Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayatun Nisa
"Manusia memiliki kebutuhan untuk berkumpul. Aktivitas berkumpul yang dilakukan akan menggambarkan organisasi spasial. Aktivitas berkumpul yang dilakukan memiliki corak tersendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan karakteristik manusia, seperti aktivitas berkumpul yang dilakukan oleh masyarakat permukiman baru di Kecamatan Kuta Alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemilihan lokasi dan organisasi spasial aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial dan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini diketahui terdapat perbedaan pemanfaatan ruang dan proporsi penduduk yang mempengaruhi masyarakat permukiman baru dalam mengadakan aktivitas berkumpul.
Pemilihan lokasi aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru tanpa rumah bantuan relatif menyebar, aksesibilitas tinggi dan bersifat lebih dinamis dilihat dari fungsi tempat berkumpulnya. Sedangkan pemilihan lokasi aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru dengan rumah bantuan relatif mengelompok, aksesibilitas tinggi dan bersifat kurang dinamis dilihat dari fungsi tempat berkumpulnya. Organisasi spasial aktivitas berkumpul masyarakat permukiman baru tanpa rumah bantuan memiliki tiga jenis bentuk, yaitu gravitasi titik, gravitasi sistem dan kontak titik. Sedangkan pada masyarakat permukiman baru dengan rumah bantuan hanya ada dua jenis bentuk, yaitu : gravitasi titik dan kontak titik.

The Human has a need to gather with others. The gathering activity will visualize the spatial organization. The gathering activity has its own feature which is influenced by physical characteristics and human characterstics, like the gathering activity done by society in resettlement area in Kuta Alam. This research has the purpose that is to know the location selecting and the spatial organization of gathering activity of society in resettlement area. The method applied on this research is spatial analysis and qualitative descriptive method.The result of research says there is a difference on landuse and inhabitant proportion that influence society of resettlement area in doing gathering activity.
The selection on gathering activity location of society in The Without Donation House Resettlement is relatively spreaded, high accessibility, and more dynamic based on the place function. While in The Donation House Resettlement is relatively clustered, high accessibility and less dynamic based on the place function. The spatial organization of gathering activity of society in The Without Donation House Resettlement has three types of shape point gravity, system gravity and point contact while in The Donation House Resettlement has only two types of shape point gravity and point contact.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Riskayanti
"Pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam suatu perumahan, terlebih jika perumahan tersebut berada di daerah yang luas, seperti BSD City. Luasnya yang mencapai 6.000 hektare, menjadikan wilayah terbangun di BSD City tidak merata. Ketidakmerataan wilayah terbangun berkorelasi dengan ketidakmerataan fasilitas kesehatan yang tersedia. Fasilitas kesehatan menjadi penting karena unsur keterdesakan (urgent) dalam penanganan pertama saat sakit. Terdapat faktor eksternal (lingkungan) dan internal (pribadi) yang dapat memengaruhi seseorang dalam memilih fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola pemilihan fasilitas kesehatan terkait dengan faktor eksternal dan internal. Analisis perilaku keruangan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian tersebut. Faktor lingkungan perumahan dan karakteristik penduduk seperti lama tinggal, pekerjaan, dan subjektivitas merupakan bahan untuk menganalisis perilaku keruangan lebih dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin berkembang perumahan maka semakin bervariasi pola yang dihasilkan. Pola yang bervariasi juga dipengaruhi oleh lama tinggal dan ruang aktivitas penduduk. Di perumahan yang semakin berkembang juga ditemukan alasan pemilihan berupa kualitas. Sedangkan di perumahan yang semakin kurang berkembang ditemukan alasan pemilihan iconic.

Health service centre is one of the most important facilities in a residence, further more in a very huge residence such as BSD City. With the 6.000 hectare of wide, makes built-up area in BSD City has a variant pattern. A variant pattern of built-up area was related to distribution of health facilities. Health facilities became important because of the urgent factor of first aid action in illness. There are external (neighborhood) and internal (self) factors that affected someone to choose health facility. Thing that we try to find in this research is how do the spatial pattern of choosing health facility related to the external and internal factors. Spatial behaviour analysis was a method in this research. Residence neighborhood and residents' characteristics such as lived time period, job, and subjectivity were factors that used to make a deeper analyze about the spatial behavior.
This research found that the choosing pattern in developed residence was more various than developing and underdeveloped one. The various pattern also affected by lived-time period and activity space of residents. There?s a fact in developed residence that most of the residents choose the health facility because of the quality. In other hand, most of the residents in developing and underdeveloped residence choose the health facility because of the iconic factor.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
De Blij, Harm J.
New York: John Wiley & Sons, 1977
304.2 DEB h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Budi Mulyawan
"Penelitian tugas akhir sarjana di Departemen Geografi Universitas Indonesia ini mengambil kajian geografi manusia. Penelitian ini fokus pada observasi proses difusi spasial produk Kaos Kedaerahan GalGil di Tegal sebagai kaos budaya lokal yang baru muncul. Komunikasinya melalui media online kepada struktur sosialnya dalam waktu selama satu tahun.
Analisa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan. Teori yang digunakan adalah teori difusi spasial. Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif: Sifat dari penelitian ini adalah kualitatif sebagai konsekuensi dari metode deskriptif. Tipe difusi spasial yang terjadi selama kurun waktu t1 hingga t3 dalam satu tahun adalah difusi ekspansi dengan peran penuh propagator tunggal.

This final assignment research in the Department of Geography, University of Indonesia take the study of human geography. This study focus on the observation of spatial diffusion processes of GalGil Shirt products as local t-shirts in Tegal, Central Java, for build culture and local language represented in shirt.The shirt communicated through the online media to its social structure in one year.
The analysis in this study using a spatial approach. The research using the theory of spatial diffusion. Analysis method used is descriptive method: type of qualitative research is as a consequence of the descriptive method. Type of spatial diffusion that occurred during the period t1 to t3 in one year is the expansion diffusion with a single propagator control the full role.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
De Blij, Harm J.
New York: John Wiley & Sons, 1995
R 304.2 BLI h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
"Kota Depok menghadapi permasalahan terkait penyediaan lahan permukiman bagi penduduknya yang mengakibatkan terbentuk dan berkembangnya permukiman kumuh. Skripsi ini membahas tentang pola keruangan permukiman kumuh Kota Depok berdasarkan tingkat kekumuhannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan tema analisis pola keruangan dan unit analisis berupa tingkat kekumuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Depok erat hubungannya dengan jarak terhadap badan air, rel kereta api dan lokasi aktifitas ekonomi; serta tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kependudukan mempengaruhi tingkat kekumuhan dari aspek sosial ekonomi.

Depok City experiencing problems related to housing land supply for its residents which resulted in forming and growing of slum areas. This Undergraduate thesis discusses about the spatial pattern of Depok's slum areas based on its slums level. In this research, spatial approach, especially spatial pattern analysis is used to analyse the spatial pattern of slum area in Depok City.
The result of this research indicate that level of slum areas in Depok City closely related to the distance from the water bodies, the distance from the railway, and the distance from the economic aktivities; as well as the educational levels, employment, and residential status influence the slum level of Depok's slum areas from the socio-economic aspect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Safrizal
"Perkembangan zaman serta pesatnya kemajuan teknologi pada saat ini mengakibatkan televisi sudah menjadi kebutuhan yang wajib didapatkan dan dipenuhi oleh manusia di dalam lingkungan keluarganya. Televisi menjadi sarana yang paling penting di zaman kemajuan teknologi saat ini tidak hanya sebagai media penyampai informasi secara tidak langsung, tetapi juga sebagai media hiburan penduduk dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Pertumbuhan penjualan televisi di Kota Depok tiap tahunnya terus meningkat karena cepatnya perkembangan teknologi dari produk televisi sendiri dan berbagai jenis tawaran yang diberikan oleh masing-masing pusat perbelanjaan baik tradisional maupun modern sehingga menjadi daya tarik penduduk untuk memilih tempat berbelanja televisi. Pola spasial penduduk dalam memilih tempat belanja televisi dipengaruhi oleh faktor yang melekat di dalam diri penduduk, yakni tingkat penghasilan, lama tinggal, profesi serta pola perjalanan belanja yang mempengaruhi penduduk dalam memilih televisi pilihannya (preferensi TV) yang dilihat dari merk dan teknologi bentuk televisi dan memilih jarak tempuh yang diambil dari tempat tinggalnya ke pilihan tempat belanja televisinya sehingga akan membentuk pola spasial penduduk dalam memilih tempat belanja televisi. Penduduk dengan tingkat penghasilan tinggi pada umumnya melakukan perjalanan belanja multi purpose trip akan memilih jarak tempuh yang jauh menuju tempat belanja televisinya yang kecendrungannya melakukan belanja di mall dengan preferensi TV yang dipilih dominan teknologi bentuk TV terkini dari beragam merk TV sedangkan Penduduk dengan tingkat penghasilan rendah pada umumnya melakukan perjalanan belanja single purpose trip akan memilih jarak tempuh yang dekat menuju tempat belanja televisinya yang kecendrungannya melakukan belanja di pasar tradisional dengan preferensi TV yang dipilih dominan teknologi bentuk TV biasa yang cenderung merk TV biasa. Adanya hubungan antara lama tinggal dengan pilihan tempat belanja TV penduduk kota Depok, tetapi tidak begitu signifikan sedangkan tidak adanya hubungan profesi penduduk dengan terbentuknya pola spasial penduduk dalam memilih tempat belanja televisi.

The times and the rapid advancement of technology at this time resulted in the television has become a necessity that must be obtained and filled by men in the family environment. Television became the most important means in the age of technological advancements today not only as a medium conveys information indirectly, but also as a medium of entertainment residents in performing activities of daily life. TV sales growth in Depok each year continues to increase due to the rapid development of technology of television product itself and the various types of offer provided by each of the shopping centers both traditional and modern so that the main attraction of people to choose where to shop TV. Spatial patterns of residents in choosing the TV shopping is influenced by factors inherent within the population, the level of income, length of residence, profession and shopping travel patterns that affect the choice in choosing television (TV preferences) as seen from the form of television brands and technology and choose the distance taken from his home to the television shopping options that will shape the spatial pattern in choosing where to shop TV. Residents with higher incomes generally perform multi-purpose shopping trip trip will choose a far distance to where the television shopping kecendrungannya do some shopping at the mall with the preferences of the selected dominant TV technology updates from various forms of TV brand TVs while the population with low income levels generally travel single-purpose shopping trip mileage will choose close to where the television shopping kecendrungannya do shopping in traditional markets with a dominant preference selected TV technology that tends to form a regular TV brand TV. The relationship between length of stay with the TV shopping options Depok city, but not significantly, while the absence of the professional relationship with the formation of spatial patterns of residents in choosing where to shop TV."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Maida Huswatun
"Kecamatan Bantargebang merupakan bagian dari Kota Bekasi yang memiliki banyak industri dan tersebar di Kelurahan Bantargebang, Kelurahan Cikiwul dan Ciketing Udik. Potensi Kecamatan Bantargebang yang demikian besar dalam sektor perindustrian, menimbulkan berbagai macam kegiatan usaha penduduk seperti rumah makan, rumah sewa dan warung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan industri dengan kegiatan usaha penduduk, mengetahui pola persebaran industri dan kegiatan usaha penduduk, tingkat pendapatan usaha penduduk dan tenaga kerja usaha penduduk. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan keruangan dengan overlay peta. Semakin padat jumlah industri disuatu tempat, maka kegiatan usaha semakin tinggi, tetapi pendapatan dan tenaga kerja tidak tinggi. Sebaliknya, semakin jarang jumlah industri maka jumlah kegiatan usaha semakin rendah, pendapatan dan tenaga kerja tidak rendah.

Kecamatan Bantargebang is part of the District of Bekasi that has spread across many industries there are Kelurahan Bantargebang, Kelurahan Cikiwul and Kelurahan Ciketing Udik. The potential of such a large Kecamatan Bantargebang in the industrial sector, causing a wide range of business activities of the population such as restaurants, rental homes and shops. The purpose of this study was to determine the relationship with the industrial activities of the population, determine the pattern of distribution of industrial and business activities of the population, the level of business income residents and business workforce population. The analysis used is descriptive and spatial analysis with the overlay map. The more dense the industry in one place, then the higher business activity, income and labor but not high. Conversely, the less amount of the industry the lower the amount of business activity, income and labor are not low."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42897
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riangga Sujatmiko
"Meningkatnya kepadatan penduduk Kota Bekasi sebagai pendamping Kota DKI Jakarta beriringan dengan meningkatnya jumlah permukiman di Kota Bekasi baik dalam perumahan teratur maupun perumahan tidak teratur, hal inilah yang menjadikan Kota Bekasi sebagai wilayah rawan kebakaran permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi hubungan antara wilayah rawan kebakaran permukiman & wilayah kejadian kebakaran permukiman Kota Bekasi tahun 2010 dan (2) kejadian kebakaran permukiman Kota Bekasi tahun 2010 berdasarkan tipologi perumahan dengan pendekatan keruangan, uji statistik, dan analisis deskriptif. Berdasarkan kerapatan jaringan jalan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, dan kepadatan penduduk diketahui bahwa lebih dari 50% Kota Bekasi merupakan wilayah rawan kebakaran permukiman.
Pada tahun 2010 Kota Bekasi mengalami 51 kejadian kebakaran permukiman yang mendominasi di wilayah kepadatan bangunan tinggi & kepadatan penduduk tinggi. Dari hubungan yang terbentuk diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara wilayah rawan kebakaran permukiman dengan wilayah kejadian kebakaran permukiman Kota Bekasi tahun 2010. Berdasarkan tipologi perumahannya lebih dari 50% kejadian kebakaran permukiman Kota Bekasi tahun 2010 terjadi pada tipologi perumahan deret yang terdapat di jenis perumahan teratur.

The increasing of population density in Bekasi City as a companion of Jakarta City in along with the number of residential growth in Bekasi City either in regular housing or irregular housing area, consequently Bekasi City known as a residential fire-prone areas. This research aims to (1) identify the relationship between fire-prone area & the incidence of residential fires area in Bekasi City year 2010 and (2) Bekasi City residential fires 2010 based on its housing typology with the spatial approach, statistic test, and the descriptive analysis. Based on the density of road network, building density, building quality, and population density result more than 50% are known as residential fire-prone area.
In 2010 Bekasi City has 51 residential fires dominate in the region of high building density and high population density. However, from the relationship formed state that there is no significant relationship between residential fire-prone area and the incidence of residential fire area in Bekasi City year 2010. Based on the housing typology, more than 50% of residential fires in Bekasi City year 2010 occurred on the type of row housing typology found in regular housing area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43024
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Paramita
"Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk yang menganut agama Hindu terbanyak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Salah satu ajaran agama Hindu yang menjadi adat istiadat adalah caturwarna, yang merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan bakat dan pekerjaannya, antara lain Brahmana (ahli agama dan pendidikan), Ksatria (pertahanan negara), Waisya (ahli ekonomi/pengusaha), dan Sudra (pekerja/buruh). Tujuan dari penelitian ini adalah dapat menjelaskan pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode studi kasus dengan pendekatan keruangan.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pengelompokan caturwarna tidak hanya berdasarkan pekerjaan seperti yang tercantum dalam kitab, tetapi juga berdasarkan pada tata nama, pernikahan, dan kekerabatan sesuai dengan adat istiadat setempat. Implementasi caturwarna khususnya Brahmana tidak selalu berada di wilayah non pertanian dan kaja. Sedangkan implementasi caturwarna khususnya Sudra tidak selalu berada di wilayah pertanian dan kelod.
Pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng tidak sepenuhnya menggunakan tata ruang tradisional Bali sebagai tempat suci. Akan tetapi, simbol kebudayaan berupa arah dan posisi masih digunakan dalam menentukan arah dan tempat untuk sembahyang, yaitu arah timur sebagai arah terbit matahari dan puncak Gunung Agung sebagai tempat berkumpulnya Sang Hyang Widhi Wasa (pencipta alam).

The District of Buleleng has a largest population with Hindu religion in Regency of Buleleng, Bali. One of Hindu's custom is caturwarna, which is gruping of people based on talent and his work, among others Brahmana (religious and educational experts), Ksatria (defenders), Waisya (Economist and entrepreneur), and Sudra (workers and laborers). The purpose of this study is to explain the spatial patterns of caturwarna?s implementation in the District of Buleleng. The method used to achieve these object is the case study method with the spatial approach.
From this study, it was found that the grouping caturwarna based not only on the job as listed in the book of Hindusm, but also based on the nomenclature, marriage, and kinship in accordance with local customs. Implementation of caturwarna especially Brahmana is not always in the nonagricultural areas and kaja. Implementation of caturwarna especially Sudra is not always in the area of agriculture and kelod.
The spatial pattern of catuwarna's implementation in the District of Buleleng no longer using traditional place of Bali as sacral place. Although, cultural symbols such as direction and positions still used for built ceremonial, like east as sun shine and Agung Mount as visited place of Sang Hyang Widhi Wasa (God).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>