Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65505 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Taufik Hidayat
"Parabolic solar concentrator merupakan salah satu pemanas air tenaga surya yang mempunyai kemampuan untuk membangkitkan uap air dengan temperatur yang tinggi, prinsip kerja parabolic solar concentrator yaitu mengkonsentrasikan panas matahari yang di dapat oleh oleh optik ke suatu titik. Keberhasilan alat uji ini di dasarkan pada volume air hasil destilasi dari alat tersebut.Penelitian desalinasi air laut ini dilakukan dengan menggunakan solar concentrator parabolic di buat dengan ukuran panjang 500 mm dan lebar 500 mm, dan titik fokusnya 100 mm, reflektor di rancang sedemikian rupa dan di sinari secara langsung, kolektor yang berisi sampel air laut di letakan di atas reflektor tepat pada posisi titik fokus. Selama pemanasan suhu di ukur dan diamati setiap 5 menit, hasil penelitian menunjukan bahwa suhu maksimal sampel air laut menggunakan reflektor sebesar 98,6°C dan suhu maksimum pada kolektor yaitu sebesar 165,8°C dan hasil volume destilasi yaitu sebesar 80 ml perjam.

Parabolic solar concentrator is a solar water heater that has the ability to generate vapour at high temperatures, the working principle of solar parabolic concentrator that concentrates the sun's heat in the can by the optics to a point. The success of this test is based on the volume of water distilled from the tool.Research seawater desalination is done by using a solar concentrator parabolic created with a length of 500 mm and a width of 500 mm, and the focal point of 100 mm, the reflector is designed in such a way and illuminated directly, collectors which contains samples of sea water in the put on top right reflector at the focal point position. During the heating temperature is measured and observed every 5 minutes, research shows that the maximum temperature of the sea water sample using the reflector of 98.6°C and the maximum temperature at the collector is equal to 165.8°C and the results distillation volume amounting to 80 ml per hour. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayndri Widi Prabowo
"Air tawar merupakan kebutuhan utama bagi semua makhluk hidup, bagi masyarakat air tawar merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari beragam aktifitas termasuk bagi masyarakat pesisir, pada kenyataannya jumlah air tawar jauh lebih sedikit dari air laut untuk itu diperlukan suatu teknologi sederhana yang mampu memenuhi kebutuhan air tawar bagi semua kalangan. Salah satu teknologi sederhana yang dimaksud adalah teknologi desalinasi air laut berbasis energi matahari. Solar concentrator adalah alat pengumpul panas matahari dengan cara memantulkannya ke satu titik fokal, pada titik fokal tersebut diletakan pipa collector atau absorber yang berfungsi sebagai penampung air laut, temperatur permukaan pada pipa collector akan meningkat dan terjadi proses heat transfer ke arah fluida di dalam pipa yang kemudian terjadi penguapan, uap inilah yang nantinya di condensasikan untuk kemudian ditampung menjadi air tawar. Secara teoritis produksi air tawar yang mampu dihasilkan oleh alat adalah 0.115L/jam dengan intensitas radiasi konstan 1000 W/m2. Variasi temperatur akan terjadi bila intensitas radiasi tidak stabil, analisa persebaran temperatur pada permukaan pipa collector dapat dilihat dengan simulasi CFD ANSYS FLUENT 17.2. Hasil dari penelitian ini menunjukan waktu alat dapat bekerja secara optimal.

Fresh water is an essential requirement for all organism, especially for human, in fact the amount of fresh water is much less than sea water for it required a simple technology that have ability to produce fresh water. One simple technology in question is seawater desalination technology based on solar energy. Solar concentrator is a means of collecting solar heat by means of reflecting it into a focal point, then the absorber or collector pipe placed on. the surface temperature on the collector pipe will increase and sea water will evaporation at the saturated temperature, the vapor product of boiling sea water will condensation and produce fresh water. Theoretically the production of fresh water that can be produced by the tool is 0.115L h with a constant radiation intensity of 1000 W m2. Variations in temperature will occur when the intensity of radiation is not stable, the analysis of temperature distribution on the surface of the collector pipes can be seen with the ANSYS FLUENT CFD simulation 17.2. The results of this study indicate when the tool can work optimally."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
As`ad Husein
"Parabolic solar concentrator merupakan salah satu pemanas air tenaga surya yang mempunyai kemampuan untuk membangkitkan uap air dengan temperatur yang tinggi. Prinsip kerja parabolic solar concentrator yaitu mengkonsentrasikan panas matahari yang didapat oleh optik ke satu titik. Keberhasilan suatu eksperimen, diuji dengan efisiensinya. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mencari nilai efisiensi optimum dari parabolic solar concentrator dengan variasi laju aliran air. Pengujian meliputi pengukuran laju aliran air, irradiasi matahari dan temperatur fluida air.
Pengujian dilakukan dengan merangkai 2 panel parabolic solar concentrator menjadi rangkaian seri. Dengan data-data yang didapat dari pengujian akan didapatkan besarnya efisiensi tiap panel dan perbandingan efisiensi antara panel 1 dan panel 2. Kemudian hasil dari nilai efisiensi pengujian akan dibandingkan dengan hasil efisiensi perhitungan secara teoritis Efisiensi suatu alat berbasis radiasi matahari sangat bervariasi bergantung pada banyak faktor diantaranya yaitu besarnya irradiasi yang diterima panel, temperatur inlet dan bentuk parabolic solar concentrator itu sendiri baik dari segi dimensi maupun meterial yang digunakan. Dari variasi laju aliran air didapatkan hasil persamaan efisiensi masing-masing aliran berbeda-beda.
Efisiensi optimum didapat dari pengujian dengan laju aliran 0.5 LPM dengan persamaan efisiensi η = 0.41-16.02 ∆T/I. Sedangkan perbedaan temperatur tertinggi yang dihasilkan oleh parabolic solar concentrator ini didapat dari pengujian dengan laju aliran 0,1 LPM dengan ∆T sebesar 22,2oC. Pada waktu pengujian dengan laju aliran 0,1 LPM, temperatur outlet tertinggi yang terbaca pada termometer panel 1sebesar 83,30C. Dari hasil pengujian dengan membandingkan kedua panel didapat bahwa efisiensi dari panel 1 lebih tinggi dari panel 2 yang keduanya disusun seri. Hasil perhitungan dari efisiensi analitik memiliki nilai yang lebih tinggi dari hasil experimen, namun keduanya memiliki kecenderungannya sama.

Parabolic solar concentrator is one of the solar water heater that capable to generate a high temperature steam. The principle of parabolic solar concentrator is to concentrate solar from the sun by optic to vocus in one point. An experiment Succesfully tested by it’s efficiency. The aim from this experiment is to obtain the optimum efficiency from parabolic solar concentrator with variating water mass flow. The Experiment include measuring water mass flow, sun irradiation and fluid water temperature.
On experimental testing method, two parabolic solar concentrator panel is combinated to a series. The result data’s from the experiment is efficiency in each panel and efficiency comparing between panel 1 and panel 2. Then, the result efficiency from the experiment will be compare with the efficiency from the analitic method.
The Efficiency is various influenced by many factor, radiation is one of them. Others factor are inlet temperature and shape of parabolic solar concentrator due to material and dimension. From variating spesific flow rate can be obtain the efficiency equation from each spesific flow rate. With the flow rate 0.5 LPM can get the optimum efficiency. The efficiency from this flow rate is η = 0.41-16.02 ∆T/I. The maksimum temperature difference that produce from this parabolic solar concentrator is get from the experiment with flow rate 0,1 LPM. The ∆T from this flow rate is 2,2oC. From the experiment, efficiency from panel 1 is higher that panel 2 with series form. The efficiency from analitic method give higher value than experiment method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulijanto Purnama
"Untuk membangkitkan uap air temperatur tinggi, pemanas air tipe solar concentrator dapat dipilih karena kemampuannya mengakumulasi radiasi sinar matahari. Kegiatan perancangan alat solar concentrator dilakukan dengan perancangan optik dan perancangan perpindahan panas. Pembuatan prototipe dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai rancangan. Pengujian diperlukan untuk menilai keberhasilan suatu alat. Pengujian alat solar concentrator dilakukan dengan mengukur temperatur dan intensitas radiasi matahari untuk setiap 5 menit dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore. Hasil pengujian diolah untuk mengetahui karakteristik alat yang dirancang. Program Microsoft Excell digunakan dalam proses pengolahan data dan pembuatan grafik dari data tersebut. Dari hasil pengujian didapat temperatur tertinggi yang pernah dicapai selama 8 kali pengujian dengan variasi debit adalah 83° Celcius atau kenaikan temperatur sebesar 42° Celcius dari temperatur masukannya. Radiasi matahari memiliki nilai maksimum di sekitar pukul 12 siang. Hal ini terbukti dari beberapa kali pengujian memiliki nilai maksimum di sekitar waktu tersebut.

To generate a high temperature steam, solar concentrators water heater are usually picked because of its ability to acumulate solar radiation. Design activity stuff of solar concentrator is done by optical design and heat transfer design. Prototyping is used to get appropriate design. Experiment is needed to assess efficacy level of a stuff. Solar concentrator experiment is done by measuring the themperature, solar radiation intensity every 5 minutes from 9 AM to 3 PM. Experiment data result are processed to get the design characteristics of the stuff. Microsoft Excell program is used to help data processing and to create the graphics of the data. From the experiment result, the highest themperature that is ever reached for 8 time of experimental with various flow rates are 83° Celcius or temperature different of 42° Celcius from inlet fluid. Solar radiation has a maximum value about 12 AM. This is proved from several times of experimental that give that value in that time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rano Andrey
"Untuk mencapai sasaran yang optimal dalam pemanfaatan energi panas matahan, perlu dilakukan pengujian dan anahsa lebih lanjut terhadap efisiensi dan performa yang dihasilkan oleh flat plate solar thermal collector dan juga parabolic solar concentrator Pada tugas akhir 1111 akan dibahas proses pengujian terhadap rangkaian kolektor pelat datar dan konsentrator parabolik pada kondisi pengoperasian di daerah Depok untuk dihhat bagaimana karakteristik yang dihasilkan kedua alat tersebut.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan fluida air yang dialirkan melewati rangkaian 8 kolektor pelat datar dan dilanjutkan dengan pemanasan di 2 konsentrator parabolik Parameter yang dikur adalah temperatur air serta ambient intensitas radiasi matahan dan laju ahran massa Dan sini dapat dihitung karakteristik efisiensi dan juga performa alat up pada kondisi pengoperasian yang bervanasi.
Hasil akhir pengujian menunjukkan bahwa efisiensi maksimum untuk kolektor pelat dan konsentrator parabolik berturut turut adalah 43 4% 52 7% dan 30 4% Selain itu juga diperoleh mlai faktor pemindahan kalor dikah dengan koefisien kerugian kalor (FRUL) adalah 3 38 7 49 W/m2K untuk kolektor pelat datar dan 2 69 W/m2K untuk konsentrator parabolik.

In order to obtain the objective of optimal use of solar thermal collector it is necessary to do testing and analyzing of efficiency and performance result of flat plate solar thermal collector and parabolic solar concentrator. This final project will discuss the process of testing flat plat collectors and parabolic concentrators through operational condition in Depok then observe the characteristic output of both heater.
Experiments be done using water as fluid which flow through 8 connecting flat plat collectors and 2 parabolic concentrators Parameter to be measured is water and ambient temperatures solar radiation intensity and mass flow rate Further more it can be calculated the efficiency characteristic and performance of heater in variation of operational condition.
Final results shown that maximum efficiency of flat plate collector and parabolic concentrator are 43 4% 52 7% dan 30 4% respectively Else it can be calculated that value of heat removal factor multiply by heat loss coefficient (FRUL) are 3 38 7 49 W/m2K for flat plate collector and 2 69 W/m2K for parabolic concentrator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Hendra Zulkarnain
"Untuk mencapai sasaran yang optimal dalam pemanfaatan energi panas matahari, perlu dilakukan pengujian dan analisis lebih lanjut terhadap performa yang dihasilkan oleh kombinasi kolektor pelat datar dan juga konsentrator parabolik. Pada tugas akhir ini, akan dibahas proses pengujian terhadap rangkaian tersebut dilihat bagaimana karakteristik dari heat removal factor dan overall heat loss coefficient yang dihasilkan alat tersebut. Pengujian dilakukan dengan menggunakan fluida air yang dialirkan melewati rangkaian 8 kolektor pelat datar dan dilanjutkan dengan pemanasan di konsentrator parabolik. Parameter yang diukur adalah temperatur air serta temperatur ambien, intensitas radiasi matahari, dan laju aliran massa. Dari perhitungan didapat nilai karakteristik overall heat loss coefficient untuk 2 rangkaian seri meningkat tiap kolektornya mulai dari 9.27 W/mK hingga 9.51 2 W/mK begitu pula dengan rangkaian paralel mulai dari 9.38 W/mK hingga 9.6 2 W/mK. Sedangkan untuk nilai heat removal factor rangkaian seri menurun dari 0.825 ke 0.821 sedangkan pada rangkaian parallel bervariasi mulai dari 0.682 hingga 0.779 tergantung dari laju aliran masa yang mengalir di tiap kolektor. Untuk konsentrator parabolik memiliki heat loss coefficient 23.55 W/mK dan heat removal factor sebesar 0.81.

To achieve optimal utilization of solar thermal energy, need to do further testing and analysis of the performance generated by a combination of flat plate collector and parabolic concentrator. In this thesis, will be discussed about the testing process of that device to see how the characteristics of the heat removal factor and overall heat loss coefficient resulted by that device. Tests carried out using water that flowed through the fluid circuit of 8 flat plate collectors and followed by re¬heating on parabolic concentrator. Parameters measured in this test are fluid temperature and ambient temperature, solar radiation intensity, and mass flow rate. From the calculation, obtained overall heat loss coefficient for the series circuit 2 increases each collector from 9.27 until 9.51 W/mK as well as the parallel circuit 2 starting from 9.38 up to 9.6 W/mK. Meanwhile, the value of a series circuit heat removal factor decreased from 0.825 to 0.821 while in the parallel series ranging from 0.682 to 0.779 depends on mass flow rate which flows through each collectors. For parabolic concentrators, they have a heat loss coefficient of 23.55 W/mK and heat removal factor of 0.81."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatyya Hasanah
"Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum sehingga ketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Desalinasi berbasis tenaga matahari merupakan salah satu solusi aplikatif untuk menghasilkan air tawar di Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan berada di bawah garis khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan desalinasi berbasis tenaga matahari dimana kedua sumber daya baik tenaga matahari dan air laut cukup berlimpah di negara ini.
Penelitian ini menggunakan rancangan sederhana distiler dengan model seperti solar kolektor dan memanfaatkan fenomena natural evaporasi-kondensasi. Distiler pada penelitian ini dimanufaktur dengan menggunakan material sederhana yang sudah banyak berada di pasaran seperti aluminum, kayu, kaca, plastik filem, dan rangka lemari. Penelitian ini berkonsentrasi dalam kemampuan distiler dalam menyerap energi kalor matahari dan penggunaan energi kalor tersebut dalam proses kondensasi guna memproduksi air tawar. Pengukuran volume dilakukan selama 4 hari pada intensitas matahari yang berbeda-beda di setiap harinya.
Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas matahari telah ada saat cahaya matahari mulai terlihat di pagi hari pada pukul 6 pagi dan difusi energi kalor matahari telah mulai dimanfaatkan pada pagi hari tersebut. Akan tetapi kinerja distiller masih sangat rendah, hal ini terlihat dari angka efisiensi yang hanya mencapai 3,81%. Rendahnya kinerja distiller disebabkan antara lain losses yang terjadi pada distiller dari segi desain, proses kerja, maupun cuaca. Karenanya dibutuhkan rekayasa pada distiller berupa perubahan variabel fisis maupun teknis.

The increasing population, the greater the need for drinking water, so the availability of clean water also decreases. Desalination solar energy is one solution applicable to produce freshwater in Indonesia. As an archipelago and is located below the equator, Indonesia has the potential to develop solar desalination where both resources both solar and ocean water is quite abundant in this country.
This study used a simple design of distiller with model such as solar collector and utilize the natural phenomenon of evaporation-condensation. The distiller in this study was manufactured by using a common material thas has been on the market such as aluminum, wood, glass, plastic film, and iron frame. This study concentrates on the ability of distiller to absorb solar heat energy and the use of that heat energy in the process of condensation to produce freshwater. Volume measurement of the produces water performed during 4 days in the sun‟s intensity varying each day.
Through this study we can conclude that the intensity of the sun has been there as the sunlight began to be seen in the morning at 6 am and diffused solar heat energy has begun to be exploited in that early morning. However, distiller's performance is still very low, as seen from the efficiency figures which only reached 3.81%. The low performance of distiller due among other losses that occur in the distiller in terms of design, work processes, and the weather. Hence the distiller be required engineering changes by changing the variables both physical and technical.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Valerie Deva
"Air bersih merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Namun demikian, kebutuhan akan air bersih di Indonesia masih diselimuti berbagai permasalahan kompleks. Sulitnya akses untuk memperoleh air bersih, rendahnya kualitas air yang diperoleh menjadi masalah utama yang menimpa sebagian masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pinggiran. Masyarakat di daerah pantai maupun muara, menghadapi masalah dimana mereka menggunakan air asin yang memiliki tingkat salinitas 5 permil - 30 permil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketiadaan pasokan listrik pada sebagian daerah semakin membatasi masyarakat dalam penggunaan teknologi desalinasi aktif untuk mengolah air yang tersedia. Dengan demikian, desalinasi tenaga matahari adalah jawaban yang tepat atas permasalahan yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari alat desalinasi tenaga surya, Solar Still X dalam menghasilkan air tawar jika dioperasikan di Indonesia dengan menggunakan air laut. Penelitian ini dilakukan dengan merekayasa beberapa faktor yang berpengaruh, seperti sudut inklinasi, dan jenis air input. Pengambilan data temperatur, kelembapan, dan hasil air terdesalinasi dilakukan dari pukul 06.00 ndash; 18.00 WIB. Rekapitulasi jumlah air dan tingkat salinitas dilakukan setiap jam. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa sudut inklinasi efektif di wilayah Depok adalah sebesar 20o, dan efisiensi harian alat ini sebesar 20,48.

Freshwater is the basic needs in human life. However, the need of freshwater in Indonesia still faces some complex problems. Difficulty of freshwater access, low quality of water obtained are the main problems facing society, especially people who live in estuary area. People who live near to estuary, suffer from this problem where they use brackish water, which salinity is around 5 permil 30 permil for daily needs.Lack of electricity in some area limits people to use active desalination technology to desalinate the water available. This condition makes solar desalination technology as an appropriate answer for these problems.
This research is aiming to obtain the characteristics of Solar Still X solar desalination technology to produce freshwater if it is operated in Indonesia using seawater. In this research, some factors influenced such as inclination and water input type are varied. The measurement of temperature, relative humidity, and amount of freshwater water produced was done from 06.00 ndash 18.00. The recapitulation of water produced and salinity level was taken per hour. Based on this research it is obtained that the effective inclination for desalination panel operated in Depok is 20o and the efficiency of this desalination solar still is 20,48.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dio Prakoso
"Krisis air bersih sedang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kondisi Indonesia yang merupakan negara perairan memunculkan ide untuk memanfaatkan air laut sebagai sumber air bersih. Teknik desalinasi yang sudah ada terkendala masalah tingginya energi operasi yang dibutuhkan. Masalah ini dapat teratasi dengan Microbial Desalination Cell (MDC), sebuah sel bioelektrokimia yang memiliki kemampuan mendesalinasi air garam. Penelitian tentang MDC sebelumnya yang dilakukan di Universitas Indonesia telah berhasil memanfaatkan kultur murni Saccharomyces cerevisiae untuk mereduksi 34,52% garam tanpa sumber listrik atau termal. Dalam penelitian kali ini, kultur murni akan diganti dengan model limbah tempe, agar menambahkan efek tambahan berupa penguraian limbah dan menimisasi biaya substrat. Variasi penggunaan buffer, tipe elektrolit, dan penambahan kultur campuran bakteri limbah tempe dilakukan untuk melihat pengaruh terhadap pengurangan kadar garam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan elektrolit KCl + NH4Cl dan pengontrolan pH dengan buffer pH 7 dan penambahan kultur campuran menghasilkan kinerja desalinasi terbaik dengan laju pengurangan garam 33,78%.

Water crisis is a world scale problem happening also in Indonesia. As an archipelago, infinite clean water can be achieved by processing seawater. Current desalination technique need high input energy for heat or electricity. Microbial Desalination Cell (MDC), a bioelectrochemistry cell which has desalination function. Former desalination study in Universitas Indonesia show that Saccharomyces cerevisiae culture can remove 34,52 % salt. In this study, the culture is replaced by tempe wastewater for efficiency and show the wastewater treatment potential from MDC. The variations involving effect of buffer usages, type of electrolyte, and addition of tempe wastewater bacteries mix culture to salt removal. This research shows that MDC using NH4Cl + KCl as electrolyte, usage of buffer pH 7, and addition of mix culture shows best salt removal (33,78%)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Risang Khairiza
"ABSTRAK
Microbial Desalination Cell (MDC), yang merupakan pengembangan dari teknologi Microbial Fuel Cell (MFC), merupakan teknologi alternatif untuk mendesalinasi air laut karena sifatnya yang rendah energi. MDC dapat mendesalinasi air laut dengan memanfaatkan bakteri dalam limbah sebagai sumber energinya. Modifikasi dari MDC terus berkembang untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mendesalinasi air laut, salah satunya adalah dengan memodifikasi reaktor menjadi Stacked Microbial Desalination Cell (SMDC). Pada penelitian ini, dikaji pengaruh penggunaan reaktor SMDC terhadap performa desalinasi dengan model limbah tahu sebagai substrat. Bagian lain dalam MDC yang mempengrauhi performa desalinasi adalah katolit dan katoda. Banyak sistem MDC yang masih menggunakan katolit kalium permanganat karena performanya yang baik. Namun, penggunaan kalium permanganat sebenarnya dapat menghasilkan produk akhir yang menghalangi keberlanjutan proses desalinasi. Maka dari itu dilakukan penggantian katolit menggunakan buffer fosfat. Akan tetapi, buffer fosfat diketahui memiliki performa yang rendah. Maka dari itu, digunakan katalis berupa karbon aktif pada lapisan katoda untuk meningkatkan performanya dengan variasi massa karbon aktif sebesar 0, 4, 6, 8, dan 10 gram. Peninjauan performa desalinasi dilihat melalui persetase desalinitas, laju desalinasi, produktivitas listrik, dan perubahan pH. Hasil yang diperoleh adalah reaktor 2-SMDC pada penelitian ini dapat meningkatkan laju desalinasi total secara signifikan sebesar 0,011 g jam dan pada variasi massa lapisan karbon aktif pada katoda optimum yaitu 6 gram yang dapat meningkatkan performa sistem desalinasi dengan katolit buffer fosfat dari 6,86 hingga 10,93, lebih besar daripada sistem desalinasi dengan katolit kalium permanganat yaitu sebesar 8,29.

ABSTRACT
Microbial Desalination Cell (MDC), a modification of Microbial Fuel Cell (MFC), is an alternative technology to desalinate seawater because of its low energy characteristics. MDC is able desalinate seawater using microbe in wastewater for its energy source. MDCs modification is developing to enhance its effectiveness, one of it is by reactor modification into a Stacked Microbial Desalination (SMDC). In this research, the effect of an SMDC reactor with tofu wastewater model is determined. Other parts of MDC system that is critical to desalination performance is the catholyte and cathode. Many of MDC system still use potassium permanganate as catholyte because of its high performance. However, potassium permanganate generates insoluble end product that can hamper sustainability of desalination process. Buffer phosphate is therefore used as the catholyte alternatives. Due to its low performance, activated carbon is being used as cathodes coating as catalyst to increase the cathiodic performance. Variation of activated carbon in this research are 0, 4, 6, 8, and 10 gram. The performance is assessed through desalination percentage, desalination rates, electricity productivity, and pH change. The result shows that 2-SMDC reactor configuration used in this experiment can increase the TDR significantly of 0,011 g h. Meanwhile for the variation of activated carbon mass achieved the optimum of 6 gram, which increases the performance of cathiodic system using buffer phosphate as catholyte from a desalination percentage of 6,86 into 10,93, higher than cathiodic system using potassium permanganate which is 8,29."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>