Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166912 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diwiya Aryyaguna
"ABSTRAK
Scaffold membran kitosan dan kitosan-RGD cangkang kepiting diproduksi oleh BATAN, untuk rekayasa jaringan pada rongga mulut. Sifat arsitektural kedua scaffold belum diteliti. Tujuan: Meneliti sifat arsitektural scaffold membran kitosan dan kitosan-RGD cangkang kepiting. Metode: Jumlah, ukuran, jarak antar pori dan porusitas dengan uji SEM dan analisis ImageJ. Daya serap dengan Swelling test. Hasil: Scaffold kitosan dan kitosan-RGD memiliki 225 dan 237 buah pori, berukuran 176.4mm dan 178.3mm, porusitas sebesar 12.8 dan 12.9 , jarak antar pori sebesar 94.7mm dan 93.3mm, serta daya serap sebesar 10.5mgH2O/mgScaffold dan 19.2mgH2O/mgScaffold. Kesimpulan: Sifat arsitektural scaffold membran kitosan RGD cangkang kepiting cenderung lebih baik.

ABSTRAK
Introduction Crab Shell Chitosan and Chitosan RGD membrane Scaffolds have been made by BATAN, for tissue engineering in oral cavity. Architectural properties of both scaffolds have never been analyzed. Purpose To analyze the architectural properties of both scaffolds. Methods Pore amount, pore size, interpore distance and porosity using SEM test with ImageJ analysis. Water absorption using swelling test. Results Chitosan and Chitosan RGD scaffolds have 225 and 237 pores, 176.4mm and 178.3mm sized pore, porosity of 12.8 and 12.9 , interpore distance of 94.7mm and 93.3mm, with water absorption of 10.5mgH2O mgScaffold dan 19.2mgH2O mgScaffold. Conclusions Crab shell chitosan RGD membrane scaffold has better architectural properties. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia, Author
"Defek tulang besar dapat diperbaiki dengan teknik rekayasa jaringan yang membutuhkan scaffold untuk proliferasi sel. Kitosan cangkang kepiting dapat dijadikan scaffold dan dikombinasikan dengan RGD untuk meningkatkan perlekatan sel. Tujuan: Menganalisis efek penambahan RGD pada scaffold membran kitosan cangkang kepiting terhadap tingkat proliferasi sel pulpa manusia. Metode: Sel pulpa manusia dikultur kemudian dipaparkan dengan scaffold membran kitosan cangkang kepiting dengan dan tanpa RGD, selanjutnya diuji menggunakan MTT-assay. Hasil: Peningkatan proliferasi sel pada kelompok perlakuan scaffold membran kitosan cangkang kepiting RGD dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Scaffold membran kitosan cangkang kepiting RGD terbukti mampu meningkatkan proliferasi sel pulpa manusia.

Introduction A large bone defect can be fixed by using bone tissue engineering which need scaffold for cell proliferation. Crab shells chitosan used as a scaffold and can be combined with RGD to increase cell adhesion. Aim To analyze the effect of RGD addition to crab shells chitosan scaffold membrane on human dental pulp cell proliferation. Methods Human dental pulp cells cultured and exposed by the crab shells chitosan scaffold membrane with or without the addition of RGD and was tested using MTT assay. Result The result showed that chitosan with RGD increase human dental pulp cell proliferation compared to control group. Conclusion Crab shells chitosan scaffold membrane with RGD is proven to increase the proliferation of human dental pulp cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Amalia
"ABSTRAK
Captopril merupakan antihipertensif golongan angiotensin converting enzyme inhibitor ACEI yang banyak digunakan untuk mengontrol tekanan darah sekaligus mengurangi penyakit jantung. Suatu penelitian melaporkan bahwa captopril bekerja dengan menginhibisi konversi enzim ACE I menjadi ACE II, mengurangi plasma angiotensin II dan level aldosteron, meningkatkan plasma renin, dan menghasilkan penurunan tekanan darah yang signifikan bagi penderita hipertensi. Dibalik manfaatnya yang baik bagi kesehatan, captopril diketahui memiliki waktu paruh biologis yang singkat dalam tubuh dan memerlukan frekuensi administrasi yang berulang. Suatu sistem penghantaran obat yang tepat diperlukan untuk memodifikasi pelepasan captopril dalam tubuh. Salah satunya menggunakan hidrogel berbasis kitosan yang terikat silang poli N-vinil-2-pirolidon atau PVP melalui interpenetrating polymer network IPN . Meskipun efisiensi kapsulasi dan pelepasannya secara umum telah diteliti, informasi tentang kinetika swelling matriks hidrogel dan mekanisme pelepasannya belum diketahui. Penelitian ini akan berfokus pada kedua hal tersebut. Sebagai perbandingan, hidrogel yang akan diteliti meliputi hidrogel kitosan nonkovalen, hidrogel kitosan terikat silang, hidrogel kitosan-PVP semi-IPN, dan hidrogel kitosan-NVP full-IPN. Kinetika swelling akan ditentukan melalui analisis gravimetri mengikuti hukum laju pseudo-orde pertama dan hukum laju pseudo-orde kedua. Mekanisme pelepasan akan ditentukan melalui persamaan laju orde nol, orde satu, model Higuci, dan model Korsemeyer-Peppas.

ABSTRACT
Captopril is an antihypertensive class of angiotensin converting enzyme inhibitors ACEI that is widely used to control blood pressure disease. A study reported that captopril works by inhibiting the conversion of the ACE I enzyme to ACE II, reducing plasma angiotensin II and aldosterone levels, increasing plasma renin, and generating a significant drop in blood pressure for hypertensive patients. Behind its good health benefits, captopril is known to have short biological half lives in the body and requires repeated administration frequencies. An appropriate drug delivery system is needed to overcome the release of captopril in the body. One way to achieved it is by using a crosslinked poly N vinyl 2 pyrrolidone chitosan based hydrogel or PVP via an interpenetrating polymer network IPN . However, information about the kinetics of the swelling of the hydrogel matrix and its release mechanism is unknown. This research will focus in its cases. In comparison, the hydrogels to be studied are noncovalent hydrogel, cross linked hydrogel, semi IPN chitosan PVP hydrogel, and full IPN chitosan NVP hydrogel. Kinetics of swelling will be determined by the gravimetric analysis of pseudo first order and the pseudo second order rate law. The mechanism will be determined by the zero order rate equation, first order, Higuci model, and Korsemeyer Peppas model."
2017
T50272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kurnia Dewi
"BATAN telah membuat membran scaffold kitosan RGD cangkang kepiting SKRCK dan membran scaffold kitosan cangkang kepiting SKCK. Pembuatan SKRCK dan SKCK dalam bentuk membran bertujuan untuk mengatasi kasus one wall defect akibat periodontitis. Penambahan RGD bertujuan untuk meningkatkan perlekatan sel pada scaffold. Scaffold harus bersifat biocompatible tidak toksik.
Tujuan: Menganalisis toksisitas membran SKRCK terhadap sel pulpa gigi manusia. Metode:Sel pulpa gigi manusia dikultur selama 5 hari. Setelah itu kelompok perlakuan dipapar membran SKRCK dan membran SKCK kontrol. Kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Hasil Penelitian: Nilai rerata viabilitas sel pulpa gigi manusia pada kelompok SKRCK 1mg dan 2mg adalah 315,9 dan 298,9, sedangkan pada kelompok SKCK 1mg, dan 2mg adalah 514,7 dan 520,8.
Kesimpulan: SKRCK tidak toksik terhadap sel pulpa gigi manusia.Kata Kunci:kitosan cangkang kepiting, scaffold, RGD, toksisitas, sel pulpa gigi manusia

Introduction: BATAN has made crab shells chitosan RGD scaffold membrane SKRCK and crab shells chitosan scaffold membrane SKCK. SKRCK and SKCK made in the form of a membrane aims to solve the case of one wall defects due to periodontitis. The addition of RGD aims to enhance cell attachment to the scaffold. The scaffold should be biocompatible non toxic.
Objective: To analyze the toxicity of SKRCK membrane on human dental pulp cells. Methods The human dental pulp cells were cultured for 5 days. After that the treatment group was exposed to the SKRCK membrane and membrane SKCK control. Then incubated for 24 hours.
Results: The mean viability of human dental pulp cells in group 1mg and 2mg SKRCK was 315.9 and 298.9, whereas in the group SKCK 1mg and 2mg is 514.7 and 520.8.
Conclusion: SKRCK did not give toxic effects on human dental pulp cells.Keywords crab shells chitosan, scaffold, RGD, toxicity, human dental pulp cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismoyo Suro Waskito
"MoS2 nanosheet-microsphere telah berhasil disintesis melalui metode hidrotermal dengan prekursor amonium heptamolibdat dan tiourea yang konsentrasinya campuran bervariasi 0,25 M, 0,5 M, 1,0 M dan 1,5 M. Struktur kristal, morfologi, ukuran partikel dan koefisien gesekan dan pembentukan tribofilm diamati sebagai pengaruh dari konsentrasi prekursor. Pola difraksi sinar-X menunjukkan struktur kristal heksagonal 2H-MoS2 dengan perbedaan kristalinitas medan (002) dan tidak ditemukan fase lain. Pengukuran Spektrometer Raman menunjukkan pergeseran frekuensi E1 2g dan A1g bersama dengan perubahan konsentrasi prekursor di mana MoS2 adalah dengan
konsentrasi prekursor dari frekuensi 0,25 M mendekati frekuensi massal MoS2 menunjukkan semakin banyak lapisan dan kristalinitas yang lebih baik. Pengamatan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) yang menunjukkan morfologi partikel lembar nano dengan puluhan ketebalan nanometer berkumpul untuk membentuk microsphere dengan diameter 1-3 μm. Pengukuran koefisien gesek dan pembentukan lapisan film menunjukkan efek kristalinitas partikel pada koefisien gesekan dan pembentukan lapisan film di mana partikel dengan kristalinitas lebih rendah menghasilkan nilai koefisien gesekan yang lebih kecil dan pembentukan lapisan film lebih cepat. Menguji koefisien gesekan dengan Rig Reciprocating Frekuensi Tinggi (HFRR) juga menunjukkan penambahan 2% berat dan 3% berat MoS2-1,5M mengurangi koefisien gesekan pelumasan Yubase 8 sebesar 30% dan 37,5%

MoS2 nanosheet microsphere has been successfully synthesized through the hydrothermal method with precursors of ammonium heptamolybdate and thiourea whose concentrations the mixture is varied 0.25 M, 0.5 M, 1.0 M and 1.5 M. Crystal structure, morphology, particle size and friction coefficient and tribofilm formation were observed as influences from precursor concentration. X-ray diffraction pattern shows the crystal structure hexagonal 2H-MoS2 with a difference in field crystallinity (002) and not found another phase. Raman Spectrometer measurements show E1 frequency shifts 2g and A1g along with changes in precursor concentration where MoS2 is with the precursor concentration of 0.25 M frequency approaches the bulk MoS2 frequency indicates more and more layers and better crystallinity. Observation with Scanning Electron Microscope (SEM) showing particle morphology nanosheets with tens of nanometer thickness gathered to form microsphere with a diameter of 1-3 μm. Measurement of coefficient of friction and formation film layer shows the effect of particle crystallinity on the coefficient of friction and the formation of a film layer where particles with lower crystallinity resulting in smaller friction coefficient values ​​and film layer formation faster. Testing the coefficient of friction with the High Frequency Reciprocating Rig (HFRR) also shows the addition of 2 wt% and 3 wt% MoS2-1.5 M can decreases the coefficient of lubrication friction Yubase 8 by 30% and 37.5%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA258
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Setiawan
"Skripsi ini membahas proses dan jumlah kitosan yang diproduksi dari cangkang rajungan dan cangkang kepiting hijau, karakterisasi kitosan, dan pengujian kitosan sebagai koagulan jika dibandingkan dengan koagulan PAC (Poly Aluminum Chloride) untuk menjernihkan air sungai Kalimalang. Jumlah kitosan yang diproduksi dari cangkang kepiting hijau sebesar 12.34 gram dari 420 gram cangkang kepiting kering, dan sebesar 21 gram dari 300 gram cangkang rajungan kering. Faktor-faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah kitosan di dalam pembuatan dijelaskan di dalam skripsi ini. Karakterisasi kitosan didapat melalui pengukuran kandungan nitrogen dan derajat deasetilasi. Besar kandungan nitrogen yang didapat dari kitosan cangkang kepiting hijau, kitosan cangkang rajungan produksi 1 dan kitosan cangkang rajungan produksi 2 adalah 6.208 %, 5.5656 %, dan 5.288 %. Besar derajat deasetilasi secara berturut-turut adalah: 53.47 %, 20.57 %, 53.32 %. Penggunaan kitosan sebagai koagulan diuji dengan menggunakan metode Jar Test dibandingkan dengan PAC. Air sampel didapat dari air sungai Kalimalang dengan tingkat kekeruhan sekitar 947 NTU. Efisiensi dosis optimum cangkang kepiting hijau, cangkang rajungan produksi 1, cangkang rajungan produksi 2, dan PAC secara berturut-turut adalah 8, 40, 50, dan 50 ppm. Efisiensi removal mencapai 99 % untuk semua koagulan untuk menurunkan kekeruhan hingga batas di bawah 5 NTU. Selain itu, juga dilakukan penelitian untuk mencoba penggabungan kitosan dengan PAC dalam mengkoagulasi dan flokulasi. Kemampuan kitosan untuk mengkoagulasi juga dipengaruhi oleh nilai pH, dimana pH optimum bagi kitosan untuk mengkoagulasi air sungai Kalimalang adalah pada daerah pH netral dengan batas sekitar 7.5.

The focus of study are discuss about the process and amount of chitosan produced from blue crab shell and mud crab shell, characterization of chitosan, and observe chitosan effectiveness as coagulant compared with PAC (Poly Aluminum Chloride) in clarifying Kalimalang river. The amounts of chitosan produced from mud crab shell are 12.34 gram from 420 gram dry mud crab shell, and 21 gram from 300 gram blue crab shell. Factors affecting amount of chitosan produced explained in this study. Chitosan characterization obtained from measurement of nitrogen content and degree of deacetylation. Nitrogen content from mud crab shell chitosan, blue crab shell chitosan 1, and blue crab shell chitosan 2 are 6.208 %, 5.5656 %, dan 5.288 %. Degrees of deacetylation for each chitosan are 53.47 %, 20.57 %, 53.32 %. Performance of chitosan as coagulant measured using Jar Test method compared with PAC. Water sample obtained from Kalimalang river with turbidity 947 NTU. Optimum dose for chitosan from mud crab shell, blue crab shell 1, blue crab shell 2, and PAC are 8, 40, 50, and 50 ppm. Removal efficiencies reached to 99 % for all type of coagulant, reduced turbidity to the limit under 5 NTU. Furthermore the research also tried to integrate chitosan with PAC in coagulation and flocculation. Chitosan performance in coagulation affected by pH value, where optimum pH for chitosan to coagulate Kalimalang river water sample at neutral pH range with upper limit about 7.5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S50699
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desandra Aulia Rahmayenti
"Pottiaceae merupakan salah satu famili dari divisi Bryophita yang dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan. Pottiaceae memiliki variasi karakter permukaan daun yang memungkinkan lumut tersebut dapat beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan. Namun, hingga saat ini belum diketahui pengaruh naungan terhadap variasi permukaan daun lumut Pottiacae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi permukaan daun lumut Pottiaceae pada habitat ternaung dan tidak ternaung di kampus UI Depok. Variasi karakter permukaan daun dapat diamati menggunakan scanning electron microscopy (SEM). Variasi karakter permukaan daun yang diamati adalah bentuk dan ukuran sel, ketebalan dinding sel, papillae, dan mammilae. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Pottiaceae yang ditemukan di kampus UI Depok terdiri dari 5 spesies, yaitu Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, dan Weissia edentula. Pottiaceae yang diamati memiliki variasi bentuk dan ukuran sel pada masing-masing spesies dan kondisi naungan. Dinding sel pada lumut yang hidup di habitat tidak ternaung umumnya lebih tebal daripada lumut yang hidup di habitat ternaung. Papillae dimiliki oleh B. indica dan W. edentula, sedangkan mammilae dimiliki oleh H. apiculata, H. involuta, dan H. javanica. Jumlah variasi bentuk papillae berbeda pada masing-masing spesies dan kondisi naungan. Variasi bentuk papillae yang paling beragam ditemukan pada B. indica yang berasal dari habitat ternaung dan W. edentula yang berasal dari habitat tidak ternaung. Ukuran mammilae pada individu yang hidup pada habitat ternaung umumnya lebih tebal daripada lumut yang hidup pada habitat tidak ternaung.

Pottiaceae is one of the group members of Bryophyta which has been found in the various habitat. They have variations of leaf surface characteristics that allow them to adapt in the various environmental conditions. Nevertheless, the effects of the canopy shading to the leaf surface variation of Pottiaceae has not been reported yet. The aim of this study is to observe the leaf surface variation of Pottiaceae from the shade and unshade habitat in UI Depok campus. The variations of these characters can be observed using scanning electron microscopy (SEM). Variations of leaf surface characters that have been observed are cell shape and size, cell wall thickness, papillae, and mammilae. According to the data, there are 5 species of Pottiaceae in UI Depok campus which name are Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, and Weissia edentula. The Pottiaceae samples had variation in shape and size of the cell in each species and shade conditions. The cell walls of non-shaded habitats are generally thicker than the shaded habitats. B. indica and W. edentula have papillae in the leaf cells surface, while H. apiculata, H. involuta, and H. javanica have mammilae. The number of variations of the papillae shapes is different for each species and shade conditions. The most diverse varieties of papillae were found in B. indica from shaded habitats and W. edentula from non-shaded habitats. The sizes of the mammilae in mosses that live in shaded habitats were generally thicker than non-shaded habitats"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Saadilah
"Material Kitosan dibuat dari cangkang kepiting menggunakan metode kimia dengan demineralisasi HCL 1M selama 1 jam, deproteinasi NaOH 1M selama 2 jam dan variasi deasetilasi NaOH 30%, 40%, 50%, 60%, dan 70% selama 45 menit. Dari analisis FTIR didapat Derajat Deasetilasi kitosan terbaik pada NaOH 50%. Waktu reaksi terbaik untuk mendapatkan Derajat Deasetilasi maksimum dalah 30 menit. Hasil kitosan cangkang kepiting merupakan kitosan murni sesuai dengan database program Match!. Adsorbsi Pb dari larutan Pb(NO3)2 dilakukan pada konsentrasi Pb 10, 50, dan 100 ppm dengan pengadukan selama 30 menit. Dalam suasana asam Kitosan menyerap seluruh Pb untuk konsentrasi 10 ppm dan tidak menyerap Pb pada konsetrasi 50 dan 100 ppm. Sedangkan dalam suasana netral konsentrasi Pb 25 ppm terserap semua, pada konsetrasi 50 ppm terserap 44,77 ppm dan pada konsentrasi Pb 100 ppm terserap 97,04 ppm.

Chitosan has been made from the crab shells with a chemical method with 1M HCl demineralization for 1 hour, deproteination 1M NaOH for 2 hours and variations of deacetylation 30% NaOH, 40%, 50%, 60%, and 70% for 45 minutes. An analytical methode from FTIR showed that the best chitosan deacetylation degree obtained at 50% NaOH, and the best reaction time to get the best Chitosan is 30 minutes. Chitosan product from crab shells is a real chitosan agreed with database Match! program. Chitosan is known best Pb adsorption from Pb(NO3)2 solution with concentrations of 10, 50, and 100 ppm acid delution and neutral dilution of 25, 50, and 100 ppm for 30 minutes and tested variations chitosan residual liquid. Chitosan absorbed around 10 ppm Pb acid dilution and 25 ppm neutral dilution. No adsorption at 50 and 100 ppm Pb in acid dilution. Absorption of 44.77 ppm at 50 ppm and 97.04 ppm to 100 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Saputra
"Polimer hidrogel mampu melakukan swelling bila menyerap air serta mampu mempertahankan medium cair di dalam jaringannya. Sintesis hidrogel kitosan-cangkok-Poli N-(vinil kaprolaktam) atau kitosan-cangkok-PNVCL dilakukan melalui polimerisasi radikal dengan teknik larutan. Kemampuan swelling hidrogel kitosan-cangkok-PNVCL dilakukan dengan merendam dalam media cair selama 24 jam. Polimer diinisiasi dengan Ammonium persulfat (APS) lalu dicangkok dengan monomer N-Vinil Kaprolaktam (NVCL) dan diikat silang dengan N,N’-Metilen Bisakrilamida (MBA).
Variasi konsentrasi monomer NVCL dan konsentrasi agen pengikat silang MBA serta waktu reaksi mempengaruhi rasio swelling hidrogel. Rasio swelling paling optimum sebesar 52.8% dari berat semula didapat dengan agen pengikat silang MBA 3% dan konsentrasi NVCL 0,8 g. Hidrogel tersebut dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Hydrogel polymer will swell if it absorbs amount of water then it can protected amount of water in his network . Hydrogel chitosan-graft-poly(Vinyl Caprolactam) or chitosan-graft-PNVCL was synthesized by radical polymerization in solution. Swelling behavior of hydrogel was carried in aqueous media for 24 hour. Hydrogel was intiated by ammonium persulfate (APS) then grafted by N-Vinyl caprolactam (NVCL) and cross linked by N’N-Metilen Bisacrylamide (MBA).
Variation of monomer concentration, cross linker concentration and reaction time will effect swelling ratio hydrogel. The best swelling ratio up to 52.8% was obtained by composition of 3% MBA and 0.8 g NVCL. The products were characterized by Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC) and Scanning Electron Microscope (SEM).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>