Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173691 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kalvin Saputra Irawan
"Alumunium merupakan material yang umum digunakan dalam industri otomotif dan penerbangan. Namun dalam paduan Al-Si akan membentuk fasa intermetalik β-Al5FeSi yang berdampak buruk terhadap sifat mekanik paduan, tetapi belum bisa dihilangkan. Penambahan modifier dan peningkatan laju pendinginan merupakan cara mengurangi dampak fasa tersebut. Logam tanah jarang merupakan logam yang efektif dalam modifikasi fasa β-Al5FeSi. Sedangkan logam neodimium sampai sekarang belum ada digunakan sebagai modifier β-Al5FeSi.
Penelitian ini akan diamati pengaruh penambahan logam tanah jarang neodimium (0,3%, 0,6% dan 1%) dan laju pendinginan (5, 10 dan 30 oC/menit) terhadap morfologi fasa intermetalik beta pada paduan Al7Si1Fe. Kemudian dilakukan karakterisasi dengan pengontrolan laju pendinginan Simultaneous Thermal Analysis, pengamatan mikrostruktur Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope, dan penembakan fasa yang terbentuk dengan Energy Diffraction Spectrum.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan logam Nd optimum pada kosentrasi 1%Nd untuk mengurangi fasa β-Al5FeSi dan 1%Nd untuk merubah morfologi fasa silikon eutektik, sedangkan laju pendinginan 30oC/menit menghasilkan ukuran fasa β-Al5FeSi maupun silikon eutektik paling halus yang disebabkan fenomena undercooling pada paduan. Sehingga dapat disimpulkan peningkatan laju pendinginan dan penambahan Nd dapat menyebabkan pengurangan ukuran fasa intermetalik β dan silikon eutektik.

Aluminum are widely used in automotive industry and aerospace structural application. Al-Si alloy can form intermetallic β-Al5FeSi phase that cause undesirable effect on mechanical properties. The addition of modifier and increase the cooling rate is a way to reduce the effect of the phase. Rare earth elements are effective to modified β-Al5FeSi phase. However, neodymium have been used as a modifier β-Al5FeSi.
This study will observed the effect of addition rare earth metal neodymium (0.3%, 0.6% and 1%) and cooling rate (5, 10 and 30 ° C / min) on morphology of intermetallic beta phase of Al7Si1Fe alloy. Futher, characterized by controlling the cooling rate by Simultaneous Thermal Analysis, observation of microstructure by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope, and microchemical analysis by Energy Diffraction Spectrometer.
The results showed that the addition of Nd optimum concentration of 1% can reduce β-Al5FeSi phase and change silicon eutectic phase morphology, whereas the cooling rate of 30 ° C / min produces finer structure morphology of β-Al5FeSi phase or silicon eutectic due to the phenomenon of undercooling on the alloy. In conclusion, increasing the cooling rate and Nd addition can decrease the size of intermetallic β phases and silicon eutectic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fauziah
"Paduan aluminium silikon merupakan material logam yang sangat luas penggunaannya di dunia industri, salah satunya dalam insdustri otomotif dan dirgantara. Namun adanya unsur pengotor seperti besi menyebabkan membentuk senyawa kompleks intermetalik. Senyawa tersebut sangat berbahaya terhadap sifat mekanik yang dihasilkan serta mengganggu proses manufaktur lainnya, seperti ekstrusi. Unsur tersebut belum bisa dihilangkan, namun dapat dimodifikasi untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan. Beberapa unsur efektif untuk memodifikasi fasa - termasuk tanah jarang salah satunya samarium.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan dan penambahan logam tanah jarang Sm terhadap morfologi fasa - yang terbentuk pada paduan Al-7 Si-1 Fe. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian Differential Scanning Calorimetry menggunakan mesin STA dengan laju pendinginan dikontrol pada 5 oC/min, 10 oC/min dan 30 oC/min. Untuk mengetahui perubahan pada fasa intermetalik, dilakukan pengamatan menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pendinginan yang semakin cepat efektif mengurangi ukuran fasa, eutektik silikon, dan ukuran SDAS. Hasil optimum untuk pada modifikasi fasa beta terjadi pada penambahan 0,6 Sm.. Untuk itu, penambahan Sm dilakukan secara terkontrol agar tidak terjadi pengasaran kembali fasa pada komposisi yang terlalu besar.

Aluminium silicon alloy are widely material used in industry including automotive and aerospace industry due to its excellent properties such as high fluidity, low shrinkage, corrosion resistance, and relative high strength. However, the presence of impurity element impurity such as iron causing the formation of intermetallic phase which is harmfull on for mechanical properties and problem in other manufacture process such as extrusion. Iron element can not be removed, nevertheless it can be modified through the addition of rare earth element.
The objective in this study are investigate the effect of cooling rate and rare earth element Sm addition to the intermetallic phase morphology of Al 7 Si 1 Fe alloys. Differential Scanning Calorimetry with STA machine at cooling rate of 5 oC min, 10 oC min dan 30 oC min. Furthermore, the modification result of intermetallic phase was observed by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope.
The result showed that high cooling rate effective for reducing intermetallic phase, eutectic Si and SDAS. In addition, optimum modification was achieved by adding 0,6 Sm. Addition 1 Sm phase become coarser. Inconclusion, increasing of cooling rate effective for reducing phase, eutectic silicon, and secondary dendrite arm spacing size, although the addition should be controlled to prevent coarsening of phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Lutfianti Wiharjo
"

Paduan Al-Si digunakan dalam komponen otomotif karena sifatnya yang sangat baik. Namun, kandungan pengotor besi dianggap sebagai elemen paling merugikan karena mudah membentuk fasa intermetalik dengan Al dan Si seperti fasa β-Al5FeSi yang dapat menurunkan sifat mekanis paduan. Penambahan LTJ (Er) dan peningkatan laju solidifikasi diketahui dapat memodifikasi mikrostruktur paduan seperti a-Al (SDAS), silikon eutektik dan khususnya fasa intermetalik β-Al5FeSi. Studi ini meneliti efek penambahan Er (0,3%, 0,6%, dan 1%) dan laju pendinginan (10 oC/menit dan 30 oC/menit) terhadap perubahan morfologi fasa seperti rata-rata dan distribusi panjang fasa paduan sintetis Al7SiFe beserta mekanismenya. Analisa termal DSC dengan pengontrolan laju pendinginan menggunakan mesin STA. Selanjutnya, pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop optik dan SEM yang dilengkapi dengan EDS digunakan untuk pemetaan unsur Al, Si dan Er. Hasil menunjukkan penambahan erbium sebesar 0,6% diketahui optimum dalam menghaluskan fasa β-Al5FeSi karena menghasilkan persen reduksi terbesar sehingga dihasilkan panjang fasa β-Al5FeSi terkecil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penambahan erbium yang tepat dan peningkatan laju pendinginan dapat memodifikasi fasa β-Al5FeSi dan fasa lain seperti SDAS dan silikon eutektik.


Al-Si alloys are used in automotive components because of their excellent properties. However, the iron impurity content is considered as the most detrimental because it can easily form an intermetallics with Al and Si such as the β-Al5FeSi phase which can decrease the mechanical properties. The addition of RRE (Er) and increase of cooling rate are known to modify the microstructures such as a-Al (SDAS), eutectic silicon and β-Al5FeSi phase. This study investigated the effects of Er addition (0,3%, 0,6%, and 1%) and cooling rate (10 oC/min and 30 oC/min) to the phase morphological changes such as the average and phase length distribution in Al7SiFe synthetic alloys and their mechanism. The thermal analysis of DSC by controlling the cooling rate used an STA machine. The microstructure were identified by OM and SEM equipped with EDS for mapping elements of Al, Si and Er. The results indicated that the addition of 0,6% Er was effectively refined the β-Al5FeSi because of the largest percent reduction that the smallest β-Al5FeSi phase length was obtained. It can be concluded that the appropriate addition of erbium and increase of cooling rate can modify β-Al5FeSi and other phases such as SDAS and eutectic silicon.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Visakha Gunawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan logam tanah jarang dari terak timah berdasarkan konsentrasi asam sulfat dan rasio padat-cair yang paling optimum pada proses pelindian asam. Penelitian ini melakukan variasi terhadap konsentrasi asam sulfat sebesar 4, 6, 8, dan 10 M, serta rasio padat-cair (S/L) sebesar 1:10 dan 1:15 g/mL. Perlakuan awal sampel terak timah, yaitu diayak untuk mendapatkan ukuran seragam ≤ 100 mesh, kemudian dipanaskan dengan furnace pada suhu 700°C, dilanjutkan dengan pelindian asam menggunakan asam sulfat. Pelindian asam dilakukan dengan bantuan magnetic stirrer pada suhu 40°C selama 30-180 menit dan ditentukan yield ekstrak unsur serium (Ce), niobium (Nb), dan total unsur logam tanah jarang berupa serium (Ce), lanthanum (La), neodymium (Nd), praseodimium (Pr), dan itrium (Y). Ekstrak hasil pelindian dikarakterisasi dengan uji ICP-OES (inductively coupled plasma - optical emission spectrometry) untuk mendapatkan kandungan logam tanah jarang pada setiap variasi waktu, konsentrasi asam, dan rasio padat-cair. Yield Nb tertinggi didapatkan pada pelindian dengan rasio S/L 1:10 g/mL dengan konsentrasi 8M selama 120 menit, yaitu 68,75%. Yield Ce tertinggi diperoleh pada pelindian dengan rasio S/L 1:15 g/mL dengan konsentrasi 10 M selama 150 menit, yaitu 61,50%. Yield total 5 unsur LTJ tertinggi diperoleh pada pelindian dengan rasio S/L 1:15 g/mL dengan konsentrasi 10 M selama 150 menit, yaitu sebesar 84,06%.

This research aims to obtain rare earth metals from tin slag based on the most optimum sulfuric acid concentration and solid-liquid ratio in the acid leaching process. This research varied the sulfuric acid concentration of 4, 6, 8, and 10 M, as well as the solid-liquid ratio (S/L) of 1:10 and 1:15 g/mL. The initial treatment of the tin slag sample was sifted to obtain a uniform size of ≤ 100 mesh, then heated in a furnace at a temperature of 700°C, followed by acid leaching using sulfuric acid. Acid leaching was carried out with the help of a magnetic stirrer at a temperature of 40°C for 30-180 minutes and the yield of extracts of the elements cerium (Ce), niobium (Nb), and total rare earth metal elements in the form of cerium (Ce), lanthanum (La), neodymium were determined. (Nd), praseodymium (Pr), and yttrium (Y). The leached extract was characterized using the ICP-OES (inductively coupled plasma - optical emission spectrometry) test to obtain the rare earth metal content at each variation in time, acid concentration and solid-liquid ratio. The highest Nb yield was obtained in leaching with an S/L ratio of 1:10 g/mL with a concentration of 8M for 120 minutes, namely 68.75%. The highest Ce yield was obtained in leaching with an S/L ratio of 1:15 g/mL with a concentration of 10 M for 150 minutes, namely 61.50%. The highest total yield of 5 REE elements was obtained in leaching with an S/L ratio of 1:15 g/mL with a concentration of 10 M for 150 minutes, namely 84.06%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfit Taufikoh
"Di Indonesia, terdapat beberapa wilayah yang berpotensi untuk ditemukannya cadangan unsur tanah jarang (UTJ). Salah satunya di Pulau Bangka dan Belitung yang berasosiasi dengan keberadaan Tin Belt of Southeast Asia. Mineral pembawa UTJ di wilayah penelitian terdiri dari zirkon, monasit, dan xenotim yang berasosiasi dengan endapan timah plaser. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis binokuler, sayatan tipis, sayatan poles, dan micro-XRF. Karakteristik monasit dan xenotim cenderung memiliki ciri yang hampir sama, sedangkan zirkon lebih mudah untuk dibedakan. Secara keseluruhan, komposisi zirkon di wilayah penelitian lebih dominan daripada monasit dan xenotim. M1 merupakan sampel dengan kandungan xenotim yang sangat tinggi. Berdasarkan jenis unsurnya, sampel penelitian lebih banyak mengandung unsur tanah jarang ringan (LREE) daripada unsur tanah jarang berat (HREE). Keterdapatan HREE yang cukup dominan ditemukan dalam sampel P1 dan M1.

In Indonesia, several areas have potential reserves of rare earth elements (REE). One of them is the Bangka Belitung Islands which are related to the existence of the Tin Belt of Southeast Asia. REE minerals in the research area consist of zircon, monazite, and xenotime that are associated with tin placer deposits. This study used several methods, such as binocular, thin section, polished section, and micro-XRF analysis. The characteristics of monazite and xenotime incline to have the same pattern, while zircon is easier to distinguish. Relatively, the research area has a prominent zircon than monazite and xenotime. M1 is a sample with the highest xenotime content. Based on the type of REE, the sample study conceived of more light rare earth elements (LREE) than heavy rare earth elements (HREE). The dominant HREE was just found in P1 and M1 samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramuda Maulana
"Penelitian ini yang berfokus pada pengaruh unsur logam tanah jarang cerium Ce terhadap fasa intermetalik yang terbentuk pada saat proses solidifikasi, dimana unsur cerium Ce ditambahkan sebesar 0.1; 0.3; dan 0.5 wt pada matriks paduan Al-5Zn-0.5Si. Penambahan unsur cerium Ce yang semakin banyak ,sesuai dengan urutannya, maka anoda korban akan semakin baik efisiensinya. Cerium Ce yang ditambahkan pada proses tersebut akan berpengaruh terhadap ketahanan Icorr yaitu 0.8x10-5, 1.3x10-5, 2.9x10-5 Volt, sebagai efisiensi anoda korban. Selain itu, penambahan cerium Ce yang semakin banyak akan membuat ukuran butir menjadi lebih kecil, yaitu 108.42, 97.14, 94.55 mm. Fasa intermetalik yang terbentuk dapat dilihat pada grafik yang dihasilkan dari pengujian DSC Differential Scanning Calorimetry , dimana grafik tersebut menjelaskan adanya fasa AlCeSi2 Al Si dan Al2Zn2Ce yang dapat mempengaruhi efiensi anoda korban.

The research is focusing on the influence of rare earth cerium Ce element on intermetallic phase that is formed on the solidification process, where cerium Ce is added on 0.1 0.3 and 0.5 wt level on Al 5Zn 0.5Si alloy as microstructure rsquo s grain refiner and precipitates rsquo refiner which will be formed on the solidification process. The more cerium Ce added gradually, the better sacrificial anode efficiency to be exposed to corrosion. The addition of more cerium Ce will make the grain size smaller from 108.42, 97.14, 94.55 mm. The added cerium Ce will be affected on the Icorr from 0.8x10 5, 1.3x10 5, 2.9x10 5 Volt, as sacrificial anode efficiency. The intermetallic phase formed can be seen in the graph generated from the DSC Differential Scanning Calorimetry testing, which describes the presence of AlCeSi2 Al Si and Al2Zn2Ce phases that may affect the effectiveness of sacrificial anodes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Husnul Fadhilla
"Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode adopsi dengan mengambil data-data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang sudah terbukti dalam menghasilkan logam tanah jarang di beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, India, Kanada dan Malaysia. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut akan dibuat desain sirkuit benefisiasi logam tanah jarang yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis. Dengan umpan yang diambil adalah monazite high grade 78,31% (dengan kadar REO 65,71%) dan monazite lower grade 35,09% (dengan kadar REO 62,10%) dari Kepulauan Bangka-Belitung.Tahapan-tahapan prosesnya meliputi pengolahan mineral mulai dari ore dressing, sizing, screening, separation. Dan tahapan benefisiasi mineral yang meliputi material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, dan concentrating.

This research done by using adoption method by taking secondary data from proven have been companies in yielding rare earth metal in some states like Australia, United States, India, Canada and Malaysia. So by using the method will be made circuit design of beneficiation rare earth metal expected can increase economic value. With feed ore taken is monazite high grade 78.31% ( REO grade is 65.71%) and monazite lower grade 35.09% ( REO grade is 62.10%) from Bangka-Belitung archipelago. The process steps covering beneficiation to start from ore dressing, sizing, screening as of separation. And step beneficiation mineral covering material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, ion exchange and concentrating."
2008
S51073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Bintang R.
"Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian komoditi lantanida terus meningkat. Aplikasinya yang semakin luas mendorong tersedianya unsur-unsur tersebut dengan harga relatif murah. Sumber komersial unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral seperti monasit dan basnasit. Untuk memperoleh unsur tersebut diperlukan teknik pemisahan yang sederhana. Dengan tersedianya berbagai jenis ligan makrosiklik yang mempunyai keselektifan yang tinggi terhadap berbagai logam di pasaran, perlu diteliti kemungkinan pemanfaatannya untuk memisahkan lantanida baik sebagai kelompok maupun sebagai individu.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi kedua ion logam Sm3+ dan Yb3+ dengan kriptan [2,2,1] dan [2,2,2] sebagai kompleks lantanida kriptat serta penentuan tetapan ekstraksi dan spesi yang terekstrak. Selanjutnya hasil yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi pelarut ini untuk pemisahan kedua ion tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengamati pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, pengaturan kepolaran pelarut terhadap person ekstraksi dan perbandingan distribusi (D) dengan mengukur konsentrasi ion-ion logam setelah ekstraksi dengan G.F. AAS. Beberapa sifat kompleks seperti stoikiometri logam-kriptan terhadap ekstraksi kompleks lantanida kriptat juga diamati dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Hasil percobaan dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan terbentuknya kompleks lantanida kriptat dalam kloroform dengan perbandingan stoikiometri logam : ligan = 1 : 1, yang diperkuat dengan molihat pengaruh konsentrasi kriptan terhadap %E. Selektivitas ekstraksi kriptan [2,2,1] pada pH 6 diperoleh %E untuk Sm(III) dan Yb(III) masingmasing adalah 76,02 dan 61,31; sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 berturut-turut adalah 87,23 dan 36,31. Log K,, untuk Sm (III) dan Yb (I11) dengan kriptan [2,2,1] pada pH 6 masing-masing -1,003 dan -1,768 sedangkan dengan kriptan [2,2,2) pada pH 5 berturut-turut adalah 9,095 dan -2,552. Spesi yang ada di dalam ekstraksi diramalkan adalah MLH'C14 pada daerah pH 3 - 4, MLCI3 pada daerah pH 4 - 5 dan MLCI2OH pada daerah pH 6. Pada komposisi pelarut 6% n-heksan dalam kloroform didapat nilai %E untuk ekstraksi Sm(ltl) dan Yb(lit) dengan kriptan [2,2,1] pada pH 6 masing-masing 50,79 dan 18,70 sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 berturut-urut adalah 89,40 dan 18,69. Pada ekstraksi campuran dengan menggunakan kriptan [2,2,1] pada pH 6 dan pelarut 6% n--heksanlCHCl3 diperoleh %E berturut-turut adalah 85 untuk Sm(UII) serta 16 untuk Yb(Il1), sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 dan pelarut 0% nheksanikloroform diperoleh %E masing-masing 91 untuk Sm(III) dan 8,5 untuk Vb[lll). Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa kedua unsur lantanida tersebut dapat dipisahkan satu sama lain dengan kriptan [2,2,1] dan [2,2,2] dengan menggunakan ion Cl sebagai pasangan ion dan pengaturan kepolaran pelarut.

In line with the development of Science and Technology, the usage of lanthanide commodities keeps growing-up. Wide growing applications creates the availability of these elements with relatively cheap price. Commercial resources of these elements are minerals such as monazite and bastnaesite. Procuring these elements needs a simple separation method. The availability of various types of macrocyclic ligands which have high selectivity towards various metals, needs an observation of applications to select lanthanide either in group or individually.
The research target is to get an optimum extraction of metal ions Sm(III) and Yb(III) with [2,2,1] and [2,2,2] cryptands as lanthanide cryptates and to determine extraction constants and the extracted species. Then the obtained result can be used to determine the validity of this solvent extraction method for the separation of the two ions. Research was done by learning the effect of pH, cryptand's type, varying concentrations of the cryptands and adjustment of solution's polarity. Percentage extraction and the distribution ratio (D) are known by measurement of metal ion after extraction with MS G.F. Complex behavior such as the stoichiometric of lanthanide cryptates was examined using W Vs spectrophotometer.
UV-Vis spectrophotometer shows the formation of lanthanide cryptates in chloroform with the ratio of metal versus ligand = 1 : 1, which is strengthened by actualilization of the effect of cryptand's concentration versus % E. Extraction with cryptand [2,2,1 ] was selective at pH 6 and gave %E for Sm (III) and Yb (111) respectively are 76,02 and 61,31; while cryptand [2,2,2] at pH 5 are 87,23 and 36,31. Log K for Sm (Ill) and Yb (III) with cryptand [2,2,1 ] at pH 6 are -1,003 and -1,768; whereas cryptand [2,2,2] at pH 5 are 9,095 and -2,552. Species that expected at the extraction is MLH+CI4 in the pH range 3 - 4 and MLCI2OH at pH 6. At an 6% n-hexane in chloroform, obtained %E for extraction of Sm(III) and Yb(III) with [2,2,1] at pH 6 are 50,79 and 18,70 while using [2,2,2] at pH 5 are 89,40 and 18,69. At a mixed extraction using [2,2,1] at pH 6 and 6% n-hexane/CHCI3, %E are obtained to be 85 for Sm(lll) and 16 for Yb(lll), while using [2,2,2] at pH 5 and 0% n-hexanelchtoroform %E are obtained 91 for Sm (III) and 8,5 for Yb(III). From these experiments, it is concluded that the two lanthanide ions are able to be separated from each other with cryptand [2,2,1] and [2,2,2] using CI- as an ion pair and adjustment of solution's polarity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftironi Haritsah
"Telah dilakukan pemisahan logam tanah jarang Ce, La dan Nd dari konsentrat logam tanah jarang hasil olah pasir monasit. Pemisahan dilakukan melalui proses leaching menggunakan asam nitrat HNO3 dan oksidasi menggunakan asam nitrat berlebih. Selanjutnya dilakukan proses dijesti menggunakan natrium hidroksida NaOH. Penambahan amoniak NH4OH kedalam larutan hingga mencapai tingkat keasaman denga pH = 4.0 ditemukan efektif memisahkan serium Ce dan konsentrat lainnya. Endapan berwarna kuning yang terbentuk adalah endapan konsentrat Ce. Penambahan larutan amoniak NH4OH hingga pH = 8.0 untuk memisahkan konsentrat Nd dan filtratnya yaitu konsentrat La. Prosedur pengendapan bertingkat ini bertujuan untuk memperoleh hasil ekstraksi dalam bentuk senyawa oksidanya yaitu CeO2, La2O3 dan Nd2O3 dengan fraksi massa mencapai berturut-turut 48.3, 71.1 dan 54.8. Proses leaching dan presipitasi bertingkat yang diterapkan dalam penelitian ini memiliki tingkat perolehan yield masing-masing 80,38, 9,4 dan 10,21 untuk ketiga jenis oksida tersebut.

Results of separation of rare earth metals consisted of Ce, La and Nd from monazite sands are reported. Separation was carried out through a leaching process employing a nitric acid HNO3 as the leaching agent and oxidized by an excess nitric acid. Furthermore, the process is done using sodium hydroxide NaOH. Additional treatment of digestion was applied to the solution using ammonia NH4OH until the acidity level of pH 4.0 was achieved and found to effective to separate the cerium Ce and other concentrates. The yellow precipitates which formed from this selective pH was Ce concentrates. The addition of an ammonia NH4OH into the solution with intended pH 8.0 has resulted in Nd concentrate as the precipitates and La in the filtrate. This multilevel precipitation procedure aims to obtain the extraction results in the form of the oxidation compounds CeO2, La2O3 and Nd2O3 with respective mass fraction reaching 48.3, 71.1 and 54.8. The leaching and precipitation processes which applied in this study has succeeded in obtaining the above mentioned rare earth oxides with yield level respectively 80.38, 9.4 and 10.21.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairu Nuzula
"Lantanida banyak diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat. Ini disebabkan sifat flourosensinya yang baik. Selain itu lantanida diduga memiliki aktivitas antijamur. Sementara Kitosan adalah matriks yang umum digunakan dalam sistem penghantaran obat. Matriks Kitosan sebagai penghantar obat berkoordinasi dengan lantanida memiliki potensi yang penting dalam studi penghantaran obat. Dalam studi pengantaran obat, sifat toksisitas menjadi pent ing karena obat yang digunakan tidak boleh membahayakan tubuh. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui toksisitas dari sistem penghantaran obat komposit kitosan termodifikasi lantanida dan Fe3O4. Selain itu penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui potensi lantanida sebagai obat antijamur. Dari penelitian didapatkan bahwa komposit obat yang didapatkan memiliki toksisitas LC50 pada Artemia salinia sebesar 3600-3900 ppm yang masih memenuhi standar toksisitas. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa lantanida ketika berkoordinasi dengan model obat ataupun dengan kitosan sebagai ligan dapat meningkatkan aktivitas antijamurnya dibanding dengan lantanida ataupun ligan tanpa koordinasi.

Lanthanides applied mainly in drug delivery system because of its good flourosence property. Furthermore, lanthanides is considered as an active antifungal agent. Chitosan matrices to bind a coordinated lanthanides-drug composite have great potential in terms of controlled release in vivo study. In drugs release, the drugs may not inhibit a potential toxicity because of clinical reason. This research is to determine the toxicity o a samarium and iron-oxide modified chitosan composite. From the research it is determined that the toxicity LC50 of composite is ranging from 3600 to 3900 ppm in Artemia salina which is still acceptable toxicity. The antifungal activity of the composite also determined better than the precursor and ligands when not coordinated complex.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>