Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trowce Lista Nalle
"ABSTRAK
Nyeri merupakan keluhan utama penderita kanker yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Langkah awal untuk menanggulangi nyeri akibat kanker adalah penilaian nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang adekuat akan tercapai bila nyeri dijadikan tujuan utama dalam pengobatan kanker, hal ini dapat terpenuhi bila ada kesesuaian antara derajat nyeri yang dilaporkan pasien dengan analgesik yang diresepkan. Tujuan penelitian yaitu menilai ketepatan pemilihan analgesik dan keadekuatan terapi analgesik pada pasien nyeri kanker. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif dengan cara melakukan kajian penggunaan analgesik pada pasien dewasa dengan nyeri kanker yang menjalani rawat inap di RSCM periode Maret-Mei 2016, pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu semua pasien baru dengan nyeri kanker dan sesuai kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Keadekuatan terapi dinilai dengan Pain Management Index PMI . Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Hasil yang didapat dari 96 pasien yang dirawat, pada awal masuk didapatkan nyeri ringan pada pada 55 pasien 57,29 , setelah 24 jam rawat pada 60 pasien 62,5 dan setelah 48 jam rawat; nyeri ringan didapatkan pada 80 83,33 pasien. Nyeri sedang di awal masuk 41 42,7 pasien, setelah 24 jam 36 37,5 pasien dan 48 jam sebanyak 16 16,66 pasien. Dari 96 pasien yang dirawat terdapat 672 penggunaan analgesik. Jenis analgesik yang paling banyak digunakan adalah Parasetamol tablet 51,63 . Persentase cara pemberian analgesik secara oral 77,23 dan intravena 21,87 . Ketepatan penggunaan analgesik berdasarkan derajat nyeri adalah 290 43,1 penggunaan dari 672 penggunaan. Skor PMI nol dan positif didapatkan 95 98,9 pasien dan skor negatif 1 0,01 pasien. Overtreatment didapatkan pada 79 82,2 pasien. Tingkat kepuasan pasien dengan skor kepuasan > 5 pasien yang merasa puas adalah 77,08 . Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan ketepatan pemilihan jenis analgesik masih relatif rendah, meskipun tingkat kepuasan tinggi 77,08 Kata kunci :Analgesik, nyeri kanker, derajat nyeri

ABSTRACT
Abstract Pain is an important problem for cancer patients that can affect their quality of life. The first step to manage cancer pain is assessing the pain. Adequate pain management will be achieved if pain control is the main goal in cancer treatment. This will be fulfilled if there is compatibility between pain level reported by the patient and prescribed analgesic.To evaluate the accuracy of analgesic selection and the adequacy of analgesic therapy in cancer pain patients.This research is a prospective observational study, by reviewing analgesic administration in adult patients with cancer pain that were hospitalized in Cipto Mangunkusumo Hospital in March to May 2016. Subjects were selected by consecutive sampling admissions, i.e. all new admitted patients with cancer pain that meet inclusion criteria were included in the study until required sample was fulfilled. The adequacy of therapy was measured with Pain Management Index PMI . Collected data was analyzed descriptively. Results from 96 selected subjects, mild pain was found in 55 patients 57,29 at the time of admission, 60 patients 62,5 at 24 hours of hospitalization, and 80 patients 83,33 at 48 hours of hospitalization. Moderate pain was found in 41 patients 42,7 at the time of admission, 36 patients 37,5 at 24 hours of hospitalization, and 16 patients 16.67 at 48 hours of hospitalization. From 96 patients, there were 672 analgesic usage. The most frequently used analgesic is paracetamol tablet 51,63 . Percentage of oral route administration is 77,23 , while intravenous is 21,87 . The accuracy of analgesic usage based on pain level is 290 43,1 out of 672 usage. PMI score of positive and zero was found in 98,9 subjects, while negative was found in 0,01 patients. Overtreatment was found in 79 patients 82,2 . Level of patient rsquo s satisfaction for satisfaction score 5 patient is satisfied is 77,08 .Conclusion from this research we found that the accuracy of analgesic selection for cancer pain is relatively low, but level of satisfaction is high 77,08 .Keywords analgesic, cancer pain, pain level"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Nuha Nabilah
"Latar Belakang Nyeri adalah kondisi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker. Pemberian analgesik merupakan pengobatan andalan untuk kasus ini. Penggunaan analgesik sesuai dengan pedoman manajemen nyeri kanker dari the World Health Organization (WHO) adalah yang paling sering dilakukan karena cukup terbukti efektif. Studi ini bertujuan untuk mengobservasi jumlah pasien dewasa dengan nyeri kanker yang ditangani sesuai dengan pedoman yang disebutkan. Metode Desain penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah cross-sectional dan observasional. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan diambil melalui kuesioner yang diisi oleh pasien dewasa dengan nyeri kanker di Klinik Rawat-Jalan Hemato-Onkologi Medik, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di antara tanggal 1 November 2023 dan 10 Februari 2024. Hasil Sebanyak 79 subjek diikutsertakan dalam penelitian ini. Mayoritas dari subjek adalah perempuan (54,4%) dan berusia lebih dari 50 tahun (57%) dengan nyeri kanker yang parah (NRS 8-10) sebelum mengonsumsi analgesik (64,6%). Sebanyak 40,5% subjek sepenuhnya mengikuti pedoman manajemen nyeri kanker WHO, sedangkan 59% lainnya hanya patuh pada sebagian pedoman. Ketidakpatuhan paling umum terlihat pada prinsip "By The Clock”. Di antara semua subjek, 10 orang (12,6%) melaporkan tidak merasakan nyeri yang reda secara signifikan. Faktor seperti nyeri yang reda secara signifikan terlepas dari ketidakpatuhan terhadap panduan, dan edukasi dan komunikasi kepada pasien adalah beberapa alasan yang mendasari ketidaksesuaian manajemen nyeri di penelitian ini. Kesimpulan Ketidakpatuhan terhadap seluruh pedoman manajemen nyeri kanker WHO banyak ditemukan pada pasien di studi ini. Untuk memastikan pasien mendapatkan manajemen nyeri yang terbaik, menangani masalah yang mendasari ketidakpatuhan terhadap pedoman dari WHO dapat dilakukan.

Introduction
Pain is the most common complaint in cancer patients. Analgesics is the mainstay treatment for the condition. The most used guidance for analgesics use is the World Health Organization (WHO) cancer pain management guideline as it is proven to be effective. This study aims to observe the number of cancer patients whose pain complaint is managed according to the said guideline.
Method
The design of this study is cross-sectional and observational. The data used is collected from questionnaire forms filled by interviewing adult cancer patients with pain in Medical Hemato-Oncology Outpatient Clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital Between November 1st 2023 and February 10th 2024.
Results
Seventy nine subjects were obtained for this study. The majority were women (54,4%) and older than 50 years old (57%) with severe cancer pain (NRS 8-10) before consuming analgesics (64,6%). This study found that 40,5% of the subjects followed the WHO cancer pain management guideline thoroughly, while the other 59% partially, with the most common noncompliance was seen in “By The Clock” principle. Among all the subjects, 10 of them (12,6%) did not get significant pain relief. Factors such as significant pain relief despite the non-compliance to the principles, and patient education and communication contributed to the inconsistency to the guideline.
Conclusion
Partial adherence to the WHO cancer pain management guideline was common and cases of insufficient pain relief were also found. To ensure the patients got the best pain management, addressing patients reason or problem underlying the noncompliance to the WHO cancer pain management guideline could be beneficial.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bhanu Adhyatmoko
"ABSTRAK
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan vitamin D tidak hanya berperan dalam homeostasis untuk kalsium dan fosfor, namun juga berperan dalam pengaturan sistem imun. Telah diketahui secara umum bahwa kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penyakit rakitis. Namun ternyata penelitian-penelitian baru mengusulkan bahwa hal ini juga menjadi faktor risiko pembentukan dan perkembangan kanker. Kanker dapat dianggap sebagai masalah kesehatan publik di Indonesia dimana terlihat adanya peningkatan kecenderungan penyakit tidak menular ini pada beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pengetahuan perihal tingkat vitamin D pada serum pasien kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan meninjau apakah tingkat vitamin D mempengaruhi jumlah kadar limfosit mengingat kaitannya pada sistem imun. Tingkat vitamin D pada 35 pasien kanker yang belum medapatkan pengobatan dan 39 kontrol sehat yang diukur melalui immunoassay dan data limfosit yang diperoleh dari rekam medis pasien. Semua data yang didapat kemudian di analisa untuk meninjau hubungan antara tingkat vitamin D dengan jumlah kadar limfosit. Perbedaan antara tingkat vitamin D pada serum pasien kanker dan kontrol sehat tidak signifikan. Selain itu, jumlah kadar limfosit juga tidak menunjukkan perbedaan signifikan terhadap kategori status vitamin D. Kedua kondisi tersebut telah dievaluasi dalam aspek statistik dan eksperimental. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam aspek statistik dalam rata-rata tingkat vitamin D pada serum pasien kanker dan kontrol sehat, dimana hasil pada pasien kanker lebih tinggi dari kontol sehat (17.93±10.81 ng/mL vs. 15.16±8.10 ng/mL). Korelasi antara jumlah kadar limfosit dengan tingkat serum vitamin D tidak dapat dipastikan. Pasien kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada umumnya kekurangan vitamin D.

ABSTRACT
Recent studies have revealed the roles of vitamin D that extends further than
homeostasis of calcium and phosphorus, which is in the immune system that is
known to have regulatory properties. It is also established that vitamin D
deficiency leads to rickets, however new studies suggest that it may also pose a
risk for cancer development and progression. Cancer is considered a major public
health problem in Indonesia as an increasing trend is seen for this noncommunicable
disease in the recent years. This study aims to grasp more
understanding in regards to the serum level of vitamin D of cancer patients in
Rumah Sakit Cipto Magunkusumo, Jakarta and observe whether the level of
vitamin D affects the lymphocyte count of cancer patients when taking the role of
vitamin D the in the immune system into account. The serum vitamin D level of
two independent means of 35 untreated cancer patients and 39 healthy controls are
compared. Serum vitamin D levels are obtained through immunoassay and
lymphocyte count is obtained through white blood cell differential count from the
medical records. Analysis of the data collected is done to assess the relation of
vitamin D levels and lymphocyte count. The difference between serum level of
vitamin D of cancer patients and healthy controls is unexceptional. Moreover, the
lymphocyte count does not show any significant difference towards the vitamin D
status categories. Both of these conditions were evaluated through statistical and
experimental aspect. There is no statistically remarkable difference of the mean
serum vitamin D levels between patients with cancer and healthy controls, in
which the former is actually higher than the latter (17.93±10.81 ng/mL vs.
15.16±8.10 ng/mL). Correlation between lymphocyte count and serum vitamin D
level is indeterminate. Cancer patients in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, are generally vitamin D deficient"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia
"ABSTRAK
Kanker atau tumor ganas adalah penyakit dimana terjadi perubahan mekanisme pertumbuhan dan proliferasi sel. Salah satu manifestasi kanker adalah nyeri. Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien, untuk itu perlu penanganan nyeri kanker dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri kanker di Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan non-probability sampling, dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% perawat memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan pengetahuan perawat melalui pelatihan manajemen nyeri pada pasien kanker.
ABSTRACT
Cancer or malignant tumor is a disease in which there is a change in the mechanism of cell growth and proliferation. One of the manifestations of cancer is pain. Cancer pain is the main symptom that is most often complained of by patients, for that it is necessary to handle cancer pain properly by health workers, especially nurses. This study aims to describe nurses' knowledge about cancer pain management in Government Hospitals in Jakarta. This research uses descriptive research, with non-probability sampling, with consecutive sampling method. The results showed that 56.7% of nurses had a level of knowledge in the sufficient category. This study recommends increasing the knowledge of nurses through pain management training in cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Artanti Sekarayu Budi Sarwono
"Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum. Sebagaimana diketahui, kanker suatu jaringan dapat menyebar atau bermetastasis ke jaringan lain sebagai kanker sekunder, di mana pada kanker payudara 90% kematian selama pengobatan dikaitkan pada metastasis. Penelitian ini fokus kepada karakteristik metastasis bone only sebagai subtipe metastasis tulang kanker payudara yang belum banyak diteliti walaupun angka kelangsungan hidup (survival)nya paling bagus dibandingkan bila metastasis ke organ/tempat lainnya. Gambaran karakteristik pasien KPD BMO yg berobat di RSCM juga belum pernah diteliti. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan desain studi cross sectional dengan teknik sampel total sampling. Terdapat 1278 pasien KPD metastasis yg berobat di RSCM 2017-2022. Didapatkan 148 pasien KPD BMO, namun karena ketidak lengkapan informasi di hasil pemeriksaan penunjang maka yang masuk kriteria inklusi penelitian ini adalah 47 pasien. Dari 47 pasien, ditemukan karakteristik 100% perempuan, rentang usia terbanyak 45-64 tahun (70,2%), 46,8% bersuku Jawa, 85,1% dalam usia menopause, dengan sebagian besar kanker karsinoma duktal invasif (85,1%) grade 2 (68,1%) dan subtipe luminal A (42,6%). Kasus Denovo sebanyak 48,9%. Ditemukan metastasis multiple (91,5%) lesi osteolitik(29,8%) , dan berlokasi di Os. Vertebrae (31,7%). Sejalan dengan penelitian sebelumnya dan faktor risiko metastasis bone only, sehingga dapat dilakukan studi lanjutan berupa studi analitik maupun genomic untuk mengkonfirmasi hubungan kausalitas tiap variabel.

Breast cancer is one of the most common types of cancer. As we know, cancer in one tissue can spread or metastasize to other tissues as secondary cancer, where in breast cancer 90% of deaths during treatment are attributed to these metastases. This study focuses on the characteristics of bone only metastases as a subtype of breast cancer bone metastases that has not been widely studied although its survival is better than breast cancer which metastases to other organs. This research uses a descriptive observational research design with a cross sectional study design with a total sampling technique. We found 1278 breast cancer with metastasis treated in RSCM within 2017-2022. There are 148 breast cancer bone metastasis only, but only 47 patients were included in the research due to the completed radiology data. Of the 47 patients, the characteristics of the 47 patients were 100% female; 70,2% aged 45-64 years-old ;46,8% Javanese ; 85,1% in menopausal age, 68,1% with grade 2 invasive ductal carcinoma and 42,6% luminal A subtype; 48,9% Denovo cases ; 91,5% suffered from Multiple osteolytic lesion metastases and 31,7% were located in Os. Vertebrae. In line with previous research and risk factors for bone only metastasis, further studies can be carried out in the form of analytical or genomic studies to confirm the causal relationship between each variable."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Pratama Megantara
"Latar Belakang: Disebutkan pada beberapa literatur bahwa faktor prognostik menentukan laju kejadian rekurensi pada pasien pasca operasi kanker serviks. Faktor- faktor prognostik tersebut diantaranya adalah invasi ruang pembuluh limfa, tipe sel kanker, ukuran tumor primer, kedalaman invasi stroma, bebas/tidak bebasnya tepi vagina hasil reseksi, keterlibatan parametrium, dan status limfonodi. Sampai saat ini belum ada data yang dapat menggambarkan faktor-faktor prognostik pada kanker serviks serta kaitannya dengan kejadian rekurensi di Indonesia. 
Metode: Penelitian ini memiliki desain deskriptif dan analitik yang menampilkan sebaran faktor-faktor prognostik pada pasien kanker serviks pasca operasi beserta tingkat rekurensinya. Peneliti menggunakan data rekam medik sebagai sumber data. 
Hasil: Hasil dari studi deskriptif adalah sebagai berikut: invasi ruang pembuluh limfa (81,4%), tipe sel kanker tipe skuamosa (62,2%), ukuran tumor primer <4cm (66%), invasi stroma >10mm (59,2%), invasi limfonodi positif (57,3%), hasil reseksi vagina tidak bebas sel kanker (79.7%), dan pasien rekurens (9%). Adapun hasil studi analitik yang mempertemukan antara faktor-faktor prognostik kanker serviks menghasilkan bahwa ukuran tumor primer berhubungan secara signifikan terhadap kejadian rekurensi (nilai p 0.05). 
Kesimpulan: Berdasarkan analisis deskriptif, didapatkan bahwa terdapat dominasi pada beberapa sub-komponen pada faktor prognostik seperti yang telah tertera pada bagian Hasil. Pada studi analitik, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara ukuran tumor primer dengan kejadian rekurensi (nilai p 0.05).

Background: Multiple prognostic factors affect the recurrence rate in post-operative cervical cancer patients. These factors are lymphovascular space invasion (LVSI), types of cancer cells, primary tumor size, the depth of the stromal invasion, cleanliness of vaginal resection, parametrial involvement, and lymph nodular status. Despite the importance of prognostic factors, there are no data available in the Indonesian population yet. Hence, the writer proposed a study depicting the prognostic factors of cervical cancer. 
Method: This research is aimed to acquire a descriptive picture of the prognostic factors in cervical cancer patients, particularly from the Indonesian population data. Moreover, a sub-analytical study of comparative-analytical hypothetical test was added to examine the statistical relation between the prognostic factors and recurrence in post-operative cervical cancer patients. The data is taken from the medical record from Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. 
Results: The descriptive result of the prognostic factors shows LVSI (81.4%), Squamous Cell Carcinoma type of cervical cancer (62.2%), primary tumor size <4cm (66%), stromal invasion with depth >10mm (59.2%), positive lymph node invasion (57.3%), non-clear vaginal resection (79.7%), and recurrent patients (9%). The analytical study shows a statistical significance between the size of the primary tumor and the recurrence in post-operative cervical cancer patients (p-value 0.05). 
Conclusion: From the descriptive study, there are several dominances seen in the prognostic factors of the cervical cancer patient. Also, the analytical study shows a significant statistical relationship between primary tumor size and recurrence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Samira
"Latar Belakang Kanker adalah penyebab kematian secara global dan merupakan penyebab utama kematian pada anak. Dampaknya besar pada anak-anak di negara berpenghasilan rendah dengan tingkat kelangsungan hidup di bawah 30% akibat diagnosis terlambat, pengobatan yang tidak memadai, dan diagnosis tidak tepat. Hingga saat ini, belum ada publikasi terkait epidemiologi kanker anak pada pasien RSCM. Metode Penelitian ini adalah studi deskriptif mengenai epidemiologi kanker pada anak di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2017 sampai dengan 2022. Penelitian ini menggunakan rekam medis dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Hasil Di RSCM, terdapat 1699 kasus kanker anak pada tahun 2017-2022. Sepuluh kasus kanker anak tertinggi adalah leukemia limfositik akut (630 kasus, 39,5%), diikuti oleh leukemia mieloid akut (311 kasus, 19,5%), retinoblastoma (221 kasus, 13,8%), tumor tulang (100 kasus, 6,3%), neuroblastoma (81 kasus, 5,1%), limfoma non-Hodgkin (73 kasus, 4,6%), rhabdomiosarcoma (70 kasus, 4,4%), leukemia mieloid kronik (54 kasus, 3,4%), hepatoblastoma (31 kasus, 2,0%), dan tumor otak (23 kasus, 1,5%). Pasien laki-laki memiliki kemungkinan 1,3 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker (971 kasus, 57,1%). Pasien dengan kategori usia 0-5 tahun mempunyai prevelansi kanker paling tinggi (881 kasus, 51,9%), dan kebanyakan berdomisili di DKI Jakarta (552 kasus, 32,5%). Luaran pasien kebanyakan pada tahap loss-to-follow-up (664 kasus, 39,0%), dan 2021 adalah tahun dengan kasus terbanyak (335 kasus, 19,7%). Kesimpulan Dengan mengetahui epidemiologi kanker anak di RSCM, dapat dibuat sebuah strategi untuk prioritas penanganan kasus kanker tertinggi pada anak. Lalu, menjaga database yang terkini dengan melakukan follow-up secara berkala untuk mendapatkan data yang akurat mengenai relaps, kematian, penyembuhan, dan lost-to-follow-up dan dibutuhkan sebuah studi epidemiologi multi-senter yang mencakup prevalensi kanker anak di Indonesia untuk memperbaiki penanganan kanker anak.

Introduction Cancer is a leading global cause of death, particularly among children. Its impact is substantial in low-income countries, where survival rates are below 30% due to delayed diagnosis, inadequate treatment, and misdiagnosis. To date, there have been no publications regarding the epidemiology of childhood cancer in RSCM patients. Method This research is a descriptive study on the Epidemiology of Childhood Cancer at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from 2017 to 2022. This study utilizes medical records from the Department of Pediatrics at RSCM. Results At RSCM, there were 1699 cases of childhood cancer from 2017 to 2022. The top ten childhood cancer cases were acute lymphoblastic leukemia (630 cases, 39.5%), followed by leukemia mieloid akut(311 cases, 19.5%), retinoblastoma (221 cases, 13.8%), bone tumors (100 cases, 6.3%), neuroblastoma (81 cases, 5.1%), non-Hodgkin lymphoma (73 cases, 4.6%), rhabdomyosarcoma (70 cases, 4.4%), chronic myeloid leukemia (54 cases, 3.4%), hepatoblastoma (31 cases, 2.0%), and brain tumors (23 cases, 1.5%). Male patients have a 1,3 times higher likelihood of experiencing cancer (971 cases, 57.1%). Patients in the 0-5 age group have the highest cancer prevalence (881 cases, 51.9%), and most of them reside in Jakarta (552 cases, 32.5%). The majority of patients had an outcome classified as loss-to-follow-up (664 cases, 39.0%), and 2021 had the highest number of cases (335 cases, 19.7%). Conclusion By understanding the epidemiology of childhood cancer at RSCM, a strategy can be developed to prioritize the management of the highest cases of childhood cancer. Maintaining an up-to-date database by conducting regular follow-ups is essential to obtain accurate data on relapses, deaths, recoveries, and cases lost to follow-up. A multicenter epidemiological study that includes the prevalence of childhood cancer in Indonesia is needed to improve the management of childhood cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinto Hariwibowo
"Variasi ukuran, bentuk, dan lokasi dapat mempersulit dalam penentuan tindakan pembedahan kanker ginjal. Skor R.E.N.A.L. telah lama digunakan untuk menentukan teknik mana yang digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi profil skor R.E.N.A.L. pasien dengan tumor ginjal. Data dikumpulkan dari pasien yang menjalani prosedur Nefrektomi Radikal (RN) dan Nefrektomi Parsial (PN) secara terbuka atau laparoskopi dari tahun 2014-2017. Skor R.E.N.A.L. dihitung berdasarkan (R)adius of renal, (E)xophytic/ Endophytic properties, (N)earness to the collecting system, (A)nterior or Posterior position of the tumor, dan (L)ocation of the tumor. Diklasifikasikan menjadi tiga kompleksitas: rendah (4-6 poin), sedang (7-9 poin), dan tinggi (10-12 poin). Subjek kemudian dibagi berdasarkan jenis prosedur yang dilakukan. Gambaran skor R.E.N.A.L. di perlihatkan berdasarkan tiap prosedur.
Pada penelitian ini, 63 pasien di inklusi: 52 pasien menjalani RN dan 11 menjalani PN. Pada tumor dengan kompleksitas rendah, semua pasien dilakukan PN. Pada kompleksitas sedang, 22 (78,5%) pasien dilakukan RN dan 6 (21.5%) pasien dilakukan PN. Semua tumor dengan kompleksitas tinggi dilakukan RN. Rerata skor R.E.N.A.L. adalah 9.03 (+1.72) untuk semua pasien, 9.59 (+1.11) untuk kelompok RN, dan 6.36 (+1.6) untuk kelompok PN. Semakin tinggi skor (R), (N), dan (L), semakin tinggi juga kemungkinan untuk dilakukan RN. Tumor dengan kompleksitas tinggi lebih besar peluang untuk dilakukan RN. Selanjutnya, skor (R), (N), dan (L) dapat digunakan untuk menentukan RN atau PN sebagai pilihan terapi. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian lain mengenai skor R.E.N.A.L. di Indonesia.

The variation of sizes, shapes, and location of kidney cancers complicate the choices of surgical treatment. To determine which technique to use, R.E.N.A.L. nephrometry scoring systems were established. This study was conducted to evaluate R.E.N.A.L.-NS profile in kidney cancer patients at CMH. Data were collected from patients that underwent both open and laparoscopic Radical (RN) and Partial Nephrectomy (PN) procedures from 2014-2017. R.E.N.A.L.-NS was calculated based on (R)adius of renal, (E)xophytic/ Endophytic properties, (N)earness to the collecting system, (A)nterior or Posterior position of the tumor, and (L)ocation of the tumor. It was categorized into three complexity: low (4-6 points), medium (7-9 points), and high (10-12 points). Subjects then grouped based on the procedure given. Profile of R.E.N.A.L.-NS was shown based on each procedure.
In this study, 63 patients were included: 52 underwent RN and 11 underwent PN. In low complexity tumors, all patients received PN. In medium complexity tumors, 22 (78.5%) patients received RN and 6 (21.5%) received PN. All high complexity tumors received RN. Mean renal score was 9.03 (+1.72) in all patients, 9.59 (+1.11) in RN group, and 6.36 (+1.6) in PN group. Higher (R), (N), and (L) scores mean higher prevalence of RN. Tumors with higher complexity were more likely to be treated with RN. Furthermore, (R), (N), and (L) score can be useful to determine treatment of choice in kidney cancers. This study could be used as a reference to another study regarding R.E.N.A.L.-NS in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Anna Maria
"Sampai saat ini di Indonesia masiih jarang dilakukanpenelitian tentang ketahanan hidup penderita kanker serviks, bahkan di RSCM belum pernah dilakukan penelitian untuk itu Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui probabllitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks di RSCM. Desain penelitian ini adalah kohortretrospektif, sanapel sebanyak 213 penderita kanker serviks yang dirawat selama tahun 1990. Analisis life table dan Kaptan Meier dilaksanakan untuk menentukan probabilitas ketahanan hidup. Analisis multivariat regresi Cox dilaksanakan untuk menentukan besannya risiko meninggal seorang penderita kanker serviks, berdasarkan kecurigaan adanya pengaruh faktor lain secara bersama-sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks sebesar 30 % dan median ketahanan hidup 934 hari. Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun pada penderita dengan stadium I sebesar 48 %, stadium II 42 %, stadium III 19 % dan stadium IV 0 %. Dibanding dengan penderita stadium I, risiko meninggal untuk stadium II sebesar 1,20 kali (95 % CI = 0,57; 2,51), stadium III 2,08 kali (95 % CI = 1,03; 4,2), stadium IV sebesar 5,42 kali (95 % CI = 2,08; 14,12).
Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita dengan pengobatan lengkap 35 % dan penderita dengan pengobatan tidak lengkap 6 %. Risiko meninggal penderita dengan pengobatan tidak lengkap sebesar 2,92 kali (95 % CI = 1,82; 4,71) dibanding penderita dengan pengobatan lengkap.
Probabilitas ketahanan hidup penderita dengan kadar Hb ≥ 12 gr/dl sebesar 60 %, penderita dengan kadar Hb 11,0-11,9 gr/dl 21 % dan penderita dengan kadar Hb < 11,0 gr/dl 7 % Dibanding dengan penderita kadar Hb ≥12 gr/dl, risiko meninggal pada penderita dengan kadar Hb < 11,0 gr/dl sebesar 3,84 kali (95 % CI = 1,56; 5,17) dan pada penderita dengan kadar Hb 11,0-11,9 gr/dl 1,89 kali (95 % CI = 1,04; 3,41).
Probabilitas ketahanan hidup penderita dengan ukuran lesi s 2 cm sebesar 63 %, lesi 3 cm 28 %, lesi 4 cm 30 % daa lesi > 4 cm 6 %. Dibanding dengan penderita dengan ukuran lesi≤ 2 cm, nilai risiko meninggal pada penderita dengan ukuran lesi 3 cm sebesar 0,69 kali, penderita dengan ukuran lesi 4 cm 0,99 kali dan penderita dengan ukuran lesi > 4 cm 3,83 kali.
Probabilitas ketahanan hidup penderita yang tidak berpendidikan 42 %, penderita dengan pendidikan 1-6 tahun 23 % dan penderita dengan pendidlan > 6 tahun 34 % Risiko meninggal penderita yang tidak berpendidikan 0,39 kali (95 % CI = 0,21; 0,70) dibanding dengan penderita brpendidikan > 6 tahun, dan risiko meninggal penderita yang berpendidikan 1-6 tahun 0,83 kali (95 % C1= 0,51; 1,34). Tidak ditemukan adanya hubungan antara umur dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita kankerserviks.

The aim of this study is to find the probability of 5 year survival rate on cervix cancer patients in RSCM. Design of this study is retrospective cohort with samples consist of 213 cervix cancer patients who have been treated in 1990. life table and Kaptan Meier analysis were used to determine of probability of survival. Multivariate Cox regression analysis was done to determine the risk of health of cervix cancer patio.
The result shows that 5 year survival rate on cervix cancer patient is 30 % and the median survival is 934 days. The 5 year survival rate on stage I am 48 %, stage II 42 %, stage III 19 % and stage IV 0 %. Using stage I as a baseline comparison, the risk ratio of death for stage If is 1,20 (95 % Cl = 0,57; 2,51), stage III is 2,08 (95 % CI = 1,03; 4,2), stage IV is 5,42 (95 % Cl =1,08; 14,12).
The 5 year survival rate on patients with complete therapy is 35 % and incomplete therapy is 6 %. The risk of death on patients with incomplete therapy is 2,92 times (95 % CI = 1,82; 4,71) compared with complete therapy.
The probability of 5 year survival rate with Rib value12 gr/dl is 60 %, 11,0-11,9 gr/dl is 21 % and < 11,0 gr/dl is 796. Compare with Hb value ≥ 12 gr/dl the risk of death on patient with Hb value < 11,0 gr/dl 3,84 times (95 % Cl 1,56; 5,17) and on patient with Hb value 11,0-11,9 gr/dl is 1,89 tits (95 % Cl = 1,04; 3,41).
The probability of 5 year survival rata with tumor sizes 2 cm is 63 %, 3 cm is 28 % 4 cm is 30 % and tumor > 4 cm is 6 %. Risk of death on patients with tumor size 3 cm is 0,69 times compared with tumor size s 2 cm, tumor size 4 cm is 0,99 times and > 4 cm is 3,83 titres.
The probability of 5 year survival rate with no education is 42 96, 1-6 year's education 23 96 and > 6 year's education 34 %. The risk of death with no education 0,39 times (95 % CI = 0,21; 0,70) compared with > 6 year's education, and risk of death with 1-6 year's education 0,83 times (95 % CI = 0,51; 1,34). There is no correlation between ages and 5 year survival rate on cervix cancer patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Qoulan Karima
"Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak diantara wanita Indonesia. Pada tahun 2013, belum diketahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kanker payudara. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diambil dari pasien rawat jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo khususnya dari poli bedah. Sampel terdiri dari 117 kasus kanker payudara dan 119 kontrol (pasien lain di poli bedah yang tidak menderita kanker payudara). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker payudara pada umur 35-44 tahun (OR=3,370, 95% CI=1,390-8,170), dan 45-54 tahun (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) dibandingkan umur <35 tahun, umur menarche <12 tahun (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) dibandingkan ≥12 tahun, adanya riwayat keturunan kanker payudara (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) dan adanya keluarga tingkat 1 yang menderita kanker payudara (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. Sementara itu efek protektif yang signifikan melindungi kanker payudara adalah menyusui anak selama ≥6 tahun (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) dibandingkan menyusui anak selama <2 tahun. Perlu adanya peningkatan promosi kesehatan mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kanker payudara kepada masyarakat.

Breast cancer is the most common cancer among women in Indonesia. In 2013,it remains unknown factors that cause breast cancer on patients of Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. The purpose of this study is to determine what factors are associated with breast cancer. Study design was case-control. Data were collected using questionnaires from the unhospitalized patients RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo especially in Department of Surgery. Sample of 117 breast cancer cases and 119 control (other unhospitalized patients in Department of Surgery does not have breast cancer) were recruited. The results found increasing risk due to age of 35-44 (OR=3,370,95% CI=1,390-8,170), and age of 45-54 (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) compared to age of <35, age at menarche of <12 (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) compared to age at menarche of ≥12, family history of breast cancer(OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) and family history of breast cancer in first degree relatives (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) compared to them with no family history of breast cancer. Meanwhile the significant protective effect that protect breast cancer is breastfeeding for ≥6 years (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) compared to breastfeeding for <2 years.There is need to increase health promotion regarding the factors associated with breast cancer to the public.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>