Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182040 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Garmini
"ABSTRAK
Nama : Rahmi GarminiProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Tesis : Faktor Risiko Kondisi Udara Dalam Rumah Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang 2016.Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. ISPA bisa terjadi karena pencemaran kualitas udara di luar maupun di dalam ruangan. Salah satunya gas sulfur dioksida SO2 yang ada di tempat pembuangan sampah dapat mengganggu sistem pernapasan pada balita. Balita lebih berisiko tertular ISPA karena kekebalan tubuh yang dialami balita belum terbentuk sempurna.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi udara dalam rumah dan karakteristik balita terhadap kejadian ISPA pada balita di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang.Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukur adalah kondisi udara dalam rumah, karakteristik balita, dan kejadian ISPA pada balita. Populasi penelitian adalah anak balita berumur 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukajaya dan sampel berjumlah 94 orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, t-test independent, dan regresi logistik.Period Prevalence kejadian ISPA pada balita sebesar 59,6 . Variabel penggunaan obat anti nyamuk, perokok dalam rumah, ventilasi, status gizi dan status imunisasi secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita, sedangkan variabel kadar SO2 dalam rumah dan umur balita secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel ventilasi rumah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita.Ventilasi dapat menjadi faktor risiko terhadap terjadinya ISPA, karena ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dalam rumah.Kata Kunci : ISPA, Sulfur dioksida, Ventilasi

ABSTRACT
Name Rahmi GarminiProgram Magister Environmental HealthTitle Indoor Air Pollution and Acute Respiratory Infection in Child Under Five Years in Sukawinatan LandfillsAcute Respiratory Infections ARI is a major cause of morbidity and mortality in young children. ARI can occurs because indoor and outdoor air pollution. One of them is gas sulfur dioxide SO2 in landfills that it can be irritate the respiratory tract in young children. Young children have higher risk of contracting ARI because the immune of young children not yet fully formed.This research aims to find out Indoor air Pollution and Characteristics of acute respiratory infection in under fives in Sukawinatan Landfills.Type of research was analitic, cross sectional study design. Measurement of indoor air pollution, characteristics of young children, and prevalence of acute respiratory infection. The population of this research was young children aged 12 59 months who lived in Kelurahan Sukajaya and 94 samples. Data were analyzed by chi square, t test independent, and logistic regression.Period Prevalence of acute respiratory infection in young children about 59,6 . Using mosquito repellent, smokers in the house, ventilation, nutrition and immunization status were significant correlation to acute respiratory infection in young children. While SO2 levels in the home and age of young children were insignificant correlation to acute respiratory infection in young children. Multivariate analysis showed that the variables of ventilation with SO2 levels were the most dominant variable related to acute respiratory infection in young children.One of risk factor of acute respiratory infection is ventilation, because its function as air circulation to reduce indoor air pollution.Keywords Acute Respiratory Infections, Sulfur Dioxide, Ventilation"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerikco Lewiyonah
"Latar Belakangan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio-demografi, , faktor sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019- 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode: Penelitian ini menggunakan desai studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil: studi menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), tingkat pendidikan ibu (p = 0,000, r = -0,385), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). Sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.

Background: Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease the main cause of morbidity and mortality in children under five years in the world, especially in developing countries. Indonesia is one of the six countries with most cases of ARI in children under five years in the world. There are several factors related to ARI in children under five years including socio-demographic, socio-economic, and environmental factors. DKI Jakarta had several problems that are common in big cities, such as population, employment, and air pollution. Objective: In this study the factors related to the incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020, such as maternal age, mother’s level of education, father’s level of education, total of smokers, total of industries, total of vehicle, and quantity of green open space were analysed. Methods: An ecological study design based on region that includes 44 sub-districts in DKI Jakarta Province was used in this study. Results: Statistically significant correlations between incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years in DKI Jakarta Province, and maternal age (p = 0,011, r = 0,381) in 2019 and 2020, mother’s level of education (p = 0,000, r = -0,385), total of smokers (p = 0,007, r = 0,422) in 2019,quantity of green open space (p = 0,048, r = 0,325) in 2019 were observed in this study. Meanwhile, in signicant correlations between father’s level ofeducation, total of vehicle, and total of industries show insignificant correlation with incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020 were showed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Citra Padmita
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit akut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industri pengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar area pemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea, ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, ada atau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggota keluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahan bakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yang mana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita.
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariat adalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a major cause of acute illness in the worldwide. In Indonesia, the prevalence of ARI is highest in the group of children under five years. Bogor district is one of region in West Java with high ARI case. Hamlet 1 of Ciampea Village is both settlement location and limestone processing industry location. The existence of limestone processing industry around the settlement area is source of air pollution that can affect people’s health. In the working area of Health Center of Ciampea Sub District, ARI is the disease with the highest case on 2012.
This study aims to determine the relationship between environmental factors (ambient PM10, distance from house to limestone processing plant, the temperature and the humidity of house, house ventilation, residential density of house, whether or not the family members at home who got acute respiratory infection, whether or not a family member at home who smoke, the use of mosquito repellent, type of cooking fuel, and the location of the kitchen) with the occurrence of ARI. This study uses cross-sectional study design and primary data with sample of 106 toddlers.
Result bivariate analysis shows that environmental factors which significantly associated with ARI among children under five years are ambient air PM10 (7.40; 2.02-27.10) and residential density of house (3.39; 1.39-8.32). The individual characteristic of a toddler who has a significant association with the occurrence of ARI among children under five years based on the results of statistical test with bivariate analysis is gender (2.61; 1.08-6.34). The most dominant factor associated with the occurrence of ARI among children under five years is ambient air PM10 (9,62; 2,39-38,71). Cross-sectoral cooperation is needed to reduce the number of ARI.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rosdiana
"Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. ISPA menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia selama lebih dari dua dasawarsa. Penelitian dilakukan untuk menilai hubungan antara kualitas mikrobiologi dalam rumah pada balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng, Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi case control dengan analisis multivariat. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran kualitas mikrobiologi udara dalam rumah, wawancara kuesioner, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan ISPA pada balita adalah total koloni bakteri dan total koloni kuman (p=0,025; OR=7,798), imunisasi (p=0,037; OR=3,845), dan penggunaan bahan bakar untuk memasak (p=0,038; OR= 4,312). Variabel rumah sehat (p=1), perokok dalam keluarga (p=0,526), kelembaban (p=0,088), kepadatan hunian (p=0,380), total koloni jamur (p=0,255), komponen rumah (p=0,066), dan sarana sanitasi (p=0,602) tidak berhubungan dengan kejadian ISPA.
Kesimpulannya bahwa ada hubungan yang signifikan antara total koloni bakteri dan kuman udara dalam rumah, imunisasi, dan penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng. Faktor risiko yang paing dominan menyebabkan ISPA pada balita adalah total koloni bakteri dan kuman.

Acute respiratory infection (ARI) is a principal cause of mortality and morbidity infection diseases in the world. Acute respiratory infection is as first rank from ten diseases in Indonesia during more two decades. The objective of this study is to assess of associated between microbiological indoor air quality to under five children in region of Puskesmas Leuwisadeng, Bogor regency, 2013. This study used case control study and multivariate analysis. The information was collected by measurement of microbiological indoor air quality, interview, and observation.
The result indicated a significant association was found between acute respiratory infection to under five children were total colony bacteria and total colony microbe (p=0,025; OR=7,798), incomplete immunization (p=0,037; OR=3,845), and using biomass for cooking (p=0,038; OR=4,312). Healthy house (p=1), smoking by any family member (p=0,526), humidity (p=0,088), crowding (p=0,380), total colony fungi (p=0,255), component of house (p=0,066), and sanitation facility (p=0,602) insignificant with acute respiratory infection.
Conclusion, there was significant association between total colony bacteria, total colony microbe, incomplete immunization, and using biomass for cooking with ARI in region of Puskesmas Leuwisadeng. The main risk factors that causes under five years ARI is total colony bacteria and total colony microbe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Cahya
"Kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kesakitan utama pada balita di negara berkembang. Demikian juga di wilayah Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta, kondisi ini terlihat dari prevalensi penyakit ISPA yang selau mengalami kenaikan dan menempati urutan pertama dari sepuluh besar penyakit berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah yang meliputi kepadatan hunian rumah, ventilasi rumah, dan kelembaban rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Subyek yang diteliti yaitu seluruh rumah yang didalamnya terdapat balita berusia no sampai lima tahun dengan besar sampel 97 responden.Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur, observasi, dan pengukuran. Uji statistik menggunakan uji kai kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kepadatan hunian rumah (OR=8,254 , p=0,000 ), ventilasi rumah (OR=2,625 , p=0,033 ), dan kelembaban rumah (OR=3,010 , p=0,018 ) dengan kejadian ISPA. Berdasarkan Penelitian ini upaya untuk mengurangi kejadian ISPA pada balita adalah dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hunian rumah serta penyebarluasan informasi mengenai kualitas udara dalam rumah yang buruk dapat menimbulkan gangguan ISPA.

Incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) is the one of the main painfulness cause in children under five years old developing countries. It also happen in Area Mergangsan Public health Yogyakarta City, it is shown by increase prevalence of respiratory infection and it was ranked the firts of big ten diseases based on yearly report of community health centre.
The aim of this research was to know the relationship between physical environment condition included density of house dwelling, house ventilation and house dampness with the ARI incidence. This research was done in Mei 2011 in Working area of Mergangsan Yogyakarta City. The type of this research with cross sectional approach. The subject were all of the house which have children under five years old with 97 respondents sample. Data were collected throught structured interviews, observation and measurement.
The result of this research indicated that there was a relationship between density of house dwelling (OR=8,254 , p=0,000 ),house ventilation (OR= 2,625, p= 0,033), between house dampness (OR= 3,010 ,p= 0,018 ) with ARI insidence. From this research is suggested to passing observation effort and conselling to society to increase the quality of dwelling and also dissemination of information hiting the quality of air in ugly house can generate disturbance of acute respiratory infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Handayani
"ABSTRAK
Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Bengkulu tahun 2015 menyebabkan adanya
pencemaran udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini juga mengakibatkan
meningkatnya kejadian ISPA pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan kondisi rumah, kepadatan hunian dan pajanan asap terhadap kejadian ISPA pada balita
di Kota Bengkulu saat kebakaran hutan tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah
case control. Kasus merupakan balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan dan didiagnosa
menderita ISPA dan kontrol adalah dua balita tetangga kasus yang ditemui pertama kali. Hasil
analisis menunjukkan bahwa jenis atap (OR: 2,79; 95% CI: 1,36-5,69), ventilasi (OR: 2,60; 95%
CI: 1,39-4,84), kepadatan hunian (OR: 2,14; 95% CI: 1,07-4,28), dan asap bahan bakar memasak
(OR: 4,14; 95% CI: 1,56-10,9) memiliki hubungan yang kuat terhadap ISPA. Jadi, ada hubungan
antara kondisi rumah, kepadatan hunian dan pajanan asap terhadap kejadian ISPA pada Balita
setelah dikontrol oleh variabel kovariat

ABSTRACT
Forest fire which was happened in Province Bengkulu in 2015 can cause indoor or outdoor air
pollution. It can increase Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years old. The
aims of this study was to find out the relationship of house conditions, overcrowded conditions
and smoke for ARI in under five years old in Bengkulu city when forest fire in 2015. The
research was done with case control design. Cases are children under five who visited primary
health care and were diagnosed ARI. Controls are two children under five who were cases?
neighbors who met first. It found that a significant association between improper roof (OR: 2,79;
95% CI: 1,36-5,69), inadequate ventilation (OR: 2,60; 95% CI: 1,39-4,84), living in
overcrowded conditions (OR: 2,14; 95% CI: 1,07-4,28), and indoor air pollution from of
combustion from fuel used for cooking (OR: 4,14; 95% CI: 1,56-10,9). In conclusion, there are
relation of house conditions, overcrowded conditions and smoke for ARI in children under five
years old in Bengkulu City when forest fire in 2015 after controlled by covariate variables."
[;;, ]: 2016
T45835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Najar Mukti
"Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA pada balita masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. ISPA balita menjadi penyebab kematian balita urutan kedua di Jawa Barat dan di kota Depok menempati urutan pertama dari 10 penyakit yang di rawat jalan di Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PM10 udara dalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tapos Kota Depok tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan disain cross sectional. Jumlah sampel 100 balita dengan metode cluster sampling yang diambil secara acak pada 2 kelurahan. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ISPA pada balita tergolong tinggi 57,7 dan 66,7, Konsentrasi PM10 dalam rumah OR = 3,477; 1,077-11,229 , suhu ruangan OR = 2,333; 1,017-5,351, kelembaban ruangan OR = 1,119; 0,443-2,827, luas ventilasi ruangan OR = 1,233; 0,108-14,082, dan status imunisasi OR = 1,233; 0,108-14,082 menjadi faktor risiko penyebab kejadian ISPA balita.

Acute Respiratory Infection ARI rsquo s occurrence in infant remains a prominent problem in Indonesia. ARI are the second largest cause of death in West Java Province, and are the first cause of 10 diseases commonly occurred in patients coming to Community Health Clinic within Depok area. This research conducted aiming at observing PM10 factor in the air inside the house towards ARI rsquo s occurrence in infant within Tapos Community Health Clinic in Depok area in 2017.
This research conducted using quantitative methods with cross sectional design. The samples were randomly chosen in 2 districts using cluster sampling method, collected 100 infants in total. Chi square test applied to measure the statistical data.
The result suggests that ARI rsquo s occurrence in infant is utterly high 57,7 and 66,7, PM10 concentration OR 3,477 1,077 11,229 , temperature OR 2,333 1,017 5,351, humidity OR 1,119 0,443 2,827 , ventilation OR 1,233 0,108 14,082, and immunization status OR 1,233 0,108 14,082 be risk factors cause the ARI occurred in infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titien Suryanti
"ABSTRACT
Kepadatan penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan di kota, menyebabkan sejumlah masalah sosial, ekonomi, lingkungan, dan prasarana. Jumlah penduduk yang padat memberikan tekanan pada sumber-sumber yang terbatas di kota seperti tanah, kesempatan kerja, tersedianya potensi air bersih, sarana dan prasarana, serta ruang terbuka hijau. Akibatnya, ruang yang seharusnya dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau (RTH) dibangun guna memenuhi tuntutan pembangunan lain. RTH secara tidak langsung semakin menyempit yang dapat berakibat kualitas lingkungan menurun.
Berkurangnya RTH di wilayah perkotaan DKI dikatagorikan sudah cukup besar, yaitu 726,01 ha per tahun. Dengan semakin berkurangnya RTH akan menurunkan kualitas udara, dan ini akan menyebabkan penyakit yang disebabkan karena udara kotor. Penyakit yang diteliti adalah yang disebabkan oleh kondisi udara kotor di lingkungan permukiman padat, yaitu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). ISPA adalah penyebab nomor satu kesakitan pada bayi dan balita, dan menempati urutan teratas dalam statistik kesehatan. Kondisi udara kotor berkaitan Brat dengan kondisi tidak adanya atau kurangnya RTH.
Jumlah penderita ISPA di Kelurahan Duripulo termasuk yang tertinggi dibandingkan penyakit-penyakit yang ada, yaitu 28,35% (Laporan Tahunan Puskesmas Duripulo 1992). Kepadatan penduduk di Kelurahan Duripulo sebesar 522 jiwa/ha. Sedangkan ruang terbuka yang tersedia 0,15 m2/ jiwa, ini jauh lebih kecil dari standard kebutuhan RTH untuk lingkungan permukiman padat, yaitu 1,80 m2/jiwa.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh RTH terhadap kesehatan manusia di lingkungan permukiman padat, dengan tujuan khusus 1) meneliti pengaruh penggunaan RTH; 2) meneliti pengaruh jumlah dan jenis tanaman di dalam RTH; 3) meneliti pengaruh luas RTH; 4) meneliti pengaruh jarak RTH.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Duripulo Kecamatan Gambir Wilayah Jakarta Pusat, selama 3 bulan dari oktober 1991 sampai Januari 1992. Kelurahan Duripulo memiliki jumlah penduduk 36.436 jiwa dengan luas area 70,70 ha, kepadatan penduduk 522 jiwa/ha, dan RTH yang tersedia 0,5 ha.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan penentuan contoh secara merata. Jumlah responden sebanyak 100 KK diambil secara proporsional dari 4 RW. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan. Selanjutnya untuk melihat adanya hubungan antara luas dan keadaan RTH dengan jumlah balita penderita ISPA, digunakan analisis korelasi.
Hasil analisis statistik menunjukkan :
1. Penggunaan RTH berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Uji korelasi antara penggunaan RTH dengan jumlah balita penderita ISPA menunjukkan adanya korelasi negatif yang nyata yaitu - 0,6573, berarti semakin banyak penggunaan RTH semakin kecil jumlah balita penderita ISPA. Hal ini dapat terlihat pada daerah kurang padat dengan penggunaan RTH besar yaitu 80% (RT 01, RW 10), jumlah balita penderita ISPA-nya kecil yaitu 33,33%.
Demikian pula pada daerah sangat padat dengan penggunaan RTH besar yaitu 60% (RT 02, RW 09), jumlah balita penderita ISPA-nya kecil yaitu 37,50%. Sedangkan pada daerah kurang padat dengan penggunaan RTH kecil yaitu 20% (RT 06, RW 11), jumlah balita penderita ISPA-nya besar yaitu 75%.
2. Jumlah dan jenis tanaman di dalam RTH berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Dari uji korelasi antara jumlah dan jenis tanaman di dalam RTH dengan jumlah balita penderita ISPA menunjukkan adanya korelasi positif yang nyata yaitu + 0,7619, berarti semakin besar jumlah dan jenis tanaman di dalam RTH, semakin kecil jumlah balita penderita ISPA. Ini terbukti dari pengamatan di lapangan yaitu RT 08 RW 10 dengan derajat ketetapan tanaman sangat balk (4), jumlah balita penderita ISPA-nya rendah yaitu 37,50%. Sedangkan di RT 07 RW 05 dengan derajat ketetapan tanaman sedang (2), jumlah balita penderita ISPA-nya tinggi yaitu 71,43%.
3. Luas RTH berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Uji korelasi antara luas RTH dengan jumlah balita penderita ISPA menunjukkan adanya korelasi negatif yang nyata yaitu - 0,7903, berarti semakin luas RTH, semakin kecil jumlah balita penderita ISPA. Hal ini dapat terlihat dari wilayah dengan RTH yang luas dengan jumlah balita penderita ISPA-nya kecil, yaitu RT 08 RW 10 dengan luas RTH 297,81 m2 jumlah balita penderita ISPA-nya kecil yaitu 37,50%. Sedangkan di RT 01 RW 10 dengan luas RTH 374,72 m2, jumlah balita penderita ISPA-nya kecil yaitu 33,33%. Dan di RT 02 RW 09 dengan luas RTH 947,14 m2, jumlah balita penderita ISPA-nya kecil yaitu 37,50%. Adapun di RT 06 RW 11 dengan luas RTH kecil yaitu 144,49 m2, jumlah balita penderita ISPA-nya besar yaitu 75%.
4. Jarak RTH berpengaruh terhadap jumlah balita penderita ISPA.
Uji korelasi antara jarak RTH dengan jumlah balita penderita ISPA menunjukkan adanya korelasi positif yang nyata yaitu + 0,5234, berarti semakin dekat jarak RTH semakin kecil jumlah balita penderita ISPA, dan semakin jauh jarak RTH semakin besar jumlah balita penderita ISPA.
Hal ini dapat terlihat di daerah sangat padat dengan jarak RTH jauh (RT 06 RW 09), jumlah balita penderita ISPA-nya besar yaitu 66,67%. Sedangkan di daerah kurang padat dengan jarak RTH dekat (RT 05 RW 10), jumlah balita penderita ISPA-nya kecil yaitu 33,330. Demikian pula untuk daerah kurang padat dengan jarak RTH dekat (RT 06 RW 10) jumlah balita penderita ISPA nya kecil yaitu 33,33%.

ABSTRACT
Over population which exceeds beyond the carrying capacity in urban areas causes a number of problems in social economic, environment, and infra structure. Total number of the over population gives an emphasis on the limited city resources such as the land, job opportunity, fresh water supply, infra structure, and green open space. As the result, the area which should be used as a green open space have been converted to other utilizations. The green open space indirectly becomes narrow can result from the declining quality of environment.
The declining of green open space in the cities of Jakarta is classified to be large enough, that is 726.01 ha/year. By declining of the green open space will de-crease the quality of air, and this will easily cause the disease. The disease which is being observed is caused by condition of filthy air in densely populated settlement, namely the Acute Respiratory Infection (ARI). ARI was the first cause of illnesses on babies and children (under five years old). It occupies as the hundredth level in health statistic.
Total number of people who ARI suffer at Kampung Duripulo was considered higher, if compared with other illnesses, that is 28.35%. The population density at Kampung Duripulo was 522 persons/ha. While the green open space area which was provided is0.15 m2/person, this was less than the standard need for densely populated settlement, that is 1.80 m2/person.
This research is meant to prove that there is an effect of the green open space for human health in densely populated settlement with special purpose, 1) to research the effect of green open space utilization on the total number of children ARI suffer, 2) to research the effect of total number and variety of plants in the green open space on the total number of children ARI suffer, 3) to research the effect of green open space width on the total number of children ARI suffer, 4) to research the effect of green open space distance on the total number of children ARI suffer.
This research was done at Kampung Duripulo Gambir District Central of Jakarta, for three months from October 1991 until January 1992. The total number of population is 36,436 persons and width area 70.7 ha, the population density was 522 persons/ha, and the green open space which was provided was 0.54 ha.
This research is a descriptive analysis by determination of the examples evenly. Total number of respondents as many as 100 chiefs of families were taken proportionally from 4 RW at Kampung Duripulo. The datas were collected by using questionnaire, interview, and direct observation in the area. Then to see whether there was a relation between the width and condition of the green open space on children ARI suffer, by using correlative analysis.
The result of the statistic analysis showed :
1. The green open space utilization effected to the human health. Correlative test between the utilization of green open space and total number of children ARI suffer, showed a real negative correlation there was - 0,6573. Which meant that the more of green open space utilization, the total number of children ARI suffer becomes less.
This could be seen in the area which was less populated by using the green open space largely, namely 80% (RT 01 RW 10), the number of children ARI suffer was small, namely 33.33%. It also happened, in the densely populated area by using the green open space largely, namely 60% (RT 02 RW 09), the number of children ARI suffer was small, namely 37.50%. In the other area which was less populated by using the green open space smallish, namely 20% (RT 06 RW 11), the number of children ARI suffer was large, namely 75%.
2. The total number and variety of plants in the green open space effected to the human health. Correlative test between total number of vegetation in the green open space and the number of children ARI suffer, showed a real positive correlation there was + 0,7619. Which meant that the more of total number and variety of plants in the green open space largely, the total number of children ARI suffer becomes less. It was proved by the observation in the area, namely RT 08 RW 10 with a very good level of plant determination (4), the total number of children ARI suffer was low, namely 37.50%.
Whereas RT 07 RW 04 with a medium level of the plant determination (2), the total number of children ARI suffer was high, namely 71.43%.xvi
3. The width of green open space effected to the human health. Correlative test between the width of green open space and the number of children ARI suffer, showed a real negative correlation there was - 0,7903. Which meant that the more width of green open space, the total number of children ARI suffer becomes less. This could be seen in the RT 08 RW 10 with the width of green open space 297.81 in, the total number of children ARI suffer was small, namely 33.33%. And RT 02 RW 09 with the width of green open space 947.14 m2, total number of children ARI suffer was small, namely 37.50%.
Whereas RT 06 RW 11 with the width of green open space 144.49 m2, total number of children ARI suffer was high, namely 75%.
4. The distance of green open space effected to the human health. Correlative test between the distance of green open space and the total number of children ARI suffer, showed a real positive correlation there was + 0,5234. Which meant that the nearer of green open space, the total number of children ARI suffer becomes less. This could be seen in the densely populated area (RT 06 RW 09) with a distant of green open space, the total number of children ARI suffer was high, namely 66.67%. Whereas the less populated area with a near of green open space (RT 05 RW 10), the total number of children ARI suffer was small, namely 33.33%. It also happened in the less populated area with a near of green open space (RT 06 RW 10), total number of children ARI suffer was small, namely 33.33%.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hastuti
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dengan manifestasi ringan sampai berat (Pneumonia). Di dunia dperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena Pneumonia dari 9 juta total kematian balita. Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di wilayah Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah semua balita yang berada di wilayah Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Sampel penelitian berjumlah 323 balita yang diambil dengan cara Quota sampling.
Analisis data dan uji statistik menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi dengan Kejadian ISPA pada Balita (p=1.000, OR=1.579) dan (P=0.437, OR=1.439). Ada hubungan kejadian ISPA pada Balita dengan pencemaran asap rokok oleh anggota keluarga (p=0.006, OR=2.102), pemberian ASI Eklsklusif (p=0,19, OR=1.847) dan status ekonomi orang tua (p=0.34, OR=1,754).
Kesimpulan hasil penelitian: Status imunisasi dan status gizi tidak berhubungan dengan kejadian ISPA pada Balita, Pencemaran asap rokok oleh anggota keluarga, pemberian ASI Eksklusif dan status ekonomi orang tua mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a common disease in children with mild to severe manifestations (Pneumonia). In the world is estimated at more than 2 million Under Five Years Children died of pneumonia than 9 million total under-five deaths. The research aimed to determine Factors Associated with Acute Respiratory Infection incidence in Under Five Years Children in Ngombol District Purworejo Regency. This research is a research survey with quantitative approach and cross sectional research design. Research population was all children Under Five Years Children located in Ngombol District, Purworejo Regency.Number of sample was 323 Under Five Years Children were taken by Quota sampling.
Data analysis and statistical test using chi square. The results showed that there was no relationship between nutritional status and immunization status of in Under Five Years Children with ARI incidence (p=1.000, OR=1,579) and (P=0.437, OR=1.439). No association ARI genesis in Under Five Years Children in with cigerette smoke pollution by family members (p=0.006, OR=2.102), Exclusive breastfeeding (p=0.19, OR=1,847) and parents' economic status (p=0:34, OR=1.754).
The conclusion of the research : immunization status and nutritional status was not associated with the incidence of ARI in Under Five Years Children, smoke pollution by family members, exclusive breastfeeding and economic status of the parents had a relationship with the incidence of ARI in Under Five Years Children in Ngombol District, Purworejo Regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ardiansyah
"ISPA menjadi salah satu penyebab kematian pada balita di dunia khususnya negara berkembang seperti di Indonesia. ISPA dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah, perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk. Tingginya mortalitas ISPA di Kota Depok pada balita menjadikannya perlu dilakukan penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan kejadian ISPA pada balita di Kota Depok. Tujuannya untuk mengetahui hubungan faktor-faktor serta faktor apa yang paling dominan terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA. Penelitian ini berdesain croos sectional dengan populasi penelitian seluruh balita di Kota Depok. Sampel penelitian ini adalah balita berdomisili di Kecamatan Sawangan, Bojong Sari dan Cipayung. Teknik Sampling dalam penelitian ini adalah multistage sampling dengan jumlah 110 anak balita per kecamatannya secara acak. Total sampel 330 balita. Hasilnya variabel dengan nilai p <0,05 yaitu pencahayaan alami p=0,033 (OR=2,474, 95% CI 1,120-5,469), luas ventilasi p=0,005 (OR=2,987, 95% CI 1,804-4,946) dan memasak sambil menggendong anak p=0,002 (OR=2,459, 95% CI 1,426-4,240). Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan pencahayaan alami yang tidak masuk kedalam rumah, ukuran ventilasi <10% luas lantai dan kebiasaan memasak sambil menggendong anak dengan kejadian ISPA di Kota Depok tahun 2019. Luas ventilasi <10% luas lantai merupakan faktor dominan.

ARI is one of the leading causes of death in children in the world, especially developing countries like Indonesia. Factors causing ARI are a problem of the house environment, poor hygiene, and healthy behavior. Mortality rate of ARI in Depok is hight, specifically for cildren under-fives years old, requires research about house environment and behavior associated with ARI in children under five years old. This study aimed to determine the associated of the house environment and behavior with ARI and find the dominant factor. This study used cross-sectional design. The population were children under five years old in Depok. The sample were children under five years old at the Bojongsari, Cipayung, and Sawangan District. Sampling technique was multistage sampling with 110 children/district with a random system. The total sample was 330 children. Result is natural lighting p=0,003 (OR=2,474, 95% CI 1,120-5,469), ventilation area p=0,005 (OR=2,987, 95% CI 1,804-4,946), and cooking while holding the children p=0,002 (OR=2,459, 95% CI 1,426-4,240) have p value <0,05. The conclusion is natural lighting, ventilation size, and cooking while holding the children asociated with ARI in Depok 2019. Ventilation size is the dominant factor for the incidence of ARI in Depok."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T55337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>