Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Thearas
"ABSTRAK
Diagram merupakan salah satu tools yang sangat umum digunakan dalam proses desain. Dalam proses desain, diagram berperan sebagai generator atau alat generatif. Mencari bagaimana diagram beroperasi dalam proses desain merupakan tujuan dari penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai peran diagram sebagai mesin abstrak melalui proses dan karakternya sebagai mesin abstrak. Proses reduksi dan proliferating dalam diagram bekerja secara terus-menerus dalam mengolah matter, yang merupakan input utama. Melalui proses reduksi dan proliferating, diagram melakukan proses konstruksi pemahaman baru secara terus menerus, yang dapat dilihat sebagai proses desain yang dilakukan dalam diagram. Pemahaman ini kemudian dipakai untuk membaca proses desain pada House IV oleh Peter Eisenman. Proses desain yang dilihat dari diagram House IV terjadi melalui operasi transformasi dan operasi Boolean.

ABSTRACT
Diagram is a common tool used in the design process. Diagram acts as a generator or a generative tool in the design process. The purpose of this paper is to look for how the diagram operates in the design process. This paper will discuss the role of the diagram as an abstract machine through the processes in it, as well as the characteristics of the abstract machine. The reduction and the proliferating process in the diagram worked continuously in processing the matter, which is the main input. Through the processes of reduction and proliferating, diagrams construct a new understanding of matter continuously, which can be seen as a design process done in a diagram. This comprehension is then used to read the design process of House IV by Peter Eisenman. The design process seen in the diagrams of House IV by Peter Eisenman is done with the transformation and Boolean operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Anjani
"Dalam arsitektur grid banyak menjadi dasar untuk memberi bentuk, dimensi, dan susunan dalam skala interior maupun eksterior. Selain fungsi yang mewujud grid juga dapat digunakan sebagai proses yang memberi kerangka pada rancangan. Dengan memelajari grid dalam proses merancang Le Corbusier dan Peter Eisenman, dapat terlihat peran grid dalam praktek arsitektur dan arsitektur interior. Penggayaan dan konsep merancang dari masing-masing arsitek tersebut memengaruhi bagaimana grid diaplikasikan ke dalam rancangan. Terdapat dua realitas penggunaan grid yang bertolak belakang dari kedua arsitek. Le Corbusier menginginkan keteraturan dalam rancangannya, sedangkan Eisenman menciptakan dislokasi sebagai aturan baru dalam merancang.
Le Corbusier bermain dengan dimensi dan permukaan bidang grid yang diproyeksikan secara tiga dimensi untuk menghasilkan elemen interior dan keseluruhan bangunan, sedangkan Eisenman memanipulasi bidang-bidang grid dalam rancangannya sehingga terjadi ruang-ruang interior dan eksterior bangunan. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan yaitu adaptasi grid sebagai proses sistematis. Dalam hal ini grid menghasilkan elemen-elemen interior dan ruang-ruang yang tersusun dalam keseluruhan bangunan. Penggunaan grid sangat beragam sesuai tujuan yang ingin dicapai masing-masing arsitek. Elemen arsitektural dan elemen interior dapat dieksplorasi dan diekspresikan melalui berbagai metode merancang berbasis grid.

In the architecture grid is widely used as bases in providing the shape, dimension and structure in the interior as well as exterior scale. Beside its forming function, grid is also utilised as a process which provides structure in the design. By studying the grid in Le Corbusier and Peter Eisenman designing process, one can notice the role of grid in the practice of architecture and interior architecture. Styling and designing concept of both architects influence how grid being applied in the designs. There are two opposite use of grid between the two. Le Corbusier desires order in his designs, while Eisenman creates dislocation as new rules in designing.
Le Corbusier plays with dimension and grid plane which are projected into three dimension in order to create interior elements and the whole building, while Eisenman manipulates grid planes in his designs in such a way that creating interior spaces and the exterior of building. However, they have similarity, i.e. the adaptation of grid as systematic process. In this instance grid creates interior elements and structured spaces in the whole building. The use of grid can be so varies, depends on the goal of individual architects. Architectural and interior elements can be explored and expressed through all kind of grid-based designing methods.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrey Caesar Effendi
"Arsitketur mempunyai kemampuan untuk mengartikulasi ruang sesuai dengan tujuannya dan fotografi sebagai alat untuk mengukur kemampuan tersebut. Oleh karena itu arsitektur dan fotografi adalah sesuatu yang saling terkait. Kaitan antara fotografi dan arsitektur menjadi semakin erat apabila fotografi dapat digunakan secara lebih mendalam dalam proses perancangan. Foto sebagai hasil dari fotogafi merupakan hasil akhir dari sebuah proses fotografi.
Tesis desain ini mencoba untuk mendapatkan manfaat lebih dari foto tersebut sehingga dapat digunakan dalam proses perancangan. Riset ini dilakukan dengan menggunakan Bga metode yang berbeda, yaitu pertama pengambilan gambar yang berupa foto, kedua pembacaan foto oleh Bga agen, dan yang ketiga layering terhadap fokus foto Bap agen untuk melihat gejala simbolik yang terjadi pada foto tersebut.
Narasi dari pembacaan foto yang dilakukan oleh keBga agen akan dikolaborasikan sehingga didapat collaborative idea pada seBap foto yang dilihat untuk mendapatkan hasil pembacaan yang lebih objektif karena seBap agen mempunyai persepsinya sendiri -­‐ sendiri dan dapat di interpretasikan kembali untuk mendapatkan gejala simbolik pada seBap foto. Dengan gejala simbolik yang ada dalam setiap foto tersebut akan digunakan dalam proses perancangan sehingga pengalaman yang dihadirkan berdasarkan fokus -­‐ fokus oleh seBap agen dapat memberikan pengalaman sama pada tempat yang berbeda seperti yang dirasakan oleh seBap agen.

Architecture have the ability to articulate its intended space and photography as a tool to measure the ability. Therefore architecture and photography is something interrelated. The link between photography and architectural photography to be more closely if it can be used in more depth in the design process. Photos are the result of a photographic process.
This design thesis is trying to get more benefits from the photo so it can be used in the design process. The research was conducted using three different methods, namely, first shooting a photo, the second reading of the photograph by the three agencies, and the third to focus photo layering each agent to see the symbolic symptoms that occur in the photo.
Narrative of the readings done by third photo agency will collaborate in order to get collaborative idea on eachphoto to see to get a more objective reading of results because each agency has its own perception and can be interpreted in a symbolic return to get symptoms on each photo. With symbolic symptoms present in each photo will be used in the design process so that the experiences presented by focus by each agency can provide similarexperiences in different places as perceived by each agent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robin Hartanto Honggare
"Skripsi ini membahas peran diagram dalam arsitektur. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis deskriptif, skripsi ini menunjukkan bahwa diagram digunakan secara bervariasi dan subyektif dalam arsitektur. Lebih lanjut, studi kasus pada karya-karya arsitektur yang menggunakan diagram menunjukkan bahwa peran mutlak diagram dalam bidang arsitektur adalah sebagai bahasa arsitektur, bukan sebagai mesin abstrak. Diagram merupakan sistem tanda visual yang memiliki aksara, yang kemudian membentuk susunan kata dan kalimat untuk menyampaikan maksud penggagasnya, baik sebagai alat eksplanatori maupun alat konseptual.

The focus of this study is to explain the role of diagram in architecture. Using the qualitative method and descriptive analytical technique, this thesis reveals that diagram is used variously and subjectively. Furthermore, the case study on architectural projects which are using diagrams shows the ultimate role of diagram as architecture language, not as an abstract machine. Diagram is a system of visual sign which has its alphabet, then creating an order of words and sentences to deliver the users messages, either as an explanatory or conceptual tools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1722
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frista Puspita Marchamedya
"Dalam praktik arsitektur waktu memberikan dampak yang konstan pada sebuah bangunan yang seringkali dilupakan oleh seorang arsitek. Proses penciptaan sebuah karya diawali dengan sebuah gagasan dan diakhiri oleh sebuah ruang yang terbangun. Bagaimana ruang tersebut berinteraksi terhadap waktu dan perubahan yang terjadi setelahnya. Daur hidup sebuah karya arsitektur sedapatnya berkaca pada daur hidup yang terjadi di alam. Adanya momentum kelahiran yang diikuti oleh proses penuaan yang berujung pada kematian yang diikuti oleh proses dekomposisi. Daur hidup tersebut merupakan sebuah sistem alam yang mampu menjaga keseimbangan alam. Tugas akhir ini berdasar pada gagasan tersebut dalam upaya menyelesaikan masalah kepadatan kota oleh ruang bangun melalui pembahasan potensi proses dekomposisi yang mengeluarkan potensi sebuah material luffa.

In the practice of architecture, time gives a constant amount of impact to a building that is often being forgotten by the architect. The process of creation usually started by an idea and ended with a built environment or a built space but not how the space itself interact with the time changes that happen after. Life cycle of an architecture should be able to mimic the life cycle that happens in nature. Nature has a momentum of birth followed with an aging process that leads to death which still be followed by a decomposition process. Such life cycle is a potent system in nature that is able to maintain balance and sustainability. This graduation project is based of that perspective in the objective to try to solve the suffocicating growth of building that is happening in big cities by redefining and comprehending the potential of a decomposition process leading towards finding the potentials of a luffa sponge in architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebutuhan ruang anak usia prasekolah dan ruang lingkungan terapeutik rumah sakit konvensional merupakan hal yang kontradiktif, di mana kebutuhan anak tidak terpenuhi di lingkungan terapeutik. Hal ini dapat memicu timbulnya reaksi hospitalisasi pada anak yang berdampak pada waktu penyembuhan yang menjadi lebih lama. Akan tetapi anak juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang diistilahkan dengan kemampuan coping. Berdasarkan studi diketahui bahwa kemampuan tersebut dapat didukung melalui elemen-elemen interior pembentuk ruangnya melalui stimulus inderawi yang memenuhi kriteria strategi coping dan karakteristik perkembangan anak usia prasekolah. Diketahui bahwa proses coping dapat terdukung dengan menghadirkan stimulus visual, kinestetik, dan audial. Masing-masing stimulus inderawi dapat memenuhi lebih dari satu strategi coping. Diperoleh pula bahwa pemenuhan strategi coping yang terjadi bersifat kausal, di mana pemenuhan satu strategi coping dapat memicu aktivitas yang memenuhi strategi coping yang lain.

The spatial needs of preschoolers and the conventional hospital therapeutic environment are contradictory, in which children's needs are not met in the therapeutic environment. This can lead to reactions of hospitalization in children which affects the recovery time becomes longer. However, children also have the ability to adjust to the environment that is termed coping ability. Based on study it is known that this capability can be supported through the elements forming the interior space through the sensory stimulus that meet the criteria of coping strategies and developmental characteristics of preschoolers. It is found that the coping process can be supported by presenting stimulus for visual, kinesthetic, and audial.It is also found that the fulfillment of coping strategy happens to be causal, in which the fulfillment of the coping strategies can trigger an event that meets the other coping strategies."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakha Agung S
"Bunyi memegang peranan penting yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian manusia, khususnya dalam lingkup kota. Aktivitas manusia di dalam kota menghasilkan berbagai macam bunyi yang terakumulasi, dan ketika akumulasi bunyi tersebut terdengar, persepsi manusia terhadapnya sedikit banyak akan memengaruhi respon manusia dalam konteks ruang dan waktu. Soundscape, sebagai sebuah gagasan yang merujuk kepada interaksi antara manusia, bunyi, dan konteks, mampu mengungkap kompleksitas keseharian masyarakat kota yang tidak kasat mata sehingga menjadikannya sebagai suatu cara dalam menangkap narasi yang terkandung di dalam sebuah kota. Sebagai usaha dalam memahami gagasan soundscape dan peranannya dalam proses membaca kota, studi kasus dilakukan di Terminal Pasar Minggu yang berperan sebagai ruang publik dalam lingkup kota. Pembahasan mengenai bagaimana soundscape terbentuk sebagai dampak dari keseharian manusia di dalam lingkup kota dan keterkaitannya terhadap pembacaan kota diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih lanjut terkait interaksi yang terjadi antara manusia dan kota.

In the urban context, sounds play a significant role in human's everyday life. Every human activity in cities generates accumulated sounds. When that accumulated sounds are perceived by the ear, human perception of sound affects human response within space and time. Soundscape, as a notion that refers to the interrelationship between human, sound, and context, can reveal the invisible but attention-demanding complexity of human city life thus making it as a way to capture city's narratives. In an attempt to understand the notion of soundscape and its role in the process of reading a city, a case study was conducted in Terminal Pasar Minggu as a public realm in an urban context. Studies on how soundscape constructed as an impact of human city life and its relation to reading cities were expected to be able to give a further understanding of the interaction that occurred between human and city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Fajrini
"Film berperan sebagai media representasi utama yang digunakan oleh para ahli sejarah dalam menampilkan kembali ruang kota di masa lalu lewat nostalgia. Memori-memori memberikan identitas ruang dalam set film sebagai karakter utama sehingga memunculkan ruang lain yang bersifat imajiner, salah satunya merupakan ruang utopia. Ruang utopia masa lalu di dalam film direpresentasikan lewat simbol yang menjadi kunci utama dalam mengaitkan plot cerita dan mengandung nilai-nilai tradisional yang dapat mendukung keadaan utopia masa lalu sebagai tema utama representasi. Skripsi ini menggunakan 2 film berbeda yang diproduksi dalam 15 tahun terakhir, Pleasantville (1998) dan Midnight in Paris (2011) untuk melihat bagaimana representasi yang dihadirkan terhadap ruang kota utopia masa lalu berdasar pada persepsi personal.

Films are used, by historian, as the primary media of representing urban space in the past through nostalgia. Memories are the main characteristics of the identity in film set space. Hence the production of another space, an imaginary space, the utopia. Utopian space of the past in films are represented in symbols which become the key in story plots. These contain traditional values that enhances the utopia state of the past as the representation main theme. This writing utilises two different films which are produced within the last fifteen years, “Pleasantville” (1998) and “Midnight in Paris” (2011), in order to analyze how the representation of the past utopian urban space are based on personal perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: ID Indonesia Design,
720 ID
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"Jurnal arsitektur desain teori dan sains ini merupakan jurnal yang diharapkan dapat menjadi wadah kegiatan ilmiah. Ide, tulisan dan penelitian di kalangan akademisi dapat dituangkan disini, sehingga nafas dan iklim akademis dapat dicapai. Disamping itu gairah pemikiran-pemikiran terobosan ilmu dan teknologi di arsitektur desain teori dan sains serta perkotaan sangat diharapkan dapat muncul dan dituangkan dalam bentuk tulisan dijurnal ini."
Jakarta: Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univ. Tarumanegara,
720 JADTS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>