Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Etik Sukesti
"Fenomena penurunan sumberdaya Rajungan di perairan Cirebon dan sekitarnya terjadi disebabkan peningkatan laju eksploitasi tanpa mempertimbangkan dinamika atau perubahan stok ikan dan aspek optimasi pemanfaatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi rajungan, tingkat pemanfaatan, dan optimasi pemanfaatannya di perairan Cirebon dan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan di Cirebon dan lokasi penelitian di perairan Cirebon dan sekitarnya dari bulan April ndash; Juni 2016. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengukuran rajungan yang tertangkap oleh alat tangkap bubu dan jaring insang. Analisis dinamika populasi digunakan program FiSAT II dan pengkajian potensi lestari dianalisis dengan model surplus produksi dalam menentukan Maximum Sustainable Yield MSY. Sementara optimasi pemanfaatan dilakukan dengan analisis Linier Programing terhadap aspek-aspek yang terkait dengan pemanfaatan rajungan.Kisaran lebar karapas rajungan berkisar antara 77,5 ndash; 157,5 mm. Pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif, dengan nilai Lc > Lm yang menunjukkan sebagian besar rajungan yang tertangkap dengan alat tangkap yang digunakan di perairan selatan Cirebon sudah memijah/dewasa. Nilai parameter pertumbuhan adalah L infin; 170 mm, K = 1,15 per bulan untuk rajungan jantan sedangkan rajungan betina L infin;177,25 mm, K = 1,1 per bulan, Z = 1,92 per tahun, M = 1,23 per tahun, F = 0,69 per tahun, dan E = 0,36 rajungan jantan dan Z = 2,94 per tahun, M =1,18 per tahun, F= 1,76 per tahun dan E = 0,60 pertahun rajungan betina. Nilai menunjukkan tingkat pemanfaatan sudah fully exploited. Pendugaan MSY dan F-Opt sebesar 3.124 ton/tahun dan 433 unit dengan alat tangkap standar bubu. Skenario optimasi menghasilkan jenis alat tangkap yang direkomendasikan yaitu 433 unit alat tangkap bubu dengan keuntungan Rp. 6,9 milyar per tahun.

The phenomenon of Blue swimming crab decrease due to because of exploitation occurs in Cirebon water. It will change the dynamics stocks of fish and utilization optimization aspects. This study aimed to examine the dynamics of blue swimming crab populations utilization rates and utilization optimization in Cirebon area and the surrounding waters. Research was carried out in Cirebon and surrounding waters from April to June 2016. Methods used was a survey method by measuring Blue Swimming Crab caught using fishing gears gillnet and collapsible traps . Analysis of population dynamics used FiSAT II program and assessment of the potential sustainable surplus production models were analyzed using Maximum Sustainable Yield MSY . Optimization was done using Linear Programming analysis of aspects related to the use of fishing gears and blue swimming crab caught. Range carapace wide for all crabs was 77,5 mm to 157,5 mm. Condition Growth Blue Swimming Crab is negative allometric with parameter values for male were L infin 170 mm, K 1,15 per month and for female L infin 177,25 mm, K 1.1 per month, , with a value of Lc Lm, the indicate that Blue Swimming Crab caught with fishing gear used in Cirebon and surrounding waters was an spawn mature. Mortality value for male were Z 1,92 per year, M 1,23 per year, F 0,69 per year, and E 0,36 and for female Z 2,94 per year, M 1,18 per year, F 1,76 per year and E 0.60 per year. The level of utilization has been fully exploited. Estimation of MSY and f Opt was 3.124 tons year while 433 units with standard fishing gear is collapsible traps. Scenario optimization produces type of fishing gear that are recommended was 433 units of collapsible traps with a net profit Rp 6,9 billion per year."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Noor Firdaus
"Kabupaten Cirebon yang memiliki wilayah pesisir dan daerah pantai, tentu menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu sektor unggulan. Rajungan merupakan salah satu komoditas yang sangat penting di Kabupaten tersebut, yang tercatat pada tahun 2010 menghasilkan 17% dari total hasil tangkapan yaitu 4756,3 ton. Akan tetapi pada akhir-akhir ini di daerah Cirebon, rajungan telah mengalami overfishing.
Tesis ini mempelajari tentang biologi, kualitas air dan perikanan rajungan Portunus pelagicus di Cirebon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aspek biologi rajungan di Cirebon, menganalisis potensi rajungan di Cirebon terkait isu overfishing, menganalisis parameter lingkungan dari perairan Cirebon, dan memahami aspek sosial nelayan rajungan di Cirebon.
Penelitian menunjukkan bahwa secara umum rajungan jantan lebih banyak tertangkap dengan rasio jenis kelamin 1,6:1, rajungan jantan juga memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan rajungan betina. Fekunditas rajungan betina bertelur berkisar antara 1,69 juta sampai dengan 1,95 juta butir telur dengan tingkat kematangan gonad (TKG) ada direntang antara TKG II sampai dengan TKG V. Panjang rajungan pertama kali matang gonad (Lm) berada pada nilai 115,89 mm dan panjang rajungan pertama kali tertangkap (Lc) berada pada nilai 117,93 mm.
Di Cirebon, nilai maximum sustainable yield (MSY) rajungan sebesar 3190,5 ton/tahun, dan fMSY rajungan sebesar 341 unit armada penangkapan. Rajungan berada pada kondisi tangkap lebih. Lingkungan perairan sumberdaya rajungan, memiliki kisaran suhu antara 28°C dan 29°C, salinitas antara 25 ? dan 30 ?, derajat keasaman (pH) antara 7 dan 8, dan tingkat kecerahan antara 4 dan 5 meter.

Cirebon District has a huge coastal areas, due to this condition, the district become to have a great fisheries, especially for swimming crab Portunus pelagicus fisheries. For instants, in 2010, the product of blue crab was recorded about 17% or 4756,3 ton in year.
This research is aimed to study about the biology, water quality and swimming crab fisheries of Portunus pelagicus in Cirebon areas. The purpose of this study are to know the biology aspect of Portunus pelagicus in Cirebon, to analyze the potential of Portunus pelagicus in Cirebon due to overfishing issue, to analyze environmental parameter of waters in Cirebon, and to understand social aspects of swimming crab fisherman in Cirebon.
The research shows that in general, the sex ratio of male-female is 1,6 : 1, the male has relatively large body size compared with the female. The fecundity of the female has ranges between 1,69 million and 1,95 million eggs with mature level of gonads (TKG) between TKG II and TKG V. The length of its first ripe gonads (Lm) is 115,89 mm and the length of its first caught (Lc) is 117,93 mm.
In Cirebon, the value of maximum sustainable yield (MSY) are 3190,5 tons per year, and fMSY are 341 units capture fleet. This crab is on the overfishing condition. Waters environmental parameters have the temperature range between 28°C and 29°C, the salinity between 25 ? - 30 ?, the degrees of acidity (pH) between 7 and 8, and the level of brightness between 4 and 5 meters.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Sostenes
"Fenomena penurunan sumberdaya ikan layur di perairan Cilacap dan sekitarnya terjadi disebabkan peningkatan laju eksploitasi.tanpa mempertimbangkan dinamika atau perubahan stok ikan dan aspek optimasi pemanfaatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi ikan layur tingkat pemanfaatan, dan optimasi pemanfaatannya di perairan Cilacap dan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan di PPS Cilacap dan lokasi penelitian di perairan Cilacap dan sekitarnya dari bulan April 2013 sampai Juni 2014. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan ikan layur yang tertangkap oleh alat tangkap jaring sirang dan jaring payang. Analisis dinamika populasi digunakan program FiSAT II dan pengkajian potensi lestari dianalisis dengan model surplus produksi dalam menentukan Maximum Sustainable Yield (MSY). Sementara optimasi pemanfaatan dilakukan dengan analisis Linier Programing terhadap aspek-aspek yang terkait dengan pemanfaatan ikan layur. Kisaran panjang total dan modus panjang 13-77 cm dan 51 cm. Ikan layur allometrik negatif, dengan nilai Lc < Lm yang menunjukkan sebagian besar ikan layur yang tertangkap dengan alat tangkap yang digunakan di perairan selatan Cilacap belum memijah / belum dewasa. Nilai parameter pertumbuhan adalah L∞ = 80,85 cm, K= 0,70 per tahun, to= -0,1748, Z = 2,18 per tahun, M = 1,07 per tahun, F = 1,11 per tahun, dan E = 0,51. Nilai menunjukkan tingkat pemanfaatan sudah fully exploited. Pendugaan MSY dan F-Opt sebesar 626,318 ton/tahun dan 1.173 unit dengan alat tangkap standar jaring sirang. Skenario optimasi menghasilkan jenis alat tangkap yang direkomendasikan yaitu 1.173 unit alat tangkap jaring sirang dengan keuntungan Rp. 78,3 milyar per tahun.

The phenomenon occurs due to a decrease of hairtai resources in Cilacap water area because eksploitation without consider increasing the rate or change the dynamics of fish stocks and utilization optimization aspects. This study aims to examine the dynamics of hairtail populations utilization rates and utilization optimization in Cilacap area and the surrounding waters. Research carried out in the PPSC (Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap) and research sites in Cilacap and surrounding waters from April 2013 to June 2014. Methods used is a survey method with hairtail fishing gear caught by sirang nets (gillnet monofilament) and payang nets (denish seine). Analysis of population dynamics used FiSAT II program and assessment of the potential sustainable surplus production models were analyzed with Maximum Sustainable Yield (MSY) in determining. While optimization is done with the use of Linear Programming analysis of aspects related to the use of hairtail. Range in total length and long mode 13-77 cm and 51 cm. Hairtail is negative allometric, with a value of Lc < Lm which shows hairtail caught with fishing gear used in Cilacap and surrounding waters not spawn / immature. Growth parameter values L∞ = 80.85 cm, K 0.70 = per year, to = -0.1748, Z = 2.18 per year, M = 1.07 per year, F = 1, 11 per year, and E = 0.51. Value indicates the level of utilization has been fully exploited. Estimation of MSY and f-Opt for 626.318 tons / year and 1,173 units with standard fishing gear is gill net sirang. Scenario optimization produces the type of fishing gear is recommended that 1,173 units of gillnet sirang with a net profit Rp 40.9 billion per year."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bongbongan Kusmedy
"Rajungan (Portunus pelagicus Linneaus, 1758) merupakan komoditi perikanan yang tertinggi ketiga di Indonesia setelah udang dan tuna. Salah satu penyebaran rajungan di Indonesia berada di daerah perairan Teluk Banten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober dan November 2013, sedangkan data produksi statistik perikanan PPN Karangantu diambil tahun 2003?2012. Produksi rajungan mengalami puncaknya pada tahun 2004 yaitu 326.730 kg dengan CPUE penangkapan sebesar 57.8898. Sedangkan jumlah produksi terendah terjadi pada tahun 2006 dengan jumlah produksi sebesar 19.225 kg serta upaya penangkapan yang dilakukan sebesar 1.998 trip.
Untuk hasil perhitungan CPUE yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 57.8898 kg/kapal, sedangkan nilai CPUE terendah terjadi pada tahun 2011sebesar 2.5902 kg/kapal. Nisbah Kelamin rajungan lebih di dominasi oleh rajungan jantan dari pada rajungan betina dengan perbandingan bulan 2 : 1. Lebar karapas (CW) rajungan berkisar dari 8-11 cm, maka hasil tangkapan rajungan di Teluk Banten melewati ukuran pertama kali matang gonad.
Dari analisis rapfis diperoleh nilai keberlanjutan sosial = 36,99% (kurang berkelanjutan), teknologi = 48,82% (kurang berkelanjutan), ekologi = 50,40% (cukup berkelanjutan) dan ekonomi = 58,81% (cukup berkelanjutan). Diagram layang-layang menunjukan rata-rata 48,75% (kurang berkelanjutan). Selanjutnya dilakukan perbaikan nilai atribut yang kurang berkelanjutan pada aspek sosial menjadi 62,61, dan teknologi menjadi 56,21. Hasil untuk perubahan kenaikan atribut per dimensi : 1. Sosial (tingkat pendidikan dan pengetahuan terhadap lingkungan) 2. Teknologi (lokasi pendaratan dan ukuran kapal rajungan).
Untuk perikanan tangkap berkelanjutan komoditas rajungan di Teluk Banten diharapkan adanya penciptaan lapangan kerja alternatif, pemberian modal, teknologi baru, penyuluhan atau sosialisasi habitat rajungandan hukum (aturan zona penangkapan), dan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau disekitar perairan Teluk Banten. Pemerintah segera merekomendasikan terbentuknya kawasan ekoregion Teluk Banten sesuai peruntukannya, sehingga untuk komoditas rajungan dapat dilakukan restocking area.

Blue swimming crab (Portunus pelagicus Linneaus, 1758) is the third highest commodity fisheries in Indonesia after shrimp and tuna. One crab deployment in Indonesia is in the area of Banten Gulf waters. Fishery statistical production data from years 2003-2012 from PPN Karangantu experienced a peak in 2004 is 326.730 kg with fishing effort for 5.644 trip. While the amount of the lowest production occurred in 2006 with a total production of 19.225 kg and the efforts of 1.998 arrests trip.
For the calculation of CPUE that has been done can be seen that the highest CPUE values occurred in 2004 which reached 57.8898 kg/boat, while the lowest CPUE values occurred in 2011 which only reached 2.5902 kg/boat. Sex ratio is more dominated by males crab than females with a ratio of 2: 1, carapace width (CW) ranged from 8 to 11 cm, so the swimming crab (Portunus pelagicus Linneaus, 1758) in Banten Bay isover first time matured. Rapfishdata analysis obtain that sustainable social value (MDS %) is 36,99%, technology; 48,82 %, ecology; 50,4 % and economy; 58,81%. Obtained a result for the attribute increase change per dimensi is : 1. Social (environment knowledge and education) 2. Technology (location for fish landing and tonage of boat).
For sustainable fisheries commodity in Banten Bay crab is expected that the creation of alternative employment, the provision of capital, new technologies, education or socialization crab habitat and the law (arrests zone rules), and conservation of coastal areas and islands around the waters of the Gulf of Banten. The government immediately recommended the formation of Banten Bay area to the given ecoregion, so to commodity restocking areas crabs can be done."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hikmat Jayawiguna
"Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis karakteristik biologi serta hubungannya dengan distribusi ukuran rajungan sebagai dasar pengelolaan perikanan rajungan secara berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 - Maret 2015 di Perairan Teluk Jakarta dengan metode survey darat dan laut. Sampel rajungan sebanyak 1021 ekor dikumpulkan dengan alat tangkap gillnet dan bubu. Data karakteristik biologi dikumpulkan secara in situ dan dianalisis secara deskriptif. Kisaran panjang karapas rajungan jantan adalah 62 mm - 152,5 mm, sedangkan rajungan betina antara 67,5 mm - 132,5 mm. Pola pertumbuhan rajungan keseluruhan bersifat alometrik positif dimana rajungan jantan memiliki persentase tertangkap lebih tinggi dibandingkan betina (1,3:1). Persentase rajungan matang gonad dan belum matang adalah 56,57% : 43,43%. Selalu ditemukan betina matang gonad dan betina bertelur pada setiap bulan pengamatan. Fekunditas rajungan berkisar antara 218.781 sampai 1.100.470 butir. Terdapat hubungan linier antara fekunditas dan panjang karapas rajungan. Rata-rata faktor kondisi sebesar 1,07 dan 1,13 untuk jantan dan betina. Nilai Lc ditemukan kurang dari Lm sehingga ada indikasi tekanan penangkapan. Berdasar nilai Lm diperoleh nilai ukuran minimum rajungan layak tangkap adalah > 105 mm. Diperlukan adanya peraturan pengelolaan tentang : (1) Batas ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap, (2) Larangan penangkapan induk bertelur, (3) Pengaturan DPL dan zonasi penangkapan, (4) Larangan penggunaan alat tangkap destruktif, (5) Restrukturisasi pencatatan data produksi dan alat tangkap, (7) Rencana Pengelolaan Perikanan rajungan (RPP rajungan).

Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is an export product with high economic value. The objective of the research was to analyze biological and habitat characteristic and its relationship on crab size distribution as base of sustainable fisheries management. The research was conducted from December 2014 to March 2015 in Jakarta Bays Waters with survey method. Samples were collected by gillnet and collapsible traps. Data was collected in situ and analyzed with descriptively. In the present research, data were covered; length frequency distribution, length-weight relationship, sex ratio, reproductive performance, condition factor, length at first capture, length at first maturity and minimum legal size. While ecological data covered substrat texture, water temperature, salinity, pH value and water depth. Biological data analyzed descriptively whereas sex ratio use chi-square analysis, growth used regression analysis, and reproduction performance analyzed descriptively. Ecological data analyzed descriptively through performance of substrate texture, water quality, depth and also the parameters relationship each other."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T41169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Safari Sutisna
"ABSTRAK
Populasi rajungan (Portunus pelagicus) di alam sudah menurun, permintaan rajungan untuk ekspor maupun domestik tidak dapat dipenuhi. Penelitian mengenai pembenihan rajungan merupakan salah satu upaya untuk menunjang budidayanya. Penelitian ini dilakukan dua kali. Percobaan I bertujuan untuk mengetahui produksi megalopa dalam pemeliharaan burayak sampai menjadi megalopa dengan perlakuan padat penebaran awal burayak, penggunaan cahaya lampu 12 jam (intensitas 2500 ? 3000 Lux) dan cahaya alami. Percobaan II bertujuan untuk mengetahui kelulushidupan pemeliharaan megalopa sampai menjadi Crab V dengan perlakuan penggunaan rumpon buatan (serabut plastik), rumpon alami dari rumput laut (Eucheuma spinosum), serta penggunaan cahaya lampu 24 jam, 12 jam dan cahaya alami. Hasil pemeliharaan burayak rajungan sampai megalopa (hari ke-9) diperoleh kelulushidupan tertinggi 16,53%, pada perlakuan padat penebaran awal 50 zoea/liter dengan cahaya 12 jam/hari, dalam kisaran suhu 28-30 OC dan salinitas 31-35%o. Pada pemeliharaan megalopa sampai menjadi Crab V diperoleh kelulushidupan tertinggi 12,67 % pada perlakuan penggunaan rumpon buatan (serabut plastik) dengan cahaya lampu 24 jam (2500 - 3000 Lux). Crab V mulai terjadi pada hari ke 20 dalam kisaran suhu 25,5-29 oC dan salinitas 30-35 %o."
2007
T39504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Andreas
"Rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) berpotensi melepaskan radionuklida 137Cs. Radionuklida seperti 137Cs merupakan hasil reaksi fisi dari reaktor nuklir. Sumber pelepasan 137Cs berasal dari Reaktor Serba Guna (RSG) GA Serpong, Reaktor Kartini Yogyakarta, dan Reaktor Trigamark di Bandung. RSG beroperasi selama 142 hari dalam setahun dan berpotensi melepaskan radioaktif 137Cs sebanyak 2,91 x 10-6 Ci per tahun. Pelepasan 137Cs ke atmosfer akan mengalami proses global fallout, terserap di dalam tanah dan selanjutnya akan terakumulasi di perairan Teluk Jakarta. Untuk mengidentifikasi banyaknya 137Cs yang terakumulasi di perairan Teluk Jakarta, dapat digunakan rajungan (Portunus pelagicus) sebagai bioindikator.
Pada penelitian ini dilakukan simulasi studi bioakumulasi 137Cs oleh Portunus pelagicus dari perairan Teluk Jakarta dengan memvariasikan perlakuan suhu (28oC, 31 oC, 34 oC, 37 oC) dan salinitas (26o/oo, 29o/oo, 32 o/oo, 35 o/oo) air laut. Hasil penelitian menunjukkan nilai BCF untuk variasi suhu 28oC, 31 oC, 34 oC, 37 oC secara berturut-turut adalah 2,81 mL.g-1; 3,90 mL.g-1; 3,28 mL.g-1; dan 4,31 mL.g-1 sedangkan nilai BCF untuk variasi salinitas 26o/oo, 29o/oo, 32 o/oo, dan 35o/oo berturut-turut adalah 3,25 mL.g-1; 7,24 mL.g-1; 8,40 mL.g-1; dan 25,49 mL.g-1. Nilai BCF yang diperoleh, diinput ke dalam software Erica Tool untuk mengkaji dosis rata-rata 137Cs yang terdapat pada organisme hidup pada perairan Teluk Jakarta.

Experimental Power Reactor development plan releasing potentially radionuclide 137Cs. Radionuclides such as 137Cs is a fission product from nuclear reactors. 137Cs source release comes from Reactor Serba Guna (RSG) GA Serpong, Yogyakarta Reactor and Reactor Trigamark in Bandung. These reactors operates for 142 days a year and has the potential to release radioactive 137Cs as much as 2.91 x 10-6 Ci per year. 137Cs release into the atmosphere will undergo a process of global fallout, absorbed in the soil and will accumulate in the waters of Jakarta Bay. To identify the amount of 137Cs that accumulates in the waters of Jakarta Bay, can be used blue swimmer crab (Portunus pelagicus) as bio-indicators.
In this study conducted a simulation study of bioaccumulation of 137Cs by Portunus pelagicus of the waters of Jakarta Bay by varying the treatment temperature (25oC, 28oC, 31oC, 34oC) and salinity (26o/oo, 29 o/oo, 32 o/oo, 35 o/oo) seawater. The results showed bioconcentration factor (BCF) values for variations in temperature 25oC, 28oC, 31oC, 34oC in a row is 2.81 mL.g-1; 3.90 mL.g-1; 3.28 mL.g-1; and 4.31 mL.g-1 while the value of BCF for variations in salinity 26o/oo, 29 o/oo, 32 o/oo, 35 o/oo are respectively 3.25 mL.g-1; 7,24 mL.g-1; 8,40 mL.g-1; and 25.49 mL.g-1. Bioconcentration factor value obtained, inputted into the software Erica Tool to assess the average dose of 137Cs contained in living organisms in the waters of Jakarta Bay
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmi Kaffah
"Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Estuari Cilamaya menjadi salah satu wilayah dengan potensi rajungan yang cukup tinggi di Jawa Barat. Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi kehidupan rajungan adalah salinitas. Rajungan (Portunus pelagicus) dapat hidup pada perairan dengan tingkat salinitas yang bervariasi yaitu 20-30 ppt atau masuk kedalam zona air payau. Dengan mengetahui zonasi perairan di estuari, maka wilayah tangkapan rajungan yang optimal di Estuari Cilamaya dapat digambarkan. Zonasi perairan didapatkan dengan melakukan klasifikasi sebaran salinitas menggunakan Venice System Classification (1958). Untuk nilai sebaran salinitas diperoleh dari citra Sentinel-2A tahun 2018 menggunakan algoritma penduga sebaran salinitas permukaan yaitu Algoritma Cilamaya. Wilayah Tangkapan rajungan dikaji berdasarka musim hujan dan musim kering. Wilayah tangkapan rajungan pada bulan kering semakin mendekati darat jika dibandingkan dengan wilayah tangkapan rajungan pada bulan basah.

Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the fishery products that has a high economic value. Cilamaya Estuary is one of the region with a high potential for this habitats in West Java. One of important factor that affect the existence of this habitats is salinity. The blue swimming crab (Portunus pelagicus) can live at varied levels of salinity, in 20-30 ppt or into the brackish water zone. By knowing the zoning of the waters in the estuary, the optimum catching area of this habitats in the Cilamaya Estuary can be described. Aquatic zoning is obtained by classifying the sea surface salinity distribution using the Venice System Classificatio (1958). For the sea surface salinity distribution obtained form Sentinel-2A imagery in 2018 using salinity estimation algorithm, namely Cilamaya Algorithm. The catching area of blue swimming crab study based on wet seasons and dry seasons. The catch area of blue swimming crab in the dry seasons is closer to the land compared in the wet seasons."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Nida Sopiah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedia Susiani
"Pengelolaan perikanan tangkap rajungan seharusnya mempertimbangkan kondisi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun tren hasil tangkapan per satuan upaya di Teluk Banten mengalami penurunan pada tahun 2007-2012. Tujuan riset ini adalah 1 menganalisis kondisi pengelolaan perikanan tangkap rajungan pada aspek lingkungan domain sumber daya dan domain habitat dan ekosistem , aspek sosial domain sosial dan domain kelembagaan, aspek ekonomi domain ekonomi dan domain teknik penangkapan 2 menyusun strategi pengelolaan perikanan rajungan berkelanjutan dengan pendekatan ekosistem EAFM di Teluk Banten. Riset ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuantitatif dan kualitatif, melalui observasi, wawancara, kuesioner. Kondisi pengelolaan dengan status buruk ada pada domain ekonomi 6,81 , domain sosial 15,14 , domain sumber daya rajungan 16,23 , serta domain habitat dan ekosistem 17,10 . Status pengelolaan dengan status kurang pengelolaan ada pada domain teknik penangkapan 36,96 dan status pengelolaan dengan status sedang ada pada domain kelembagaan 43,26 . Nilai agregat seluruh domain adalah 22,58 yang berarti kondisi pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Banten kurang pengelolaan. Prioritas langkah perbaikan dilakukan pada domain ekonomi dengan nilai indeks komposit ekonomi terendah dalam jangka waktu 5 tahun pertama sebagai strategi langkah perbaikan.

Fishery Management of Blue Swimming Crab BSC has to include environment, social and economy aspect into consideration. However, tren CPUE of BSC in Banten Bay are tending to decline year 2007 2012. The objectives of this research are 1 analysis the status of BSC fishery management with environment aspect BSC resources domain and habitat and ecosystem domain , social aspect social domain and institution domain , economic aspect economy domain and fishing technology domain 2 develop improvement strategy of fishery management in Banten Bay. This research employed quantitative approach with quantitative and qualitative methods, through observation, interviews, and questionnaires. Poor management conditions exist in economic domains 6.81 , social domains 15.14 , domain crab resources 16.23 , as well as habitat and ecosystem domains 17.10 . Management status with less management status exists in the capture technique domain 36.96 and management status with moderate management status exist in the institutional domain 43,26 . The aggregate value of the entire domain is 22.58, which means that the condition of capture fishery for BSC in Banten Bay is poor of management. Priority improvement steps is recommended to be performed on the economic domain with the lowest composite index value within the first 5 years as a corrective action strategy."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>