Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84389 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Margaretha
"ABSTRAK
Karya ilmiah ini membahas distorsi penerjemahan dalam lirik lagu animasi Crayon Shinchan yang berjudul Doubutsuen wa Taihen da. Distorsi penerjemahan terjadi karena perbedaan makna antara Bahasa Sumber BSu dengan Bahasa Sasaran BSa Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berdasar pada analisis komponen makna. Analisis komponen makna digunakan untuk membuktikan terjadinya distorsi dalam penerjemahan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami distorsi dalam penerjemahan.
ABSTRACT
This research discusses the distortion of translation in the lyric titled Doubtusuen wa Taihen da from Crayon Shinchan animation film. Distortion of translation occurs because of different meaning between source language and target language. This research using qualitative research based on componential analysis. Componential analysis is conduct to prove the occurrence of distortion in translation. This research is expected to aid the readers in understanding distortion of translation."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Natalia
"ABSTRAK
Keanekaragaman jenis komik merupakan faktor keberhasilan komik Jepang. Tidak hanya di Jepang, komik-komik ini juga membanjiri Indonesia, bahkan menjadi tuan rumah bacaan anak-anak Indonesia. Keberhasilan komik Jepang di Indonesia juga diikuti dengan pemutaran serial animasi di stasiun televisi dan penjualan merchandise-nya. Salah satunya adalah komik Crayon Shinchan. Komik ini bercerita tentang keluarga tipikal Jepang tahun 70-an yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Crayon Shinchan. Ia berumur lima tahun dan masih besekolah di TK. Crayon Shinchan digambarkan sebagai anak yang nakal dan suka menyusahkan orang lain. Hobinya adalah melihat perempuan cantik dan seksi serta membuka celana sembari menggoyangkan pantatnya. Ia menaruh perhatian pada dada, pantat, dan alat kelamin. Ia menganalogikan alat kelamin laki-laki sebagai hewan gajah, yang kerap ia perlihatkan ke orang-orang. Dalam semiotika aliran Charles Sanders Peirce, melalui hubungan triangular antara sign, inferpretant, dan object, maka ditemukan makna denotasi dan konotasi dalam komik Crayon Shinchan. Komik Crayon Shinchan merupakan teks. Teks ini dapat berupa sekumpulan tanda-tanda verbal, non verbal atau gabungan keduanya dalam gambar dan tulisan pada setiap frame. Para ahli semiotika tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda-tanda dalam komik Crayon Shinchan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna sekunder (konotasi) yang juga dipunyai oleh tanda tersebut. Wilayah konotasi ini disebut sebagai ideologi. Berdasarkan denotatum dan sifat penghubungan tanda, Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu: ikon, indeks dan simbol, dimana ketiga kategori ini dapat ditemukan dalam komik Crayon Shinchan. Menurut Peirce, sebuah tanda dapat menjadi ikon, indeks atau simbol, bahkan gabungan kedua atau ketiganya, tergantung dari bagaimana tanda tersebut digunakan dalam setiap frame komik Crayon Shinchan. Dari analisis semiotika yang dilakukan dalam komik Crayon Shinchan, ditemukan bahwa bukanlah bacaan anak-anak yang sehat dan mendidik. Dengan penggunaan tandatanda yang berbeda, hampir seluruh komik Crayon Shinchan bermakna masalah seks. Komik Jepang merupakan hasil ekspresi budaya Jepang. Komik ini mengandung makna konotasi bahwa budaya Jepang menganut nilai-nilai seks yang bebas dan terbuka, berbeda dengan Indonesia. Cara pandang mengenai seks yang berbeda disebabkan oleh perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia. Bagi orang Jepang, nilai seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Dengan mudahnya, seorang anak melihat bacaan berbau seks, termasuk pornografis yang dijual bebas di Jepang. Budaya Jepang mempengaruhi penggunaan tandatanda sekaligus pemaknaannya. Tanda-tanda yang bermaknakan seks merupakan ritual budaya Jepang. Komik Crayon Shinchan merupakan sekumpulan tanda yang menunjukkan makna konotasi, yaitu budaya Jepang yang patriarki dengan dikenalnya konsep giri di kalangan keluarga Jepang. Bacaan anak-anak, termasuk komik diam-diam menampilkan nilai-nilai yang mate biased. Ideologi patriarki yang tampak bahwa adanya pembagian peran gender antara laki-laki dan perempuan. Komik memainkan fungsinya sebagai agen sosialisasi terhadap anak-anak. Komik Jepang sebagai budaya populer karena sifatnya mass production, menghibur, dan disukai oleh banyak orang. Sebagai kecenderungan budaya populer, komik melekatkan seks dengan perempuan. Perempuan dilekatkan dengan stereotip sebagai obyek seks, selain sebagai ibu rumah tangga."
2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Astridianingwati
"ABSTRAK
Anak merupakan generasi penerus bangsa, dan merupakan tanggung
jawab orang tua untuk membimbing anak-anak mereka agar menjadi
anggota masyarakat yang berguna. Namun dengan semakin berkembangnya
dunia, tak dapat dipungkiri berbagai hal turut mempengaruhi
perkembangan anak, misalnya dengan kehadiran televisi Sebagai suatu
media, televisi membawa berbagai pengaruh, baik yang buruk maupun
bermanfaat Hal yang patut diwaspadai dari televisi adalah adanya jenis
tayangan yang kiranya dapat membawa pengaruh kurang baik pada anakanak.
Salah satu tayangan yang mengundang banyak pendapat pro dan
kontra akhir-akhir ini adalah film animasi Crayon Shinchan.
Film Crayon Shinchan sering kali menayangkan cerita yang
menampilkan hal-hal kurang baik, misalnya yang bersifat kurang ajar,
porno hingga yang membahayakan nyawa. Melihat bagaimana tayangan
yang ditujukkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak ini, peneliti ingin
mengetahui bagaimana sikap ibu yang memiliki anak usia prasekolah dan
usia sekolah terhadap film animasi Crayon Shinchan ini. Penelitian
ditujukan untuk melihat perbandingan sikap antara dua kelompok ibu-ibu
tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber informasi bagi para ibu untuk lebih memahami tayangan animasi
ini dan menentukan anak usia berapakah yang boleh menontonnya.
Subyek dalam penelitian adalah 83 ibu yang terbagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok ibu-ibu dari anak usia
sekolah, sedangkan kelompok kedua merupakan ibu-ibu dari anak usia
prasekolah. Kedua kelompok ini, kecuali dalam hal usia anak yang dimiliki,
disamakan karakteristiknya, yaitu merupakan ibu rumah tangga (tidak
bekeija), pendidikan minimal tamat SMP dan memiliki anak yang tidak
buta, bisu serta tuli Untuk mendapatkan gambaran sikap para ibu dalam penelitian
kuantitatif ini, digunakan alat skala Likert dengan 6 pilihan jawaban,
berkisar antara sangat setuju hingga sangat tidak setuju.
Jawaban yang diperoleh atas 33 pernyataan, diolah dengan
menggunakan SPSS 10.0. Pengolahan dengan SPSS tersebut memberikan
nilai 2,8995 untuk rata-rata sikap subyek kelompok usia prasekolah dan
nilai 3,5714 untuk subyek kelompok sekolah. Pengujian perbandingan sikap
antara kedua kelompok subyek menghasilkan nilai t yang signifikan yang
berarti terdapat perbedaan signifikan antara sikap ibu dari anak usia
prasekolah dengan sikap ibu dari anak usia sekolah terhadap film animasi
Crayon Shinchan. Dimana dalam penelitian ini ibu dari anak usia
prasekolah memiliki sikap lebih negatif terhadap film animasi Crayon
Shichan bila dibandingkan dengan ibu dari anak usia sekolah.
Mengetahui bagaimana sikap para ibu dalam penelitian ini, ibu-ibu
yang belum memiliki informasi cukup tentang film Crayon Shinchan dapat
. menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan layak tidaknya film animasi ini ditonton oleh anak-anak
mereka."
2002
S3169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Dwi Astuti
"Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Tuturan apa saja yang dilanggar oleh tokoh utama (Crayon Shinchan) dalam komik itu?, (2) Maksim apa saja yang dilanggar dalam berkomunikasi yang menyebabkan pelanggaran prinsip komunikasi antara tokoh-tokoh di dalam kornik Crayon Shinchan?, dan (3) Siapakah tokoh dalam komik tersebut yang paling dominan melakukan pelanggaran itu? Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini mencakup semua percakapan para tokoh yang terdapat dalam kornik Crayon Shincan yang mengandung pelanggaran maksim-maksim. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu (1) semua tuturan antara tokoh utama dan lainnya dilanggar oleh tokoh utama, (2) semua maksim percakapan dilanggar oleh tokoh utama (Sinchan), dan (3) pelanggaran paling dominan baik terhadap Prinsip Kerja Sarna maupun terhadap Prinsip Sopan Santun dilakukan oleh tokoh Shincan."
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 BEB 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Iona Stella
"ABSTRAK
Penterjemahan adalah proses pengalihan pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Tidak ada bahasa yang identik, sehingga dapat memunculkan masalah ketidaksepadanan. Untuk mengatasinya, penerjemah dapat menerapkan strategi penerjemahan. Dalam skripsi ini, penulis mengkaji hasil penerjemahan lagu dalam film The Lion King II: Simba rsquo;s Pride Le Roi Lion II ke dalam dua versi bahasa Prancis Eropa dan Kanada . Penulis menggunakan teori strategi penerjemahan sajak Lefevere 1975 dan strategi penerjemahan tingkatan kata Baker 1992 untuk mengkaji sisi semantis dan bentuknya. Dari analisis yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa strategi penerjemahan digunakan bukan karena adanya ketidaksepadanan, melainkan karena intepretasi penerjemah itu sendiri.

ABSTRACT
Translation is a process of transferring a message from a source language to its target language. There are no identical languages, which can cause non equivalence problems. To solve it, translators can apply translation strategies. In this study, the writer analyzes the translated songs of the film The Lion King II Simba rsquo s Pride Le Roi Lion II into two French versions European and Canadian . This study uses Lefevere rsquo s poetry strategy translation 1975 and Baker rsquo s translation strategy at word level 1992 and focuses on the semantic and physical aspects. The conclusion is that the strategies aren rsquo t applied because of non equivalence problems, but because of the translator rsquo s own interpretation."
2017
S69518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Hamidah Wiryawan
"Penelitian ini menganalisis teknik terjemahan judul film animasi Disney dengan teori teknik penerjemahan oleh Yoko Hasegawa. Studi ini memiliki tujuan untuk mengetahui teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan judul film animasi Disney ke bahasa Jepang serta alasan penggunaan teknik tersebut. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis sumber data berupa judul film animasi Disney yang diakses dari https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. Dari hasil penelitian ini, terdapat lima teknik yang digunakan dalam penerjemahan judul film animasi Disney, yaitu teknik borrowing, literal, modulation, equivalence, dan addition/deletion. Dalam total 57 data, terdapat 37 penggunaan teknik borrowing, 2 penggunaan teknik literal, 1 penggunaan teknik modulation, 1 penggunaan teknik equivalence, dan 34 penggunaan teknik addition/deletion. Teknik borrowing paling banyak digunakan karena kata/kalimat yang ada pada judul film tidak memiliki padanan yang baik dalam BSa dan juga digunakan untuk memperkenalkan tokoh utama dalam film tersebut.

This study analyses the translation techniques of Disney’s animated film titles by using Yoko Hasegawa’s translation techniques theory. This study aims to determine the techniques used in translating Disney’s animated film titles into Japanese and the reasons for using these techniques. Qualitative research method is used to analyse the data source of Disney’s animated film titles accessed from https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. The results are there are 5 techniques that is used to translate Disney’s animated film titles, which is borrowing technique, literal technique, modulation technique, equivalence technique and addition/deletion technique. From the total of 57 data, there are 37 use of borrowing technique, 2 use of literal technique, 1 use of modulation technique, 1 use of equivalence technique and 34 use of addition/deletion technique. Borrowing technique is mostly used because the words/sentences in the film titles do not have a good equivalent in SL and are also used to introduce the main character in the film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kaffa Nugroho
"Pada penelitian ini, fokus dari penelitian adalah strategi yang digunakan dalam upaya penerjemahan metafora lirik Frozen Original Soundtrack “Let It Go” dan “Love is an Open Door” dari bahasa Inggris ke bahasa Rusia berdasarkan teori metafora oleh Madrid L. Larson. Dibuatnya penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu strategi apa yang paling banyak dipakai untuk menerjemahkan metafora di sebuah soundtrack film yang kaitannya sangat erat dengan film itu sendiri. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang sifatnya deskriptif. Hasil penelitiannya adalah bahwa strategi yang paling banyak digunakan adalah metafora menjadi Makna metafora dapat dijelaskan tanpa menggunakan citra metaforanya.

In this study, the focus of the research is the strategy used in translating the metaphorical lyrics of the Frozen Original Soundtrack “Let It Go” and “Love is an Open Door” from English to Russian based on the metaphor theory by Madrid L. Larson. This research was conducted to find out what strategies are most widely used to translate metaphors in a film soundtrack that are very closely related to the film itself. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The result of the research is that the most widely used strategy is that the meaning of the metaphor can be explained without using the image of the metaphor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Jauzi, Ibnu Qayyim
Jakarta: Qisthi Press, 2006
297.5 ALJ at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Darmayanti
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembuat film mengemas sebuah pesan dalam merepresentasikan sebuah realitas yang ada pada kehidupan masyarakat, khususnya pada film animasi anak berjudul Frozen dalam merepresentasikan konsep cinta. Penulis menggunakan konsep representasi pada film dan enam tipe cinta menurut Lee. Selain itu, penulis menggunakan analisis naratif dengan menjelaskan struktur tiga babak dalam film Frozen. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menggambarkan bagaimana representasi konsep cinta dalam film tersebut.
Terdapat dua penelitian yang mendasari penulisan ini. Pertama, penelitian berjudul Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave ditulis oleh Fanny Puspitasari, Universitas Kristen Petra, Surabaya dan yang kedua berjudul Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love yang ditulis oleh Theresa Tonn, pada tahun 2008, Universitas Wisconsin Stout, Amerika. Penulis mengganti konsep Vladmirr Propp dalam penelitian sebelumnya dengan struktur tiga babak. Tulisan ini menunjukan terdapat lima dari enam tipe cinta menurut Lee yang digambarkan oleh masing-masing karakter yang ada pada film Frozen, yaitu Eros, Ludus, Agape, Mania, dan Storge.

This paper aims to examine how film creators potray the representation of realities within people?s life, especially through the children animation, Frozen, in representing the concept of love. The author uses concept of representation in movies and six types of love according to Lee. Additionally, the author uses narrative analysis to explain the three acts structure in the movie Frozen. This method will facilitate the author in illustrating how the concept of love is potrayed in the movie.
There are two researches used as the basis of this paper. First, a research titled Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave written by Fanny Puspitasari Go, Universitas Kristen Petra, Surabaya. The second one, titled Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love written by Theresa Tonn, in 2008, University of Wisconsin Stout, United States. The author substituted Vladmirr Propp?s concept used on the previous paper with the concept of three acts structure. This paper suggest that there are five out of six types of love according to Lee, depicted through different characters in Frozen, Eros, Agape, Mania, and Storge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lainufar Nur Hanifah
"Skripsi ini membahas tentang penerjemahan metafora dalam lirik lagu idol group pria dari Korea Selatan yaitu BTS dari bahasa Korea ke bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur penerjemahan metafora dari bahasa sumber yaitu bahasa Korea ke bahasa sasaran yaitu bahasa Jepang. Data penelitian diambil dari metafora yang terdapat dalam lagu BTS versi bahasa Korea dan lagu tersebut memiliki versi bahasa Jepang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan bersifat kualitatif. Penelitian ini dilakukan berdasarkan strategi penerjemahan metafora oleh Peter Newmark dan Mildred L. Larson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima strategi penerjemahan metafora yang digunakan, dalam penerjemahan metafora lirik lagu BTS dari bahasa Korea ke bahasa Jepang yaitu metafora dapat diterjemahkan menjadi metafora yang sama, metafora dapat diterjemahkan menjadi metafora lain, metafora dapat diterjemahkan menjadi non metafora, metafora dapat diterjemahkan menjadi simile, dan metafora dapat dieliminasi. Dari lima strategi penerjemahan metafora di atas, diketahui bahwa strategi penerjemahan metafora yang paling banyak digunakan adalah penerjemahan metafora menjadi simile.

This thesis discusses the translation of metaphors in the lyrics of male idol group from South Korea, namely BTS from Korean to Japanese. This study aims to find out the metaphor translation structure of the source language which is Korean language to the target language which is Japanese language. The research data is taken from the metaphor contained in the Korean version of the BTS song which has a Japanese version. The method used in this research is descriptive and qualitative analysis. This research is based on metaphor translation strategies by Peter Newmark and Mildred L. Larson.
The results show that there are five metaphor translation strategies used, in translating the metaphorical lyrics of BTS songs from Korean to Japanese, metaphor can be translated into the same metaphor, metaphor can be translated into another metaphor, metaphor can be translated into non metaphor, metaphor can be translated into simile, and metaphor can be eliminated. Out of the five metaphor translation strategies mentioned above, it is known that the most widely used metaphor translation strategy is the translation of metaphors into similes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>