Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124334 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayndri Widi Prabowo
"Air tawar merupakan kebutuhan utama bagi semua makhluk hidup, bagi masyarakat air tawar merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari beragam aktifitas termasuk bagi masyarakat pesisir, pada kenyataannya jumlah air tawar jauh lebih sedikit dari air laut untuk itu diperlukan suatu teknologi sederhana yang mampu memenuhi kebutuhan air tawar bagi semua kalangan. Salah satu teknologi sederhana yang dimaksud adalah teknologi desalinasi air laut berbasis energi matahari. Solar concentrator adalah alat pengumpul panas matahari dengan cara memantulkannya ke satu titik fokal, pada titik fokal tersebut diletakan pipa collector atau absorber yang berfungsi sebagai penampung air laut, temperatur permukaan pada pipa collector akan meningkat dan terjadi proses heat transfer ke arah fluida di dalam pipa yang kemudian terjadi penguapan, uap inilah yang nantinya di condensasikan untuk kemudian ditampung menjadi air tawar. Secara teoritis produksi air tawar yang mampu dihasilkan oleh alat adalah 0.115L/jam dengan intensitas radiasi konstan 1000 W/m2. Variasi temperatur akan terjadi bila intensitas radiasi tidak stabil, analisa persebaran temperatur pada permukaan pipa collector dapat dilihat dengan simulasi CFD ANSYS FLUENT 17.2. Hasil dari penelitian ini menunjukan waktu alat dapat bekerja secara optimal.

Fresh water is an essential requirement for all organism, especially for human, in fact the amount of fresh water is much less than sea water for it required a simple technology that have ability to produce fresh water. One simple technology in question is seawater desalination technology based on solar energy. Solar concentrator is a means of collecting solar heat by means of reflecting it into a focal point, then the absorber or collector pipe placed on. the surface temperature on the collector pipe will increase and sea water will evaporation at the saturated temperature, the vapor product of boiling sea water will condensation and produce fresh water. Theoretically the production of fresh water that can be produced by the tool is 0.115L h with a constant radiation intensity of 1000 W m2. Variations in temperature will occur when the intensity of radiation is not stable, the analysis of temperature distribution on the surface of the collector pipes can be seen with the ANSYS FLUENT CFD simulation 17.2. The results of this study indicate when the tool can work optimally."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Taufik Hidayat
"Parabolic solar concentrator merupakan salah satu pemanas air tenaga surya yang mempunyai kemampuan untuk membangkitkan uap air dengan temperatur yang tinggi, prinsip kerja parabolic solar concentrator yaitu mengkonsentrasikan panas matahari yang di dapat oleh oleh optik ke suatu titik. Keberhasilan alat uji ini di dasarkan pada volume air hasil destilasi dari alat tersebut.Penelitian desalinasi air laut ini dilakukan dengan menggunakan solar concentrator parabolic di buat dengan ukuran panjang 500 mm dan lebar 500 mm, dan titik fokusnya 100 mm, reflektor di rancang sedemikian rupa dan di sinari secara langsung, kolektor yang berisi sampel air laut di letakan di atas reflektor tepat pada posisi titik fokus. Selama pemanasan suhu di ukur dan diamati setiap 5 menit, hasil penelitian menunjukan bahwa suhu maksimal sampel air laut menggunakan reflektor sebesar 98,6°C dan suhu maksimum pada kolektor yaitu sebesar 165,8°C dan hasil volume destilasi yaitu sebesar 80 ml perjam.

Parabolic solar concentrator is a solar water heater that has the ability to generate vapour at high temperatures, the working principle of solar parabolic concentrator that concentrates the sun's heat in the can by the optics to a point. The success of this test is based on the volume of water distilled from the tool.Research seawater desalination is done by using a solar concentrator parabolic created with a length of 500 mm and a width of 500 mm, and the focal point of 100 mm, the reflector is designed in such a way and illuminated directly, collectors which contains samples of sea water in the put on top right reflector at the focal point position. During the heating temperature is measured and observed every 5 minutes, research shows that the maximum temperature of the sea water sample using the reflector of 98.6°C and the maximum temperature at the collector is equal to 165.8°C and the results distillation volume amounting to 80 ml per hour. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalih Sholli Rizki
"Dalam beberapa dekade terakhir, pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari menjadi salah satu permasalahan utama dunia. Desalinasi berbasis tenaga matahari merupakan salah satu solusi aplikatif untuk menghasilkan air tawar di Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan berada di bawah garis khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan desalinasi berbasis tenaga matahari dimana kedua sumber daya baik tenaga matahari dan air laut cukup berlimpah di negara ini. Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai desalinasi ini, namun hasil yang didapatkan masih relatif rendah, yaitu pada angka 150 ml/m2/hari.
Penelitian dan perancangan ini bertujuan membuat prototipe serta meningkatkan performa dari alat desalinasi yang menghasilkan air tawar dan garam. Prototyping ini dilakukan dengan merekayasa beberapa faktor yang berpengaruh, seperti sudut kemiringan, kedalaman air, permukaan kondenser dan absorber, serta aplikasi double deck pada prototipe. Berdasarkan prototipe yang telah di uji coba, hasil air maksimal yang didapatkan mencapai 900 ml/m2/hari dari 6500 ml air laut.

In recent decade the fulfillment of the need for clean water for everyday purposes becomes one of the world's major proble,. Including Indonesia. Desalination solar energy is one solution applicable to produce freshwater in Indonesia. As an archipelago and is located below the equator, Indonesia has the potential to develop solar desalination where both resources both solar and ocean water is quite abundant in this country.It had been researched before, but it is still has low performance. The freshwater result is still in 150 ml m2 day.
This research is aiming to make a prototype and increase the performance of desalination, which produce fresh water and salt. There are some factors that influece this prototyping, like the angle, water depth, absorber dan condenser surface, and double deck system on prototype. The method of salt rsquo s measurement is waiting seawater becomes dry, take it, and measure the weight of salt. Based on running, it can produce 900 ml m2 day freshwater from 6500 mililiters seawater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasya Dusiana Famaretha
"Garam merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia. Indonesia, dengan garis pantai terpanjang kedua dunia, masih krisis garam. permintaan garam Indonesia mencapai 4,23 juta ton, sedangkan stok yang ada saat ini hanya 112.671 ton. Selain itu, kelangkaan air bersih dan persebaran listrik yang belum merata di Indonesia menjadikan desalinasi tenaga matahari menjadi jawaban yang tepat. Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai desalinasi ini, namun hasil yang didapatkan masih sedikit, yaitu pada angka 0,2 gram garam.Penelitian dan perancangan ini bertujuan membuat prototipe serta meningkatkan performa dari alat desalinasi yang menghasilkan air tawar dan garam. Prototyping ini dilakukan dengan merekayasa beberapa faktor yang berpengaruh, seperti sudut kemiringan, kedalaman air, permukaan kondenser dan absorber, serta aplikasi double deck pada prototipe. Pengambilan data garam dilakukan dengan cara menunggu air laut yang telah ditempatkan pada alat desalinasi kemudian dikeruk dan diukur massa garam nya. Berdasarkan prototipe yang telah di uji coba, didapatkan hasil 174,18 gram garam dari 6500 ml air laut, dengan presentase 81,20 dari kandungan garam teoritis.

Salt is one of important thing of human's life. Indonesia, with the second longest coastline in the world, has a crysis of salt. Demand of salt in Indonesia reach 4,23 million tons, when it's just only 112.671 tons avaliable. Besides, the lackness of fresh water and unequal distribution of electricity in Indonesia make desalination as an appropriate answer for these problem. It had been researched before, but it is still has low performance. The salt's result is still in 0,2 gram. This research is aiming to make a prototype and increase the performance of desalination, which produce fresh water and salt. There are some factors that influece this prototyping, like the angle, water depth, absorber dan condenser surface, and double deck system on prototype. The method of salt's measurement is waiting seawater becomes dry, take it, and measure the weight of salt. Based on uji coba, it can produce 174,18 grams salt from 6500 mililiters seawater, with 81,20 based on theoritical salt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayza Yulia Citra
"Sudah diketahui seluruh dunia, bahwa Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai terpanjang ke-empat di dunia. Terbujur sepanjang 95.181 km mengelilingi 17.480 pulau sehingga sehingga dapat dikatakan sektor kelautan Indonesia menyumbang pendapatan negara yang cukup besar. Namun tidak pada kenyataannya, pada 2011, Indonesia masih mengimpor garam. Dengan kata lain, Indonesia tidak mampu mencapai swasembada garam untuk memenuhi kebutuhan garam. Salah satu solusi yang aplikatif ialah pemanfaatan desalinasi berbasis tenaga surya untuk menghasilkan garam. Solar desalinasi selain dapat digunakan untuk menghasilkan air bersih, distiller ini juga dapat digunakan untuk menghasilkan garam sebagai hasil dari kandungan NaCl air laut. Sebagai negara kepulauan dan dibawah garis khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan desalinasi berbasis tenaga matahari dimana kedua sumber daya baik tenaga matahari dan air laut cukup berlimpah di negara ini. Selain hemat dalam pembuatan dan penggunaan, distilator berbasis tenaga surya ini dapat menghasilkan produk sampingan berupa garam yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari alat yang telah dirancang sebagai penghasil garam dan mengamati fenomena yang terjadi di dalam sistem. Alat yang dirancang pun dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti alumunium, kayu, stainless steel, baut, kaca dan plastik film. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur tujuh titik temperatur di dalam dan luar sistem untuk mengamati fenomena evaporasi dan kondensasi. Pengukuran relative humidity juga turut diukur untuk melihat fenomena kondensasi maksimum yang dicapai oleh alat. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada iklim di Indonesia, kalor telah masuk ke dalam sistem sejak pukul 06.30-18.00. Selanjutnya, kinerja dari penyerapan radiasi matahari yang paling optimum ialah pada pukul 10.00-15.00. Produk sampingan berupa garam dapat diambil setelah empat hari saat air dalam sistem telah terevaporasi sepenuhnya dan menghasilkan garam sebanyak 0,18 kg dari input air laut sebesar 5 kg dengan kinerja maksimum yang dicapai ialah sebesar 82,01%. Nilai dari relative humidity pada alat ialah berkisar 60%-90%. Jika desain dari alat ini dapat dikembangkan dengan baik selanjutnya, tentunya target sebagai solusi pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat pesisir yang ramah dan hemat energi dapat tercapai.
It is known all over the world that Indonesia is a maritime country with the fourth longest coastline in the world. Stretched along 95 181 km around the 17,480 islands so that it can be said Indonesian maritime sector contributes substantial foreign revenue. In fact, in 2011, Indonesia is still importing salt. In other words, Indonesia is not able to achieve self-sufficiency in salt to meet the needs of salt. One solution is to use solar desalination to produce salt. Solar desalination than can be used to produce clean water , it can also be used to produce salts as a result of the NaCl content of sea water. As an archipelago country, it is located below the equator line. Furthermore, Indonesia has a great potential to develop solar desalination where either sun or brine are much in Indonesia. In addition, it is economist in manufacturing and usage, solar desalinatio can produce secondary products such as salts that can be consumed by coastal communities. This study aims to determine the efficiency of the tools that have been designed as a producer of salt and to observe phenomena that occurred in the system. A distilator designed is made of simple materials such as aluminum, wood, stainless steel, screws, glass and plastic films.Experiment is done by measuring seven-point temperature inside and outside the system to observe the phenomenon of evaporation and condensation. Relative humidity measurements were also measured to see the maximum condensation phenomena achieved by the distilator. Based on tests performed on the climate in Indonesia, the heat has been entered into the system from 6:30 to 18:00 o'clock. Furthermore, the most optimum absorption of solar radiation is at 10:00 to 15:00. Salt can be taken after four days when the water in the system has evaporated completely and it produces salt approximately 0,18 kg with maximum efficiency is achieved by 82.01% and with the input of brine approximately 5 L. Values of relative humidity on the appliance is the range of 60% -90%. If the design of these solar desalination can be developed well in the next research,of course, the target as a solution to fulfill the needs of friendly and energy saving clean water for coastal communities can be achieved."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Fakhri
"ABSTRAK

Pemenuhan akan kebutuhan air bersih merupakan salah satu masalah global yang diprediksi akan terus meningkat. Penyediaan air bersih di Indonesia terhambat oleh sulitnya akses untuk mendapatkan air bersih dan buruknya kualitas air yang tersedia, khususnya pada daerah atau pulau terpencil. Sebagai negara kepulauan yang memiliki laut cukup luas serta mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, pengembangan alat desalinasi bertenaga matahari adalah salah satu solusi yang dapat ditawarkan untuk permasalahan pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe alat desalinasi bertenaga matahari tipe wick yang memiliki performa baik dengan struktur sederhana dan material yang mudah ditemukan serta harga terjangkau. Proses prototyping dilakukan mulai dari pemilihan material wick, pengujian sistem penyebaran air, hingga proses manufaktur dari komponen  komponen alat desalinasi. Penelitian menghasilkan prototipe alat desalinasi bertenaga matahari tipe wick single deck  yang memiliki dimensi 127,5 cm x 127,5 cm x 10 cm dan berat 14,6 kg dengan harga produksi relatif murah.


ABSTRACT
Fulfilling the need for fresh water is one of the global problems which is predicted to continue to increase. Provision of fresh water in Indonesia is hampered by the difficulty of access to clean water and the poor quality of water available, especially in remote area or islands. As an archipelagic country that has wide sea area and gets sun all year round, the development of solar desalination equipment is one of the solutions that can be offered for the problem of meeting fresh water needs in Indonesia. This research aims to create a prototype of a wick type solar desalination that has good performance with simple structures and easy-to-find materials yet affordable prices. The prototyping process is carried out starting from the selection of wick material, testing of the water distribution system, to the manufacturing process of the components of the desalination device. The research produced a wick single deck type solar desalination prototype that has dimensions of 127.5 cm x 127.5 cm x 10 cm and weighs 14.6 kg with relatively low production prices. 

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Umar Alisjahbana
"Indonesia telah menetapkan untuk meningkatkan penggunaan energy baru dan terbarukan menjadi 23% ditahun 2025. Sementara itu 36% konsumsi energy total di indonesia digunakanpada sektor rumah tangga. Konsumsi listrik pada rumah tangga didominasi oleh penggunaan pengkondisian udara. Penggunaan solar power absorption chiller pada kawasan perumahan dinilai mampu meningkatkan penggunaan energy bersih pada sektor rumah tangga. Studi kelayakan terhadap penggunaan teknologi solar absorption chiller dilakukan di lokasi indramayu dengan tipe rumah 36/72 m2. Tujuan dari peneletian ini adalah mencari LCOC pada sistem, perbandingan emisi terhadap 3 sistem, dan aspek finansial terhadap absorption chiller cooling system. Metode penelitiana dilakukan dengan menghitung beban pendingin maksimum terhadap objek penelitian. Objek penelitian di analisa oleh 3 sistem: sistem individual, sistem absorption chillercompression chiller (Hybrid), dan sistem absroption chiller-Gas. Selanjutnya pemeilihan
kapasitas absorption chiller, storage tank, dan equipment pendukung. Dengan
membandingkan ketiga sistem LCOC pada individual system, Hybrid system, ABS-Gas
secara berturut –turut adalah 0.017 USD/kWh, 0.037 USD/kWh, 0.062 USD/kWh. Pada
hasil analisa untuk emisi yang dihasilkan oleh ketiga sistem tersebut jika dibandingkan dengan individual system, pada system solar-powered absorption chiller cooling system dapat menurunkan emisi berkisar 50% untuk sistem hybrid dan 70% pada sistem ABSGas. Pada sistem hybrid didapatkan IRR 11,4 % dan BEP di tahun ke 17 dan IRR 12.9 dan BEP di tahun ke 13 untuk ABS-Gas

Indonesia telah menetapkan untuk meningkatkan penggunaan energy baru dan terbarukan menjadi 23% ditahun 2025. Sementara itu 36% konsumsi energy total di indonesia digunakanpada sektor rumah tangga. Konsumsi listrik pada rumah tangga didominasi oleh penggunaan pengkondisian udara. Penggunaan solar power absorption chiller pada kawasan perumahan dinilai mampu meningkatkan penggunaan energy bersih pada sektor rumah tangga. Studi kelayakan terhadap penggunaan teknologi solar absorption chiller dilakukan di lokasi indramayu dengan tipe rumah 36/72 m2. Tujuan dari peneletian ini adalah mencari LCOC pada sistem, perbandingan emisi terhadap 3 sistem, dan aspek finansial terhadap absorption chiller cooling system. Metode penelitiana dilakukan
dengan menghitung beban pendingin maksimum terhadap objek penelitian. Objek
penelitian di analisa oleh 3 sistem: sistem individual, sistem absorption chillercompression chiller (Hybrid), dan sistem absroption chiller-Gas. Selanjutnya pemeilihan kapasitas absorption chiller, storage tank, dan equipment pendukung. Dengan membandingkan ketiga sistem LCOC pada individual system, Hybrid system, ABS-Gas secara berturut –turut adalah 0.017 USD/kWh, 0.037 USD/kWh, 0.062 USD/kWh. Pada hasil analisa untuk emisi yang dihasilkan oleh ketiga sistem tersebut jika dibandingkan dengan individual system, pada system solar-powered absorption chiller cooling system
dapat menurunkan emisi berkisar 50% untuk sistem hybrid dan 70% pada sistem ABSGas. Pada sistem hybrid didapatkan IRR 11,4 % dan BEP di tahun ke 17 dan IRR 12.9 dan BEP di tahun ke 13 untuk ABS-Gas
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Nadia Manaf
"Krisis air di Indonesia masih banyak terjadi diberbagai daerah. Penggunaan air tanah secara berlebihan dapat menimbulkan penurunan permukaan tanah. Laut yang begitu luas memiliki potensi untuk dijadikan air tawar sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan air di Indonesia. Desalinasi merupakan suatu cara untuk memproses air laut dengan tingkat kadar garam yang tinggi sehingga tidak layak konsumsi menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi. Berbagai teknologi desalinasi seperti distilasi, vapour compression, dan reverse osmosis telah dikembangkan namun membutuhkan energi dan biaya yang tidak sedikit. Microbial Desalination Cell merupakan suatu teknologi desalinasi yang merupakan modifikasi dari Microbial Fuel Cell, dapat mengilangkan kandungan garam dalam air serta menghasilkan tenaga listrik dengan menggunakan bantuan mikroorganisme yang akan menghasilkan arus listrik dari degradasi bahan organik. Pada penelitian ini akan digunakan Debaryomyces hansenii sebagai mikroorganisme pendegradasi bahan organik pada chamber anoda. Rasio volume anoda : volume garam : volume katoda adalah 2 : 1 : 2 serta 9 : 1 : 9. Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu variasi volume reaktor, variasi rasio kultur terhadap substrat dan variasi kenaikan volume kultur.

Water crisis in Indonesia is still going on in the various regions. Excessive use of groundwater can cause subsidence. The sea held to have the potential to be used as fresh water so it can be used for water needs in Indonesia. Desalination is a way to process sea water with a high salinity level which caused water is not worth to be consumed to the fresh water that can be consumed. Various desalination technologies such as distillation, vapor compression, and reverse osmosis have been developed but requires energy and large cost. Microbial Desalination Cell is a modified desalination technology of Microbial Fuel Cell that can remove salt content in the water and generate electricity with the help of microorganism that will produce electric current from organic matter degradation. This research will be used Debaryomyces hansenii as microorganisms which degrade organic material in the anode chamber. The ratio of anode volume: sat volume: cathode volume are 2 : 1 : 2 and 9: 1: 9. Variation used in this study are variation of the reactor volume, the variation ratio of the culture and substrate, and increase of culture volume variation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Maulina
"Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan luas laut mencapai 7,9 juta km2, namun Indonesia diproyeksikan akan mengalami krisis air bersih pada tahun 2025. Microbial Desalination Cell (MDC) merupakan teknologi yang dikembangkan untuk mengurangi konsentrasi garam pada air laut sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Pada penelitian ini, substrat yang digunakan berasal dari model limbah tahu. Untuk meningkatkan kinerja MDC, maka desain reaktor dimodifikasi, dimana membran IEM akan disusun bertumpuk dua pasang dan pada akhir siklus desalinasi akan dilakukan proses resirkulasi anolit-katolit untuk mempertahankan nilai pH. Variasi yang dilakukan yaitu laju alir resirkulasi 0,5 dan 5 mL/ menit, jenis oksidator berupa KMnO4 0,1 M (katolit) dan aerasi katoda (tanpa katolit) dengan laju alir 100 mL/ menit, serta perbandingan volume anolit dan volume penyangga fosfat berturut-turut sebesar 1:1; 1:0,75; 1:0,5 dan 1:0,25. Hasil yang diperoleh yaitu oksidator KMnO4 0,1 M dapat digantikan dengan aerasi katoda pada laju alir 100 ml/menit dengan perbedaan TDR sebesar 1,061 g/jam, laju alir resirkulasi optimum untuk sistem 2-stacked MDC yaitu 0,5 ml/menit dengan TDR sebesar 2,447 g/jam, dan perbandingan penyangga:substrat optimum sebesar 0,5:1 dengan perolehan TDR sebesar 5,202 g/jam.

Indonesia has been known as maritime country with the extemtion of sea is 7.9 million km2, but Indonesia is predicted to undergo water crisis pHenomena in 2025. Microbial Desalination Cell (MDC) is a developed technology for reducing salt concentration of seawater, so it could be used for people daily needs. In this research, the substrate comes from tofu wastewater model. For increasing MDC performance, there are modification in reactor design, whereas the IEM membrane would be arranged in two stacked design, yet in the end of of desalination cycle there would be a recirculation through anolyte-catholyte to maintain pH level. The variations are flow rate of recirculation 0,5 and 5 mL/ min, types of oxidator in the form of KMnO4 0,1 M (catholyte) and cathode aeration (without catholyte) with flowrate of 100 mL/ min, and the ratio of anolyte and buffer pHospHate volume respectively as 1:1; 1:0,75; 1:0,5 and 1:0,25. The result showed that KMnO4 0,1 M could be replaced with air cathode 100 ml/min which has different value of TDR reached 1.061 g/h, optimum recirculation flowarate for 2-stacked MDC was 0.5 ml/min that reached 2.447 g/h of TDR, and the optimum ratio of buffer phosphate:substrate was 0.5:1 that reached 5.202 g/h of TDR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatyya Hasanah
"Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum sehingga ketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Desalinasi berbasis tenaga matahari merupakan salah satu solusi aplikatif untuk menghasilkan air tawar di Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan berada di bawah garis khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan desalinasi berbasis tenaga matahari dimana kedua sumber daya baik tenaga matahari dan air laut cukup berlimpah di negara ini.
Penelitian ini menggunakan rancangan sederhana distiler dengan model seperti solar kolektor dan memanfaatkan fenomena natural evaporasi-kondensasi. Distiler pada penelitian ini dimanufaktur dengan menggunakan material sederhana yang sudah banyak berada di pasaran seperti aluminum, kayu, kaca, plastik filem, dan rangka lemari. Penelitian ini berkonsentrasi dalam kemampuan distiler dalam menyerap energi kalor matahari dan penggunaan energi kalor tersebut dalam proses kondensasi guna memproduksi air tawar. Pengukuran volume dilakukan selama 4 hari pada intensitas matahari yang berbeda-beda di setiap harinya.
Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas matahari telah ada saat cahaya matahari mulai terlihat di pagi hari pada pukul 6 pagi dan difusi energi kalor matahari telah mulai dimanfaatkan pada pagi hari tersebut. Akan tetapi kinerja distiller masih sangat rendah, hal ini terlihat dari angka efisiensi yang hanya mencapai 3,81%. Rendahnya kinerja distiller disebabkan antara lain losses yang terjadi pada distiller dari segi desain, proses kerja, maupun cuaca. Karenanya dibutuhkan rekayasa pada distiller berupa perubahan variabel fisis maupun teknis.

The increasing population, the greater the need for drinking water, so the availability of clean water also decreases. Desalination solar energy is one solution applicable to produce freshwater in Indonesia. As an archipelago and is located below the equator, Indonesia has the potential to develop solar desalination where both resources both solar and ocean water is quite abundant in this country.
This study used a simple design of distiller with model such as solar collector and utilize the natural phenomenon of evaporation-condensation. The distiller in this study was manufactured by using a common material thas has been on the market such as aluminum, wood, glass, plastic film, and iron frame. This study concentrates on the ability of distiller to absorb solar heat energy and the use of that heat energy in the process of condensation to produce freshwater. Volume measurement of the produces water performed during 4 days in the sun‟s intensity varying each day.
Through this study we can conclude that the intensity of the sun has been there as the sunlight began to be seen in the morning at 6 am and diffused solar heat energy has begun to be exploited in that early morning. However, distiller's performance is still very low, as seen from the efficiency figures which only reached 3.81%. The low performance of distiller due among other losses that occur in the distiller in terms of design, work processes, and the weather. Hence the distiller be required engineering changes by changing the variables both physical and technical.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>