Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunanda Maindra
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap degradasi scaffold HA/alginat 30/70 dan scaffold HA/alginat/kitosan 30/50/20 . Degradasi ditentukan melalui selisih berat sebelum dan setelah perendaman selama 3, 6, 9, 12, atau 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa degradasi scaffold HA/alginat selama 3, 6, 9, 12, atau 24 jam secara berurutan 17,6 1,33; 21,3 0,66; 24,2 1,01; 26,2 1,19 atau 27,6 0,31 dan degradasi scaffold HA/alginat/kitosan dengan lama perendaman yang sama secara berurutan 30,2 0,81; 39,4 0,67; 43,7 0,66; 48,1 0,94; atau 51,5 0,39. Degradasi scaffold HA/alginat dan HA/alginat/kitosan berbeda bermakna.

ABSTRACT
The aim of this study was to determine the effect of immersion time on degradation of HA alginate 30 70 and HA alginate chitosan 30 50 20 scaffolds. Degradation of the scaffold is determined by the difference of weight before and after immersion for 3, 6, 9, 12, or 24 hours. The result showed that degradation of HA alginate scaffold with 3, 6, 9, 12 or 24 hours of immersion time were 17,6 1,33 21,3 0,66 24,2 1,01 26,2 1,19 or 27,6 0,31 and degradation of HA alginate chitosan scaffold with the same immersion time were 30,2 0,81 39,4 0,67 43,7 0,66 48,1 0,94 or 51,5 0,39. HA alginate and HA alginate chitosan scaffolds has significantly different."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Asyila Vianda
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan scaffold HA/Alginat dan HA/Alginat/Kitosan. Setiap sediaan scaffold HA/Alginat 30/70 dan HA/Alginat/Kitosan 30/50/20 di uji kuat tekan dengan beban maksimum 100 N, hingga deformasi 50 menggunakan Universal Testing Machine, dan nilai kuat tekan dihitung dengan persamaan S = Fmax/A. Hasil menunjukkan bahwa kuat tekan scaffold HA/Alginat 30/70 dan HA/Alginat/Kitosan 30/50/20 , secara berurutan, yaitu 0,15 0,053 dan 0,05 0,031 MPa, yang keduanya berbeda bermakna p < 0,05 . Disimpulkan bahwa scaffold HA/Alginat/Kitosan 30/50/20 memiliki kuat tekan lebih rendah dibandingkan scaffold HA/Alginat 30/70 .

ABSTRACT
The aim of this study was to identify the compressive strength of HA Alginate and HA Alginate Chitosan scaffolds. All HA Alginate 30 70 and HA Alginate Chitosan 30 50 20 scaffolds were compressed with 100 N load maximum up to 50 deformation using the universal testing machine and the value of compressive strength was calculated by S Fmax A. Compressive strength values of HA Alginate 30 70 and HA Alginate Chitosan 30 50 20 scaffolds are 0,15 0,053 and 0,05 0,031 MPa, respectively, which is significantly different p 0,05 . It was concluded that HA Alginate Chitosan 30 50 20 scaffold had lower compressive strength than HA Alginate 30 70 scaffold. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Laras Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas sel punca sum-sum tulang manusia setelah dipapar larutan ekstrak scaffold HA/alginat (30/70) atau scaffold HA/alginat/kitosan (30/50/20) selama 24, 48, atau 72 jam. Larutan ekstrak scaffold diuji dengan MTT. Hasil viabilitas sel pada pemaparan 24, 48, atau 72 jam scaffold HA/alginat secara berurutan 78,3±7,90%, 69,4±10,63%, 80,6±10,89%, sedangkan pada scaffold HA/alginat/kitosan secara berurutan 94,2±10,55%, 81,8±13,91%, 96,7±16,28%. Pada waktu pemaparan 24 jam, viabilitas sel antara scaffold HA/alginat dan scaffold HA/alginat/kitosan berbeda bermakna (p<0,05). Viabilitas sel scaffold HA/alginat/kitosan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan viabilitas sel scaffold HA/alginat pada waktu pemaparan 24 jam.

This study aims to determine the viability of human bone marrow stem cells after exposed to the extract solution of HA/alginate (30/70) or HA/alginate/chitosan (30/50/20) scaffolds. The cell viability was evaluated by MTT assay. The cell viability of HA/alginate scaffold on 24, 48, or 72 hour is 78.3±7.90%, 69.4±10.63%, and 80.6±10.89%, respectively, while the cell viability of HA/alginate/chitosan scaffold is 94.2±10.55%, 81.8±13.91%, and 96.7±16.28%, respectively. The cell viability obtained from the HA/alginate and HA/alginate/chitosan scaffold in 24 hour is significantly different (p<0.05). The cell viability of HA/alginate/chitosan scaffold is significantly higher than that of the HA/alginate scaffold in 24 hour."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalita El Milla
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pada rekayasa jaringan tulang dibutuhkan scaffold dengan ukuran pori dan porositas yang besar. Ukuran pori dan porositas scaffold hidroksiapatit/alginat dapat dipengaruhi konsentrasi alginat yang digunakan.Kitosan yang ditambahkan pada scaffold hidroksiapatit/alginat diketahui dapat meningkatkan perlekatan sel dan memberi sifat antimikrobial. Namun penambahan kitosan dapat mempengaruhi ukuran pori dan porositas scaffoldTujuan: Untuk mengetahui apakah penggunaan alginat konsentrasi yang rendah dalam scaffold hidroksiapatit/alginat dengan atau tanpa kitosan dapat meningkatkan ukuran pori dan porositas scaffoldMetode: Karakterisasi hidroksiapatit dengan analisis X-Ray Diffraction XRD danFourier transform infrared spectroscopy FTIR . Karakterisasi alginat, kitosan dan scaffolddengan analisis FTIR. Menganalisis ukuran poriscaffold dengan Scanning Electron Microscope SEM dan menghitung porositas dengan metode liquid displacement, hasildianalisis dengan One-Way ANOVA dan diikuti uji Post Hoc Tukey HSDHasil: Ketiga bahan teridentifikasi sebagai hidroksiapatit, alginat dan kitosan. Spektrum FTIR menunjukkan adanya interaksi kimia di dalam scaffold. Didapatkan pula bahwa terdapat perbedaan bermakna pada ukuran pori dan porositas antara scaffold hidroksiapatit/alginat 1 dan scaffold hidroksiapatit/alginat 3 dengan atau tanpa KitosanKesimpulan: Penggunaan konsentrasi alginat 1 dapat memperbesar ukuran pori dan porositas pada scaffold hidroksiapatit/alginat dan scaffold hidroksiapatit/alginat/kitosan dan penggunaan kitosan dapat memperkecil ukuran pori serta memperbesar porositas scaffold hidroksiapatit/alginat.

ABSTRACT
Background large pore size and high porosity were requiredin bone tissue engineering scaffolds. The pore size and porosity of hydroxyapatite alginate scaffolds can be influenced by the concentration of alginate. Chitosan added to the hydroxyapatite alginate scaffolds is knowIlmu Kedokteran Gigi Dasarn to increase cell attachment and provide antimicrobial properties. However the addition of chitosan may affect the pore size and porosity of the scaffolds.Purpose To determine whether the use of low alginate concentrations in hydroxyapatite alginate scaffolds with or without chitosan can increase the pore size and porosity of the scaffolds.Methods hydroxyapatite was identified usingX Ray Diffraction XRD andFourier transform infrared spectroscopy FTIR analysis. Alginate, chitosan and scaffolds were characterized usingFTIR analysis. The pore size of the scaffoldswas analyzed using Scanning Electron Microscope SEM and the porosity was calculated using liquid displacement method and the result was analyzed by One Way ANOVA and Tukey HSD Post Hoc TestResults The three ingredients were identified as hydroxyapatite, alginate and chitosan. FTIR spectra indicated the presence of chemical interactions in the scaffolds. Statistical analysis was showed that there were significant differences in pore size and porosity of hydroxyapatite alginate 1 scaffolds and hydroxyapatite alginate 3 scaffolds with or without chitosan.Conclusion Alginate 1 can enlarge the pore size and porosity of the hydroxyapatite alginate and hydroxyapatite alginate chitosan scaffolds, and chitosan can reduce pore size and increase the porosity of the hydroxyapatite alginate scaffolds."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Nathania Judith
"Sifat biokompatibilitas dan karakteristik Magnesium yang sesuai dengan tulang manusia meningkatkan penelitian pada Magnesium dan paduannya untuk aplikasi klinis khususnya implant mampu luruh. Laju pembentukan hidrogen dan degradasi yang terlalu cepat menghambat aplikasi Magnesiun sebagai implan secara lebih luas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memahami pengaruh dari berbagai kondisi deformasi berupa canai panas terhadap perilaku korosi dari AZ31B di dalam Simulated Body Fluid. Canai panas pada suhu 35oC dan 450oC dengan reduksi 20% dan 50% kepada paduan AZ31B. Paduan AZ31B yang sudah di canai kemudian diamati menggunakan metalografi, uji keras, XRD, SEM, dan ICP-MS. Terjadi perubahan mikrostruktur berupa grain refinement dan peningkatan nilai kekerasan pada AZ31B setelah dicanai. Pengujian imersi selama 14 hari serta pengujian polarisasi dilakukan untuk mengamati perilaku korosi secara in vitro dari paduan sebelum dan sudah di canai panas. Terjadi penurunan laju korosi pada sampel yang mengalami canai panas jika dibandingkan dengan paduan AZ31B as received. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan evolusi hidrogen lebih sedikit, massa yang hilang lebih sedikit, dan Icorr semakin negatif. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan canai panas pada paduan AZ31B meningkatkan ketahanan korosi nya sehingga menunjukkan potensial yang baik untuk aplikasi implan mampu luruh.

Magnesium’s biocompatibility and similar characteristics to human bones have increased interest in the research of Magnesium and its alloys for clinical application mainly as biodegradable implants. Rapid hydrogen formation and degradation rate have hindered Magnesium to be applied widely as an implant. This research is done in order to understand the affect of various conditions of deformation like hot rolling to the corrosion behavior of AZ31B in Simulated Body Fluid. Hot rolling done in 350oC and 450oC with a 20% and 50% reduction is done to the AZ31B alloy. The AZ31B alloy that have been hot rolled was observed with metallographic examinations, Vickers Hardness test, XRD, SEM, and ICP-MS. A change in the alloy’s microstructure due to grain refinement and increase in hardness was observed after hot rolling. A 14 day immersion test and polarization was performed to evaluate the in vitro corrosion properties of the AZ31B alloy before and after hot rolling. A decrease in the deformed alloy’s corrosion rate was observed compared to the as received AZ31B. This change is demonstrated with less hydrogen gas evolved, reduced weight loss, and a more negative Icorr. From these results we can conclude that the hot rolling that was done to the AZ31B alloy increased its corrosion resistance and therefore showed great potential for it’s application as biodegradable implants."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Azzahra
"Evaluasi efikasi dan keamanan obat baru atau bahan kosmetik dengan menggunakan hewan merupakan percobaan yang memiliki permasalahan etika serta memakan waktu dan biaya tinggi. Berbagai alternatif diusulkan untuk menggantikan uji in vivo pada hewan, salah satunya perancah kulit buatan berupa matriks. Matriks adalah biomaterial yang terdiri dari jaringan polimer ikatan silang yang dapat dibuat dari rantai polimer, salah satunya dari polimes sintetis seperti polivinil alkohol (PVA). Akan tetapi, matriks dari polimer sintetis sebagai rekayasa jaringan in vitro masih memiliki kekurangan, terutama sifat fungsionalnya yang buruk. Upaya penyempurnaan sifat matriks dapat dilakukan dengan penggabungan polimer sintesis dan alami, dimana pada penelitian ini polimer PVA ditambahkan polimer kitosan atau alginat pada tahap fabrikasi matriks. Peninjauan formulasi optimal matriks nantinya akan dilihat dari tiga aspek, yaitu kemampuan adsorpsi protein, sitotoksisitas, dan efisiensi perlekatan sel matriks. Pada penelitian ini, penambahan kitosan dan alginat pada fabrikasi matriks PVA meningkatkan viabilitas sel (46.13±0.46%-61.53±1.21% dan 46.83%±1.23%-57.78%±01.73%) dan perlekatan sel (66.061±2.957%-97.879±0.262% dan 65.606±2.740%-99.091±0.455%). Dengan begitu, penambahan baik kitosan maupun alginat dapat meningkatkan sifat fungsional dari matriks PVA.

Evaluation of the efficacy and safety of new drugs or cosmetic ingredients using animals is an experiment that has ethical issues, high-cost, and time-consuming. Various alternatives have been proposed to replace in vivo animal testing, one of which is an artificial skin scaffold in the form of a matrix. Matrix are biomaterials consisting of crosslinked polymer networks that can be made from polymer chains, one of which is from synthetic polymers such as polyvinyl alcohol (PVA). However, matrix from synthetic polymers as in vitro tissue engineering still has many drawbacks, especially their poor functional properties. Efforts to improve matrix properties can be made by combining synthetic and natural polymers, where in this study chitosan or alginate polymer is added to PVA polymer at the matrix fabrication stage. The study of optimal matrix formulation will be seen from three aspects, namely protein adsorption ability, cytotoxicity, and matrix cell attachment efficiency. In this study, the addition of chitosan and alginate to the PVA matrix fabrication increased cell viability (46.13±0.46%-61.53±1.21% and 46.83%±1.23%-57.78%±01.73%) and cell attachment (66.061±2.957%-97.879±0.262% and 65.606±2.740%-99.091±0.455%). Thus, the addition of both chitosan and alginate can improve the functional properties of the PVA matrix."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Alviny Syakirah
"Kerusakan pada tulang atau cacat tulang merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang perlu diperhatikan, karena dapat mengganggu aktivitas kehidupan. Metode yang cukup menjanjikan untuk penyembuhan cacat tulang adalah fabrikasi perancah dari bahan biomaterial. Perancah adalah biomaterial padat berbentuk 3 dimensi dengan struktur berpori yang dapat mendukung interaksi sel biomaterial, proliferasi, diferensiasi sel, dan dapat terurai dengan tingkat toksisitas minimal. Penelitian ini bertujuan untuk memfabrikasi perancah dengan komposit berupa hidroksiapatit (HAp)/kolagen/kitosan, hidroksiapatit/kolagen/kitosan/functionalized-multi walled carbon nanotube (f-MWCNT) dengan hidroksiapatit serta kolagen hasil ekstraksi tulang ikan tuna, hidroksiapatit/kolagen/kitosan/titanium dioksida (TiO2), dan hidroksiapatit/kolagen/kitosan/functionalized-multi walled carbon nanotube (f-MWCNT). Fabrikasi dilakukan dengan menggunakan metode freeze drying. Perancah hasil fabrikasi dikarakterisasi sifat biologisnya melalui uji biokompatibilitas dengan MTS assay dan uji diferensiasi sel dengan pewarnaan alizarin merah. Uji viabilitas menunjukkan sel umumnya bermigrasi dan menempel dekat perancah. Penambahan bahan mekanik f-MWCNT dan titanium dioksida pada perancah dapat mengurangi viabilitas sel. Namun, pada kadar yang tepat, perancah dengan kandungan f-MWCNT atau titanium dioksida dapat memiliki sifat viabilitas yang baik. Uji diferensiasi menunjukkan penambahan bahan mekanik f-MWCNT dan titanium dioksida dapat menginduksi diferensiasi osteogenik namun hasilnya masih tidak optimal.

Damage to bones or bone defects is a public health problem around the world that needs attention because it can interfere many life activities. A promising method for healing bone defects is the fabrication of scaffolds from biomaterials. Scaffolds are solid biomaterials in 3-dimensional sHApe with a porous structure that can support biomaterial cell interactions, proliferation, cell differentiation, and can be decomposed with minimal toxicity. This study aims to fabricate scaffolds with composites in the form of hydroxyapatite/collagen/chitosan, hydroxyapatite/collagen/chitosan/functionalized MWCNT (f-MWCNT) where the hydroxyapatite and collgen used were obtained from tuna fish bone extraction, hydroxyapatite/collagen/chitosan/titanium dioxide, and hydroxyapatite/collagen/chitosan/functionalized MWCNT (f-MWCNT). Fabrication was carried out using freeze drying method. The fabricated scaffolds were characterized for their biological properties through biocompatibility test with MTS assay and cell differentiation test with alizarin red staining. Viability tests showed cells generally migrated and adhered near the scaffold. The addition of mechanical material f-MWCNT and titanium dioxide to the scaffold can reduce cell viability. However, at the right levels, scaffolds containing f-MWCNT or titanium dioxide can have good viability. The differentiation test showed that the addition of mechanical material f-MWCNT and titanium dioxide could induce osteogenic differentiation but the results were still not optimal."
Depok: FaKultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Verisqa
"ABSTRAK
Latar Belakang:. Scaffold komposit kitosan-hidroksiapatit-kolagen yang berasal dari cangkang kepiting serta tulang dan tendon sapi berpotensi sebagai material rekonstruksi maksilofasial yang perlu di uji Tujuan: Mengevaluasi potensi scaffold komposit kitosan-hidroksiapatit-kolagen yang ditinjau dari perubahan morfologi permukaan dan komposisinya. Metode: Spesimen scaffold direndam di dalam simulated body fluid SBF dengan suhu 37 C dalam periode 2, 4, 6, dan 8 hari. Morfologi permukaan dan komposisi scaffold dievaluasi dengan menggunakan Scanning Electron Microscope SEM dan Energy Dispersive Spectroscopy EDS . Hasil: Setelah 8 hari perendaman, terlihat partikel globular dengan diameter berkisar antara 947,6 nm 20 ?m yang membentuk lapisan pada scaffold. Porus yang terbentuk oleh partikel tersebut berdiameter 100 ?m. Persentase kalsium dan fosfor meningkat dan rasio Ca/P yang tinggi 3,82 pada scaffold yang telah direndam mengindikasikan terbentuknya lapisan hidroksiapatit. Kesimpulan: Scaffold komposit kitosan-hidroksiapatit-kolagen berpotensi sebagai material rekonstruksi maksilofasial.
ABSTRACT
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Abdillah
"Difusi adalah sebuah fenomena yang sangat menarik, dimana dua atau lebih zat dengan massa atau konsentrasi yang berbeda bercampur dalam satu area tertentu, dan pengukurannya dapat didasarkan pada koefisien difusi. Pengaruh temperatur terhadap fenomena difusi juga sangat menarik karena difusi zat selalu berhadapan dengan temperatur. Sistem pengukuran koefisien difusi otomatis dan terintegrasi menggunakan metode sederhana Wiener yang dimodifikasi dapat dibangun untuk menunjang pengukuran yang lebih akurat dan cepat. Sistem ini menggunakan GUI sebagai antarmuka, pemrosesan citra digital, serta pengolahan data kurva pembiasan yang menghasilkan nilai koefisien difusi secara otomatis, dan dengan waktu yang dapat diatur. Sistem ini terbukti berhasil mengolah citra kurva pembiasan fenomena difusi NaCl (Natrium Klorida) – Aquades, NaCl – SBF (Simulated Body Fluid), dan NaCl – Nanogold menjadi nilai koefisien difusi dengan mudah, cepat, dan akurat. Sistem ini memberikan hasil deteksi tepi terbaik pada metode Prewitt, dengan hasil korelasi data yang lebih baik daripada hasil dari metode Canny. Sistem ini juga membuktikan bahwa temperatur dapat mempengaruhi difusi karena temperatur yang bersifat seperti energi kinetik, dan dapat mempercepat pergerakan atau flux dari zat.

Diffusion is a very interesting phenomenon, where two or more substances with different mass or concentration mixed in a certain area, and its measurements can be based on a diffusion coefficient. The effect of temperature to the diffusion phenomenon is also very interesting due to the diffusion’s inevitable interaction to temperature. An automated and integrated diffusion coefficient measurement based on modified and simple Wiener method can be built to support more accurate and faster measurement. This system is using a GUI for the interface, digital image processing, and also deflection beam data processing that automatically results into the diffusion coefficient, and this system can also be timed. It has been proved successful in processing deflection beam image from diffusion phenomenon of NaCl (Sodium Chloride) – Aquadest, NaCl – SBF (Simulated Body Fluid), and NaCl – Nanogold, into values of diffusion coeffient in easy, quick, and accurate way. It also brings better results on Prewitt edge detection method, with better data correlation results than Canny method. It also proves that temperature is indeed affecting diffusion because of the nature of temperature having similar characteristics to kinetic energy, which can accelerate the movements or flux of materials. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adli Pratama
"ABSTRAK
Karena tingginya jumlah kasus patah tulang di Indonesia, pengembangan perancah tulang adalah salah satu solusi untuk memperbaiki struktur tulang yang rusak. Dalam pembuatan scaffold tulang, ada beberapa parameter yang harus dipenuhi seperti morfologi, ukuran pori, sifat mekanik, sifat biokompatibilitas, dan sifat antibakteri. Salah satu agen antibakteri yang dapat digunakan untuk perancah tulang adalah perak nitrat (AgNO3). Dalam penelitian ini, AgNO3 dengan berbagai konsentrasi (0,005, 0,01, 0,02, dan 0,1 M) ditambahkan dalam scaffold tulang HA-kitosan yang disintesis melalui proses pengeringan beku. Sintesis ini menghasilkan perancah tulang dalam bentuk struktur berpori yang saling berhubungan. Pengujian yang dilakukan adalah Fourier transform infra red (FTIR), pemindaian mikroskop elektron (SEM), x-ray dispersif energi (EDX), dan uji antibakteri. Pengujian SEM-EDX menunjukkan morfologi berpori dengan ukuran rata-rata 68,32 μm dalam perancah tulang tanpa AgNO3 dan 16,66 μm dalam perancah tulang dengan penambahan AgNO3. Pengujian antibakteri menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perak nitrat yang digunakan, semakin besar diameter zona hambat yang dihasilkan.

ABSTRACT
Due to the high number of fracture cases in Indonesia, the development of bone scaffolding is one solution to repair damaged bone structure. In making bone scaffolding, there are several parameters that must be met such as morphology, pore size, mechanical properties, biocompatibility, and antibacterial properties. One of the antibacterial agents that can be used for bone scaffolding is silver nitrate (AgNO3). In this study, AgNO3 with various concentrations (0.005, 0.01, 0.02 and 0.1 M) was added to the HA-chitosan scaffold bone synthesized through the freeze-drying process. This synthesis produces bone scaffolding in the form of interconnected porous structures. Tests carried out are Fourier transform infra red (FTIR), scanning electron microscopy (SEM), energy dispersive x-ray (EDX), and antibacterial test. SEM-EDX testing showed porous morphology with an average size of 68.32 μm in bone scaffolding without AgNO3 and 16.66 μm in bone scaffolding with the addition of AgNO3. Antibacterial testing showed that the greater the concentration of silver nitrate used, the greater the diameter of the inhibitory zone produced."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>