) from January to Desember 2009. Using of DJ stent were 19,8% of the treatment, together with URS is more common than ESWL. Stone free rate in ureteric stone was not significantly between treatment with URS and ESWL, although stone free rate of URS was higher than ESWL. Using of DJ stent didn’t influence of stone free rate of ureteric stone from two of those modalities. Stone free rate of these modalities was below of stone free rate at literatures published, because evaluation from stone free rate of this study was taken after the treatment or 1-2 days after the treatment with imaging of KUB and USG"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>