Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifa Hilma Azzahro
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi media MS yang sesuai untuk multiplikasi tunas kultivar Ambon Kuning. Penelitian menggunakan 28 eksplan bonggol tanaman Pisang Ambon Kuning yang terseleksi penyakit layu Fusarium yang terdiri dari kontrol P1 yang ditanam pada media MS dasar tanpa zat pengatur tumbuh, dan media perlakuan dengan penambahan benzylaminopurin BAP P2, P3, P4 sebanyak 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan penambahan BAP dengan thidiazuron TDZ P5, P6, P7 dengan variasi konsentrasi BAP 5 ppm TDZ 0,1 ppm, BAP 10 ppm TDZ 0,1 ppm, dan BAP 15 ppm TDZ 0,1 ppm. Pengamatan dilakukan selama 9 pekan dengan parameter berupa jumlah tunas yang terbentuk. Hasil uji Anova satu arah P= 0,05 menunjukkan pertumbuhan jumlah tunas berbeda nyata antar perlakuan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan perlakuan optimum untuk multiplikasi tunas adalah pada MS BAP 10 ppm TDZ 0,1 ppm sebesar 9,75 tunas/biakan. Perkembangan biakan Pisang Ambon Kuning pada tiap perlakuan menunjukkan hasil yang beragam. Perlakuan P1 tidak menunjukkan multiplikasi tunas. Multiplikasi tunas ditunjukkan pada P2-P7 dengan perkembangan multiplikasi tunas yang berbeda. Perkembangan biakan P2, P3, dan P7 menunjukkan multiplikasi 2-4 tunas/biakan dengan perkembangan mutiplikasi berupa tunas yang memanjang. Multiplikasi pada P4, P5 dan P6 menunjukkan multiplikasi sebanyak 5-10 tunas/biakan dengan perkembangan multiplikasi berupa tunas berbentuk kumpulan nodul. Pengamatan perkembangan pada biakan didapatkan biakan pada P4 dan P7 menunjukkan abnormalitas berupa pertumbuhan tunas dan daun kerdil.

Study of in vitro shoot multiplication of banana cv. Ambon Kuning on various concentration of Benzylaminopurin and Thidiazuron had been done. Twenty eight Fusarium wilt disease resistant banana corm divided into 7 groups of treatment control treatment P1 inoculated in MS basal media, treatment groups P2, P3, P4 inoculated in MS basal media supplemented with 5, 10, and 15 ppm of BAP and other treatment groups inoculated in MS basal media supplemented with different concentration of BAP 5, 10, and 15 ppm with addition of 0.1 ppm TDZ each. Treatments incubated for 9 weeks. Parameter observed were the number of shoot produced. One way Anova test P le 0.05 showed there is significant difference of number of shoot produced on various concentration media in all treatments. Duncan test 0,05 showed the best treatment for shoot multiplication is MS 10 ppm of BAP 0.1 ppm of TDZ that produced 9.75 shoot culture. The development of banana culture cv. Ambon Kuning on each treatment showed different result. Control treatment P1 showed no multiplication shoot response, otherwise treatment groups P2-P7 showed various multiplication response. The culture development of P2, P3, and P7 resulted 2-4 elongated shoot culture. The culture development of P4, P5, and P6 resulted 5-10 bud culture. The culture development on P4 and P7 showed abnormal shoot formation that shown by development of stunted shoot and leaf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Nurhidayati
"Minimnya konsumsi serat dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berbahan dasar buah dan kulit pisang (Musa paradisiaca) sebagai makanan alternatif sumber serat berupa donat yang dapat diterima masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan acak lengkap. Panelis dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswa FKM UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa donat yang paling disukai panelis adalah donat 683 dengan substitusi buah dan kulit pisang (dry basis) sebesar 5,82% buah pisang dan 18,41% kulit pisang. Berdasarkan hasil uji laboratorium, donat 683 memiliki kandungan gizi yaitu energi 338,91 kkal; air 28,23 gram; abu 0,73 gram; lemak10,95 gram; protein 4,31 gram; karbohidrat 55,78 gram; serat pangan larut 2,13 gram; dan serat pangan tak larut 9,12 gram per 100 gram donat. Penambahan buah dan kulit pisang dengan kadar serat tinggi pada donat formulasi meningkatkan jumlah energi, kadar abu, lemak, karbohidrat, dan kadar serat pangan total (serat pangan larut dan tak larut).

Deficiency of dietary fiber can cause so many diseases. The main goals from this research are to make innovative product, especially donut, that made from fruit and peel of banana (Musa paradisiaca) and also to know the acceptance for this product. This research is an experimental research that using completely randomized design method. Panelists for hedonic test in this research are 50 students from Faculty of Public Health UI. The result of this research shows that the favorite donut is donut 683 that substituted by 5,82% banana fruit and 18,41% banana peel (dry basis). Based on laboratorium analysis, the nutrient contents of donut 683 are 338,91 kcal of energy; 28,23 gram of moisturize (water); 0,73 gram of ash; 10,95 gram of fat; 4,31 gram of protein; 55,78 gram of carbohydrate; 2,13 gram of soluble dietary fiber; and 9,12 gram of insoluble dietary fiber per 100 gram of donut. Addition of fruit and peel of banana, that contain with high fiber, can increase the content of energy , ash, fat, carbohydrate, and total dietary fiber (soluble and insoluble dietary fiber)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusron Effendi
"Pisang adalah buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Satu dari lima jenis pisang lokal yang terbanyak dikonsumsi adalah pisang ambon (Musa AAA `Pisang Ambon`). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antioksidan pada ekstrak daging pisang ambon dan membandingkan hasilnya dengan senyawa yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan, yakni vitamin A, vitamin C, dan katekin dengan mengukur bilangan peroksida. Terdapat 5 kelompok perlakuan, yakni minyak goreng, minyak goreng yang ditambahkan Vitamin A, vitamin C, katekin, dan ekstrak daging pisang ambon. Tiap kelompok akan dioksidasi dengan cara pemanasan 60oC selama 1 hari dilanjutkan oksidasi udara terbuka pada suhu kamar (27oC) selama 7 hari, dengan pengulangan sebanyak 6 kali. Peroksida yang terbentuk dari oksidasi tersebut akan dihitung dengan melakukan titrasi dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N. Peroksida yang dihasilkan minyak yang ditambahkan ekstrak daging pisang ambon secara bermakna (p < 0.05) lebih sedikit dibandingkan peroksida yang dihasilkan minyak goreng, minyak goreng yang ditambahkan vitamin A, dan minyak goreng yang ditambahkan vitamin C, namun masih lebih besar dibandingkan minyak goreng yang ditambahkan katekin. Sebagai kesimpulan, ekstrak daging pisang ambon terbukti memiliki aktivitas antioksidan karena mampu mengurangi pembentukan peroksida. Aktivitas antioksidan tersebut lebih baik daripada vitamin A, dan vitamin C, namun tidak sebaik katekin.

Banana is the most consumed fruit by Indonesian. One of the top five most consumed species of the banana is Ambon banana (Musa AAA `Pisang Ambon`). The objectives of this research were to discover if there was antioxidant effect in the pulp of Ambon banana (Musa AAA `Pisang Ambon`) and to compare the result with some antioxidant substances, such as vitamin A, vitamin C, and catechin by measuring the peroxide number. There were five experiment groups, which were cooking oil , cooking oil added with vitamin A, cooking oil added with vitamin C, cooking oil added with catechin, and cooking oil added with Ambon banana pulp extract. Sample of each group was oxidized by heating at 60oC for one day continued with open air oxidation at room temperature (27oC) for seven days. This experiment was repeated six times. Peroxide formed by this oxidation reaction was measured by titrating the samples with Natrium tiosulphate (Na2S2O3) 0,1 N. Peroxide formed by oxidation of cooking oil added with banana pulp extract was significantly (p < 0.05) less than those formed by oxidation of cooking oil , cooking oil added with vitamin A, and cooking oil added with vitamin C, but still more than cooking oil added with catechin. As the result, it was proven that there was antioxidant activity in Ambon banana pulp extract due to the capability of reducing peroxide formation. This antioxidant activity was better than the activity of vitamin A and vitamin C, but was still worse than the activity of catechin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09051fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Perkasa RNT
"Produksi benih secara in vitro dapat dijadikan metode alternatif dalam perbanyakan benih sumber kultivar unggul, namun penelitian penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam mendukung regenerasi dan enkapsulasi pada kultivar ini belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi TDZ dan NAA pada media dasar MS dan vitamin dari media B5 terbaik dalam regenerasi eksplan embryonic axis dan menentukan apakah metode enkapsulasi yang digunakan dapat mengenkapsulasi eksplan kedelai kultivar Rajabasa secara in vitro dengan baik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan Mei hingga Agustus 2014. Eksplan yang digunakan adalah embrionic axis kedelai kultivar Rajabasa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Media yang digunakan adalah MS dan Vitamin dari media B5 dengan penambahan zat pengatur tumbuh TDZ (0 mg L-1; 0,01 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1) dan NAA (0 mg L-1; 0,01 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1), kemudian tahap kedua dilakukan enkapsulasi pada eksplan hasil regenerasi menggunakan Na-Alginat 4% + CaCl2.2H2O 100 mM. Perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan TDZ 0,01 mgL-1 + NAA 0 mgL-1, tetapi tahap enkapsulasi yang dilakukan belum mampu mengenkapsulasi eksplan hasil regenerasi secara in vitro dengan baik.

In vitro seed production can be used as an alternative method in seed multiplication of superior cultivars sources, but the research concerning the use of the growth regulators to support regeneration and encapsulation in this cultivar has never been done. The objective of this experiments is to find out the best combination of TDZ and NAA on medium MS + vitamin from medium B5 in the regeneration of embryonic axis explant and determine the encapsulation method used in this research that can encapsulate soybean cv Rajabasa in vitro. Current research was carried out from May to August 2014 at Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The explants used in the research are embryonic axis of Rajabasa soybean cultivar. Its experimental design was a Completely Randomized Design (CRD). The used medium was MS and vitamin from medium B5 with the addition of growth regulators TDZ (0 mgL- 1; 0.01 mgL- 1; 0.1 mgL- 1; 1.0 mgL- 1) and NAA (0 mgL- 1; 0.01 mgL- 1; 0.1 mgL- 1; 1.0 mgL- 1). Second stage of encapsulation in explants regenerated using Na-Alginate 4% + CaCl2.2H2O 100 mM. The best treatment was obtained on combination of TDZ 0,01 mgL-1 + NAA 0 mgL-1, but the encapsulation stage in this research has not been able to encapsulates regenerated explants in vitro.
"
Bogor: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulilina Retno Dewahrani
"ABSTRAK
Penggunaan obat tradisional telah berlangsung sejak lama dan sampai saat ini masih tetap menjadi bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Obat tradisional adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahan-bahan yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman (1). Pada umumnya obat tradisional Indonesia dibuat dari bahan nabati.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat di Indonesia telah dilakukan sejak lama, terutama sebagai bahan obat tradisional. Indonesia sebagai negara kepulauan tropika basah kaya akan spesies flora. Dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia. dari jumlah tersebut, 26 % di antaranya telah dibudidayakan sedangkan sisanya masih tumbuh liar. Dari yang sudah dibudidayakan (kurang lebih 7000 jenis) lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (2).
Indikasi potensial dari suatu bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional kebanyakan berasal dari pengalaman tradisi masyarakat setempat. Hasil laporan empiris menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional dalam masyarakat memberi manfaat dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan pengobatan berbagai penyakit (3).
Beberapa tumbuhan obat di Indonesia telah diketahui mempunyai efek antifertilitas, baik pada pria maupun wanita. Sebanyak 52 spesies tumbuhan di Indonesia diperkirakan mempunyai efek antifertilitas pada pria. Bagian tertentu dari beberapa spesies tumbuhan tersebut, seperti akar, daun dan buah, sudah diketahui mempunyai bahan aktif antifertilitas yang umumnya berupa steorid. Contohnya ialah diosgenin, solasodin, dan kolkhisin. Dari 52 spesies tersebut, 19 spesies di antaranya sudah diteliti efek antifertilitasnya secara ilmiah pada beberapa hewan percobaan jantan (4). Di samping itu, tercatat pula 87 spesies tumbuhan di Indonesia yang dipakai oleh kaum wanita untuk tujuan kontrasepsi, aborsi dan emenagoga. Sekitar 50 spesies tumbuhan telah diteliti efek antifertilitasnya pada hewan percobaan betina dan.manusia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan tersebut dapat bersifat sebagai antigonadotropik, anti-implantasi, anovulatori maupun menurunkan jumlah kelahiran (5)."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Kariyana
"The research was conducted to determine the effect of ascorbic acid (50 mgl-1, 100 mgl-1, 200 mgl-1) and activated charcoal (0.5 gl-1, 1 gl-1, 2 gl-1) independently with different light duration (4 weeks in darkness, 2 weeks in darkness followed by 2 weeks in 16 hours light and 4 weeks in 16 hours light) on shoot regeneration. Explants of banana cultivar Barangan (Musa acuminata L.) were planted on MS basal media supplemented with 1.6 mgl-1 IAA, 4.0 mgl-1 BAP and cultured for 4 weeks. After 4 weeks, explant browning level was evaluated. Explants were then cut vertically into two pieces and planted on the same media to induce shoot regeneration. After 4 weeks in shoot regeneration media, number of shoot, colour of shoot and height of shoot were evaluated. MS media supplemented with 1.6 mgl-1 IAA and 4.0 mgl-1 BAP without ascorbic acid and activated charcoal in darkness for 4 weeks was the most suitable media for shoot regeneration. The shoot regeneration gave average of 10,4 shoots per explant.

The research was conducted to determine the effect of ascorbic acid (50 mgl-1, 100 mgl-1, 200 mgl-1) and activated charcoal (0.5 gl-1, 1 gl-1, 2 gl-1) independently with different light duration (4 weeks in darkness, 2 weeks in darkness followed by 2 weeks in 16 hours light and 4 weeks in 16 hours light) on shoot regeneration. Explants of banana cultivar Barangan (Musa acuminata L.) were planted on MS basal media supplemented with 1.6 mgl-1 IAA, 4.0 mgl-1 BAP and cultured for 4 weeks. After 4 weeks, explant browning level was evaluated. Explants were then cut vertically into two pieces and planted on the same media to induce shoot regeneration. After 4 weeks in shoot regeneration media, number of shoot, colour of shoot and height of shoot were evaluated. MS media supplemented with 1.6 mgl-1 IAA and 4.0 mgl-1 BAP without ascorbic acid and activated charcoal in darkness for 4 weeks was the most suitable media for shoot regeneration. The shoot regeneration gave average of 10,4 shoots per explant.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayatur Rohmah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian multiplikasi tunas ubi kayu tinggi beta karoten genotipe Ubi Kuning secara kultur in vitro menggunakan dua tipe eksplan, yaitu nodus apikal dan empat nodus aksilar yang ditanam pada medium MS dengan penambahan 0,75 mgl-1 BAP. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nodus yang paling responsif terhadap media induksi tunas. Hasil uji Kruskal-Wallis dan analisis variansi (ANOVA) menunjukkan adanya perbedaan nyata (α=0,05) antara perlakuan nodus (Apikal, Aksilar 1, Aksilar 2, Aksilar 3, dan Aksilar 4) dengan rata-rata jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, dan panjang daun. Hasil uji lanjut Duncan (α=0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara perlakuan nodus. Respon pertumbuhan yang paling cepat dan seragam terkait tinggi tunas, hari tumbuh tunas, jumlah daun, dan panjang daun ditunjukkan oleh nodus tengah, yaitu nodus aksilar 2 dan 3.

ABSTRACT
Research on cassava shoot multiplication of high beta-carotene Ubi Kuning genotype in vitro culture has been done using two different types of explant sources i.e., apical and four axillary buds grow on MS medium containing 0,75 mgl-1 BAP. The study aims to determine the most responsive node for shoot multiplication. The Kruskal-Wallis and ANOVA test showed that various of explants (Apical, Axillary 1, Axillary 2, Axillary 3, and Axillary 4) had significant different (α=0,05) with average value of shoot number, shoot length, leaf number, and leaf length. The Duncan test showed that there was a significant different (α=0,05) between various type of explants. The most rapid growth response that associated with shoot length, leaf number, and leaf length obtained from the 2nd and 3rd axillary buds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42373
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Kusmianto
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respons eksplan potongan daun Dendrobium antennatum Lindl. terhadap perlakuan 1 (1 mgl-1 TDZ), perlakuan 2 (1,5 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 4 (1,5 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP), dan perlakuan 5 (2 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP) dalam menginduksi tunas. Penelitian dilakukan di laboratorium Khansa Orchids Cimanggis Depok (september 2007--April 2008). Dua puluh lima potong daun dikultur pada 1 botol sampel perlakuan. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan cenderung menghasilkan respons pembentukan protocorm like bodies (plb) dan tunas pada eksplan. Data tersebut juga menunjukan bahwa pada perlakuan 2, 3, dan 4 terdapat sinergisme antara TDZ dan BAP, sedangkan perlakuan 5 tidak menunjukkan adanya sinergisme. Perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP) cenderung menghasilkan jumlah plb dan tunas terbanyak (49,1 ± 44,7 per botol), dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Eksplan mengawali respons induksi tunas dengan membengkak, dan kemudian membentuk plb atau tunas."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respons eksplan potongan daun Dendrobium antennatum Lindl. terhadap perlakuan 1 (1 mgl-1 TDZ), perlakuan 2 (1,5 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 4 (1,5 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP), dan perlakuan 5 (2 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP) dalam menginduksi tunas. Penelitian dilakukan di laboratorium Khansa Orchids Cimanggis Depok (september 2007--April 2008). Dua puluh lima potong daun dikultur pada 1 botol sampel perlakuan. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan cenderung menghasilkan respons pembentukan protocorm like bodies (plb) dan tunas pada eksplan. Data tersebut juga menunjukan bahwa pada perlakuan 2, 3, dan 4 terdapat sinergisme antara TDZ dan BAP, sedangkan perlakuan 5 tidak menunjukkan adanya sinergisme. Perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP) cenderung menghasilkan jumlah plb dan tunas terbanyak (49,1 ± 44,7 per botol), dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Eksplan mengawali respons induksi tunas dengan membengkak, dan kemudian membentuk plb atau tunas."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>