Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Anggun Bareka
"ABSTRAK
Abad ke-17 di Batavia merupakan sebuah panggung tempat para wanita Eropa elite untuk menunjukan status sosialnya di masyarakat dengan menggunakan simbol-simbol kemewahan. Hal tersebut dimulai ketika para wanita Eropa bermigrasi ke tanah koloni dan menempatkan diri sebagai kaum terhormat di Batavia. Dengan memanfaatkan kekayaan sang suami yang memiliki kedudukan tinggi di VOC, mereka tampil ke depan publik dengan tidak hanya menggunakan simbol-simbol Eropa tetapi juga simbol status sosial timur. Hal tersebut tercermin dalam beberapa lukisan yang dibuat pada abad ke-17, yaitu lukisan potret karya Jacob Coeman dan Albert Cuijp, dalam analisis lukisan tersebut ditemukan beberapa simbol status sosial timur pada wanita elite Eropa yaitu kepemilikan budak,penggunaan payung dan kotak sirih.

ABSTRACT
In the 17th century, Batavia was a place where the European elite women showed off their social status in the society by using the symbols of luxury. The case began when European women immigrated to the land of colony and placed theirself as the nobility in Batavia. By using the wealth of their spouse who had high position in VOC, they appeared to the public not only use the European status symbols but also with the symbols of status of Asian status. This is reflected in some of paintings made in the 17 century, such as the painting portrait by Jacob Coeman and Albert Cuijp. The analysis found some symbols of social status of European elite women are slave ownership, the use of parasol and betel box."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Tofano
"Skripsi ini membahas gaya hidup masyarakat kolonial di Batavia pada abad ke-19 dengan pendekatan sosial yang dilihat melalui pakaiannya. Pakaian yang akan dibahas pada tulisaan ini dibagi menjadi : pakaian kerja, pakaian sehari-hari, pakaian pesta dan juga pakaian olaraga. Pada penelitian ini pakaian akan dibahas secara mendetail dari unsur-unsur atau variasi yang berada pada pakaian tersebut. Detail pakaian itu akan menunjukan fungsi, gaya pakaian dan juga life style yang mempengaruhi terhadap perubahaan pakaian orang asing khusunya Eropa di Batavia.

This thesis studies colonial society lifestyle in Batavia, 19th century by social approach observing through the clothes. The clothes which will discussed on the thesis divided into work wear, daily wear, formal wear, and also sport wear. In the research, clothes will be discussed in detail from its elements or variation. Details of the clothes will show the function, the style, and also lifestyle that affect changes of or apparel in Batavia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Semiawan
"Penelitian ini merupakan penelitian mengenai seni bangunan masa kolonial Belanda yang bertujuan untuk mengetahui gaya apakah yang mempengaruhi pendirian suatu bangunan pendidikan di Batavia pada abad ke-19 dan ke-20 dan untuk melengkapi kajian sejarah dan kebudayaan di Batavia pada masa lalu. Dari 10 bangunan yang menjadi objek penelitian, 8 diantaranya dipengaruhi oleh Indische Stijl yang menandakan bahwa kebudayaan pribumi juga mempengaruhi pendirian bangunan pendidikan di Batavia pada masa tersebut, selain itu juga terdapat gaya arsitektur lain yang juga berpengaruh, yaitu Neo Klasik, De Stijl, Fungsionalism, dan Eclecticsm.

This research is about the art of Dutch colonial buildings which aims to determine whether the style affecting the establishment of an educational building in Batavia in the 19th and 20th century, and to complete the study of history and culture in Batavia in the past. From the 10 buildings that the object of the study, 8 of them are influenced by the Indische Stijl indicating that indigenous cultures are also influencing the establishment of educational buildings in Batavia at that time, but there is other architectural styles that have an influence at that time, there is Neo Classic, De Stijl, Fungsionalism, dan Eclecticsm."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rousan Ilmy Hustamely
"Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai sebuah bangunan yang terasa memiliki suatu pengaruh kuasa terhadap lingkungan sekitarnya, seperti yang dapat kita temui pada monumen dan istana. Hal ini menjelaskan bahwa dalam arsitektur, kuasa dapat hadir melalui bentuk-bentuk dan elemen-elemen tertentu yang ada pada sebuah bangunan. Mengetahui bagaimana hubungan antara arsitektur dengan kuasa merupakan tujuan dari skripsi ini. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi berbagai referensi terkait representasi kuasa melalui bentuk simbolis, dengan studi kasus Istana Daendels di Weltevreden, Batavia. Gaya Empire pada bangunan tersebut akan dianalisis sebagai suatu bentuk simbolis dalam merepresentasikan kekuasaan Belanda-Perancis di Batavia pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di awal abad ke 19. Bagaimana sebuah karya arsitektur dapat menjadi simbol kekuasaan, elemen arsitektur apa saja yang dapat menunjukan kuasa pada sebuah bangunan, dan bagaimana peran bentuk simbolis dalam merepresentasikan kuasa tersebut; dengan mengkaitkannya dengan teori mengenai kuasa dan simbol, kemudian akan dianalisis dan ditarik kesimpulan mengenai bagaimana hubungan antara arsitektur dengan kekuasaan.

Sometimes, we encounter a building that emits the sense of power over its surrounding environment, such as monuments and palaces. It explains that in architecture, power can be presented through some forms and certain elements of a building. The objective of this work is to know how the relations between architecture and power. The study is conducted by literature reviews about power representation through symbolic forms, with a case study of Daendels Palace in Weltevreden, Batavia. Empire style of the building will be analyzed as a symbolic form in representing the Dutch-French authority in Batavia at the reign of Governor General Herman Willem Daendels in the early 19th century. How an architectural work can be a symbol of power, what architectural element that can demonstrate power in a building, and how the role of symbolic form in representing the power; by linking with the theories about power and symbol, will then be analyzed and drawn a conclusion about how the relationship between architecture and power.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Prahastomo
"Arkeologi Industri merupakan sebuah kajian dalam ilmu arkeologi yang berusaha memahami mengenai perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi sejak periode industrialisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang gaya hidup masyarakat elit Batavia pada tahun 1932-1942 yang ada di restoran es krim Ragusa melalui data berupa foto-foto masa lalu yang menggambarkan aktifitas masyarakat, aktifitas di dalam restoran es krim Ragusa, iklan-iklan dari majalah, dan wawancara dari pemilik restoran es krim Ragusa. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa restoran es krim Ragusa merupakan sebuah simbol dari gaya hidup orang kulit putih atau Eropa.

Industrial archeology is a study in the science of archeology which seeks to understand the social, economic, and technology since the period of industrialization. This study aimed to describe the lifestyle of elite Batavia in 1932-1942 in the restaurant ice cream Ragusa through the data in the form of photographs depicting past community activities, activity in the ice cream restaurant Ragusa, advertisements from magazines, and an interview of the owner of the restaurant ice cream Ragusa. Based on the results of analysis show that the ice cream restaurant Ragusa is a symbol of the lifestyle of European."
2016
S61792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daruroh Sadadi
"DARUROH SADADI, (UM 0786030046, Kanal-kanal di Batavia abad ke-17 dan 18 : Sebuah Pendahuluan. (Dibawah bimbingan Bapak Ronny Siswandi, SS, MA). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992 (xiii + 198 hal, 7 tabel., 12 gambar, 30 peta, 2 foto udara, 49 foto). Kanal, merupakan jalur air yang dibuat oleh manusia dengan jalan memotong dan menggali daratan untuk berbagai keperluan. Berdasarkan fungsi, kanal terbagi atas (1) kanal irigasi dan (2) kanal navigasi. Berdasarkan keletakan, terbagi atas (1) kanal arterial dan (2) kanal lateral. Keberadaan kanal di masa lalu memegang peranan penting baiksecara ekonomi, sosial maupun politis. Di Batavia kanal-_kanal tersebut dibuat oleh VOC dengan mengi kuL i cara yang dilakukan di negara asalnya. Penelitian ini terbatas pada kanal-kanal yang dibuat di Batavia dan sekitarnya pada abad ke-17 dan 18 serta yang didukung oleh data-data otentik.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui perkembangan bentuk kanal-kanal di Batavia dan sekitarnya pada abad ke-17 dan 18. (2) Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perkembang_an tersebut (3) Merekonstruksi keberadaan kanal-kanal tersebut di masa kini. Metode yang digunakan adalah metode induktif dengan pendekatan sistemik, dan pendekatan sejarah kebudayaan. Pendekatan sistemik dilakukan untuk menjelaskan posisi kanal dalam suatu sistem perkotaan yang terbagi lagi dalam sub_sistem pertahanan dan transportasi. Pendekatan sejarah kebudayaan dipergunakan pada saat pendeskripsian kanal-kanal berdasarkan ruang dan waktu. Kedua pendekatan tersebut dilakukan dengan metode induktif yang sangat membantu pendeskripsian kanal-kanal berdasarkan dimensi ruang dan waktu, serta dimasukan ke dalam perkembangan kebudayaan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa ada dua perkembangan bentuk (1) teratur, terkotak-kotak dan saling berpotongan tegak lurus antara satu dengan yang lain; bentuk ini terjadi pada kanal-kanal dalam kota. (2) Tidak teratur, tergantung dari kebutuhan secara ekonomi; bentuk ini terjadi pada kanal-kanal luar kota. Sedangkan faktor-_faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut adalah (1) faktor fungsi dan keletakan, (2) faktor sosio-ekonomi, dan (3) faktor alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rukmini Windiarti Soebadio
"Anggapan terhadap atribut-atribut keelitan antara lain, seperti penggunaan benda bermerek mahal serta penggu-naan bahasa asing sebagai suatu tindakan yang hanya tcrdapat pada individu atau golongan atas memang ada di Jakarta ini, sehingga orang-orang yang mengaktifkan ke dua hal tersebut bisa dianggap kelompok atau golongan elite Anggapan itu yang tanpa di sengaja menjadi dasar bagi orang-orang tertentu untuk menciptakan suatu kelompok yang hanya dapat dihadiri oleh mereka yang memiliki atribut-atribut keelitan itu. Tulisan ini menggambarkan mengenai tiga kelompok elite yang mengaktifkan atribut-atribut keelitan itu sebagai alternatif strategi dalam rangka mempertahankan status keelitan mereka yang mengakibatkan adanya batas sosial baik antara kelompok atau golongan elite sendlri maupun antara individu atau golongan yang bukan elite."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Novita Setiyanto
"Kota Bandung mengalami kemajuan pesat setelah pembangunan jalur kereta api Cianjur-Bandung 1884 yang menyebabkan mobilitas kota meningkat. Kedatangan para penduduk Eropa menjadikan kota Bandung memasuki era modernisasinya pada saat itu, khususnya di kawasan Bragaweg, sehingga terlihat bagaimana kehidupan para elite Eropa di kawasan tersebut. Kawasan Bragaweg menjadi jantung dari kehidupan kota Bandung sehingga muncul berbagai tempat yang menyediakan kebutuhan primer hingga sekunder di kawasan Bragaweg. Salah satunya adalah Maison Bogerijen yang berdiri pada tahun 1918. Permasalahan penelitian adalah bagaimana dinamika Maison Bogerijen pada 1918-1923 dan dampak apa yang ditimbulkan atas hadirnya Maison Bogerijen di kawasan Bragaweg. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang didukung dengan konsep gaya hidup dari David Chaney. Korpus yang digunakan adalah De Preangerbode, De Indische Courant, Deli Courant dan Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indi�. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Maison Bogerijen sejak 1918 hingga 1923 mengalami perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Maison Bogerijen menjadi simbol gaya hidup elite Eropa di Bandung dan memiliki daya tarik tersendiri untuk para penikmatnya. Rata-rata penikmat dari restoran Maison Bogerijen adalah kelompok menengah keatas. Mereka memiliki hak istimewa atas jabatan atau kekayaan yang mereka miliki untuk menjadi penikmat dari Maison Bogerijen.

The city of Bandung experienced rapid progress following the construction of the Cianjur-Bandung railway line 1884, which led to increased urban mobility. The arrival of European newcomers pushed Bandung City to enter its modernization era at that time. Therefore, it is common to find the European elite lifestyle being exhibited in Bandung City, particularly in the Bragaweg area. The Bragaweg area is the heart of Bandung city. Consequently, various places providing both primary and secondary needs emerged in the Bragaweg area. One of which is the establishment of Maison Bogerijen in 1918. The research problem of this study is to examine the dynamics of Maison Bogerijen between 1918 and 1923 and the impacts it caused in Bragaweg area. This study utilizes a historical research method supported by the concept of lifestyle by David Chaney. The corpus used includes De Preangerbode, De Indische Courant, Deli Courant, and Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indi�. The result of this study shows that Maison Bogerijen experienced significant development each year from 1918 to 1923. This study concludes that Maison Bogerijen has its own allure to enthusiasts. Predominantly, the connoisseurs of the Maison Bogerijen restaurants are the upper middle class. It requires having privileges of position or wealth to become connoisseurs of Maison Bogerijen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Agung Wibowo
"Penelitian ini membahas mengenai gaya hidup masyarakat Batavia pada masa depresi ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam pembahasan dipaparkan mengenai beberapa gaya hidup masyarakat Eropa ketika Depresi Ekonomi melanda. Dilihat pula tinjauan pemerintah Hindia-Belanda dalam upaya menanggulangi krisis ekonomi dunia (1930-an). Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan mengenai gaya hidup masyarakat Eropa di Batavia ketika depresi ekonomi. Pemaparan akan gaya hidup dapat dilihat dari segi pakaian, aktivitas keseharian, serta perkembangan teknologi dan transportasi masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa masyarakat Eropa di Batavia dari sisi gaya hidup mencoba menampakan diri tetap dapat beradaptasi serta menjalankan kesehariannya seperti biasa meski Depresi Ekonomi sedang melanda. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan warna baru bagi penulisan sejarah.
This research tries to explain about the lifestyle of Batavia at the time of economic depression. In this paper presented on the lifestyle of some of Europe when the Depression hit. Seen also review the Dutch East Indies government in an effort to tackle the world economic crisis (1930s). The purpose of this study was to describe the lifestyle of the European society in Batavia, when the Economic Depression time. Exposition of lifestyle can be seen in terms of clothing, daily activities, as well as technology development and public transportation. The results of this study is that the European community in terms of lifestyle Batavia tried appeared to still be able to adapt and run daily as usual despite being plagued Depression. The Author hopes of this research may provide a new color for the writing of history."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami Ferdinandus
"ABSTRAK
Tegel dinding dari masa lampau adalah artefak keramik yang merupakan data purbakala penting yang dapat dijadikan sumber bagi penelitian masa lampau di Indonesia. Keberadaan tegel-tegel dinding berlukisan adegan cerita Alkitab di Indonesia, khususnva di Jakarta dan Ceribon belum mendapat perhatian serius dari para ahli di Indonesia.
Di Jakarta dan Ceribon pada abad-abad yang lampau penggunaan tegel sebagai hiasan dinding nampaknya cukup digemari. Hal ini dibuktikan pada Gedung Arsip Nasionai, Museum Pusat Jakarta, dan perumahan penduduk Arab di Jakarta. Selanjut-nya di Keraton Kasepuhan dan Makam Sunan Gunung Jati di Ceribon.
Adegan cerita yang digambarkan pada tegel adalah adegan yang dikutib dari Alkitab Nasrani (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Keberadaan tegel-tegel pada tempat-tempat tersebut menimbulkan suatu masalah.
Dari hasil identifikasi diperoleh gambaran bahwa tegel-tegel yang ditemukan di Jawa Barat sejumlah kurang lebih 1904 tegel. Tegel-tegel tersebut menggambarkan adegan cerita Alkitab sejumlah 1 16 yang terdiri 38 dari Perjanjian Lama dan 58 dari Per janjian Baru.
Dari dokumen VOC diperoleh informasi bahwa tegel-tegel ini berasal dari Eropa. Hasil cipta semi kriya pada masa tersebut mendapat tempat di hati masyarakat di Belanda dan Indonesia. Tege1-tegel dinding diduga berasal dari Amsterdam dan bukan Delfi seperti dikirakan beberapa sarjana. Apabila diperhatikan dari kehadirannya yang m am pu menembus :jarak yang demikian jauh, dapat dipastikan bukanlah suatu hasil yang dalam perwujuuannya tanpa dilandasi oleh pemikiran mendalam dan perancangan yang mantap.
Seiring dengan perjaianan sejarah tegel dinding di Eropa memperlihatkan betapa besarnva andil para pelukis dalam mengembangkan tegel berwarna-warni (mayolica). Tidak dapat dihindari bahwa dalam peralanan hidup manusia selalu membutuhkan sarana fisik dan sarana nonfisik. Dengan adanya tuntutan tersebut berarti Pula adanya tuntutan peningkatan kualitas karya kriya. Oleh karena itu, karya tegel dinding pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia maka tidaklah mengherankan jika hasilnya digunakan untuk materi pardagangan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>