Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132725 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Callista Hapsari Almira Inez Ersya
"Persaingan antar perusahaan saat ini sudah semakin ketat dan perusahaan membutuhkan karyawan dengan komitmen organisasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan dua faktor individu, yaitu general self- efficacy dan organizational mobility preferences terhadap komitmen afektif pada karyawan swasta. Partisipan penelitian ini adalah 143 karyawan swasta yang bekerja di berbagai sektor industri di wilayah Jakarta. Komitmen afektif diukur menggunakan Affective Commitment Scale, New General Self-Efficacy Scale digunakan untuk mengukur general self-efficacy, dan organizational mobility preferences diukur dengan Boundaryless Career Attitudes Scale.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara general self-efficacy r = .21, p < .05 dan komitmen afektif serta hubungan negatif yang signifikan antara organizational mobility preferences dan komitmen afektif r = - .37, p < .01 . Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan general self- efficacy yang tinggi memiliki komitmen afektif yang juga tinggi. Sebaliknya, individu dengan organizational mobility preferences yang tinggi memiliki komitmen afekktif yang rendah. Penelitian juga menunjukkan bahwa organizational mobility preferences ? = -.34, p < .05 memiliki pengaruh lebih kuat terhadap komitmen afektif dibandingkan general self-efficacy ? = .12, p < .05 . Pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.

Today, the competition among companies are tighter, and companies need employees with high organizational commitment. This research aims to examine the relations between two individual factors, which is general self efficacy and organizational mobility preferences, with affective commitment of private employees. Participants of this research are 143 private employees who work in various sectors in the Jakarta area. Affective commitment was measured using Affective Commitment Scale, general self efficacy was measured by New General Self Efficacy Scale, and organizational mobility preferences measured using Boundaryless Career Attitudes Scale.
The result of this study proves that there is a significant positive correlation between general self efficacy r .21, p .05 and affective commitment, and also a significant negative correlation between organizational mobility preferences r .37, p .01 and affective commitment. It implies that people with high general self efficacy also have high affective commitment. In contrast, people with high organizational mobility preferences have low affective commitment. This research also found that organizational mobility preferences .34, p .01 had stronger impact to affective commitment than general self efficacy .12, p .05 . Discussion and suggestion for further research are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S70029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denvi Giovanita
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional dan efikasi diri dalam perubahan karyawan terhadap komitmen afektif untuk berubah. Responden penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di sektor keuangan. Data dianalisis dengan menggunakan regresi hierarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik kepemimpinan transformasional ? = 0.188, p = 0.003.

The objective of this study is to identify the effect of transformational leadership and employees rsquo change self efficacy on affective commitment to change. The respondents of this study were employees who work in finance sector. The data were analyzed using multiple hierarchical regressions. The result showed that both transformational leadership 0.188, p 0.003."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Dwisthiyahapsari
"BUMN dan instansi pemerintahan di Indonesia mulai menyadari pentingnya keterikatan karyawan dalam menyukseskan organisasi. Salah satu indikator keterikatan karyawan yaitu komitmen afektif. Dengan menggunakan teori Conservation of Resources (COR), penelitian ini bertujuan untuk menguji peran occupational self-efficacy sebagai mediator dalam hubungan antara occupational future time perspective OFTP dan komitmen afektif. Peneliti berargumentasi bahwa individu dengan OFTP yang tinggi cenderung memandang masa depannya dipenuhi dengan banyaknya waktu dan kesempatan pekerjaan di organisasi sehingga individu berusaha mengoptimalkan kesempatan tersebut dengan menginvestasikan sumber daya personal dan organisasional dalam membangun kompetensinya. Hal ini mengarah pada peningkatan occupational self efficacy atau keyakinan karyawan pada kompetensinya dalam menangani pekerjaan dan kemudian meningkatkan keterikatan emosional terhadap organisasi yang menyediakan pekerjaan tersebut. Data diperoleh melalui survei secara luring dan daring pada beberapa BUMN dan instansi pemerintah N = 223. Data dianalisis dengan menggunakan Process Hayes macro versi 3.4 pada IBM SPSS versi 22. Hasil menunjukan adanya efek tidak langsung yang signifikan dari OFTP pada komitmen afektif melalui occupational self efficacy. Berdasarkan hasil tersebut, implikasi praktis penelitian ini yaitu organisasi dapat menerapkan program yang membantu meningkatkan OFTP dan occupational self efficacy untuk meningkatkan komitmen afektif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Annisa Utari
"Tujuan utama dari tesis ini adalah untuk mencari tahu apakah faktor yang bersifat akademis memiliki kontribusi terhadap kepuasan hidup siswa SMA. Variabel-variabel dari faktor akademis yang diteliti adalah academic self-efficacy dan iklim sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 221 responden dari SMAN 5, SMAN 6, dan SMAN 7 Depok. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi bermakna dari academic self-efficacy dan iklim sekolah terhadap kepuasan hidup siswa baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri. Ditemukan juga bahwa tidak terdapat perbedaan penilaian kepuasan hidup yang signifikan antara responden perempuan dengan laki-laki.

The main focus of this study is to investigate the contribution of factors related to academic to high schools students? life satisfaction. The variables of academic factors being investigated are academic self-efficacy and school climate. This study is using quantitative approach involving 221 respondents from SMAN 5, SMAN 6, and SMAN 7 Depok. The data is collected by using questionnaires. The results indicates that academic self-efficacy and school climate have significant contribution to students life satisfaction, both simultanously and partially. There is no significant difference found in life satisfaction measurement between female and male respondents.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T33163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Fawzia
"Implementasi integrasi teknologi khususnya di bidang pendidikan di Indonesia penting untuk dilaksanakan, namun masih ditemukan guru-guru yang belum terbuka terhadap perubahan dan tidak yakin akan kemampuannya untuk mengintegrasikan teknologi di dalam kelas. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan terhadap perubahan dan self-efficacy for technology integration pada guru sekolah dasar (SD). Sebanyak 88 guru SD yang berasal dari empat SD Negeri di Jakarta dan empat SD Negeri di Bogor berpartisipasi pada penelitian ini.
Alat ukur yang digunakan adalah Computer Technology Integration Survey (CTIS) yang diadaptasi dari Wang, Ertmer, dan Newby (2004) untuk mengukur self-efficacy for technology integration dan The Innovativeness Scale (TIS) yang diadaptasi dari Van Braak (2001) untuk mengukur keterbukaan terhadap perubahan, yang terdiri dari faktor technological innovativeness dan faktor general innovativeness.
Hasil Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara technological innovativeness (r = 0,366, p < 0,01) maupun general innovativeness (r = 0,406, p < 0,01) dan self-efficacy for technology integration pada guru SD di Jakarta dan Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada sekolah dan pemerintah untuk memberikan pelatihan yang dapat meningkatkan keterbukaan terhadap perubahan dan keyakinan untuk mengintegrasikan teknologi pada guru sekolah dasar.

Implementation of the technology integration especially in the field of education in Indonesia is important to be implemented, but still found the teachers were not yet open to change and are not confident in their ability to integrate technology in the classroom. This correlational study aims to seek the relationship between openness to change and self-efficacy for technology integration among elementary teacher.
Computer Technology Integration Survey (CTIS) was used to assess self-efficacy for technology integration (Wang, Ertmer, & Newby, 2004) and The Innovativeness Scale (TIS) was used to assess openness to change that consists of technological innovativeness factor and general innovativeness factor (Van Braak, 2001). 88 elementary teachers from four public elementary schools in Jakarta and four public elementary schools in Bogor participated in this study.
The result of this study showed a positive and significant correlation between technological innovativeness and self-efficacy for technology integration (r = 0,366, p < 0,01) and also between general innovativeness and self-efficacy for technology integration (0,406, p < 0,01) among elementary teacher in Jakarta and Bogor area. Based on this result, it is suggested for school and government to provide technology training for elementary teacher in order to improve their openness to change and self efficacy to integrate technology.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasha Adiazzahra Amin
"Hubungan romantis merupakan aspek penting dalam kehidupan, khususnya bagi individu usia emerging adulthood. Keberlangsungan hubungan romantis yang baik memerlukan resolusi konflik yang baik pula. Resolusi konflik yang baik dimulai dari adanya keyakinan yang baik mengenai kemampuan diri dalam resolusi konflik. Keyakinan tersebut disebut dengan relationship self-efficacy atau self-efficacy dalam hubungan romantis. Faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan self-efficacy dan relationship self-efficacy individu. Studi ini bertujuan melihat peran keberfungsian keluarga terhadap relationship self-efficacy pada populasi emerging adults usia 18-25 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental regresi menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) dan Self-Efficacy in Romantic Relationship Measure (SERR). Total partisipan yang terkumpul sejumlah 128 emerging adults dengan rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan dan simultan dalam memprediksi relationship self-efficacy pada emerging adults (R2= 0,136, p < 0,05). Selain itu, dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi peran dan kontrol perilaku. Berdasarkan hasil yang didapatkan, keluarga diharapkan untuk memperhatikan pembagian peran dan penerapan aturan-aturan di dalam keluarga sehingga dapat menjaga tingkat relationship self-efficacy yang baik.

Romantic relationships are important, especially for emerging adults. Good romantic relationships require good conflict resolution among both parties involved. In order to resolve ongoing conflict, it is essential for both parties to believe that they are capable of resolving said conflict. This belief is known as relationship self-efficacy. Family related factors are related to self-efficacy and relationship self-efficacy. This study aims to see the role of family functioning on relationship self-efficacy in the emerging adults population aged 18-25 years. The type of research used is quantitative with a non-experimental design using the Family Assessment Device (FAD) and the Self-Efficacy in Romantic Relationship Measure (SERR). A total of 128 emerging adults with an age range of 18-25 years participated in this study. Using multiple regression analysis, the results showed that family functioning plays a significant role in predicting relationship self-efficacy in emerging adults (R2= 0.136, p < 0,05). In addition, roles and behavior control were found to have a significant role on relationship self-efficacy. Therefore, families are expected to pay attention to the distribution of roles in the family and the rules applied in the family to maintain good relationship self-efficacy. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanik Rohmah Irawati
"ABSTRAK
Self efficacy dalam mengatasi kanker pada pasien kanker payudara dapat
meningkatkan koping yang adaptif, kesejahteraan dan kualitas hidup pasien.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dukungan support group terhadap
perbaikan self efficacy pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi dalam
mengatasi kanker. Desain penelitian ini menggunakan metode quasi experiment
dengan pre-post test with control group yang melibatkan 76 pasien kanker
payudara yang terdiri dari kelompok intervensi (38 responden) dan kontrol (38
responden) dengan metode concecutive sampling. Pengambilan data
menggunakan instrumen Cancer Behavior Inventory versi 2. Hasil uji statistik
dengan chi square menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna
tingkat self efficacy yang tinggi dalam mengatasi kanker setelah intervensi antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (RR 1,4 dengan 95% CI 0,8-2,4).
Dukungan support group dengan metode yang tepat perlu diberikan pada pasien
kanker sebagai bagian dari asuhan keperawatan guna meningkatkan self efficacy
dalam mengatasi kanker.

ABSTRACT
Self efficacy for coping with cancer in breast cancer patients can improve the
adaptive coping, welfare dan quality of life of the patients. This study examines
the effect of support of the support group to improvement self efficacy breast
cancer patients taking chemoteraphy for coping with cancer. The study design
uses quasi experiment with pre-post test within control group, involving 76 breast
cancer patients with intervention (38 respondents) and control (38 respondents)
using concecutive sampling method. Retrieving data using instruments Cancer
Behavior Inventory Version 2. Statistical test results with chi square showed no
significance difference proportion self efficacy for coping with cancer between in
intervention group and the control group (RR 1,4 with 95% CI 0,8-2,4). The
support of support group with appropriate methods needs to be given to cancer
patients as part of nursing care in order to increase self-efficacy for coping with
cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>